Saturday, August 27, 2011

Secret Garden episode 8


“Bilang pada Joo Won, aku tidak akan menyerahkan Gil Ra Im. Walaupun dia gak setuju, aku tidak perduli.” kata Oska mantap.
Semua terkejut, terutama Yoon Seul. Oska melihat ke arahnya seperti pengen ngecek reaksi gadis itu. (Yah, kayaknya sih kalimat itu selain buat manas-manasin Joo Won, Oska emang sengaja pengen ‘nyakitin’ Seul juga.) Entah kesal atau gak tahan, Seul segera beranjak pergi dari tempat itu. Kali ini tatapan Oska berubah sedih, dia ngikutin sosok Seul dengan pandangannya. Joo Won pun nengok ngeliatin Seul pergi. Adegan kembali mengabur, Joo Won dan Ra Im kembali menjadi Joo Im dan Ra Won.
Ra Won mengalihkan pandangannya ke Joo Im, dia tampak marah, dan Joo Im bingung.
Ra Won berbalik kembali menghadap ke Oska. “Alasan kau melakukan ini…” Ra Won mulai nyerocos kesal.

“Maaf.” Oska buru-buru menimpali sebelum Ra Won ngomel-ngomel panjang. “Kau cukup kaget, kan?”

Oska tersenyum sedih. “Aku benar-benar minta maaf. Apa menurutmu dia terluka? Aku juga berharap begitu. Aku ingin dia menangis hingga dia tidak bisa membuka matanya, tidak bisa mandi dan tidak bisa tidur, supaya dia jadi jelek.”
“Jadi, kau memperalat aku?” kata Ra Won dengan pandangan tajam.
“Mungkin, aku akan melakukan hal itu beberapa kali lagi. Ra Im, tolong bantu aku ya!”
“Kenapa aku harus….melakukan itu?” Ra Won tampak tak senang.
“Dia telah mencampakkan aku dengan begitu buruknya. Suatu hari, dia muncul kembali dan mulai memancing perseteruan denganku. Aku ingin menahan pertengkaran ini selama aku bisa....jadi, dia tidak akan pergi kemana-mana.” kata Oska sambil menerawang sedih.

Ra Won dan Joo Im jadi terpekur mendengar cerita Oska.
“Dia serius!” pikir Ra Won.
“Hey! Apa yang kau lakukan?! Kau tidak mau keluarkan aku dari sini secepatnya?!” dari yang tadinya mellow, tiba-tiba Oska udah ngomel-ngomel ke Joo Im. “Kau mau mati?!” kemudian dia bicara ke Ra Won. “Ra Im, kalau kau menolongku, aku akan menolongmu. Aku tahu apa yang dia(Joo Im) pikirkan.”
“Emangnya apa yang dia pikirkan? Apa tujuannya?” tantang Ra Won.
“Dia tidak cerita padamu tentang Little Mermaid?”
Ra Won terdiam, dia lalu melirik ke arah Joo Im dengan pandangan gak jelas. Sedih tapi sekaligus kesal.

Oska bicara lagi. “Dia(Joo Won) pria yang trauma, dia berpikir bahwa Little Mermaid adalah cerita klasik pertama tentang ‘orang kedua’(istilah di korea tentang istri simpanan). Kalau dia mencampakanmu, aku akan membantumu menuntut balas.”
Ra Won langsung mendelik ke Oska mendengar kalimat itu, Oska kaget. Ra Won lalu menoleh ke Joo Im lagi.
“Baik. Tolong aku.” jawab Joo Im kalem ke Oska tapi dengan pandangan sedih. Setelah itu Joo Im membalas pandangan Ra Won sebentar, sebelum kemudian berbalik menghadap seorang staff kantor polisi yang duduk dibelakangnya. “Sebenarnya, dia(Oska) tidak mencuri mobilku.” jelas Joo Im.

Oska tertawa sinis melihat hal itu. “Kenapa dia bertingkah seperti itu? Benarkan?” Oska meminta pendapat Ra Won.
Tapi Ra Won hanya mengangkat kedua bahunya, dan terus ngeliatin Joo Im.

Seul berdiri disebuah tempat yang menghadap laut.(tempat ini bagus banget) Tampangnya terlihat sedih. Dia teringat saat bersama Oska dulu.

Flashback.
Seul bersama Oska dan seorang cowok teman mereka main golf bareng. Oska dan cowok itu bagus-bagusan mainnya.

Oska ingin terlihat hebat dimata Seul. Sementara Seul seneng-seneng aja merekam permainan Oska dengan videonya.
“Waaaahh....Oppa, tembakan yang bagus! Itu benar-benar bagus!” seru Seul ke Oska. Oska tersenyum senang karenanya.

Tapi cowok teman mereka memasang wajah masam, dia sepertinya menyukai Seul dan cemburu.
Permainan dilanjutkan. Cowok itu bermain bagus, tapi Oska gagal memasukan bola.

Cowok itu menertawai Oska, dan Seul tersenyum penuh pengertian. Oska melirik sebal ke cowok itu.

Walaupun cowok itu bermain bagus, Seul tak perduli, dia hanya terus saja merekam gambar Oska dan tertawa bareng Oska. Cowok itu tambah  kesal.
Saat Seul membungkuk mengukur arah bola ke lubang, Oska berdiri dibelakangnya dan menulis kata ‘I Love U’ dipungung Seul dengan jarinya. Seul tersenyum dan membalasnya dengan mengangkat kedua tangannya dan membentuk tanda hati dengan jarinya sambil komat-kamit bilang, “Aku juga.” Oska tertawa senang. Tanpa sengaja pandangan Oska bertemu dengan pandangan teman cowoknya. Cowok itu langsung melengos tak suka, dia melempar stik golfnya dan pergi meninggalkan lapangan.
Setelah selesai bermain, cowok itu mencegat Seul saat baru keluar dari toilet. Dia mendorong Seul ke dinding dan ngeliatin Seul tajam.
“Kau menakuti aku!” kata Seul sambil mendorong cowok itu.
“Kenapa kau tidak menjawab telponku?” tanya cowok itu. “Bukankah aku sudah bilang padamu bahwa aku akan segera berangkat setelah selesai syuting film ini?” (oh, rupanya cowok ini seorang aktor)
“Iya aku tahu. Aku harap penerbanganmu nyaman.”
“Aku kan bilang kita pergi bersama!” cowok itu mulai bicara dengan nada keras.
“Aku juga sudah bilang tak ada alasan aku harus pergi denganmu!” balas Seul.

Cowok itu kelihatan marah. Dia maju tambah mendekati Seul. “Apa ini karena Choi Woo Young? Kau sangat menyukainya?”
“Ya. Aku sangat mencintainya. Dia juga sangat mencintaiku.“

“Dia bilang sendiri itu padamu? Apa dia bilang dia mencintaimu? Kau percaya kata-katanya?”
“Ya. Aku percaya. Tidak seperti kau yang hanya main-main, dia tulus.”
“Tulus? Apa kau bego?” cowok itu bicara setengah tertawa. “Bagi laki-laki, main-main itu adalah sama halnya dengan ketulusan. Kau pikir Choi Woo Young itu beda? Haruskah aku buktikan dia berbeda atau tidak?”
“Apa maksudmu?” Seul mulai ragu dengan apa yang dia yakini.
Flashback selesai.
Seul masih berdiri ditempatnya memandang kelautan. Tapi kali ini dia menangis.

Oska keluar dari kantor polisi bersama Joo Im dan Ra Won. Seorang polisi mengantarkan mereka. Dia menegur mereka sebentar lalu menyerahkan kunci mobil ke Oska.

“Saya minta maaf! Saya benar-benar minta maaf!” kata Joo Im sambil berkali-kali membungkukkan badannya. Melihat ini Ra Won tampak kesal sekali.
Setelah polisi itu masuk, Oska langsung meloncati Joo Im dan mengunci leher Joo Im dengan tangannya.

“Sini kau. Aku akan membunuhmu hari ini!” omel Oska.
Joo Im terbatuk-batuk tak bisa napas. “Kenapa kau lakukan ini?” Joo Im melirik ke Ra Won, “Tolong aku!” serunya.
“Kenapa harus aku?!” jawab Ra Won tak perduli. “Bukankah kalian berdua sepakat mau saling menolong satu sama lain!(ha ha…ini merujuk pada percakapan saat didalam penjara tadi. Joo Won jelas cemburu.)” Ra Won lalu jalan pergi ninggalin Oska dan Joo Im.
“Hey!!” teriak Joo Im dengan suara sekarat sambil gerak pengen ngejar Ra Won.
“Eh, kau mau kemana?!” tahan Oska. “Kelihatannya kau sudah meningkatkan tehnikmu mengerjaiku. Kau pikir aku tidak meningkatkan tehnikku juga?! Ayo kita buat peti matimu!”
“Aku benar-benar….tidak bermaksud melakukan itu.” kata Joo Im dengan susah payah.
“Walaupun kau tidak bermaksud melakukan itu, tapi kita bertemu dikantor polisi, kau benar-benar brengsek!! Cuma karena aku pakai mobil itu beberapa hari, kau sampai membuat tangan seorang bintang Hallyu diborgol? Kau mau cari masalah dengan fansku, ha?!” Oska masih terus mengunci kepala Joo Im.
Joo Im makin kesusahan dibekep Oska, sementara itu Ra Won sibuk keliling-keliling disekitar mobilnya yang dipakai Oska. Ra Won tampaknya mau ngecek kalau-kalau mobilnya ada lecet sedikit saja.
“Kalau kau terus melakukan ini, aku akan melakukan opsi terakhirku.” kata Joo Won terbata.
“Apa?! Kau mau melakukan apa, ha?!” teriak Oska.

Joo Im lalu menggelitik Oska hingga Oska tertawa kegelian. Ra Won ngeliatin tingkah mereka sebal.
“Hey, berhenti! Hey! Ha ha ha….” teriak Oska sambil ketawa.
Dan disaat gelitik-gelitikan itu....bibir Oska dan Joo Im tanpa sengaja ketemu, OH MY!!

Waktu terhenti, Oska dan Joo Im cengo’ kaget.

Ra Won pun shock. Setelah itu Oska dan Ra Won langsung pengen muntah. Tapi lain halnya dengan Joo Im.

Dia malah senyum-senyum malu campur kesenangan sambil mengetuk-ngetukan sebelah kakinya dilantai dan melirik Oska.
Oska ketakutan melihatnya dan pengen kabur ha ha …
“Kau mau kemana? Kita harus ke mobil.” kata Joo Im sambil senyum.
“Jangan dekat-dekat padaku! Pergi! Ayo pergi!” teriak Oska ketakutan. Dia lalu lari ke arah Ra Won. “Ra Im, ayo tangkap dia(Joo Im)!”
Dan beneran aja, Ra Won langsung mendatangi Joo Im.
“Bagaimana kau bisa pergi begitu aja! Itu hanya kecelakaan!” teriak Joo Im ke Oska tanpa mempedulikan Ra Won yang sedang mendatanginya dengan wajah pengen bunuh orang.

“Kecelakaan?! Apa itu tadi benar-benar kecelakaan?!” Ra Won teriak murka didepan Joo Im. Ra Won lalu membuka botol air mineral yang ternyata memang sudah dibawanya saat mendatangi Joo Im. 
Dia membasahi tangannya dan menggosokannya ke mulut Joo Im. Ceritanya nih dia mau bersihin mulut’nya’ yang udah tercemar ha ha ha…. “Apa yang kau lakukan dengan bibirku?! Gosok itu sampai bersih!! Cepat!! Jujur padaku, kau melakukannya(ciuman tadi) dengan sengaja, kan?!”

