Saat keluar dari kantor polisi dan menerobos derasnya hujan, tubuh Ra Won mengeluarkan sinar hijau, begitupun tubuh Joo Im yang berada didalam kantor polisi. Akhirnya Ra Won berlari masuk kedalam kantor polisi kembali dan berdiri berhadap-hadapan dengan Joo Im. Mereka sadar tubuh mereka telah kembali ketempat seharusnya, mereka pun senang dan sangat mensyukurinya.
So, sekarang kembali menggunakan
nama Joo Won dan Ra Im. Karena
tubuhnya telah kembali, Ra Im meloncat-loncat dan berputar. Sementara
Joo Won mengepalkan jemarinya dan berseru ‘yes’ pelan. Kelakuan aneh mereka
jadi tontonan orang. Terutama Sekertaris Kim, dia sampe cengo’ bingung.
Ra Im berhenti loncat-loncat dan
berkata, “Kita benar-benar sudah kembali, kan?”
Ra Im masih ingin memastikan.
Ra Im masih ingin memastikan.
“Sebelumnya aku memandang wajah
yang tampan, tapi sekarang aku memandang wajahmu yang jelek, jadi sepertinya
begitu.” jawab Joo Won dengan gaya
dan nada angkuhnya.
“Mendengar kau bicara dengan
tidak ada sopan santunnya dan menghina, sepertinya memang benar.” balas Ra Im
sebal.
Sekertaris Kim menyeringai aneh
mendengar percakapan mereka.
“Ngomong-ngomong....lama gak
ketemu.” kata Joo Won.
“Ya!” balas Ra Im.
“Tapi, apa yang akan kau lakukan dengan ini?” Joo Won mengangkat tangannya yang diborgol.
“Tapi, apa yang akan kau lakukan dengan ini?” Joo Won mengangkat tangannya yang diborgol.
“Ah, benar! Karena kita tertukar pada situasi ini, pasti Tuhan itu
benar-benar ada.” Ra Im lega sekali setengah terharu.
“Apa maksudmu?” Joo Won menurunkan tangannya.
“Kemenangan yang baik atas yang
jahat! Kau telah membuat tempat tidurmu dan kau harus berbaring diatasnya! Kata-kata
bisa menjadi kenyataan. Kau pernah mendengar kalimat itu, kan?
Kau sendiri yang bilang ‘Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini, jadi renungkanlah
apa yang sudah kau lakukan!’, benar begitu kan?”
(oho ho ho….Ra Im mengembalikan kalimat Joo Won.)
“Yaahh….aku berkata sambil
menjerit dan berteriak, itu karena aku peduli padamu. Dengan mendengarkan
suaraku, kau akan bisa lebih bersemangat.” Joo Won membela diri.
“Aku mengerti. Karena itulah aku
telah cukup bersemangat untuk pulang ke rumah. Kau sudah menghabiskan semangkok
sup ayam, jadi kau tidak akan kelaparan. Lalu….renungkanlah apa yang sudah kau
lakukan!”
“Hey, tunggu!” seru Joo Won, tapi
Ra Im tak mendengarkan ataupun membalikkan badannya.
Ra Im mendatangi si customer.
“Hey, orang maniak! Jangan bebaskan dia! Dia sudah memukulmu dengan keras, kan?” Ra Im melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Joo Won ha ha….kemudian Ra Im mengancam customer itu. “Kalau kau tidak mau lima ruas tulang belakangmu menjadi enam, sebaiknya kau meminta maaf pada pramuniaga Dept.Store itu. Kalau tidak, aku akan membunuhmu!”
“Hey, orang maniak! Jangan bebaskan dia! Dia sudah memukulmu dengan keras, kan?” Ra Im melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Joo Won ha ha….kemudian Ra Im mengancam customer itu. “Kalau kau tidak mau lima ruas tulang belakangmu menjadi enam, sebaiknya kau meminta maaf pada pramuniaga Dept.Store itu. Kalau tidak, aku akan membunuhmu!”
“Hentikan! Hentikan!” teriak Joo
Won.
“Emang kau siapa?!” seru si Customer ke Ra Im. “Kenapa kau datang
dan membuatku marah?! Sepertinya kau tidak tahu siapa aku, tapi….aku adalah
orang yang tidak akan pernah membiarkan siapapun ikut campur dalam hidupku!”
Polisi akhirnya marah-marah melerai pertengkaran mereka. Ra Im lalu
membungkuk hormat pada polisi dan pamitan pada Joo Won. Setelah itu Ra Im
menghambur keluar dari ruangan itu.
“Kau mau kemana?! Kau tidak bisa meninggalkan aku disini! Kau harus membebaskan aku!!” teriak Joo Won putus asa.
“Kau mau kemana?! Kau tidak bisa meninggalkan aku disini! Kau harus membebaskan aku!!” teriak Joo Won putus asa.
“Kau yang disana juga diam!!” polisi memarahi Joo Won.
Joo Won pun kemudian dimasukan dalam sel tahanan sambil nunggu pengacaranya
datang. Didalam sel, ada dua orang pria yang sebelumnya sudah ada
disitu. Yang satu tidur senderan, dan yang satu tidur rebahan telentang memakai
selimut.
“Kenapa pengacara Park tidak ada? Apa yang mereka katakan?” rutuk Joo Won pada Sekertaris Kim yang menemaninya sambil berdiri diluar sel.
“Kenapa pengacara Park tidak ada? Apa yang mereka katakan?” rutuk Joo Won pada Sekertaris Kim yang menemaninya sambil berdiri diluar sel.
Sekertaris Kim membathin. “Cara bicaranya sudah berubah lagi.” Lalu dia
berkata, “Anda tahu sudah jam berapa sekarang? Anda tidak bisa menelponnya.
Lagipula, anda yang memintanya supaya jangan datang.”
“Iya aku bilang begitu, tapi....kenapa dia tidak datang walaupun dibilang jangan datang? Dia seharusnya berpikir, ‘Mungkin aku pergi saja...’. Bisa saja kan dia datang hanya untuk mengecekku lalu pulang!”
“Iya aku bilang begitu, tapi....kenapa dia tidak datang walaupun dibilang jangan datang? Dia seharusnya berpikir, ‘Mungkin aku pergi saja...’. Bisa saja kan dia datang hanya untuk mengecekku lalu pulang!”
“Dia bilang dia sudah dijalan
sekarang, jadi sebentar lagi sampai. Saya akan mengeceknya.” Sekertaris Kim lalu
pergi.
“Bilang padanya cepat bereskan
bagaimanapun caranya! Bilang aku akan membayar semuanya!!” teriak Joo Won.
“Ah, kau sangat berisiki! Kau
bisa diam?!” protes tahanan yang tidur senderan.
“Kau berteriak padaku?!” balas
Joo Won.
Joo Won lalu terpana melihat
tahanan satunya yang lagi tidur telentang dan selimutan.
Joo Won memperhatikan pakaian tahanan itu pada bagian yang tidak ditutupi selimut. Bahan pakaian itu mirip dengan tracksuit bling-bling biru miliknya. Karena penasaran, Joo Won ingin memeriksa lebih jelas. Dia membuka selimut tahanan itu dan taraaaa!!!
Baju itu benaran sama. Belum puas, Joo Won ingin memeriksa merek baju itu.
Dia menarik-narik kerah baju tahanan itu tapi susah sekali. Akhirnya Joo Won memutuskan untuk membangunkan tahanan itu.
Joo Won memperhatikan pakaian tahanan itu pada bagian yang tidak ditutupi selimut. Bahan pakaian itu mirip dengan tracksuit bling-bling biru miliknya. Karena penasaran, Joo Won ingin memeriksa lebih jelas. Dia membuka selimut tahanan itu dan taraaaa!!!
Baju itu benaran sama. Belum puas, Joo Won ingin memeriksa merek baju itu.
Dia menarik-narik kerah baju tahanan itu tapi susah sekali. Akhirnya Joo Won memutuskan untuk membangunkan tahanan itu.
“Hey, bangun! Biasanya aku tidak menanyakan
hal-hal seperti ini, tapi….dimana kau membeli tracksuit ini? Ini bukan pakaian
yang bisa kau perlakukan dengan buruk begini!” kata Joo Won, tapi tahanan itu
diam tak bergerak. “Hey! Aku bertanya dimana kau membelinya? Kau tak bisa
mengabaikan aku! Nanti kalau kau tahu, kau akan berkata, ‘Aah…aku pernah berada
disel tahanan dengan orang terhormat.’”