Joo Im terlihat marah juga sekarang. “Kalau kau tidak ingin memakai seragam penjara yang dijahit helai demi helai oleh seorang seniman selama 40 tahun. Sebaiknya kau nyetir saja!” Joo Im lalu jalan ke arah mobil.
Ra Won yang masih kesal tetap ngejar Joo Im. “Berhenti!” teriaknya, apalagi saat dia melihat Joo Im sibuk megang-megang bibirnya sambil senyum. “Apa yang kau lakukan dengan bibirku?! Kau menurunkan nilai bibirku dan menodai sejarahnya! Apa yang akan kau lakukan dengan bibir kotorku?!!!”

Oska kabur sampai kejalan raya yang ada didepan kantor polisi. Dia masih menggosok-gosok bibirnya. Tiba-tiba dia menyadari kalau dia tidak membawa dompetnya, sampai sebuah taksi berhenti didepannya. Oska langsung berlagak cool dan mengetok kaca jendela supir taksi. Saat supir taksi menurunkan kaca jendela, Oska menyapanya dengan senyum ‘tebar pesona’.
“Paman, kau tahu lapangan golf yang ada dipantai, kan? Aku ingin kesana. Aku akan membayarmu saat tiba disana.” kata Oska.
Supir taksi tak mau dan mulai menaikan kaca jendela. Oska buru-buru menahan kaca itu.
“Tunggu sebentar!! Kau tidak mengenaliku?” Oska lalu melepas kacamatanya. “Aku pasti terlihat familiar. Aku terlihat familiar, kan? Kau tahu siapa aku, kan?” Oska menarik pintu mobil, tapi terkunci.
“Kau siapa?” tanya supir taksi.
Saat itu, mobil Ra Won dan Joo Im tiba diluar dan melihat Oska.

“Ahhh….paman ini, benar-benar! Lihat dengan jelas!” Oska memasang wajahnya tepat didepan si supir dan berkata seperti paranormal. “Ingat aku…ingat aku….sekarang kau mengingatku!” si supir hanya tertawa, dan Oska mulai nyanyi sambil gaya megang mic.
Si supir geleng-geleng kepala dan berkata, “Ada banyak orang gila didunia ini. Kalau kau ingin menirunya, lakukan dengan benar.” Supir taksi itu lalu pergi dengan mobilnya.
Oska kesal. “Paman!! Paman!! Hey, uncle!!” teriak Oska.
Ra Won segera ngegas mobilnya ngelewatin Oska dipinggir jalan.
“Kenapa kau meninggalkan dia sendiri?” protes Joo Im ke Ra Won. Lalu dia teriak ke Oska, “Hyuuuuuuuuunnnngggg!!!”
Oska memalingkan wajah gak mau ngeliatin Joo Im yang memanggilnya. Setelah itu Oska nyegat taksi lagi.
“Aku ingin pergi kelapangan golf yang ada dipantai. Dengar baik-baik yaaa!” Oska mulai nyanyi lagi, dan taksi pergi lagi….ha ha….

Joo Im dan Ra Won tiba dilobby lapangan golf. Saat turun dari mobil adegan mengabur, untuk sementara bagi yang nonton bisa melihat penampakan mereka sebagai Joo Won dan Ra Im. Ra Im turun dari mobil dan membanting pintu dengan keras.
“Hey, kenapa kau lakukan itu pada mobilku?” protes Joo Won sambil turun dari mobil. “Kalau marah, marahlah padaku!”
“Pergilah duluan. Aku mau menjemput Oppa-ku. Aku juga sudah berjanji pada manajernya.” kata Ra Im.
“Kau benar-benar wanita yang aneh. Kenapa kau harus menepati janji itu? Kau menyukai Choi Woo Young….sebagai seorang pria?” tebak Joo Won.
“Aku tidak akan menyukainya sebagai seorang wanita.” bantah Ra Im.
“Jangan menghindar menjawabnya!”

“Emang kenapa kalau aku menyukainya? Kau cemburu?”
“Cemburu? Ha, itu gila!” Joo Won ketawa sinis. “Kenapa kau bisa menganggap aku seperti anak kecil? Kau berharap aku cemburu, kan? Kenapa gadis-gadis suka seperti ini? Tentu saja, pria sepertiku akan bahagia jika wanita yang kusukai cemburu padaku. Karena rasanya....kau seperti memiliki seluruh dunia.”

“Ahh!! Yang benar saja....” Ra Im gak suka dengan pendapat lebay Joo Won. “Sebaiknya kau sadar.(jadi waras maksudnya)”
“Baik. Kalau begitu, begini saja. Aku akan cemburu, jadi lupakan tentang Choi Woo Young. Dia bukan keluargamu, dan bukan mantan pacarmu, jadi kenapa kau harus mengkhawatirkannya sampai seperti itu?”
“Karena aku adalah fan-nya.”
“Itu saja?” Joo Won tak puas dengan jawaban Ra Im.

“Saat aku pulang kerumah dengan perban dan tubuh panas dingin setelah syuting, saat aku dikatai ‘Hanya seorang stuntwoman, hanya lulusan SMU dan dibesarkan tanpa orang tua.’, saat aku hanya bisa berkata ‘Aku minta maaf'’, saat aku mendengar seorang teman yang tersenyum padaku kemarin tak bisa berjalan lagi, juga….saat ayahku meninggal… Setiap saat-saat tak terduga itu terjadi padaku, lagu-lagu Oska menjadi seperti penghilang sakit bagiku.” kata Ra Im dengan mata berkaca.

Joo Won terdiam dengan wajah sedih.
Kemudian Ra Im berkata lagi, “Ini untuk yang pertama kalinya, aku senang tubuh kita tertukar. Karena aku bisa menolong Oska.”
“Apapun alasanmu, kau sudah melakukannya terlalu jauh. Aku akan membuat kau menyesal karena telah berpikir lega tubuh kita tertukar. Tunggu saja dan lihat!” Joo Won kembali marah karena jelas dia cemburu ha ha…
“Apa yang mau kau lakukan?!” seru Ra Im panik.
Joo Won diam tak menjawab. Sebuah mobil polisi tiba ditempat itu dan parkir disebelah mobilnya. Adegan mengabur lagi, penampakan Ra Im dan Joo Won tukeran lagi. Mereka memandang heran pada mobil polisi yang baru tiba itu.
Oska lalu keluar dari mobil polisi itu dan berterima kasih pada polisi yang telah mengantarkannya pulang. Oska lalu berbalik menghadap Joo Im dan Ra Won masih dengan wajah sumringah. Saat melihat Joo Im, dia kembali teringat pada kejadian ciuman tadi, dan reflek menutup mulutnya dengan tangan.
“Bagaimana kau bisa naik mobil polisi?” tanya Joo Im heran.

“Apa kau berharap aku jalan kaki dari sana sampai kesini?!” omel Oska. “Berani-beraninya kau meninggalkan aku disana seperti itu!? Kau masih menyebut dirimu keluarga?!”
Ra Won tampak senang melihat Oska nyerocos dan dia menimpali, “Kim Joo Won tidak melakukan kesalahan apapun. Aku yang bilang padanya untuk meninggalkanmu disana.” kata Ra Won membela Joo Im.
“Ya! Dia memaksaku meninggalkanmu disana!” timpal Joo Im.
“Kau yang menyuruhnya, Ra Im? Kenapa?” Oska gak percaya.
“Emang apalagi alasannya? Aku benar-benar membencimu, Choi Woo Young!!” kata Ra Im dengan wajah penuh kebencian.
Oska kaget dan cengo’.
“Hey!!” Joo Im teriak marah.
Ra Won menoleh ke Joo Im dan menyeringai. Kemudian dia bicara pada Oska. “Apa kau pikir kau seorang idola? Kau sudah terlalu tua untuk bertingkah seperti seorang bintang idola. Karena itu, bertindaklah sepantasnya. Kau harus bersikap dewasa, bukannya mencuri mobil adikmu. Khususnya gaya rambut itu! Ibuku bahkan tak mau punya model rambut begitu!”
Oska memegang rambutnya bingung. “Emm…ini gak jelek kok.”
“Aku dengar, kau bahkan membuat foto-foto aneh dengan Park Chae Rin. Menjijikan!!”
Oska kaget. Dia lalu mengumpat ke Joo Im. “Dasar brengsek!! Kau ceritakan hal itu padanya?!!” Oska lalu tersenyum malu pada Ra Won. “Ah, Ra Im….foto-foto itu....kalau kau melihatnya, maka kau akan tahu. Tapi, hasilnya bagus juga kan ya?”
Ra Won tersenyum. “Sudut pengambilan gambarnya sangat......” tiba-tiba mata Ra Won berbinar saat melihat seseorang, dan dia berkata, “Oh, ini saat yang tepat. Ada Yoon Seul! Aku harus menunjukan foto-foto itu juga padanya.”
Oska panik. “Ra Im, tolong.....”
Dan Yoon Seul pun tiba disitu.

“Aku kira kalian sudah kembali(pulang), tapi ternyata kalian semua datang kesini!” kata Seul dengan mata tak bersahabat tertuju ke arah Ra Won.
“Aku dengar si Tuan Playboy(Oska) ini meninggalkan barang-barangnya disini.” balas Ra Won.
Oska langsung sibuk ngasih-ngasih kode Ra Won supaya gak nunjukin foto ke Seul.
“Sangat sulit untuk kita bertemu disatu tempat seperti ini, kenapa kalian tidak menginap semalam disini? Aku mengundang kalian semua. Tempat ini, milik keluargaku.” Seul menawarkan.
“Tempat ini milikmu?” Joo Im reflek nanya.
“Kau tidak tahu? Apa karena itu kau begitu dingin(padaku)?”
Joo Im merengut sambil ngiterin pandangan ditempat itu. Terdengar suara Ra Im membathin. “Mereka selalu saja mengatakan kemana pun mereka pergi kalau tempat itu adalah milik mereka.”
“Aku minta maaf, tapi kami sangat sibuk.” Ra Won menolak tawaran Seul dengan sinis.
Tapi tidak dengan Joo Im. Dia dengan senang hati berkata ke Ra Won, “Kalau begitu, kau pulang saja duluan! Aku sama sekali tidak buru-buru. Aku akan menginap, bersenang-senang dan pulang besok.”
“Apa?!!” seru Ra Won gak suka dengan rencana Joo Im.
“Hey! Maksudmu, hanya kalian berdua yang akan tinggal disini? Kau dan Yoon Seul?” teriak Oska juga tak terima rencana itu.
Joo Im mengulum senyum melihat reaksi Ra Won dan Oska.
“Itu akan sangat bagus!” timpal Seul. “Kalau begitu, kalian(Oska dan Ra Won) berdua hati-hati dijalan pulang yah.” Seul lalu mengitari mobil dan mendekati Joo Im. “Matahari terbenam disini sangat indah. Rasanya seperti pulau tak berpenghuni.” Seul sengaja melirik ke Oska saat bicara, sepertinya kalimat yang tadi emang ditujukan buat nyindir Oska. Dia lalu fokus lagi bicara ke Joo Im. “Ayo kita pergi, selagi makan malam sedang disiapkan.” Seul kemudian menggandeng tangan Joo Im.
Mata Ra Won membesar dan mendelik. Joo Im tampak senang karenanya.
“Daripada menggandeng lengan….bukankah wanita lebih suka kalau pria yang menggandeng tangannya?” tanya Jo Im.
Seul memandang bingung, dan Joo Im pun lalu melepaskan tangan Seul yang menggandeng lengannya, setelah itu Joo Im perlahan menggenggam lembut jemari Seul.


Kemudian dengan sengaja Joo Im mengangkat pertautan jemari mereka ditunjukan pada Ra Won dan Oska. “Seperti ini, saling merasakan suhu tubuh satu sama lain.”

Ra Won menarik nafas kesal, dan Oska mengumpat memaki Joo Im dengan suara pelan. Joo Im lalu jalan sambil bergandengan tangan dengan Seul. Oska dan Ra Won buru-buru bergerak pengen ngintilin.
“Tempat ini sangat bagus. Kau sering kesini?” tanya Joo Im sambil jalan.
Tapi belum sempat Seul menjawab, Oska sudah menerobos celah antara Seul dan Oska hingga mereka saling menjauh. Oska lalu menyeret tangan Seul pergi, ada yang ingin dia bicarakan dengan Seul. Dan tinggalah Joo Im dan Ra Won yang heran ngeliatin mereka.
“Itu memalukan! Aku seharusnya bisa lebih ‘jauh’ lagi tadi.” kata Joo Im.
Ra Won langsung menjawil tangan Joo Im. “Apa kau gila?!” omel Ra Won marah.
“Kau yang memulai ini duluan. Kelakuanmu malah lebih parah. Aku juga akan membuat kau menyesal karena telah merasa lega tubuh kita tertukar.” Joo Im tersenyum kecil dan pergi.
“Heyyy!” Ra Won teriak.

Oska menyeret Seul kesuatu tempat sepi yang menghadap ke rumput hijau lapangan golf.
“Kenapa kau datang kesini?” tanya Oska.
“Kenapa kau yang bertanya? Sedangkan aku satu-satunya orang yang seharusnya bertanya padamu. Aku hanya menebak kau berada disini. Lalu kenapa kau benar-benar ada disini? Apa itu karena kau masih merindukanku? Kelihatannya kau punya kenangan-kenangan manis disini. Apa itu kenangan kita?” kata Seul.
“Jangan sembarangan menyimpulkan! Aku tidak punya kenangan-kenangan seperti itu. Aku tidak perduli apa yang kau lakukan dengan Joo Won. Tapi, kenapa kau merasa perlu menunjukannya padaku?”
“Mulai sekarang, kau akan sering-sering melihat hal itu. Lalu apa setiap saat kau akan bertingkah seperti ini?”
“Joo Won adalah adik sepupuku!”
“Aku tidak menyangka, orang yang berkata ‘tidak akan menyerahkan Gil Ra Im’ akan berkata seperti itu!” sindir Seul.
“Joo Won adalah adikku!”
“Gil Ra Im mungkin saja adalah kekasih adik sepupumu.”
Oska terdiam sejenak, lalu berkata, “Kalau begitu taruhan selesai. Lantas apa yang akan kau lakukan dengan pria yang sudah punya kekasih?”
“Tak mengapa. Aku sudah punya banyak pengalaman dengan pria playboy.” balas Seul.
Oska terdiam lagi. Dia tampak kesusahan menyembunyikan sedihnya. “Joo Won sama sekali tidak tertarik denganmu.”
“Sangat kampungan!” Seul menertawakan omongan Oska. “Aku juga tidak tertarik dengannya. Aku hanya tertarik dengan latar belakangnya.”
“Kenapa kau bertingkah seperti ini?!” Oska kesal. “Apa dulu aku yang memutuskan hubungan? Tidak! Kau yang melakukannya!”
Seul memandang Oska tajam sekaligus sedih. “Apa kau yakin aku yang dulu mengakhirinya?”
Mereka saling memandang, dan flashback.

Oska sedang duduk sambil minum-minum dengan cowok aktor yang main golf dengannya.
“Bisakah kau pergi main-main seperti ini sementara film-mu akan segera premiere?” tanya Oska.
“Kenapa? Tak bisakah seorang pria yang mengambil film yang telah kau tolak pergi keluar dan bersenang-senang?” balas cowok itu.
Wajah Oska berubah tak senang. “Kenapa kau bicara begitu?”
“Haruskah aku mulai memanggilnya(Seul) ‘kakak ipar’?” cowok itu mulai memancing pembicaraan tentang Seul.

Bertepatan saat itu tanpa Oska sadari Seul muncul didinding sebelah ruangan mereka ngobrol dan mendengarkan pembicaraan mereka. Kayaknya sih cowok itu emang tahu Seul ada disitu dan sengaja pengen mancing-mancing Oska.
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Oska gak ngerti.
“Aku membicarakan Seul.” jawab cowok itu.

Seul kaget dan menajamkan pendengaran dengan penasaran.
“Ada saatnya nanti kau akan memanggilnya ‘kakak ipar’ juga.” kata cowok itu lagi. Oska hanya diam cengo’ dan cowok itu meneruskan, “Apa kau sudah tidur dengannya?”
“Apa kau mabuk?” Oska agak marah.
“Bodoh. Kenapa kau begitu bego?” cowok itu menahan ketawanya. “Kau pikir dia hanya tidur denganmu? Dia benar-benar seorang playgirl. Tak ada satupun celebrity cowok yang tidak kenal dengannya. Ada rumor bahwa Choi Woo Young sudah benar-benar ‘terperangkap’. Kau tidak serius…pacaran dengannya kan?”

Oska terdiam sebentar dan membanting gelasnya dimeja. “Ah, kau benar-benar membuatku gak selera minum! Apa aku sudah gila?! Kenapa aku mau pacaran serius dengan orang seperti itu? Seul….” Oska menahan kata-katanya sebentar, wajahnya terlihat sedih.(kalau saja Seul lihat bagian ini, gak cuma nguping. Sigh!) Kemudian dengan berat Oska meneruskan, “….hanya selinganku saja. Dia hanya salah satu dari penggemarku yang terobsesi. Kau puas?! Ayo minum lagi.”
Oska dan cowok itu lanjut minum.
Dan Seul…..
......dia bersandar sedih sampai merosot terduduk dilantai. 

 Seul menangis.

(Reason - 4Men)
Love changes a lot of things
Even things you think that could never change
It’s changed even my little habit

Flashback selesai.
Mata Seul terlihat sedih setelah mengingat kejadian itu.

“Apa maksudmu? Kau bilang aku yang berinisiatif untuk putus? Bukannya kau yang telah menolak lamaranku dan pergi sekolah keluar negeri dengan Lee Joon Hyung(Ooohh itu nama cowok aktor itu)?!” kata Oska emosi.
“Ya.” jawab Seul datar.
“Lalu?”
“Kalau dipikir lagi….dulu aku begitu cantik dan lugu. Seperti apa aku dalam kenanganmu?”
“Kau bercanda?”
“Tiba-tiba aku merasa penasaran. Seperti apa aku dulu bagimu?” Seul bertanya pelan.
“Kau benar-benar tidak tahu…seperti apa kau bagiku?”
“Seperti apa?”
“Kau tidak ingat apa yang aku katakan saat aku melamarmu?”
“Aku tidak yakin. Karena kedengarannya tidak dengan tulus. Aku lebih percaya apa yang orang bicarakan dibelakangku daripada apa yang mereka katakan didepanku.” Seul mengatakannya dengan nada menyindir. “Sebaiknya aku pergi. Joo Won pasti sedang menungguku. Ah, tentang music video-mu….”
“Jangan bicarakan tentang itu. Aku tidak akan mengerjakan album.” Wajah Oska keruh banget.
“Ohhh! Seperti yang kuduga. Aku juga akan melakukannya. Sebenarnya alasan aku mengerjakan music video-mu supaya bisa dekat dengan Kim Joo Won. Tapi sekarang, aku sudah lebih dekat dengan Joo Won. Jadi aku pikir, akan lebih cepat aku menikah dengan Joo Won, daripada aku meyakinkanmu untuk syuting music video.”
Oska terlihat jadi tambah menderita.(Dua orang ini kerjanya cuma saling nyakitin padahal sebenarnya menderita karena masih saling cinta….ck ck....)

Ra Won berdiri diam dengan gaya angkuh ‘Joo Won’ di teras resort. Tak lama kemudian Seul datang menghampirinya.
“Kenapa kau ada diluar sini?” tanya Seul.
“Aku sedang melihat-lihat. Aku telah pergi kebegitu banyak lapangan golf, tapi tidak ada yang sebaik ini. Rasanya kau seperti bermain golf tepat di atas lautan.” kata Ra Won sambil menerawang memandang ke arah lautan.
Seul tertawa kecil. “Kelihatannya kau pernah bekerja sebagai caddy sebelumnya.”
Ra Won memandang Seul agak kesal. “Terserahlah kalau kau gak percaya.” Ra Won kemudian mencari Oska. “Kenapa kau datang sendiri?”
“Apa pedulinya denganmu? Kau terus muncul merusak pemandangan sejak di pulau Jeju. Siapa sebenarnya yang kau inginkan, Choi Woo Young atau Kim Joo Won? Bisa kau perjelas itu?”
Ra Won bersedekap memandang Seul tajam. “Bisa aku pastikan, orangnya adalah Kim Joo Won.”
“Great!! Kalau begitu bisakah kau menyingkir jauh dari Choi Woo Young?”
“Bagaimana bisa seorang wanita menggunakan kata-kata kasar? Bukankah lebih baik mengatakan ‘Bisakah kau menjaga jarak dari Choi Woo Young?’. Kelihatannya kau tidak ada bedanya dengan Gil Ra Im.”(Ra Won gak sadar lagi nih ngomongnya)
“Apa yang kau katakan?” Seul bingung.
“Reaksimu tidak cukup bagus. Aku tahu kau mendengarnya. Aku lapar, jadi ayo kita pergi makan. Kau mengundang tamu, tapi tidak melayani mereka dengan baik, sungguh mengejutkan!”
Seul menyeringai nahan emosi. Tiba-tiba Joo Im pun muncul, dia jalan sambil mengelap-ngelapkan tangannya yang basah ke kemejanya. Ra Won langsung membelalak marah melihat ulah Joo Im itu.
“Kau benar-benar…..apa mereka tidak punya handuk didalam?!” omel Ra Won. “Kemeja itu dijahit di New Zealand oleh seorang ahli helai demi….”
Joo Im segera membekap mulut Ra Won sebelum dia ngoceh yang gak-gak.
“Kapan kau datang kesini?” tanya Joo Im ke Seul sambil tangan kanannya tetap ada dimulut Ra Won.
Ra Won mendorong tangan Joo Im dengan kesal. Tapi perhatian Joo Im tetap tertuju pada Yoon Seul.
“Oh, pipimu merah. Apa anginnya terlalu dingin?” kata Joo Im perhatian ke Seul.
Seul bingung dan memegang pipinya. Ra Won pun langsung memandangi Joo Im heran. Joo Im kemudian maju mendekati Seul dan meletakan kedua tangannya dikedua pipi Seul. Ra Won mangap dengan mata terbelalak.
“Apa kau merasa hangat sekarang?” tanya Joo Im sambil memandangi Seul hangat.
Seul seperti terhipnotis dan hanya bisa mengangguk.

“Apa yang kau lakukan? Hey, lepaskan tanganmu!!” desis Ra Won marah.
Tapi Joo Im tak bergerak sedikitpun. Seul merasa sangat senang dan memanfaatkan keadaan ini untuk memanas-manasi Ra Won. Seul lalu ikutan meletakan kedua tangannya di kedua pipi Joo Im. Kali ini Joo Im agak kaget, dia gak nyangka reaksi Seul akan seagresif itu.
“Aku tak mau menjadi hangat sendirian.” kata Seul tak kalah hangat.
Ra Won makin murka. Dia berseru dengan kesal, “Kalian berdua….lepaskan tangan kalian!”