Tahanan itu masih tak menjawab
dan malah menggulingkan badannya membelakangi Joo Won. Saat itu tampaklah
dibagian belakang jacket tracksuit tahanan itu ada tulisan gede ‘(panggil) Hyun
Bin di pintu masuk’.
Tahanan itu lalu mengigau. “Selamat datang….di event special Secret Night Club! Ya, ini adalah night club yang itu! Kita akan memiliki malam yang special….Selamat datang di Secret Night Club!!”
Joo Won shock dan terduduk dengan wajah horror. Dia gak nyangka, tracksuit kebanggaannya ada tiruannya dan dipakai oleh orang yang bekerja di night club…ha ha ha….
Tahanan itu lalu mengigau. “Selamat datang….di event special Secret Night Club! Ya, ini adalah night club yang itu! Kita akan memiliki malam yang special….Selamat datang di Secret Night Club!!”
Joo Won shock dan terduduk dengan wajah horror. Dia gak nyangka, tracksuit kebanggaannya ada tiruannya dan dipakai oleh orang yang bekerja di night club…ha ha ha….
Ra Im pulang kerumah. Dia
langsung memeluk Ah Young sambil loncat-loncat saat Ah Young membukakan pintu
untuknya.
“Kenapa kau hujan-hujanan?!” omel Ah Young melihat Ra Im basah dari kepala sampai kaki.
“Rasanya lama sekali. Apa kau baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu?” Ra Im mengabaikan pertanyaan Ah Young dan malah balik bertanya layaknya orang yang lama gak ketemu. “Aku sangat merindukanmu!!”
“Kenapa kau hujan-hujanan?!” omel Ah Young melihat Ra Im basah dari kepala sampai kaki.
“Rasanya lama sekali. Apa kau baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu?” Ra Im mengabaikan pertanyaan Ah Young dan malah balik bertanya layaknya orang yang lama gak ketemu. “Aku sangat merindukanmu!!”
“Kau bicara apa? Kita kan
ketemu beberapa saat yang lalu.” balas Ah Young dan Ra Im hanya senyum-senyum
senang. Ah Young lalu melihat baju yang dipakai Ra Im. “Uuhh, kau merusak baju
sebagus ini!”
“Brengsek! Apa aku kesana kemari dengan baju ini?”
“Hah?” Ah Young bingung.
“Ah, tidak, tidak! Ayo kita masuk.
Banyak yang mau aku ceritakan padamu.” Ra Im melepas sepatunya dan melongo
melihat isi flatnya.
Banyak perabotan baru diflat mereka sekarang. Ada lampu crystal besar yang sangat menyolok diruangan sekecil itu. Seprei dari bahan yang terlihat mahal, serta satu set meja makan dengan perlengkapan minum teh dan tempat lilin di atasnya.
Banyak perabotan baru diflat mereka sekarang. Ada lampu crystal besar yang sangat menyolok diruangan sekecil itu. Seprei dari bahan yang terlihat mahal, serta satu set meja makan dengan perlengkapan minum teh dan tempat lilin di atasnya.
“Aku?” Ra Im menyadari ini pasti kerjaan Joo Won. “Tapi kenapa kau diam
saja? Kau seharusnya menghentikanku!”
“Ada apa denganmu? Bagaimana caranya aku menghentikanmu?! Pagi ini saat aku
pergi, semuanya masih seperti semula. Saat aku kembali, keadaan udah seperti
ini!”
“Maksudmu aku melakukan ini tanpa sepengetahuanmu?!”
Ah Young mengamati Ra Im aneh. “Apa sebenarnya yang terjadi denganmu?
Sekarang tak ada lagi tempat buat duduk-duduk! Tapi Chandelier diatas sana
itu....benar-benar bagus!” Ah Young memandang kagum pada lampu crystal. Lalu
menepuk meja makan didepannya. “Karena
meja ini, aku jadi tidak bisa membuka lemari es!”
“Aku akan membereskannya. Jangan
khawatir.” Ra Im menenangkan. Kemudian dia membuka resliting tracksuitnya
dengan gemas. “Oooohhh….pria itu benar-benar!!”
“Kita sudah sepakat untuk ganti
pakaian diruangan tertutup. Kau mengatai aku gak punya sopan santun dan
menyuruhku belajar sopan santun darimu!”
“Aku bilang begitu?”
“Aah, kau bahkan menyuruhku
jangan meletakkan celana dalam dan bra-ku ditempat yang bisa kau lihat. Jadi….”
Ah Young jadi pengen nangis. “….tiap malam aku harus mengeringkannya dengan hair dryer….kau juga tak mau menggosok punggungku! Bagaimana kau tidak bisa menggosok punggungku, apa karena….punggungku terlalu kotor untuk digosok?”
Ah Young jadi pengen nangis. “….tiap malam aku harus mengeringkannya dengan hair dryer….kau juga tak mau menggosok punggungku! Bagaimana kau tidak bisa menggosok punggungku, apa karena….punggungku terlalu kotor untuk digosok?”
“Aku tidak bermaksud begitu! Aku
beneran tidak melakukan…..aaahh, ini membuatku gila!”
Ra Im pengen menjelaskan tapi gak tahu gimana. Ah Young ngambek dan masuk kamar mandi.
Ra Im pengen menjelaskan tapi gak tahu gimana. Ah Young ngambek dan masuk kamar mandi.
Dirumah kakek Joo Won, Tuan
Park.Bong Hee. Tuan Park sedang
membuat coklat ditemani istrinya, sembari menerima laporan dari kakak iparnya,
GM Park.
“Apa?! Joo Won melakukan apa?!”
seru kakek Joo Won.
“Dia menonjok wajah seorang anggota VVIP. Dan dia sekarang sedang berada di kantor polisi.” lapor GM Park.
“Dia menonjok wajah seorang anggota VVIP. Dan dia sekarang sedang berada di kantor polisi.” lapor GM Park.
“Dikantor polisi? Dia ditangkap?!”
“Bukan itu saja. Dia bahkan merubah tanda-tangannya. Merubah tanda-tangan
berarti....”
“Anak itu masih belum dewasa juga pikirannya! Ini saatnya dia memperbaiki
kelakuannya. Tapi kenapa dia sampai memukul pelanggan itu?” kakek Joo Won tidak
terlalu tertarik dengan masalah perubahan tanda-tangan.
“Yah...pelanggan itu melakukan
pelecehan seksual pada salah seorang staff wanita kita. Tapi sepertinya
kesalahan ada pada staff wanita itu karena….”
“Omong kosong apa yang sedang kau
bicarakan?!” kakaknya memotong omongan GM Park.
“Jika itu pelecehan seksual, dan korbannya tidak menginginkan perlakuan itu tanpa menghiraukan keadaan, maka itu dianggap pelecehan seksual. Mengapa kau menganggapnya berlebihan? Dan lagi, apa seorang pria hanya diam saja melihatnya? Walaupun aku memikirkannya seratus kali, kupikir PresDir Kim sudah melakukan perbuatan yang benar.”
“Jika itu pelecehan seksual, dan korbannya tidak menginginkan perlakuan itu tanpa menghiraukan keadaan, maka itu dianggap pelecehan seksual. Mengapa kau menganggapnya berlebihan? Dan lagi, apa seorang pria hanya diam saja melihatnya? Walaupun aku memikirkannya seratus kali, kupikir PresDir Kim sudah melakukan perbuatan yang benar.”
“Kakak, itu tidak….” GM Park
ingin mempertahankan pendapatnya.
“Kau berisik!” potong kakak GM
Park lagi. “Kalau kau masih membicarakan yang omong kosong, sebaiknya kau
pulang saja!” Dia lalu berkata pada suaminya, “Oh, dan suamiku silahkan
teruskan apa yang sedang kau kerjakan.”
Kakek Joo Won langsung
mengaduk-aduk lagi adonan yang sedang dia aduk tadi. Nenek tiri Joo Won
tampaknya sangat kesal dengan tingkah adiknya.
“Tapi, apa yang sedang kau
lakukan?” GM Park bertanya pada kakek Joo Won.
“Ini….besok adalah perayaan 300
hari pertemuan kami.” Kakek Joo Won menunjuk sayang pada isterinya. “Dia bilang
dia ingin makan cokelat, jadi aku membuatnya sendiri.”