Malamnya, mereka berempat barbecue-an di taman. Oska dan Joo Im sibuk memanggang, sementara cewek-ceweknya duduk menunggu sambil hadap-hadapan didepan meja. Oska dan Seul saling melirik, tapi kemudian saling melengos.(Deehh, love hate-nya parah) Ra Won dan Joo Im pun saling melirik kesal.
“Aku pikir pria yang bisa memasak itu sangat menarik.” kata Seul memecah kekakuan.
Joo Im dan Oska langsung nengok ke Seul.
“Bukan kau, Choi Woo Young. Yang aku maksud adalah Kim Joo Won.” kata Seul membalas pandangan Oska. Oska pun menyeringai sebal.
“Begitu? Seorang wanita yang makan masakan buatanku, bagiku terlihat cantik.” Joo Im membalas kalimat Seul sebelumnya. Oska dan Ra Won langsung mengiriminya pandangan ‘membunuh’. Hi hi…
“Benarkah? Kalau begitu kau akan melihat wanita tercantik di dunia hari ini.” kata Seul lagi.
“Aku tidak harus melihatnya hanya hari ini saja. Datanglah kerumahku, aku akan memasakan sesuatu untukmu.”
Ra Won langsung keselak saat minum.
Tapi Joo Im gak berhenti sampai disitu, dia terus berkata ke Seul sambil melirik puas ke arah Ra Won.

“Pastikan kau datang saat larut malam….supaya kau bisa menginap.”(Joo Im nih bener-benar minta dibunuh ha ha)
“Kalau begitu mau tak mau aku menerimanya. Aku punya masalah dengan mata dimalam hari, jadi aku tidak bisa menyetir malam-malam.” jawab Seul yang tampaknya juga sangat menikmati acara ‘nyakitin’ Oska dan Ra Won ini.
Oska gak tahan lagi, dia menoleh dengan gaya pengen ngehajar Joo Im. Tapi Joo Im malah terdiam sambil mengulum bibirnya merasa bersalah. Oska dan Ra won kaget, mereka bereaksi pengen muntah barengan… ha ha…
“Aku tak tahan lagi dengan ini semua. Ikut aku!” kata Oska sambil menarik tangan Joo Im ikut dengannya.
“Mau kemana? Hyung, kenapa?” seru Joo Im sambil jalan diseret Oska.
Oska berhenti dan menjawab, “Kita pergi membersihkan diri sampai bersih supaya kita bisa terlahir baru! Khususnya, bagian ini!!” Oska menekan bibir Joo Im dengan jarinya(ha ha ha).”Ikut aku!” Oska menarik Joo Im lagi.
“Kalian mau kemana?!” teriak Ra Won. Tapi Oska terus saja menyeret Joo Im masuk kedalam.
“Mereka pasti pergi ke sauna.” Seul menjawab pertanyaan Ra Won.
“Sa…sauna!!” desis Ra Won dengan wajah terbelalak seperti nonton film horror.
“Tempat ini terkenal dengan saunanya. Ada orang yang datang kesini hanya untuk sauna. Kalau kau mau….kau bisa ikut denganku!”
“Kau pikir aku gi…” Ra Won yang udah mongomel langsung terdiam. Dia menyadari kalau tawaran Seul barusan sangat menguntungkan untuk ‘jiwanya’ ha ha… “Baiklah, kalau kau mau.” katanya lagi dengan wajah tenang.

Disauna cowok. Oska sudah berendam dengan damainya dalam jacuzzi. Tiba-tiba dia teringat ‘kejadian ciuman’ itu, Oska reflek mengambil air dan menggosok-gosok mulutnya. Tak lama kemudian Joo Im masuk ke sauna dengan berlilit handuk dari dada sampai kaki kayak cewek ha ha…. Kalau cowok kan biasanya hanya melilit handuk dari pinggang kebawah.
Joo Im melangkah pelan dan melemparkan senyum malu-malu khas cewek ke Oska(ha ha ha ha….sumpah yaaa, aku ngakak liat bagian ini). Joo Im lalu mendekati air sambil terus menahan handuk didadanya. Oska jadi ketakutan.

“Kau mau mati?!” teriak Oska.
“Ke...kenapa?” tanya Joo Im innocent.

 “Kau sengaja bertingkah seperti itu untuk mengerjaiku ya!!”
Joo Im bingung. “Aku melakukan apa?” Dia kemudian menyadari letak handuknya yang salah. “Ahh…” Joo Im lalu menurunkan handuknya pelan-pelan ke pinggang. Setelah itu dia bergerak mau masuk kedalam air.

“Kenapa kau datang kesini?!” teriak Oska lagi. “Pergi kesebelah sana!”
“Maaf.” kata Joo Im dan melengkah dengan sedih ke bagian sauna yang lain. Tanpa sadar Joo Im kembali mengulum dan menggigit bibirnya.
“Kau masih….” Oska kesal melihat tingkah Joo Im yang mengulum bibir berlagak sedih itu. Joo Im menoleh dan Oska berkata, “Kalau begitu aku yang pergi, aku akan keluar!” Oska langsung berdiri keluar dari air, dan…..

“AAAAARRRRGGGHHH!!!” Joo Im teriak histeris dan menutup mulutnya dengan tangan. Oska tak mengenakan handuk atau kain apapun alias telanjang.
“Kau membuatku takut! Ada apa?!” tanya Oska.
Joo Im tak menjawab dan hanya melihat kebagian bawah tubuh Oska. Oska pun ikutan melihat kebawah.

“Aaahh….aku memang olahraga sedikit.” Oska mengira Joo Im kagum melihat otot perutnya. Untuk membuat Joo Im tambah kagum, Oska pun meregangkan tangannya bergaya ala binaraga. Dan Joo Im dengan suksesnya pingsan.

Sementara itu, di sauna cewek. Seul dan Ra Won duduk dalam cabin sauna dengan hanya melilitkan handuk kebadannya, dari dada sampai ke paha. Seul duduk dengan anggun dan sexy khas cewek, sementara Ra Won duduk bersandar dengan tangan terentang pada pegangan. Ra Won sibuk menikmati panasnya sauna dan tak terlihat curi-curi pandang ataupun tertarik dengan tubuh Seul. Seul kemudian mengulurkan kakinya memanjang didepan Ra Won. Ra Won kaget.
“Bukankah kakiku sangat panjang?” kata Seul sambil mengayun-ayunkan mengagumi kakinya. “Itulah kenapa orang-orang bilang aku terlihat seperti boneka. Aku dengar mereka mengatakan itu.” Seul lalu meletakan tangannya dipinggang dan duduk dengan tegak. “Kadang-kadang menjengkelkan memiliki tubuh yang terlalu bagus seperti ini.”
“Aku mengerti apa yang kau rasakan.” balas Ra Won. “Wajah aristokrat dan anugerah yang berlebihan, semua daya tarik seksual. Aku juga capek mendengar orang mengatakan ini tiap kali melihatku.”
Seul mendengus karena mengira Ra Won sedang meledeknya. Tapi Ra Won kemudian maju mendekat memperhatikan tubuh Seul.
 “Tapi Yoon Seul, itu semua hanya daging, kan?” kata Ra Won. 

Seul diam bingung mau menjawab apa. Dan Ra Won berkata lagi. 

“Ini semua adalah otot. Ini semua otot.” Ra Won mengangkat lengan dan kakinya untuk menunjukan semua ototnya. “Aku sangat keren.” Tapi dia lalu terdiam memandangi tungkainya. “Yaah…memang sih ini sedikit pendek.”
Seul memandangi Ra Won jengkel. Tapi Ra Won tak perduli dan kembali bersandar menikmati panasnya sauna.

Selesai bikin keributan di sauna cowok, Joo Im terlihat duduk diam bengong di tempat barbecue-an tadi sambil memegang sebuah botol. Pandangan Joo Im kosong menatap bara api didepannya. Ra Won lalu datang mendekatinya sambil membawa segelas juice. Ra Won segera mengambil kursi dan duduk di dekat Joo Im. Mereka liat-liatan sejenak tanpa saling ngomong, tampaknya dua-duanya sedang stress. Dan adegan mengabur, menempatkan mereka sebagai Joo Won dan Ra Im.
Joo Won meneguk juicenya dan Ra Im menengak langsung anggur dari botolnya.

“Wanita seperti apa itu…. Apa mereka tidak punya cangkir atau gelas? Kenapa kau minum seperti itu?” oceh Joo Won.
“Tak peduli kau minum dari cangkir ataupun botol….kau tetap saja minum.” Ra Im lalu menyodorkan botol anggur ke Jo Won.
Joo Won menerima botol itu dan memindahkan sedotan dari juicenya ke botol, baru dia menyedot anggur itu. Tapi sepertinya rasanya tak sesuai dengan selera Joo Won. Dia mengernyit dan memindahkan lagi sedotan ke gelas juicenya.
“Apa kau menikmati saunanya?” tanya Joo Won.
Ra Im melirik ke Joo Won. “36-24-34. Bagaimana rasanya membersihkan badan didekat tubuh idealmu?”

“Aku sudah sejak lama merubah tubuh ideal wanita-ku….menjadi tipe wanita yang tidak bisa ikut kontes Miss Korea.” jawab Joo Won serius.
Ra Im menahan ketawa tapi sepertinya senang dengan jawaban itu. “Bukannya aku tidak bisa ikut, tapi aku tidak mau.”
“Yah, benar. Karena kau hitam dan jelek.”

 Ra Im mendelik marah ke Joo Won. “Heyy!! Pantat-mu juga tidak bagus, rata!”

“Waaahh!! Kau sudah memeriksa semuanya, ya? Benar-benar wanita sesat!”
“Kau baru tahu?” jawab Ra Im santai dan kembali menengak anggur.
“Kau!” Joo Won benar-benar tak suka Ra Im minum seperti itu.
“Pergi tidur saja. Kenapa kau masih ada disini dan memarahiku?”
“Aku tadi sudah pergi tidur. Aku biasanya tidak perduli dengan apa yang orang lain miliki dan yang tidak mereka miliki. Tapi aku sangat penasaran kenapa kau tidak punya apa yang orang lain punya.”
“Banyak hal yang tidak aku punya. Jadi yang mana? Uang? Rumah?” tanya Ra Im.
“Keluarga.”
Ra Im terdiam. 
Joo Won pun diam, menunggu jawaban Ra Im.

Ra Im lalu meletakan botol anggurnya dan mulai bicara.

“Ibuku meninggal setelah tak lama melahirkan aku. Kata ayahku, aku mewarisi mata dan senyuman ibuku. Ayahku dulunya seorang pemadam kebakaran. Dia meninggal dalam tugasnya, saat umurku 17 tahun. Dia adalah laki-laki yang hebat dan pemberani, yang telah menyelamatkan banyak orang.” cerita Ra Im dangan mata berbinar-binar bangga.

Setelah itu Ra Im menunduk sedih.
“Lalu siapa yang membesarkanmu?”
“Aku tumbuh sendirian sebagai tetangga yang miskin.”(Ra Im nyindir Joo Won ha ha)
“Siapa yang membiayai hidupmu?”
“Aku dibiayai pemerintah.(Dari tunjangan dana social)”
Joo Won mengangguk-anggukan kepalanya. “Jadi semua pajak yang kubayar mengalir padamu.”
“Kau menyesalinya?!”
 “Aku seharusnya membayar lebih banyak lagi….kalau aku tahu itu membesarkanmu.”

“Kau terlihat bukan orang brengsek kalau kau seperti ini.” Ra Im memandang Joo Won terharu.
“Aku sudah bilang kan aku bukan orang yang seperti itu.” balas Joo Won dengan pandangan serius sebelum dia mengalihkan pandangannya dan tersenyum.

Adegan mengabur lagi dan posisi mereka tukaran lagi. Mereka sama-sama diam. 

Joo Im menaikan kakinya dimeja batu dan menyandarkan dagunya pada tangannya yang terlipat dilutut. 

Dan Ra Won terus memandanginya sedih.


Keesokan paginya, kekacauan lain terjadi.
Yoon Seul terbangun dan menemukan Joo Im berbaring disampingnya.

Seul langsung teriak dan beranjak dari tempat tidur sambil mendekap selimut dan mundur sejauh mungkin.
Joo Im mengerjap-ngerjapkan matanya merasa terganggu.
“Apa ini?! Apa ini?!” teriak Seul.
“Ada apa?” tanya Joo Im sambil berusaha bangun. “Apa ini? Kau habis mimpi buruk?” 

Joo Won menguap dengan mata setengah tertutup.
Sementara itu dikamar Oska. Oska terbangun karena bunyi ponselnya. Saat Oska mau kembali tidur, dia shock melihat Ra Won tidur disebelahnya.
Oska langsung loncat dari tempat tidur dan buru-buru mengenakan celana panjang, karena saat tidur dia hanya mengenakan celana pendek.
“Ini gila, gila, gila!” rutuk Oska sembari memakai celana panjangnya.
“Jam berapa sekarang?” Ra Won bersuara sambil merem.

Oska kaget dan jatuh ketempat tidur. 

Ra Won membuka matanya dan melirik Oska.
“Kenapa?” tanya Ra Won santai.
“Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf.” kata Oska lalu buru-buru bangun menyambar pakaiannya dan menghambur ke arah pintu. Bertepatan saat itu Seul keluar dari kamarnya. Oska langsung ngerem. Dia dan Seul sama-sama kaget dan agak risih dengan keadaan mereka saat itu. Joo Im kemudian keluar dari kamar Seul sambil nguap. Oska membelalak dan Seul ketakutan dengan reaksi Oska.
“Dasar, kau brengsek….” seru Oska marah dan segera merengut kerah Joo Im. “Kenapa kau keluar dari kamar itu?!”
Joo Im gak menjawab, tapi Ra Won bangun dari tempat tidur dan bersuara protes.
“Kenapa begitu berisik dipagi hari gini?” seru Ra Won.
Seul dan Joo Im sama-sama melirik ke kamar Oska, dan sama-sama kaget. Yah, satu sama, jadi gak ada yang boleh marah ha ha ha....
Oska melepaskan tangannya dikerah Joo Im, dan berkata lemas. “Aku gak mengerti. Aku juga baru tahu.”
Joo Im menyadari kecerobohan mereka dan memejamkan mata. Seul mendengus marah. Dan Ra Won, dia yang telat loading, tapi begitu ngeh dia langsung mengacak-acak rambutnya dengan kesal.

Mereka sarapan berempat semeja, tapi dengan suasana kaku. Mau nelen aja kayaknya sulit. Saking gugupnya, Joo Im menyenggol sendoknya dan jatuh kelantai. Semua melongo. Seorang waitress mendekati Joo Im untuk menawarkan bantuan, tapi Joo Im menyuruhnya pergi dan memungut sendoknya sendiri. Setelah itu Joo Im membersihkan sendoknya dengan di gosok-gosokan pada dasinya, lalu menyendok makanan untuk disuapkan ke mulut.  

Ra Won membelalak, Oska cengo’ dengan mulut mangap andalannya(ha ha) dan Seul terdiam ngeliatin. Joo Im menyadari dirinya lagi diperhatikan, dia lalu senyum semanis mungkin ke mereka dan meneruskan makan. 

Ra Won mendesah kesal, Oska jadi pengen muntah, dan Seul meringis jijik.(Ha ha….kocak banget)
Tiba-tiba ponsel Oska bunyi. Tapi bukannya dijawab, Oska malah mematikannya dan melepaskan baterenya.

Ditempat lain, Manajer Oska, Dong Kyu sedang menelpon Oska, tapi tak dijawab.
“Dia tidak menjawab telpon bahkan disaat situasi sedang buruk? Apa yang sedang dia lakukan?!” omel Dong Kyu.
Asisten Oska sibuk membaca berita di website. “Apa yang harus kita lakukan? Lagunya sudah diposting di YouTube dan di 40 situs lain. Ahh…orang ini masih tetap memuatnya walaupun sudah ku peringatkan! Dia pasti adalah seorang anti-fan!”
“Capture tampilannya dan laporkan pada tim Cyber Investigation.” kata Dong Kyu.
“Aku sudah melakukannya...” jawab asisten Oska.(aku kok gak tahu namanya yah si asisten ini?? Gak pernah disebutin sih.)
Dong Kyu kembali menelpon, dan tak ada nada sambung.
“Dasar bajingan!!” umpat Dong Kyu.
Asisten Osk menemukan sesuatu di website dan berseru, “Boss! Sudah ada artikel yang memuat tentang kebocoran lagu Oska, dan sudah ada yang memberi komentar juga.” Dia lalu membaca komentar orang, “‘Bukankah ini seperti pemasaran yang disengaja?’, ‘Oska itu kacau, aku rasa albumnya akan gagal.’, ‘Upaya terakhir seorang penyanyi tua.’? Oooohh….orang-orang brengsek ini membuatku jengkel!”
“Aku akan gila!” keluh Dong Kyu. Dia lalu menyadari sesuatu dan menelpon seseorang. “Ini aku. Apa kau sedang bersama Woo Young sekarang?”

Kembali kemeja sarapan. Yoon Seul sedang menerima telepon.
“Ya, dia ada disebelahku. Apa?! Lagunya bocor?!” seru Seul diponselnya.
Semua orang jadi berhenti makan. Oska segera merebut ponsel Seul.

“Ini aku. Apa yang terjadi?” tanya Oska ditelpon. “Aku akan gila! Panggil pengacaraku sekarang, dan cari siapa yang membocorkannya pertamakali! Kirim e-mail pada semua yang memuatnya, bilang, kalau mereka mau mengatakan dimana mereka menemukannya, kita akan memaafkan mereka. Hubungi situs portal juga, dan minta mereka untuk menutup semua blog, cafe(fancafe), situs dan lainnya. Kalau mereka menolak, kita akan menuntut mereka! Aku akan kembali segera. Lakukan sebisamu untuk menghentikan penyebarannya.” Oska bicara tanpa jeda. Kemudian suara menjadi pelan. “Satu lagi. Itu lagu jiplakan.”
“Apa?! Apa maksudmu?!” Dong Kyu teriak.
“Aku akan menjelaskannya saat aku tiba disana. Tolong kasih telponnya ke Jong Heon.”
“Kenapa Jong Heon?!!”
“Aku rasa aku tahu siapa orangnya. Cepat!” Telpon pun berpindah dari Dong Kyu ke Jong Heon.(yaayy…akhirnya ada juga namanya si Asisten). Oska bicara lagi, “Yah. Cari alamat Han Tae Ssun segera dan telpon aku!” Oska lalu mematikan telpon.
Seul, Joo Im dan Ra Won dari tadi tegang mengikuti pembicaraan Oska ditelpon.
“Aku harus pulang duluan.” kata Oska sambil berdiri.
Seul ikutan berdiri. “Apa maksudmu itu lagu jiplakan? Kau sudah tahu itu, tapi diam saja dan malah sampai mau syuting music video?!”
Oska tak menanggapi omongan Seul dan meraih kunci mobil Joo Im dimeja. “Kalau kau mau melaporkannya, silahkan.” katanya pada Joo Im dan pergi.
“Lebih baik aku pergi juga.” kata Seul. “Kalian bisa pakai mobilku.” Seul memberikan kunci mobilnya pada Joo Im dan pergi nyusul Oska.
“Dia(Oska) membawa mobilku lagi?” sungut Ra Won dan langsung ngambil ponsel buat telpon polisi.
Tapi Joo Im segera merebut ponsel Ra Won. “Kau benar-benar!!” omelnya dan beranjak keluar dari tempat duduknya.
“Hey!! Kembalikan ponselku!” teriak Ra Won.

Seul nyusul Oska dan ikutan naik kemobil.
“Apa yang kau lakukan?! Ayo keluar!” kata Oska.
“Apa kita akan bertengkar lagi? Kau punya banyak waktu?” balas Seul. “Ayo cepat jalan. Ini menyangkut karir-ku juga!”
Oska akhirnya diam dan menjalankan mobil.

Ra Won dan Joo Im masih rebut-rebutan ponsel. Joo Im mengangkat ponsel Ra Won tinggi-tinggi dan Ra Won berusaha meloncat sambil menggapai-gapai.
“Kembalikan! Kembalikan padaku!” teriak Ra Won.
Tiba-tiba ponsel Joo Im bunyi dengan nada deringnya yang cute. ‘Kau mendapat pesan. Kau mendapat pesan.’
Joo Im ikutan bersuara seperti bunyi ponselnya. “Kau mendapat pesan. Kau mendapat pesan.”
Ra Won langsung menghentikan aksi menggapainya dan mendelik tak percaya pada Joo Im. “Apa kau gila? Kenapa seorang Kim Joo Won bertingkah seperti itu?”
Joo Im tak mendengarkan ocehan Ra Won dan sibuk membaca pesan di ponselnya. Pesan itu dari Jong Soo.
‘Apa kau sudah selesai membaca naskah/skenarionya? Aku akan mengambil aplikasi audisinya. Kau harus mempersiapkan video demo aksinya. Kapan kau kembali?
Joo Im kaget setelah membaca pesan.

“Kau mendapat naskah dari direktur? Dark Blood? Mana naskahnya?” tanya Joo Im ke Ra Won.
“Maksudmu, naskah konyol dan berbahaya, dimana kau harus meloncat dari mobil yang sedang melaju kencang, saat sebuah truk datang dari arah yang lain?” kata Ra Won dengan nada suara meremehkan.
Joo Im terlihat berbinar-binar. “Adegannya seperti itu? Pasti sangat menyenangkan! Aku sangat ingin melakukannya!”

“Kadang, aku berpikir kenapa kau melakukan pekerjaan fisik? Ternyata itu karena kau tidak pintar! Bagaimana kau mau melakukannya sekarang? Kau sekarang adalah Presiden Direktur dari sebuah Dept.Store!” Ra Won mengingatkan.
“Ahh…itu benar.” kata Jo Im lemas dengan pundak terkulai. Tapi kemudian dia melirik Ra Won. “Tapi….kau adalah seorang stuntwoman.”
“Apa?!”
“Aku sudah menunggu selama satu tahun setengah untuk adegan ini. Kesempatan sebagus itu gak selalu ada. Mungkin, kesempatan itu datangnya hanya sekali dalam hidupku.”
“Lalu apa? Kau ingin aku ikut audisi itu?”
“Ya.”
“Aku akan gila!” desis Ra Won. “Hey, aku hidup menggunakan otakku, seperti kau menggunakan tubuhmu. Bagaimana aku bisa ikut audisi?”
“Itu tubuhku!” Joo Im berkeras. “Kau bisa belajar. Aku akan mengajarimu. Kalau kau latihan, kau akan cepat belajar.”
“Katakan sesuatu yang masuk akal! Mungkin ada kesempatan lain. Hidup itu panjang.” Ra Won lalu merebut ponselnya dari tangan Joo Im dan pergi.
“Baik! Aku akan melakukan apapun sesukaku di perusahaanmu! Jangan menyesal!” ancam Joo Im sambil ngikutin Ra Won.

Oska dan Seul masih berada diperjalanan. Oska mengendarai mobilnya kencang dijalan yang seperti jalan tol. Seul terlihat sedih dan menoleh ke Oska.