Nenek tiri Joo Won tersenyum geli
dan berkata, “Dia membuatnya dihadapan orang yang akan menerima coklat itu.”
“Kita tidak punya waktu yang lama
untuk hidup. Jika aku tak melihatmu saat membuat ini, maka tak akan ada
artinya.” Kakek Joo Won membela diri, dia lalu mengangkat adonan coklat yang
telah mengental itu. “Lihat! Warnanya terlihat
bagus, kan?!”
“Iya.” jawab Nenek tiri Joo Won
senang.
Mereka bertiga lalu tertawa-tawa. Ibu Joo Won melihat mereka dan tak
suka dengan apa yang dia lihat, dia langsung berbalik pengen pergi.
“Hey, sepertinya puteramu sedang berada di kantor polisi!” seru Kakek Joo Won pada anaknya.
“Hey, sepertinya puteramu sedang berada di kantor polisi!” seru Kakek Joo Won pada anaknya.
Ibu Joo Won menoleh dengan panik.
“Dimana? Kantor polisi? Joo Won? Kenapa?”
Joo Won keluar dari kantor polisi bersama pengacara dan Sekertaris Kim.
Pengacara sedang berbicara ditelpon dengan Ibu Joo Won, melaporkan keadaan. Ibu
Joo Won kemudian minta berbicara dengan anaknya, tapi Joo Won gak mau. Akhirnya
si pengacara bohong kalau Joo Won sudah pulang duluan.
“Ibu sudah tahu?” Joo Won bertanya saat si pengacara menyudahi
pembicaraannya di telpon.
“Sepertinya GM Park kerumah kakek
anda dan menyampaikannya. Ibu anda
tampaknya sangat marah sekarang.” kata pengacara.
“Pria itu, benar-benar....” rutuk
Joo Won. Dia lalu menoleh pada Sekertaris Kim yang sibuk ngeliatin derasnya
hujan. “Kenapa kau berdiri disebelahku? Kau seharusnya mengambil mobilku! Mana mobilku?!”
“Kita tidak punya mobil. Kita kesini ikut mobil polisi.” jawab Sekertaris Kim dengan wajah lucunya.
“Kita tidak punya mobil. Kita kesini ikut mobil polisi.” jawab Sekertaris Kim dengan wajah lucunya.
“Apa? Lalu apa yang kau tunggu dari tadi? Santa Claus? Kalau kita gak punya
mobil, maka kau seharusnya pergi mencarinya!! Orang-orang ngeliatin kita!”
“Kalau anda tidak teriak, orang-orang pasti gak akan ngeliatin.”
“Lihat ini. Apa aku begitu baik padamu beberapa hari ini? Lalu
sekarang saat aku marah, kau mau protes? Aku akan membunuhmu. Payung!” omel Joo
Won.
“Saya tidak punya.”
Joo Won ngeliatin sekertarisnya
udah mau marah-marah lagi. Sekertaris Kim lalu membuka jasnya dan mengangkatnya
diatas kepala mereka berdua.
“Anda mau memakainya bersama?” Sekertaris Kim menawarkan.
“Anda mau memakainya bersama?” Sekertaris Kim menawarkan.
Joo Won terlihat ogah dan
berkata. “Kau lari ke toko dan beli payung yang paling mahal.dan paling bagus.
Atau, kau mati.”
Sekertaris Kim langsung lari
menerobos hujan.
Ra Im sedang menjemur baju
tracksuit bling-bling birunya. Dia teringat kalimat Joo Won saat di kantor
polisi.
‘Kau tidak berubah sedikitpun.
Setelah kau muncul didepanku dengan tas yang bahkan lebih layak kantong
plastik, dan sekarang.... Kau tidak
pernah memikirkanku walau hanya 5 menit.’
Ra Im memejamkan mata sedih. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Joo
Won langsung datang ke flat Ra Im setelah keluar dari kantor polisi, hujan-hujan
pula.
“Kau keluar lebih cepat dari yang
kuduga. Apa mungkin karena kau
kaya?” kata Ra Im.
“Aku gak betah ada diruangan seperti itu dalam waktu lama. Thanks, karena kau aku mengalami culture shocks. Kau yang berbuat salah, tapi aku yang dihukum dan dikenai denda. Lalu, setelah tubuh kita tertukar kembali, kau malah kabur?” Joo Won ngomel dengan gaya khasnya, dan Ra Im hanya mengangkat kedua bahunya.
“Aku gak betah ada diruangan seperti itu dalam waktu lama. Thanks, karena kau aku mengalami culture shocks. Kau yang berbuat salah, tapi aku yang dihukum dan dikenai denda. Lalu, setelah tubuh kita tertukar kembali, kau malah kabur?” Joo Won ngomel dengan gaya khasnya, dan Ra Im hanya mengangkat kedua bahunya.
Ah Young tiba-tiba pulang dan
kaget melihat Joo Won ada diflatnya. “PresDir!”
“Oh, kau sudah pulang?” kata Joo Won, dia lalu melihat kantong makanan yang dibawa Ah Young. “Kau ngemil malam-malam lagi, ya?”
“Oh, kau sudah pulang?” kata Joo Won, dia lalu melihat kantong makanan yang dibawa Ah Young. “Kau ngemil malam-malam lagi, ya?”
Ah Young kaget lagi dan buru-buru
menarik tangannya yang memegang kantong kebelakang.
Joo Won lalu mengajak Ra Im
bicara diluar flat. Saat Ra Im memakai jacket, Ah Young bertanya kenapa PresDir
ada diflat mereka.
Ah Young mengira Joo Won datang mencarinya. Ra Im tak menggubris pertanyaan Ah Young dan keluar menemui Joo Won. Sepeninggal Ra Im, Ah Young masih sibuk memikirkan ulah PresDirnya. Karena kebetulan tadi Joo Won bicara pada Ah Young menggunakan bahasa yang tidak formal, tapi bahasa yang digunakan untuk menyapa rekan selevel.
Ah Young mengira Joo Won datang mencarinya. Ra Im tak menggubris pertanyaan Ah Young dan keluar menemui Joo Won. Sepeninggal Ra Im, Ah Young masih sibuk memikirkan ulah PresDirnya. Karena kebetulan tadi Joo Won bicara pada Ah Young menggunakan bahasa yang tidak formal, tapi bahasa yang digunakan untuk menyapa rekan selevel.
Ra Im datang menemui Joo Won yang
menunggunya dibawah tangga flat. Saat itu masih hujan, Joo Won berteduh dibawah
beton yang ada didasar tangga.
Ra Im turun dan berdiri disebelah Joo Won.
Ra Im turun dan berdiri disebelah Joo Won.
“Katakanlah. Bagaimana perasaanmu setelah kabur seperti itu?” tanya Joo Won
sambil ngeliatan Ra Im tajam.
Ra Im tak berani menghadap Joo Won, dia menjawab sambil terus memandang kedepan. “Aku minta maaf soal itu. Aku waktu itu sangat senang karena bisa kembali ke tubuhku. Aku takut kalau kita tetap bersama, kita akan tertukar lagi. Dan karena itu aku kabur. Aku minta maaf.”
Ra Im tak berani menghadap Joo Won, dia menjawab sambil terus memandang kedepan. “Aku minta maaf soal itu. Aku waktu itu sangat senang karena bisa kembali ke tubuhku. Aku takut kalau kita tetap bersama, kita akan tertukar lagi. Dan karena itu aku kabur. Aku minta maaf.”
“Kalau kita tetap bersama, tubuh kita akan tertukar lagi? Siapa yang
bilang begitu?”
“Gak ada. Itu hanya pikiranku
saja.”
“Kalau begitu, kita tidak akan
ketemu untuk sementara?”
Ra Im menghadap Joo Won dan
berkata, “Bukankah lebih baik kalau kita tidak ketemu lagi?” Joo Won diam tak
menjawab, lalu Ra Im meneruskan, “Dan, aku juga minta maaf karena telah memukul
seseorang dengan badanmu. Tapi bahkan jika kita bisa kembali ke saat kejadian
itu, aku akan tetap melakukan hal yang sama. Karena hukum, tak akan berpengaruh
pada orang kaya.”
Ra Im diam sebentar menarik napas dan berkata lagi, “Ini akan makan waktu, tapi aku akan membayar uang dendamu, karena itu adalah salahku. Dan ambil kembali semua perabotan mahal yang ada di flatku.”