Oska tahu Seul lagi ngeliatin dia.
“Jangan memandangi aku seperti itu. Jangan mengkhawatirkanku, dan jangan menghiburku.” kata Oska tanpa menoleh ke Seul.
“Kau berharap terlalu berlebihan.” balas Seul lalu memalingkan wajahnya kedepan. Kali ini giliran Oska yang menoleh ke Seul. 
Seul lalu berkata, “Ini pertamakalinya....aku duduk disampingmu dalam mobil. Dulu, aku bahkan tak pernah bermimpi bisa masuk dalam mobilmu. Kalau ingat itu sekarang, membuatku jadi benar-benar marah. Apa masalahmu, sampai kau tidak pernah membiarkanku duduk seperti ini sekalipun? Jangan berani berbohong dengan mengatakan karena kau dulu ingin melindungiku. Kau hanya ingin melindungi....dirimu sendiri, benar kan?”
Oska tak menjawab, mulutnya terkatup rapat. Dia lalu menepikan mobilnya.
“Keluar.” kata Oska kasar tanpa menoleh. “Aku bilang keluar!”
“Kita sedang berada ditengah jalan raya.” Seul tak mau turun dari mobil.
“Joo Won akan segera datang. Aku akan menelponnya, jadi ikut saja dimobilnya. Aku tak yakin bisa nyetir dengan selamat sampai ke Seoul kalau kau ada disebelahku. Aku tak bisa melihat lampu merah, ataupun mobil yang lewat dikaca spionku. Aku harus buru-buru. Jadi keluarlah.”
Mata Seul merah, tapi dia menjaga harga dirinya dan turun dari mobil. Oskapun langsung melesat dengan mobilnya ninggalin Seul berdiri sendirian dipinggir jalan tol.


(Scar - Bois)
Because we breathe the same air
It would be too much to ask for more
As love keeps growing without knowing
Only scars are coming back

Even though I’m hurt I’ll be there
I can only smile when I’m next to you


Han Tae Ssun sedang bicara dengan ibu pemilik kontrakannya.
“Kau mau kemana? Sewa bulanannya tidak mahal, jadi sebaiknya kau jangan pindah. Tak ada tempat lain yang semurah disini.” bujuk ibu itu.
Tae Ssun tersenyum dan berkata. “Aku mau pergi dari Korea. Aku akan meninggalkan Korea.”
Oska pun muncul disitu dengan nafas tersengal-sengal. “Kau pikir kau akan tinggal dimana?!” seru Oska dan menaiki tangga mendatangi Tae Ssun.
Tae Ssun tak perduli dengan Oska. Dia pamit pada ibu pemilik kontrakan. “Terima kasih untuk semuanya.”
“Ya.” balas ibu itu dan masuk ke dalam.
Setelah menaiki tangga dengan susah payah, Oska langsung menarik kerah baju Tae Ssun.

“Kau yang menyebabkan kekacauan ini, dan sekarang kau tak mau bertanggung jawab? Ahhh…kau bahkan sudah berkemas buru-buru untuk kabur? Kau orangnya yang membocorkan lagu itu, kan?”
“Jadi itu kenapa kau mencariku? Kau sampai datang kesini sendirian?” balas Tae Ssun tak kalah sengit.
“Yah, benar. Kau harus menjadi sangat keji untuk memulai kekacauan. Ini pasti bagian dari rencanamu dengan memberikanku lagu itu, benar kan? Dengan begitu, kau bisa lebih mudah keluar dari masalah ini.”
“Bukan aku.”
“Kau pikir dengan kau bilang ‘bukan aku’, maka aku akan bilang ‘oh, begitu’ dan membiarkan kau pergi?! Kau membocorkan lagu dan mengacaukanku, karena itu sekarang kau mau kabur?”
“Aku tidak pernah tinggal lama disatu tempat. Daripada buang-buang waktu, kenapa kau tidak tanya pada staff-mu? Biasanya, kebocoran itu adalah berasal dari orang-orang yang kau kenal….”
Oska tambah mengetatkan tarikannya dikerah baju Tae Ssun. “Tak ada orang-orang seperti itu disekitarku. Kecuali kau. Sekarang ikut aku.”
Tae Ssun tak mau ikut. “Kalau ternyata bukan aku, apa yang akan kau lakukan? Pasti akan sangat memalukan bagimu!” kata Tae Ssun tajam.
“Jangan khawatir. Aku sudah biasa dipermalukan.” Oska lalu membawa Tae Ssun bersamanya.

Dong Kyu mulai menerima telpon dari media. Jung Won pun terpaksa ikutan menjawab telpon. Mereka menjawab pertanyaan media sebisanya. Tak lama kemudian Oska tiba ditempat itu dengan menyeret Tae Ssun.
“Kau lihat ini?! Ini hasil dari perbuatanmu!” kata Oska ke Tae Ssun. Lalu Oska bicara pada manajernya, “Hyung, ini orang yang membocorkan lagu.”
“Siapa dia?” tanya Dong Kyu.
“Aku kehilangan MP3 playerku yang berisi semua lagu baru di pulau Jeju. Dia yang menemukannya.”
Jung Won teriak menimpali. “Hyung! Ini dari polisi. Mereka bilang mereka sudah menemukan alamat Internet Protokol (IP address) sumber aslinya.” Jung Won lalu mencatat alamat.
“Kau tak akan bisa kabur lagi.” ancam Oska ke Tae Ssun. Dan Tae Ssun hanya tersenyum.
“Ya. Gangnam Shinsadong, no 989 Gedung San Ho.” ucap Jung Won sambil mencatat.
Oska terlihat senang dan berkata pada Tae Ssun. “Yaaahh…bukankah kau tinggal di Gangnam?”
“Apa kau bodoh? Kau baru saja dari tempat tinggalku!” jawab Tae Ssun.
“Tunggu, gedung San Oh? Bukankah itu alamat kantornya Yoon Seul?” cetus Dong Kyu bingung.
“Apa?” Oska kaget tak percaya.
“Apa yang terjadi? Kenapa bisa dia?”
Oska terdiam.
Tae Ssun meliriknya dan tersenyum. “Kau pasti punya banyak musuh.”
“Kau belum terbukti tak bersalah.” balas Oska, lalu dia berseru pada manajernya. “Hyung! Ikat dia!” Oska lalu buru-buru pergi.
“Ini pria yang ingin dilatih Woo Young itu. Tapi dia menolak kita.” Jung Won memberitahu Dong Kyu. Dong Kyu memandangi Tae Ssun. Dan Jung Won nanya lagi, “Haruskah aku mengikatnya?”
Dong Kyu memukul kepala Jung Won dengan buku dan mendekati Tae Ssun. “Siapa kau? Siapa kau sampai membuat Oska seperti itu? Kau sangat percaya diri dengan musikmu?!”
“Apa urusannya denganmu?” jawab Tae Ssun dingin.
“Oho ho ho…..lihat ini, kelakuannya mirip dengan Oska!”

Joo Im dan Ra Won berada dikasir salah satu toko pakaian mahal di LOEL Dept.Store. Ra Won mengambil beberapa baju dan siap dibayar.
“Apa yang kau lakukan sekarang?” tanya Joo Im. “Direktur Im sedang menunggu kita.”
“Tidak. Dia tidak menunggu kita. Aku bilang padanya kalau kita akan kesana besok.” balas Ra Won.
“Siapa yang memutuskan itu? Aku harus latihan untuk audisi film. Aku tidak punya waktu untuk melakukan ini sekarang. Dan bagaiman kalau beredar lagi rumor tentang kau membeli pakaian wanita di Dept.Store-mu sendiri?”
“Kenapa aku harus menghabiskan uang banyak di Dept.Store orang lain? Aku tidak bisa mengenakan model baju-bajumu. Jadi jangan meributkan ini!”
Dua orang petugas kasir terus mendengarkan percakapan Joo Im dan Ra Won sambil sekali-sekali saling lirik.

“Jadi….siapa yang akan memakai pakaian ini?” Joo Im mengangkat sebuah gaun yang berpotongan terbuka. “Aku?”

“Aku suka modelnya. Ada lubang dimana-mana, jadi semua orang bisa melihat tubuhku.” Ra Won lalu mengulurkan tangannya kebalik jas Joo Im dan mengambil dompetnya.

Setelah itu dia mengeluarkan sebuah kartu dari dompet itu dan menyerahkannya pada salah satu petugas kasir.
“Jumlahnya 9,7 juta Won.(Sekitar 97 juta rupiah)” kata Si petugas kasir.
“Berapa? 9,7 juta Won?!” ulang Joo Im saking kaget dan merebut kartunya kembali. Dia lalu ngomel ke Ra Won.

“Apa kau gila?! Dengan uang sebanyak ini, orang lain bisa menyewa rumah. Lalu, kau mau membeli pakaian dengan uang yang bisa buat bayar sewa rumah?”
“Aku tidak memintamu untuk memakainya, jadi jangan bereaksi berlebihan.” Ra Won mengambil lagi kartu kredit Joo Im dan diberikan ke petugas kasir. “Ayo tanda tangan!” katanya ke Joo Im.
“Sampai mati, aku tidak akan menandatanganinya.” kata Joo Im serius.
Para staff yang ada disitu jadi lirik-lirikan dan bisik-bisikan lagi.
“Berikan padaku.” Ra Won menandatangani sendiri bill-nya.


Berita tentang kejadian di toko itu begitu cepatnya sampai pada GM Park.

“Apa?!” seru GM Park kaget sampai berdiri dari tempat duduknya. “Apa itu benar?”
“Ya! Disana ada banyak orang yang melihat. Mereka bilang Stuntwoman itu menandatanganinya atas nama PresDir Kim.” kata asistennya, Manajer Choi.
“Kenapa? Apa wanita itu memiliki sesuatu yang penting dari Presdir?” GM Park curiga. Kemudian dia terpikir sesuatu. “Ah, bingo! Hanya ada satu waktu saat seorang wanita menjadi percaya diri dan memperalat pria....adalah jika wanita itu hamil, atau saat dia hamil. Akhirnya aku bisa mengubah kartu namaku...ha ha ha ha!!

Ibu Joo Won, Ny. Moon, sedang menerima laporan dari seorang staff rumah Joo Won disebuah cafe.
“Mulai.” katanya sebelum menyesap minumannya.

“Dia(Joo Won) terlihat aneh belakangan ini.” lapor staff itu.
“Terlihat aneh bagaimana?”
“Dia memasak sendiri. Dia membalas salam para staff-nya, daaann….dia juga memberi salam duluan.”
“Apa?” seru Ny. Moon tertahan. “Apa lagi?”
“Dia mencuci dan mengeringkan sendiri pakaian dalamnya dengan dijemur diteras.”
“Berhenti! Cukup.” Ny. Moon sakit kepala mendengar laporan tentang anaknya. “Bagaimana dengan wanita itu? Apa wanita aneh itu datang lagi?”
“Dia tidak datang lagi kerumah. Tapi aku melihatnya bersama Presdir Kim dan Manajer Choi(Dong Kyu) dikantor Oska. Hari itu mereka pergi berdua dan mereka belum juga kembali.”
“Maksudmu, mereka berdua bermalam bersama? Ahh....” Ny. Moon tambah stress. Dia kemudian memanggil sekertarisnya yang duduk tepat dibelakangnya. “Sekertaris Kang. Sekertaris Kang!!”
“Ya nyonya.” kata Sekertaris Kang mendekat.
“Wanita itu….berapa nomor telponnya? Cepat, berapa?!”

Joo Im dan Ra Won masih berada di Dept.Store. Ra Won baru selesai belanja, dia menentang belanjaannya dan telah mengenakan baju tracksuit bling-bling biru ala Joo Won.(teteeeep yah, walau berganti tubuh, tracksuit kebanggaannya tak ketinggalan) 

Rupanya Ra Won telah membeli tracksuit yang sama dengan ukuran tubuh Ra Im.