Ra Im diam sebentar menarik napas dan berkata lagi, “Ini akan makan waktu, tapi aku akan membayar uang dendamu, karena itu adalah salahku. Dan ambil kembali semua perabotan mahal yang ada di flatku.”
“Bagaimana itu bisa disebut perabotan mahal? Itu adalah kebutuhan mendasar.
Kau punya kebiasaan buruk mengucapkan terima kasih dengan cara yang salah.”
sanggah Joo Won.
“Kalau kau sudah selesai berdebat dengan segala hal yang ingin kau
debatkan, kau bisa pergi.” Ra Im mulai emosi. Dia mengalihkan pandangan
sebalnya ke hujan yang masih terus turun.
“Aku kesini bukan untuk itu.”
“Lalu kenapa kau kesini?” Ra Im membawa pandangannya ke Joo Won
lagi.
Joo Won diam dan memandang Ra Im lama. Kemudian dengan sekali gerakan dia merengkuh tubuh Ra Im dan mendekapnya hangat.
Ra Im shock, tapi diam tak menolak.
Joo Won diam dan memandang Ra Im lama. Kemudian dengan sekali gerakan dia merengkuh tubuh Ra Im dan mendekapnya hangat.
Ra Im shock, tapi diam tak menolak.
(That Woman – Baek Ji Young)
For how long, how long more
As I look onto you like this
alone
Do I have to do this wind-like
love, this beggar-like love
So that you would love me?
Come just a bit closer, a bit
closer
I, who loves you, and also has
feet that run away when the foot approaches
And also loves you, am still here
That woman cries
“Selamat untukmu juga.” balas Ra
Im yang masih hanyut dalam kehangatan Joo Won.
“Mengenai uang denda yang ingin
kau bayar, aku pikir itu ide yang sangat bagus. Sikap yang bertanggung jawab,
aku sangat menyukai itu.” Joo Won mengakhiri sikap romantisnya dan melepaskan
pelukan. Dia kembali menjadi Joo Won yang nyebelin. “Datang ke kantorku besok.
Putuskan kau mau membayarnya bulanan atau mau melunasinya sekaligus. Aku pergi
dulu.” Joo Won lalu pergi begitu saja ninggalin Ra Im yang masih berdiri
bengong. Namun Joo Won balik lagi saat teringat sesuatu. “Ah, aku lupa.
Payungku yang berkualitas tinggi dan mahal, ketinggalan didalam.” Joo Won
menyuruh Ra Im mengambilkan payungnya dengan menggedikkan kepalanya.
Ra Im kesal banget, tapi gak bisa ngapa-ngapain. Ha ha ha….
Ra Im kesal banget, tapi gak bisa ngapa-ngapain. Ha ha ha….
Oska kembali ke rumahnya, dan Tae Ssun masih ada disana, sendirian.
“Kenapa kau sendirian?” tanya Oska.
“Kenapa kau sendirian?” tanya Oska.
“Mereka pergi beberapa saat yang lalu.” jawab Tae Ssun.
“Kenapa kau tidak ikutan pergi juga?”
“Aku ingin membereskan masalah
denganmu, kau tahu aku tidak bersalah. Jika masalah ini tidak diselesaikan,
maka akan bertambah besar.”
Oska duduk dengan letihnya di sofa. “Melihat kau begitu tahu luar dan dalam masalah hukum, kau pasti sudah sering berada di kantor polisi.”
Oska duduk dengan letihnya di sofa. “Melihat kau begitu tahu luar dan dalam masalah hukum, kau pasti sudah sering berada di kantor polisi.”
Tae Ssun hanya tertawa mendengar
omongan asal Oska. “Bagaimana dengan orang yang membocorkan lagumu? Apa kau
sudah menangkapnya?” Oska tak menjawab, dia terpekur dan menghembuskan napas
berat. Tae Ssun bertanya lagi,
“Kenapa kau tidak coba mencari pencipta lagu itu?”
“Apa gunanya mencari dia? Aku hanya akan dituduh mengcopy lagunya.”
Tae Ssun nyengir sekilas. “Kalau
begitu, aku pikir aku sudah selesai disini. Aku akan pergi.“ kata Tae Ssun dan
membalikkan badannya.
“Kau mau kemana? Kau masih orang
yang dicurigai!” seru Oska menghentikan langkah Tae Ssun.
Tae Ssun nyengir geli. “Apa yang salah dengan pria ini? Aku bisa menebaknya
kalau kau sudah tahu siapa orang yang telah membocorkan lagumu! Kau tahu siapa
dia tapi tak bisa menangkapnya, maka kau menginginkan seseorang yang bisa
disalahkan dalam hal ini. Kau mau menjadikan aku kambing hitam?”
“Apa kau mau?” Oska menantang Tae Ssun.
Tae Ssun terdiam dan Oska mendengus. “Dasar kucing penakut! Diluar hujan lebat. Nginap disini saja. Lagipula kau juga tidak punya kendaraan. Aku capek dan tidak punya tenaga untuk nganterin kau pulang. Jadi tinggalah disini, kau bisa pulang besok pagi.” Oska tampaknya capek banget.
Seorang staff perempuan datang menanyakan menu untuk makan malam. Oska tak mau makan, tapi dia menyuruh untuk menyiapkan makanan dan kamar tamu buat Tae Ssun. Tae Ssun sepertinya gak nyangka Oska bisa sebaik ini…he he…
Tae Ssun terdiam dan Oska mendengus. “Dasar kucing penakut! Diluar hujan lebat. Nginap disini saja. Lagipula kau juga tidak punya kendaraan. Aku capek dan tidak punya tenaga untuk nganterin kau pulang. Jadi tinggalah disini, kau bisa pulang besok pagi.” Oska tampaknya capek banget.
Seorang staff perempuan datang menanyakan menu untuk makan malam. Oska tak mau makan, tapi dia menyuruh untuk menyiapkan makanan dan kamar tamu buat Tae Ssun. Tae Ssun sepertinya gak nyangka Oska bisa sebaik ini…he he…
Seul membawa dua orang ahli musik
ke studionya dan diperdengarkan lagu Oska. Dia ingin mereka menilai kalau lagu itu adalah murni plagiat atau bukan.
“Tak diragukan lagi. Ini bisa disebut plagiat.” kata salah seorang ahli.
“Tak diragukan lagi. Ini bisa disebut plagiat.” kata salah seorang ahli.
“Pendapat saya juga begitu. Dengan
begitu banyaknya jiplakan, kita juga tak bisa menyebutya hanya sebagai
‘referensi’. Ada beberapa penyanyi
yang juga punya masalah yang sama dengan pencipta lagu ini, tapi tidak pernah
ketahuan karena dia tidak terkenal.” kata ahli yang satunya lagi.
“Lalu bagaimana?” tanya Seul putus asa. “Apa tak ada solusi lain?”
“Kecuali penciptanya mengakui kalau ini adalah karya plagiat dengan
mulutnya sendiri. Selain itu tak ada cara lain lagi. Semua artikel di media
cetak akan membicarakan hal ini besok.”
“Sepertinya Oska akan sangat
disalahkan. Tapi, dia benar-benar tidak tahu tentang masalah ini kan?”
“Apa maksudmu? Kau mau bilang dia sebenarnya tahu, tapi tetap melakukannya?” Seul membela Oska. “Woo Young bukanlah orang yang seperti itu! Tapi, apakah bisa mencari tahu siapa penulis asli lagu itu?”
“Apa maksudmu? Kau mau bilang dia sebenarnya tahu, tapi tetap melakukannya?” Seul membela Oska. “Woo Young bukanlah orang yang seperti itu! Tapi, apakah bisa mencari tahu siapa penulis asli lagu itu?”
Joo Won berdiri didepan rumahnya sambil memegang payung hujan-hujanan dan
sibuk memasukan passcode untuk membuka pintu.
Passcode sudah dimasukan, tapi tak mau terbuka. Joo Won ngomel, Ra Im pasti telah mengganti passcode pintu rumahnya. Dia langsung mengeluarkan ponsel untuk menelpon Ra Im. Dan begitu ponsel dikeluarkan, ternyata Joo Won masih membawa ponsel Ra Im, mereka belum sempat tukeran ponsel. Dan lebih gondoknya lagi, wallpaper ponsel Ra Im adalah gambar wajah Oska.(ha ha…) Joo Won menekan nomor ponselnya sambil ngedumel. Tak lama kemudian ID yang ngelink dengan nomor yang dia masukan langsung nampil dilayar ponsel. Mata Joo Won terbelalak.
“Do…Do-Chul(Si Bodoh)?!” Joo Won udah pengen meledak, dan dengan susah payah dia menelan amarahnya. (ha ha ha….Ra Im memasang nama Si Bodoh pada nomor Joo Won di ponselnya!! LOL!!)
Passcode sudah dimasukan, tapi tak mau terbuka. Joo Won ngomel, Ra Im pasti telah mengganti passcode pintu rumahnya. Dia langsung mengeluarkan ponsel untuk menelpon Ra Im. Dan begitu ponsel dikeluarkan, ternyata Joo Won masih membawa ponsel Ra Im, mereka belum sempat tukeran ponsel. Dan lebih gondoknya lagi, wallpaper ponsel Ra Im adalah gambar wajah Oska.(ha ha…) Joo Won menekan nomor ponselnya sambil ngedumel. Tak lama kemudian ID yang ngelink dengan nomor yang dia masukan langsung nampil dilayar ponsel. Mata Joo Won terbelalak.
“Do…Do-Chul(Si Bodoh)?!” Joo Won udah pengen meledak, dan dengan susah payah dia menelan amarahnya. (ha ha ha….Ra Im memasang nama Si Bodoh pada nomor Joo Won di ponselnya!! LOL!!)
“Ini Kim Do-Chul! Aku rasa ponsel kita tertukar.” kata Joo Won
dengan nada disabar-sabarin.
Ra Im nahan ketawa, karena dia tahu Joo Won sekarang pasti sedang sangat gondok. “Ya, sepertinya begitu.”
Ra Im nahan ketawa, karena dia tahu Joo Won sekarang pasti sedang sangat gondok. “Ya, sepertinya begitu.”
“Kembalikan ponselku besok. Apa
passcodenya? Cepat katakan!”
“Aaahh….passcodenya? Passcodenya
adalahh…..” Ra Im menjauhkan ponsel dari mulutnya, seolah-olah sinyalnya jelek.
“Oh! Sepertinya ponselku mau mati!” Ra Im lalu mencopot batere ponselnya tanpa perlu dimatikan lagi. (dasaaaarr!!)
“Oh! Sepertinya ponselku mau mati!” Ra Im lalu mencopot batere ponselnya tanpa perlu dimatikan lagi. (dasaaaarr!!)
“Hallo! Hallo…!” Joo Won
memanggil tapi sambungan sudah terputus. Yang ada hanya jawaban ‘Nomor yang ada
tuju sedang tidak aktif’. Kekesalan Joo Won tambah naik.
Akhirnya Joo Won coba menebak
passcodenya. Dulu Joo Won memasang passcode dengan ukuran tubuh wanita
idealnya, jadi dia mengira Ra Im mengganti passcode dengan ukuran tubuhnya
sendiri. Maka Joo Won mulai mengira-ngira ukuran tubuh Ra Im. Dia membuat
gambaran tubuh Ra Im dengan kedua tangannya, sambil tetap mengepit payung.
Setelah mendapatkan angka yang kira-kira pas, Joo Won coba memasukan angkanya.
“32-27-32.” Passcodenya gak
cocok. Joo Won pun mencak-mencak. “Ah, apa!! Itu ukuran tubuhnya!!”
Ada
sms masuk dari Ra Im.
‘Aku memberimu petunjuk. Passcodenya adalah konstelasi
(perbintangan).’
“Konstelasi? Bintang?” gumam Joo Won.
Joo Won kemudian teringat pada peristiwa saat makan di pulau Jeju. Dimana
saat itu Oska dan Ra Im melakukan gombal-gombalan yang sangat lebay.
‘Mungkinkah alasan kenapa mataku begitu cantik adalah karena ada bintang
yang turun dari surga dan duduk didepanku?’ kata Ra Im dengan gaya malu-malu ke
Oska.
Joo Won mengambil kesimpulan
tentang passcode yang dimaksud Ra Im.
“Jika benar itu, maka kau
benar-benar akan mati….” gerutu Joo Won. Dia lalu memasukan angka kelahiran
Oska. “76-08-18” Angkanya cocok. “Brengsek! Kau benar-benar tidak akan bisa
lolos!”
Joo Won lalu masuk kedalam rumah
dan menyalakan lampu. Dia menuruni
tangga dengan lega. Senang rasanya pasti bisa kembali kerumah. Dia menyalakan
tv dengan gembira dan melepas sepatu.
Tapi saat memakai slippers, Joo Won terhenti dan melihat ke arah kakinya. Dia memakai kaus kaki yang ada gambar Oska. (ha ha….padahal kan dia sebal banget sama kaus kaki itu. Ingat waktu dia melepaskan kaus kaki dikaki Ra Im saat di RS dan dilemparkan ke tempat sampah. Mmm…bisa kebayang gondoknya sekarang.) Joo Won langsung melepas kaus kaki itu dan dihempaskan ke lantai. Dan kejutan buat Joo Won masih ada lagi.
Dia menengok ke balkon atas kamarnya, disana berderet celana boxernya dalam berbagai warna aha ha ha….Ra Im menjemur celana dalam ruangan. Saking shocknya, Joo Won sampai mundur jatuh dan pegangan dikursi.
Tapi saat memakai slippers, Joo Won terhenti dan melihat ke arah kakinya. Dia memakai kaus kaki yang ada gambar Oska. (ha ha….padahal kan dia sebal banget sama kaus kaki itu. Ingat waktu dia melepaskan kaus kaki dikaki Ra Im saat di RS dan dilemparkan ke tempat sampah. Mmm…bisa kebayang gondoknya sekarang.) Joo Won langsung melepas kaus kaki itu dan dihempaskan ke lantai. Dan kejutan buat Joo Won masih ada lagi.
Dia menengok ke balkon atas kamarnya, disana berderet celana boxernya dalam berbagai warna aha ha ha….Ra Im menjemur celana dalam ruangan. Saking shocknya, Joo Won sampai mundur jatuh dan pegangan dikursi.
Lain halnya dengan kejadian di
flat Ra Im. Ra Im pun sangat senang bisa tidur rebahan ditempat tidurnya lagi.
Dia berisik banget sambil guling-gulingan ditempat tidur.
“Tempat tidurku adalah yang paling baik!” seru Ra Im. Dia terdiam saat Ah Young ngeliatin dia aneh.
“Ah, tapi itu….tidak terjadi apa-apa kan diantara kita beberapa hari ini? Apa aku melakukan sesuatu yang gak normal atau aneh?” Ra Im bertanya dengan nada pelan pada Ah Young yang sedang sisiran didepan kaca. “Misalnya, aku membuatmu gak nyaman saat tidur....atau aku mengagetkanmu dan membuatmu malu?”
Bukannya menjawab baik-baik, Ah Young malah terlihat marah dan membentak Ra Im. “Apa yang mau kau lakukan sekarang?! Kau membuat hidupku sangat menderita! Tempat tidur juga! Kau bilang itu milikmu, dan kau menyuruhku tidur dilantai!”
“Aku membuatmu tidur dilantai?” Ra Im kaget.
“Woow…kau benar-benar berubah! Dari mana kau dapatkan uang untuk membeli barang-barang itu? Kau pikir aku akan mengira PresDir yang membelikannya? Bahkan saat aku memintamu memberikan kelonggaran 3 hari untuk bayar uang sewa, kau menolaknya!”
“Aku….aku tidak memberikan kelonggaran?”
“Tempat tidurku adalah yang paling baik!” seru Ra Im. Dia terdiam saat Ah Young ngeliatin dia aneh.
“Ah, tapi itu….tidak terjadi apa-apa kan diantara kita beberapa hari ini? Apa aku melakukan sesuatu yang gak normal atau aneh?” Ra Im bertanya dengan nada pelan pada Ah Young yang sedang sisiran didepan kaca. “Misalnya, aku membuatmu gak nyaman saat tidur....atau aku mengagetkanmu dan membuatmu malu?”
Bukannya menjawab baik-baik, Ah Young malah terlihat marah dan membentak Ra Im. “Apa yang mau kau lakukan sekarang?! Kau membuat hidupku sangat menderita! Tempat tidur juga! Kau bilang itu milikmu, dan kau menyuruhku tidur dilantai!”