“Kau benar-benar mau memakai baju itu ke sekolah aksi?” tanya Joo Im sambil ngikutin Ra Won jalan.
“Tentu saja. Aku suka yang motif macan, tapi mereka tak punya ukuranku.” kata Ra Won.
“Yang benar saja! Ini sungguh memalukan! Apa ini baju panas yang bisa dikenakan orang waras?! Aku akan membunuh seniman Italia itu!!” ujar Joo Im kesal.
Ponsel Joo Im tiba-tiba bunyi, dan dia berseru kaget.
“Hallo? Hallo?” seru Joo Im tapi tak ada suara yang menjawab telpon.
Diseberang, Ny. Moon sedang menelpon.

“Hallo? Bukankah ini ponselnya Gil Ra Im?” tanya Ny. Moon.
“Yah, benar. Siapa ini?” tanya Joo Im balik.
“Apa ini kau, Joo Won?” tebak Ny.Moon.
“Ah….uhm, iya.” Joo Im kaget dan menjawab dengan gugup.
“Kau benar-benar gila! Sekarang kau bahkan menjawab telpon untuk wanita itu? Berikan telpon padanya sekarang!!” teriak Ny.Moon.
“Gimana ini? Aku rasa ini ibumu. Dia ingin bicara padaku.” keluh Joo Im panik ke Ra Won.
“Ibuku?! Kenapa kau menjawabnya!?” omel Ra Won. Tapi mau gak mau dia mengambil ponsel Joo Im dan menjawabnya. “Hallo.”
“Berani-beraninya kau membuatku menunggu lama! Aku tidak punya waktu, sekarang kau cepat temui aku.” perintah Ny. Moon.
“Ya, aku mengerti. Dimana? Ya, baik...” Ra Won mengakhiri pembicaraan dengan bermuka bete.
“Apa yang dia katakan?” tanya Joo Im penasaran.
“Bukan urusanmu!” jawab Ra Won sewot. “Kau pergi ke kantor. Duduk disana 30 menit, lalu pulang. Aku pergi dulu.” Ra Won jalan pergi ninggalin Joo Im.
“Apa yang dia katakan?! Kau mau pergi ngapain?!” teriak Joo Im masih penasaran.

Ra Won menemui Ny. Moon dicafe yang tadi.

“Kalian berdua…..pergi ke Itali bersama?” tanya Ny.Moon sambil melirik tracksuit yang dikenakan Ra Won.

“Ah, ini?” Ra Won menunjuk bajunya. “Ini sudah diluncurkan di Korea tahun lalu.”

“Kalau begitu....itu adalah baju pasangan? Apa kau tahu berapa harganya? Aku sudah bilang padamu, aku tidak ingin melihatmu lagi!”
“Ehh….anda yang duluan memanggilku.” balas Ra Won dengan melirik kocak ha ha….

“Haaa….kau pikir aku tidak serius? Sekarang kau sudah memperoleh mobil dan pakaian. Maka aku akan memberimu apa yang paling kau inginkan.” Ny.Moon lalu membuka tasnya dan mengeluarkan amplop berisi uang. “Ini. Walaupun kau hanya lulusan SMA, kau pasti mengerti apa maksudnya ini. Dengan ini kita akhiri semuanya.” Ny.Moon juga sudah menyiapkan surat perjanjian hitam di atas putih.
Isi suratnya:
‘Yang bertanda tangan dibawah ini, Gil Ra Im, pada tanggal 5 Des 2010 akan melepaskan semua kontak dan juga telepon ke Kim Joo Won, jika dia melanggar perjanjian maka dia tidak akan keberatan untuk atau mendapat kesulitan atau terkena hukuman oleh pihak Kim Joo Won.’
(he he...isi surat ini hasil copas dari blog-nya mba Tirza kadorama. Hebat Mba Tirza bisa dapat terjemahannya ^_^)
“Berikan cap jempolmu, atau….”
“…atau anda akan melemparkan air ke wajahku?” sambung Ra Won.
“Kau pikir aku tak bisa melakukannya?”
“Okey, aku lihat dulu uangnya.” Ra Won mengambil amplop itu dan menghitung uangnya.

Ny.Moon mangap lebar melihat tindakan Ra Won itu.

“Ehh, sepertinya ini kurang dari yang aku kira. Ah, apa mungkin, anda akan membayar seperti ini tiap bulan?”
“Apa?!” Ny.Moon sakit kepala lagi dan menggapai gelas minuman didepannya. Dia berniat beneran melemparkan air kewajah Ra Won.
Tapi Ra Won dengan tubuh stuntwomannya lebih cepat sigap menyingkirkan gelas itu ke samping.

Ny.Moon akhirnya hanya menggapai angin.
“Apa anda sudah pernah melakukan ini pada orang lain selain aku?” tanya Ra Won.
“Kau pikir aku belum pernah melakukannya?” jawab Ny.Moon.

Wajah Ra Won langsung berubah sedih. Yah, Joo Won tak menyangka ibunya bisa sejauh itu.

Selesai ketemu Ny.Moon, Ra Won mendatangi Ji Hyun di RS.


“Kau orang yang pernah datang kesini bersama Joo Won, bukan?” tanya Ji Hyun sambil mengamati Ra Won. Ra Won hanya menjawabnya dengan anggukan. Ji Hyun bertanya lagi, “Kau naik apa kesini?”
“Taksi.” jawab Ra Won pendek.
“Kau lucu.”
“Apa aku bisa konsultasi?”
“Kau sudah mendaftar dan membayar, jadi silahkan duduk.”

Ra Won lalu mengambil posisi duduk didepan Ji Hyun.
“Kau punya masalah? Kalau saya bisa menebaknya.” Ji Hyun memulai acara konsultasi.
“Aku bertemu dengan seorang pria kaya beberapa kali. Tapi ibunya datang padaku dan memberiku uang. Kau tahu kan artinya apa? Ambil dan segera menghilang. Apa begitu juga menurutmu?” Ra Won curhat.

“Kau bertemu dengan ibu Joo Won?” Ji Hyun menarik nafas dan tanpa sadar meneruskan, “Dia masih melakukan hal itu?” Ji Hyun tersadar dan berkata, “Ayo teruskan.”
“Jika aku terus bertemu dengan pria ini, apa yang akan terjadi?”
“Kau akan merasa kau orang yang paling kesepian di dunia ini. Jangan bertemu dengannya lagi. Dia tak akan bisa melindungimu....karena dia tak punya alasan untuk melindungi seorang wanita biasa.”

Ra Won jadi tambah sedih, wajahnya sangat tertekan.

Para staff dikantor Yoon Seul sedang berkerumun didepan laptop dan membaca berita tentang Oska di internet. Tiba-tiba Oska masuk dan berjalan lurus ke ruangan kerja Seul. Tak menemukan Seul disana, Oska keluar lagi.
“Dimana sutradara Yoon?” tanya Oska pada seorang staff Seul.
“Dia tidak datang hari ini.” jawab staff itu.
“Telpon dia! Dia tidak menjawab semua telponku.”
“Saat saya menghubunginya beberapa saat lalu, dia bilang dia tidak akan bisa dihubungi dalam beberapa hari. Jadi dia bilang kami sebaiknya tidak masuk kerja.”
“Telpon dia lagi!!!” teriak Oska emosi.
Staff itu menelpon Seul tapi tetap tidak bisa dihubungi. “Ponselnya sepertinya dimatikan.”
“Aaarrrrgghhh!!” Oska teriak stress.

Saat itu Seul sedang makan direstoran tempat Oska melamarnya dulu.

Seul makan dengan lahap tanpa menikmati apa yang dimakannya. Orang-orang disekitarnya memandangi dan membicarakannya.
Seul teringat kata-kata Oska saat melamarnya.

‘Kau adalah karakter utama dalam lagu-laguku. Tapi mulai sekarang, aku tidak akan menjadikanmu karakter utama dalam lagu-laguku lagi. Mulai sekarang, keluarlah dari laguku, dan jadilah karakter utama dalam hidupku.’
Seul juga teringat kata-kata Oska saat mengusirnya di mobil tadi.
‘Aku tak yakin bisa nyetir dengan selamat sampai ke Seoul kalau kau ada disebelahku. Aku tak bisa melihat lampu merah, ataupun mobil yang lewat dikaca spionku.’
Seul termenung dan memikirkan semuanya itu.

Joo Im masih berada dikantor. Dia sibuk ngetik-ngetik sms ke Ra Won.

‘Kau bilang padaku pulang setelah 30 menit. Tapi para staff eksekutif mau datang kesini meminta tanda-tanganku. Apa yang harus kulakukan?’
Joo Im mengirim sms ke Ra Won tepat sebelum GM Park beserta beberapa staff masuk.

Joo Im panik. Dia langsung berdiri memberi salam.

“Hallo! Apa kalian sudah makan?!” seru Joo Im sambil membungkuk hormat.

Orang-orang langsung berhenti jalan dan bengong sambil lirik-lirikan. Diantara mereka terlihat ada Sekertaris Kim.
Joo Im sadar sudah salah ngomong, dia bingung harus gimana dan mencoba bicara lagi. “Apa kalian mau minum kopi?”
“Kami menghargai tawaran anda. Tapi, staff yang minum kopi disaat jam kerja….” kata GM Park, tapi dipotong Joo Im.
“Ah, sebentar.” Joo Im menerima sms balasan dari Ra Won.
‘Tanya: “Apa ini yang terbaik yang bisa anda lakukan? Anda yakin?” Dan jangan tanda-tangani apapun.’
“Sss....jawaban apa ini?” desis Joo Im setelah membaca SMS.
“Anda bicara pada saya?” tanya GM Park.
“Apa? Ah, tidak. Anda lebih tua dariku. Anda melakukan yang terbaik, aku yakin.” kata Joo Im ramah.
Semua cengo’.
GM Park berpikir, “Taktik apa ini?”
Suasana jadi kaku. GM Park lalu menyerahkan setumpuk dokumen ke meja Joo Im.
“Karena anda pergi beberapa waktu, jadi saya mengurusi itu semua.” kata GM Park.
“Ini semua?” tanya Joo Im kaget.
“Ini tak akan terjadi kalau anda bekerja seperti seharusnya.”
“Ah, saya minta maaf.” Joo Im membungkuk dalam. “Saya akan bekerja tepat waktu.”
Semua orang cengo’ dan mangap lagi….ha ha….
“Saya tidak bermaksud menyalahkan anda. Sebagai permintaan maaf....” GM Park lalu merebut dokumen yang dipegang Sekertaris Kim. “....bisakah saya yang menandatangani rencana proyek Je Cheon?”
Sekertaris Kim langsung komat-kamit sambil geleng memberikan kode ‘jangan’ pada Joo Im. Joo Im lalu dengan cepat merebut dokumen yang ada ditangan GM Park.
“Jangan. Saya akan mengurus yang ini.” kata Joo Im ke GM Park lalu melirik Sekertaris Kim. Sekertaris Kim mengangguk ‘ok’.
“Saya pikir, selagi anda ada disini, sebaiknya anda menandatanganinya sekarang.” Sekertaris Kim mengulurkan pulpen ke Joo Im.
“Sekarang?” Joo Im bingung.
GM Park melirik ke Sekertaris Kim sebal. Dan Sekertaris Kim kembali memberikan kode ke Joo Im supaya menandatanganinya saja sambil nutup wajahnya dengan tangan dari pandangan GM Park…ha ha…
Mau gak mau Joo Im akhirnya membuka map dokumen itu dengan tangan gemetar.