“Aku membuatmu tidur dilantai?” Ra Im kaget.
“Woow…kau benar-benar berubah! Dari mana kau dapatkan uang untuk membeli barang-barang itu? Kau pikir aku akan mengira PresDir yang membelikannya? Bahkan saat aku memintamu memberikan kelonggaran 3 hari untuk bayar uang sewa, kau menolaknya!”
“Aku….aku tidak memberikan kelonggaran?”
“Bukankah kau bilang, ‘pencuri
jarum akhirnya akan menjadi pencuri sapi’(artinya sekali pencuri akan tetap
menjadi pencuri). Kau memastikannya! Kau bilang bahwa kepribadianmu setajam
pisau! Ciiihhh….!!” Ah Young lalu berbaring selimutan dilantai.
“Ah, orang itu benar-benar!”
desis Ra Im kesal pada ulah Joo Won. Kemudian dia berkata pada Ah Young, “Ah
Young, aku benar-benar tidak bermaksud begitu, sungguh! Beneraaaannn!” bujuk Ra
Im.
Tapi Ah Young tetap ngambek sambil selimutan sampai kepala. “Ah, aku gak perduli! Aku harus bangun pagi-pagi besok, jadi setelkan alarmku!”
Tapi Ah Young tetap ngambek sambil selimutan sampai kepala. “Ah, aku gak perduli! Aku harus bangun pagi-pagi besok, jadi setelkan alarmku!”
“Oh, baik! Jangan khawatir, aku
akan membangunkanmu!” kata Ra Im senang. Setidaknya Ah Young masih mau ngomong.
Ra Im lalu mengeluarkan ponsel
Joo Won untuk menyetel alarm. Tiba-tiba
dia iseng pengen liat ada foto-foto apa yang tersimpan diponsel itu.(Yah
tahulan cowok….kali aja ada foto-foto mesum ha ha ha....)
Tapi Ra Im kaget saat melihat hanya ada dua foto disana, dan foto itu adalah foto Ra Im yang dipotret Joo Won di loker Ra Im disekolah aksi. Ra Im terdiam dan teringat saat dipeluk Joo Won tadi dibawah tangga, Joo Won bilang dia datang hanya untuk melakukan itu.
Tapi Ra Im kaget saat melihat hanya ada dua foto disana, dan foto itu adalah foto Ra Im yang dipotret Joo Won di loker Ra Im disekolah aksi. Ra Im terdiam dan teringat saat dipeluk Joo Won tadi dibawah tangga, Joo Won bilang dia datang hanya untuk melakukan itu.
Dirumah Oska.
Oska berbaring di atas tempat
tidurnya dan menerawang. Dia teringat pertanyaan Seul dilapangan golf beberapa
waktu lalu.
Oska berguling mengambil kotak cincin
dilaci meja sebelah tempat tidurnya.
Dia mengeluarkan cincin berlian itu dan dipakai dijari kelingkingnya. Dia teringat lagi peristiwa lamaran itu.
Dia mengeluarkan cincin berlian itu dan dipakai dijari kelingkingnya. Dia teringat lagi peristiwa lamaran itu.
Oska berlutut didepan Seul sambil
mengulurkan kotak cincin yang terbuka.
‘Apa yang harus kulakukan? Maaf.’
jawab Seul.
Dia lalu mengambil cincin itu dari kotak yang dipegang Oska dan mengamatinya. ‘Kau adalah bintang yang gagal dimataku, tapi....kau ingin menikah denganku? Ternyata kau lebih naĂŻf dari yang kukira.’ Seul lalu mengembalikan cincin itu kekotaknya yang masih berada ditangan Oska. ‘Sungguh mengecewakan!’
Dia lalu mengambil cincin itu dari kotak yang dipegang Oska dan mengamatinya. ‘Kau adalah bintang yang gagal dimataku, tapi....kau ingin menikah denganku? Ternyata kau lebih naĂŻf dari yang kukira.’ Seul lalu mengembalikan cincin itu kekotaknya yang masih berada ditangan Oska. ‘Sungguh mengecewakan!’
Oska mematung dengan wajah yang
sangat terluka.
Seul masih meneruskan, ‘Aku sakit
dan lelah karenamu. Kenapa kau tidak menunggu sedikit lagi? Kemudian kita bisa
berpisah baik-baik.’ Seul mengakhiri kalimatnya dengan menoleh dan memandang
Oska angkuh.
Oska duduk di sofa sambil menengak minuman kaleng. Dia masih memikirkan
Seul.
Kali ini kenangan yang melintas adalah saat mereka berbicara di atas tebing yang menghadap laut di pulau Jeju.
Kali ini kenangan yang melintas adalah saat mereka berbicara di atas tebing yang menghadap laut di pulau Jeju.
‘Tentu saja hubungan kita tidak berakhir baik-baik, tapi kita tidak
mengakhirinya dengan begitu buruk sehingga tidak ada masa depan buat kita. Kita
tidak saling mencintai, bukan? Itu yang kutahu.’
Oska terdiam dan matanya berkeliaran seolah tak ada tempat untuk
menyembunyikan emosinya.
‘Siapa wanita tadi? Gadis yang ada dibawah standar yang bersama Kim
Joo Won tadi.’
‘Hati-hati dengan ucapanmu!’ seru Oska. ‘Dia bukan tamu Joo Won. Dia
tamuku. Apa kau tidak tahu artinya itu?! Dia wanita yang sedang kukencani.’
‘Kau bohong.’ desis Seul. ‘Gadis
itu bukan tipemu.’
‘Dan kau pikir kau adalah
tipeku?’ kata Oska lalu pergi ninggalin Seul.
Oska pun teringat kata-kata Seul
saat dimobil, sebelum Oska menurunkannya dijalan Tol.
‘Jangan berani berbohong dengan
mengatakan karena kau dulu ingin melindungiku. Kau hanya ingin
melindungi....dirimu sendiri, benar kan?’
(Here I Am – 4Men Feat. Mi)
Even if you think it’s not
enough, it’s fine
It’s fine I’ll show
How much I really love you
You may never know but, here I
am.
Oska sedih memikirkan Seul. Dia
masih terus duduk terpekur di sofa, hingga seorang pengganggu datang. Orang
lama yang sempat ‘menghilang’ tak mengganggunya, sekarang datang lagi. Joo Won
nyelonong masuk kerumah Oska dan datang berdiri didepan Oska sambil nyengir.
“Lama tak ketemu, ya.” kata Joo Won.
“Lama tak ketemu, ya.” kata Joo Won.
Oska yang sebel banget saat-saat
menyendirinya diganggu, menjawab Joo Won dengan senga’. “Aku sedang gak mood
untuk bercanda.”
“Aku tidak sedang bercanda. Aku baru saja kembali dari tempat yang sangat, sangat jauh. Tempat yang bahkan tak bisa kau bayangkan.”
“Aku tidak sedang bercanda. Aku baru saja kembali dari tempat yang sangat, sangat jauh. Tempat yang bahkan tak bisa kau bayangkan.”
“Apa kau sedang mabuk?” Oska gak
ngerti dengan omongan aneh Joo Won.
“Kau mungkin tak akan percaya,
tapi diriku yang kau lihat belakangan ini, bukanlah diriku yang sebenarnya.”
“Apa mungkin, kau habis minum obat(ngedrugs)?” pertanyaan Oska tambah ngaco, dia bahkan mulai ngeliatin Joo Won dengan pandangan prihatin.
“Apa mungkin, kau habis minum obat(ngedrugs)?” pertanyaan Oska tambah ngaco, dia bahkan mulai ngeliatin Joo Won dengan pandangan prihatin.
Joo Won terus nyerocos
mengabaikan pertayaan Oska. “Belakangan ini aku sangat akrab denganmu. Tapi aku
tidak dengan sungguh-sungguh melakukannya, jadi lupakan saja.”
“Aku sudah bilang aku sedang
tidak mood untuk bercanda!” seru Oska mulai kesal lagi. “Kalau kau hanya sedang
bosan, tinggalkan aku!”
“Apa karena lagu-lagu yang bocor?
Kau sudah menghentikannya?” kali ini gantian Joo Won yang prihatin.
Oska terdiam sebentar dan
menjawab serius, “Bagaimana aku bisa menghentikan internet? Kalau masalah lagu
plagiat diketahui public….”
“Apa yang akan terjadi?”
“Aku akan dicap sebagai penyanyi
tukang jiplak, itu saja!”
Ponsel Oska bunyi, ada sms masuk dari Ra Im.
Ponsel Oska bunyi, ada sms masuk dari Ra Im.
‘Hallo, ini Gil Ra Im. Apa kau sudah membereskan masalahmu? Jangan
terlalu dipikirkan, segalanya akan baik-baik saja.’
“Bagaimana dia tahu nomor
telponku?” Oska bingung, tapi tampak senang.
“Siapa itu?” tanya Joo Won.
“Kau tak perlu tahu.” jawab Oska
pendek. Kemudian dia mengetik sms untuk Ra Im.
‘Tak apa-apa. Aku juga percaya,
semua akan baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku! ^^’
Oska lalu menekan ‘send’ dengan
wajah gembira. Tak lama kemudian ponsel Joo Won bunyi, ada sms masuk. Sms Oska
masuk ke ponsel Ra Im yang ada di Joo Won.
(Aneh nih disini, gak sinkron.
Seperti penjelasan mba Tirza dikadorama: ‘Tadi Oska heran kenapa Ra Im bisa
punya nomornya, tp kenapa tdk curiga kalau Ra Im sms dari ponsel milik Joo Won,
dan bukannya membalas ke no Joo Won, kenapa bisa membalas ke nomor Ra im??’.
Tapi sudahlaaahhh! Biarin aja!)
“Oh, jadi dia menemukan nomornya
di ponselku!” oceh Joo Won saat membaca sms Oska.
“Apa?” Oska bingung.
“Itu tadi Gil Ra Im, kan?”
tanya Joo Won.
Oska memandang Joo Won aneh dan
berkata, “Kau memang terlihat aneh akhir-akhir ini….kau punya kemampuan
telepathy sekarang?!”
“Aku mengerti perasaan wanita dengan lebih baik sekarang. Tapi ada sesuatu
yang kurasa aneh. Kenapa penggemarmu memakai kaus kaki dengan gambar wajahmu di
atasnya? Apa kau suka saat wajahmu ada dikaus kaki yang bau saat kau melepaskan
kakimu dari sepatu?”
“Kenapa? Apa Ra Im memakai kaus kaki-ku?” tebak Oska.
Joo Won langsung ngelak. “Apa kau gila?! Kenapa Gil Ra Im harus melakukan hal seperti itu? Dia tidak serius menyukaimu. Kalau kau bertanya padanya siapa artis favoritnya, dia akan berpikir selama tiga detik dan menjawab, ‘Os…ka?’” Puas gangguin Oska, Joo Won pamit. “Aku pergi.”
Joo Won langsung ngelak. “Apa kau gila?! Kenapa Gil Ra Im harus melakukan hal seperti itu? Dia tidak serius menyukaimu. Kalau kau bertanya padanya siapa artis favoritnya, dia akan berpikir selama tiga detik dan menjawab, ‘Os…ka?’” Puas gangguin Oska, Joo Won pamit. “Aku pergi.”
Tapi saat Joo Won berbalik, Oska
bertanya, “Oh yaa…kenapa kau tidak memakai track suit bling-bling lagi
akhir-akhir ini?”
“Jangan menyebut-nyebut tentang
tracksuit lagi.” balas Joo Won dengan nada emosi. “Aku akan mengganti merek yang
belum dijual di korea.
Tapi apapun yang aku pakai, pasti
akan dijual di Dong Dae Mun.” Joo Won lalu berjalan pergi.
Oska berseru lagi, “Kau harus
menelpon Ji Yeon! Kelakuanmu benar-benar aneh!”
Keesokan paginya, Oska datang ke
kantornya. Disana sudah ada manajernya dan asistennya yang sibuk menjawab telepon
tentang masalah lagu plagiat. Oska melirik ke atas meja, semua tabloid dan koran
edisi hari ini memuat wajahnya.
Karena kesal, Oska lalu merebut ponsel asistennya dan dimatikan, dia juga segera mencabut kabel telepon, dan terakhir, dia juga merebut ponsel manajernya dan dimatikan.
Karena kesal, Oska lalu merebut ponsel asistennya dan dimatikan, dia juga segera mencabut kabel telepon, dan terakhir, dia juga merebut ponsel manajernya dan dimatikan.
“Kenapa kau menjawab panggilan
telepon yang seperti ini?” omel Oska.
“Lalu apa kita hanya mau menunggu
dan melihat media membicarakan tentang penjiplakan lagumu?” balas Dong Kyu tak
kalah emosi.
“Kau tahu sendiri ini akan terjadi cepat atau lambat.” kata Oska pelan.
“Jadi akan baik-baik saja karena kita tahu ini akan terjadi? Kau mau duduk saja dan dimanfaatkan?”
“Jadi akan baik-baik saja karena kita tahu ini akan terjadi? Kau mau duduk saja dan dimanfaatkan?”
“Ada untungnya juga, setidaknya namaku akan berada dipuncak topik pencarian
di internet.....untuk pertamakalinya.”
“Kau bener-bener!! Apa kata Seul? Kenapa dia melakukan ini padamu?!”
“Aku juga penasaran, kenapa dia melakukan itu?”
“Apa maksudmu? Kau belum ketemu
dengannya?”
Asisten Oska, Jong Heon menyela pembicaraan. “Apa yang akan kita lakukan dengan acara tanda-tangan?”
Asisten Oska, Jong Heon menyela pembicaraan. “Apa yang akan kita lakukan dengan acara tanda-tangan?”
“Tentu saja tetap dijalankan!”
bentak Dong Kyu.
“Bagaimana kau bisa bicara tentang acara tanda tangan dalam situasi ini?”
protes Oska.
“Kita harus mengadakannya karena
justru sekaranglah saatnya. Kalau kita membatalkannya, itu sama saja kau
mengaku bersalah! Aku akan menangani media, yang kau lakukan hanya berpakaianlah
yang keren dan lakukan sesi tanda tangan. Aku akan memberikan sanggahan bahwa
‘Kita adalah korban’, kita tak bersalah.”
“Siapa yang akan percaya?”
“Apakah mereka yang menulis artikel
di internet yakin orang-orang akan percaya? Setelah ketahuan lagu itu dijiplak,
kita menghentikan pembuatan video musicnya dan lagu itu tidak di rilis secara
resmi. Lalu apa masalahnya?”
“Orang tak akan perduli dengan
fakta sebenarnya, jika media sudah menulis seperti ini, aku tetaplah seorang
penyanyi tukang jiplak.” kata Oska lemes sambil memegang koran yang ada dimeja.
“Batalkan acaranya.” Oska lalu berjalan keluar kantornya.
Dong Kyu berteriak memanggil tapi Oska tak perduli.
Akhirnya Dong Kyu beralih meneriaki Jong Heon. “Hey, kalau kau tidak mau dipecat bulan ini, pastikan Oska mengikuti jadwalnya. Kau mengerti?!”
Akhirnya Dong Kyu beralih meneriaki Jong Heon. “Hey, kalau kau tidak mau dipecat bulan ini, pastikan Oska mengikuti jadwalnya. Kau mengerti?!”
Jong Heon ikutan keluar ruangan
sambil ngedumel. Akhirnya tinggal Dong Kyu sendirian yang sibuk mencari dimana
Oska melempar ponselnya tadi.
Peristiwa Joo Im(Ra Im) menonjok
customer yang maniak itu menjadi topic pembicaraan hangat di antara para
karyawan Dept. Store. Para staff wanita memuji tindakan
PresDir mereka yang cool itu. Ah Young ada diantara teman-temannya dan
mendengar obrolan mereka. Ah Young jadi teringat sikap aneh Joo Im yang
memegang tangannya waktu itu.
“Seung Mi tidak masuk hari ini?”
tanya salah seorang teman Ah Young.
“PresDir kita menyuruhnya libur beberapa hari dan bahkan mengirimi anaknya hadiah.” jawab Ah Young.
“PresDir kita menyuruhnya libur beberapa hari dan bahkan mengirimi anaknya hadiah.” jawab Ah Young.
“Benarkah??! Bagaimana bisa seseorang bisa berubah dalam semalam seperti
itu?”
“Mungkin karena dia mulai mengerti kesulitan karyawan-karyawannya,
dikarenakan kekuatan cintanya pada seseorang?” Ah Young mulai bicara lebay.
“Kekuatan cinta? Siapa orang itu?”