“Apa ini?” gumam GM Park dengan gaya linglung saat keluar dari ruangan Joo Im. “Kenapa dia tiba-tiba menjadi sangat baik?”
“Haaa!!” seru Manajer Choi kaget, saat membuka map dokumen yang tadi ditandatangani Joo Im.
“Kenapa?” tanya GM Park.
“Tanda tangannya…..berubah!”
“Apa?!” GM Park lalu merebut dokumen itu dan melihat sendiri. 
Disana ada tanda tangan cute tulisan tangan Joo Im(Ra Im), lengkap dengan tanda ‘love’ ha ha ha….

“Kenapa dia merubahnya? Padahal aku baru saja berhasil meniru tanda tangannya!” GM Park sampai tak sadar berbicara kencang dan langsung diam.

Saat itu, Joo Im jalan bersama Sekertaris Kim dan melewati GM Park. GM Park dan Manajer Choi langsung minggir dengan sikap hormat. Joo Im lalu berhenti dan bicara pada GM Park.

“Ah, saya tidak memberitahu anda sebelumnya, tapi….” kata Joo Im dengan pandangan ramah ke GM Park.
“Apa?” GM Park menunggu cemas.
“Suara anda terdengar sangat keren.” Joo Im berkata tulus. “Semoga hari anda menyenangkan!” kata Joo Im lagi lalu berjalan pergi dengan senyum.
Sekertaris Kim kaget dengan sikap Joo Im dan buru-buru mengejarnya.
“Kenapa dia bersikap seperti itu? Kenapa? Whyyy....?” GM Park terlihat stress sambil ngeliatin Joo Im pergi.

“Apa terjadi sesuatu hari ini? Apa anda sakit atau….terjadi sesuatu dengan kepala anda?” tanya Skertaris Kim sambil jalan. Dia dan Joo Im masih berada di Dept.Store.
Joo Im berhenti berjalan dan memandang Sekertaris Kim. “PresDir seperti apa aku selama ini?” tanya Joo Im.
“Apa?” Sekertaris Kim bingung.
“Aku sering marah pada para staff dan bersikap arogan serta memalukan? Itu karena aku punya masalah kepribadian.”
“Saya tidak pernah berkata seperti itu! Saya tidak mengatakan apapun!”  seru Sekertaris Kim panik. Dia takut boss-nya murka.
“Kalau kau melakukannya, aku akan menaikan gajimu.” kata Joo Im sambil meneruskan langkahnya.
Tiba-tiba terjadi keributan disalah satu toko yang mereka lewati.
Seorang pramuniaga wanita komplain karena seorang customer pria yang kurang ajar menyentuhnya. Tapi costumer angkuh itu membantahnya dan malah menuduh pramuniaga itu yang kegenitan padanya. Pramuniaga itu membela diri mati-matian dan mengatai costumer itu maniak karena memang sudah sering melakukannya. Customer itu mengancam dengan mengatakan akan membuat pramuniaga itu dipecat karena dia sudah menjadi anggota VVIP Dept.Store itu selama 10 tahun. Customer itu minta dipanggilkan PresDir Dept.Store.
Joo Im yang memang dari tadi mengamati kejadian itu pun maju.
“Saya disini. Saya PresDirnya. Apa yang bisa saya lakukan?” kata Joo Im.
Customer itu ngeliatin Joo Im dari atas ke bawah. Teman si Pramuniaga berseru membelanya, sementara si Pramuniaga menangis.
“PresDir, saya akan mengurusnya.” kata Sekertaris Kim.

Tapi Joo Im berkata, “Dia mencariku.” Joo Im lalu bicara pada Customer maniak itu. “Jika ada yang ingin anda katakan, katakan saja.”
“Oh, anda begitu muda. Mungkin karena itu anda tidak memperhatikan pelatihan para karyawan anda dengan baik. Anda pasti sudah pernah mendengar tentangku sebelumnya.” Customer itu mengulurkan kartu namanya ke Joo Im tapi Joo Im tak mengacuhkannya.
“Maaf. Tapi bisakah anda menjaga bicara anda dan menahan geraham anda....karena kalau tidak, geraham anda akan jatuh.” kata Joo Im sebelum melepaskan tonjokan langsung kegeraham customer itu.

Ra Won mengantar dua orang pria keluar dari flatnya. Tiba-tiba Ah Young pulang kerja sambil teriak-teriak.
“Ta-jang….Ta-jang! Gil Ta-jang!(yang artinya Li-me atau Orange. Plesetan untuk panggilan Ra Im)” seru Ah Young.

“Jangan kaget dan dengar baik-baik. Hari ini ada seorang maniak di Dept.Store kami. Tapi PresDir kami menonjoknya diwajah dan PresDir kami mendaratkan left hook, right hook, dan uppercut. Akhirnya, maniak itu jatuh dan hidungnya berdarah. Pow!! Ooohh....PresDir sangat keren!!” cerita Ah Young bersemangat lengkap dengan gaya-gaya melepaskan pukulan.
Tapi Ra Won bukannya senang melainkan kaget dengan wajah marah.  

“Apa?! Apa dia gila?” omelnya dan berjalan pergi sambil ngutak-ngutik ponsel. Ra Won menelpon seseorang. “Panggil pengacara Park dan cegah media dari pemberitaan.”
“Hey, kau mau kemana?! Ngomong-ngomong kau sedang bicara dengan siapa ditelpon?! Hey, Gil Ta-jang!!!” teriak Ah Young.

Joo Im dibawa dengan mobil polisi. Sekertaris Kim ikut dengannya. Suara Ra Won bicara ditelpon tadi tiba dalam bentuk pesan di ponsel Sekertaris Kim. 

Sekertaris Kim bingung membaca pesan itu dan ngeliatin Joo Im yang duduk disebelahnya, karena jelas-jelas pesan itu datang dari ponsel boss-nya.
“Saya sudah menghubungi Pengacara Park.” kata Sekertaris Kim.
“Pengacara?” Joo Im malah bingung. “Apa itu perlu? Akhirnya aku bisa melihat wajah pengacara kalau begitu.”
Sekertaris Kim jadinya bengong ngeliatin pesan diponselnya lagi.

Ra Won datang lari-lari ke kantor polisi. Tiba disana, dia melihat Joo Im sedang nikmatnya makan sup tapi dengan kedua tangan diborgol dan Sekertaris Kim berdiri disampingnya. 

 
Ra Won lalu dengan kesal mendekati Joo Im.

“Apa itu enak?” kata Ra Won sambil berkacak pinggang. “Karena kau sudah melakukan pekerjaan hebat, maka dari itu kau harus makan makanan yang baik?”
Joo Im menghentikan makannya dan menyembunyikan tangan yang diborgol dibawah meja. “Rasanya lebih enak makan Seollungtang(Sup Ayam) di kantor polisi.” kata Joo Im.
“Apa kau benar-benar gila?!” Ra Won mulai emosi. “Kau sengaja melakukan ini supaya aku kena masalah? Apa kau tahu yang baru saja kau lakukan? Kau memukul seorang anggota VVIP Dept.Store?”
“Kalau kau berada disituasi yang sama....” Joo Im mencoba membela diri tapi Ra Won memotong kalimatnya.
“Aku akan menelpon polisi, mencari tahu identitas customer dan mengamankan video dari kamera CCTV, kemudian menggugat customer itu!” Joo Im menunduk dan Ra Won meneruskan kata-katanya. 

“Apa sih yang mau kau tunjukan padaku? Apa?! Kau tidak berubah sedikitpun. Setelah kau muncul didepanku dengan tas yang bahkan lebih layak kantong plastik, dan sekarang.... Kau tidak pernah memikirkanku walau hanya 5 menit.” Ra Won memandangi Joo Im dengan pandangan ‘sakit hati’ dan sedih.
Terdengar bunyi geledek diluar. Terlihat kilat membelah langit diatas rumah Joo Won dan diatas kantor polisi. Setelah itu hujan lebat pun turun.
“Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini. Kalau kau ingin bebas, lakukan dengan uangmu dan kemampuanmu sendiri. Dijalan saat aku kesini, aku begitu marah hingga aku berkata pada pengacara supaya jangan datang kesini. Renungkanlah apa yang sudah kau lakukan.” Ra Won lalu berbalik pengen pergi.
“He…hey!” seru Joo Im. Ra Won berhenti dan berbalik lagi. “Aku tahu yang aku lakukan salah, tapi….ini adalah tubuhmu, Kim Joo Won.” kata Joo Im pelan.
Sekertaris Kim kaget dengan yang dia dengar. Ra Won tak menjawab Joo Im, dia malah datang mendekati si customer yang hidungnya berdarah itu, yang duduk tak jauh dari Joo Im.
“Hey, Tuan maniak!” sapa Ra Won. “Jangan mau berdamai dengan pria gangster itu. Kau perlu memberikan pria seperti itu pelajaran. Bersenang-senanglah.” Ra Won menepuk pundak customer itu lalu pergi.
Joo Im terbelalak. “Hey! Kenapa kau pergi begitu saja?!”
Tapi Ra Won terus berjalan keluar dari kantor polisi. Sampai diluar, hujan lebat menyambutnya. Ra Won tak perduli dan berjalan menerobos hujan.
Tiba-tiba terlihat asap hijau bersinar keluar dari tubuhnya, semakin lama semakin banyak, lalu asap itu menggumpal dan meloncat keluar dari tubuh Ra Won. Ra Won tersentak kaget.
Didalam kantor polisi pun terjadi hal yang sama.

Sinar hijau berseliweran diruangan dan menerjang Joo Im yang sedang mengisi form di atas meja. Kertas-kertas beterbangan dan Joo Im berteriak kaget.

“Anda baik-baik saja?” tanya Sekertaris Kim yang menahan tubuh Joo Im karena hampir roboh dari tempat duduknya.
Joo Im masih kaget dan bertanya, “Apa? Apa yang terjadi?” Joo Im lalu melihat kedua tangannya dan memegang wajahnya. Dia berseru senang, “Ini aku!”
Ra Won masih berdiri ditengah hujan.

Dia pun kaget dan memegangi tubuh serta wajahnya.

Kemudian dia membolak-balik ngeliatin tangannya.
“Ini aku lagi? Ini….sekarang aku lagi?” Ra Won kelihatan sangat bersyukur dan senang sekali. Dia teringat sesuatu dan kembali berlari masuk ke kantor polisi.
Didalam kantor polisi, Joo Im, okey sekarang kita bisa kembali menyebutnya Joo Won, masih takjub ngeliatin tangannya. Dan Ra Im, bukan Ra Won lagi, berlari-lari masuk dengan tubuh basah kuyup serta ngos-ngosan. Joo Won dan Ra Im lalu liat-liatan, mata mereka berbinar senang. 

Yah, jiwa mereka telah kembali ketubuh masing-masing.

“Aku kembali.” Ra Im membathin.

“Aku kembali!” Joo Won pun berseru senang dalam hati.

Lalu Ra Im loncat-loncat gak karuan sambil teriak-teriak. Dan Jo Won berkali-kali mengepalkan jemarinya dengan gaya ‘yes!’.


Adegan favorit.....

Adegan sauna ha ha ha....akting mereka dapet!!! Yah, selain karena hanya pakai handuk juga sih soalnya he he.... :P

Notes:
Seneng banget karena bulan ini bisa nyelesein dua epsd SG.....ntar lagi udah sampe setengah serialnya. Semangaaaaatttt! ^^


Source: kadorama, withs2, dramacrazy, dan untuk gambar2nya selain dari kadorama, aku ambil dari blog2 ini: dazzlingmeteor, thedramascenes, couchkimchi, dangermousie dan nana-catatanku.....thank youuu buat gambar2nya :)