“Siapa yang tahu?” Ah Young mengucapkannya sambil senyum-senyum penuh
arti...ha ha...
Tiba-tiba ada seorang staff datang memberitahukan bahwa PresDir sudah tiba,
dan mereka semua disuruh siap-siap.
Joo Won masuk ke Dept. Store pakai eskalator seperti biasa.
Saat semua staff menunduk, Ah Young malah dengan pedenya mengangkat kepala siap-siap untuk melemparkan senyum kalau-kalau sang PresDir melirik ke arahnya. Tapi Joo Won hanya berjalan melewati para staffnya dengan angkuhnya. Malah Sekertaris Kim yang menoleh dan tersenyum ke Ah Young. Ah Young kecewa dan bingung.
Saat semua staff menunduk, Ah Young malah dengan pedenya mengangkat kepala siap-siap untuk melemparkan senyum kalau-kalau sang PresDir melirik ke arahnya. Tapi Joo Won hanya berjalan melewati para staffnya dengan angkuhnya. Malah Sekertaris Kim yang menoleh dan tersenyum ke Ah Young. Ah Young kecewa dan bingung.
Suasana penyambutan pagi itu tak seperti biasanya, Joo Won merasa aneh. “Kenapa
mereka seperti itu?” tanyanya ke Sekertaris Kim. Karena para staff ada yang
sambil senyum-senyum dan berbisik-bisik.
“Anda menjadi pahlawan setelah anda menonjok pria maniak itu kemarin.” jawab Sekertaris Kim semangat.
“Anda menjadi pahlawan setelah anda menonjok pria maniak itu kemarin.” jawab Sekertaris Kim semangat.
“Orang-orang terlalu menyukai
kekerasan.” balas Joo Won tak senang.
“Apaa?” Sekertaris Kim gak terima
komentar PresDirnya.
Manajer Choi langsung melaporkan
berita kedatangan Joo Won yang tidak menggunakan lift kepada GM Park.
“Dia menggunakan Escalator lagi?”
GM Park tak percaya.
“Ya. Dia juga tidak memberi salam sedikitpun pada para staff.” jawab Manajer Choi.
“Ya. Dia juga tidak memberi salam sedikitpun pada para staff.” jawab Manajer Choi.
“Apa sebenarnya rencananya? Kenapa dia berubah kembali?”
“Mungkin terjadi peperangan Psikologis dalam dirinya.”
“Peperangan Psikologis? Lalu apa rencana kita untuk menghadapinya?” GM Park
jadi waspada.
“Dia meminta kita semua untuk berkumpul diruangannya. Karena itu, sebaiknya
kita kesana untuk untuk melihat keadaan.”
“Tentu kita harus kesana. Tapi, komentar paling agresif seperti apa yang
akan kuberikan padanya? Aku akan menuliskan beberapa.” (ha ha....GM Park niat
banget!)
Joo Won masuk kekantornya dengan senyum mengembang, sementara sekertarisnya
mengikuti dibelakang sambil mengamati Joo Won aneh. Tiba ditengah ruangan, Joo
Won berbalik ke arah Sekertaris Kim.
Dia memandangi sekertaris setianya itu penuh selidik.
Dia memandangi sekertaris setianya itu penuh selidik.
“Kenapa anda melihatku dengan pandangan seperti itu? Apa ada yang
salah?” Sekertaris Kim mulai ketakutan.
Joo Won berjalan mendekati
Sekertaris Kim. “Apa ada sesuatu yang tidak kau sukai dariku?” tanya Joo Won
dengan nada horror.
“Heh?” Sekertaris Kim bingung.
“Aku ingin berbicara denganmu setelah kerja. Ini sebenarnya tentang rahasia
umum di DeptStore kita.”
“Dengan…saya?” Sekertaris Kim
mulai panik.
“Kenapa? Apa kau capek karena aku
merepotkanmu sepanjang waktu?”
Sekertaris Kim langsung batuk.
“Uhuk, bagaimana bisa?”
“Aku berpikir untuk memecat Im Ah
Young staff yang ada di VVIP Lounge.” Joo Won mulai ngerjain sekertarisnya.
“PresDir….!!” rengek Sekertaris
Kim.
“Kenapa?!” Joo Won pura-pura gak ngeh. “Kau pacaran
dengannya? Nggak kan? Kau hanya kebetulan ketemu dengannya sekali duakali.
Begitu kan, lalu apa masalahnya?”
“Yah, memang begitu. Tapii...” Sekertaris Kim bingung mau bicara apa sampai garuk-garuk kepala. “Baiklah alasannya karena….seperti yang anda tahu…”
“Terserahlah, kita akan membicarakannya lagi nanti. Ayo kita kerjakan kerjaan yang sudah menumpuk.” Joo Won memotong omongan sekertarisnya, lalu berjalan kebalik meja kerjanya. “Bawa kemari semua dokumen yang harus ditandatangani.”
“Yah, memang begitu. Tapii...” Sekertaris Kim bingung mau bicara apa sampai garuk-garuk kepala. “Baiklah alasannya karena….seperti yang anda tahu…”
“Terserahlah, kita akan membicarakannya lagi nanti. Ayo kita kerjakan kerjaan yang sudah menumpuk.” Joo Won memotong omongan sekertarisnya, lalu berjalan kebalik meja kerjanya. “Bawa kemari semua dokumen yang harus ditandatangani.”
“Gak ada lagi yang harus
ditandatangani. Anda telah
menandatangani semuanya.” kata Sekertaris Kim.
“Aku?” Joo Won bingung. “Kau bilang aku sudah menandatangani semuanya?”
“Itu ada disitu.” jawab Sekertaris Kim menunjukan susunan map yang ada
dimeja Joo Won.
Joo Won langsung membuka map-map
itu dengan tergesa.
Dia shock melihat tandatangan Ra Im yang lengkap dengan gambar hati tertera disana. “Kenapa kau tidak menghentikanku menandatangani ini semua?!! Apa susahnya bilang ‘Jangan’??!! Ini gambar hati!!! HATIII!!!”
“Saya juga kaget melihatnya. Saya pikir anda merubahnya dengan tandatangan baru yang cute.” LOL :D
Dia shock melihat tandatangan Ra Im yang lengkap dengan gambar hati tertera disana. “Kenapa kau tidak menghentikanku menandatangani ini semua?!! Apa susahnya bilang ‘Jangan’??!! Ini gambar hati!!! HATIII!!!”
“Saya juga kaget melihatnya. Saya pikir anda merubahnya dengan tandatangan baru yang cute.” LOL :D
Joo Won kesal banget sampai ingin
melempar map itu ke sekertarisnya.
Saat meeting tiba, Joo Won masih
terpekur ngeliatin tandatangan cute itu. Masalahnya bukan hanya terletak di
cute-nya, tapi Ra Im sudah menandatangani proposal acara yang tidak disukai Joo
Won.
“Bisakah aku bertanya…ide siapa Christmas event ini?” Joo Won akhirnya bersuara membuka meeting itu.
“Bisakah aku bertanya…ide siapa Christmas event ini?” Joo Won akhirnya bersuara membuka meeting itu.
“Itu ide dari tim Dept.Store
kita.” jawab GM Park.
“Jika turun salju dimalam Natal,
Dept.Store kita akan menghujani hadiah untuk pasangan yang datang. Apakah
ide-idenya selalu klise seperti ini dan tidak ada ide lain lagi?”
“Sulit jika anda ingin
membatalkannya sekarang, anda sudah menandatanganinya.” GM Park sudah bisa
menduga arah omongan PresDirnya.
“Karena itu aku bertanya dengan ragu, ‘apa mungkin’.... Apa anda tidak
merasa aku mencoba berbicara dengan sopan?” Joo Won ngeles, dan seperti
biasa GM Park langsung mingkem. Lalu Joo Won melanjutkan, “Jika turun salju di
hari Natal, maka dengan mudahnya
bisa memenangkan hadiah. Tapi haruskah kita mengadakan event seperti yang
diadakan Dept.Store lain? Kenapa kita harus selalu mengadakan event untuk yang
berpasangan? Lalu bagaimana dengan
mereka yang tidak punya pacar, sehingga mereka hanya menonton TV sendiri
dirumah? Kenapa kita tidak menargetkan para singel-singel ini daripada yang
berpasangan?!”
“Hari gini....tak ada lagi yang tidak punya pasangan.”jawab GM Park sambil
mengulum senyum.
“Tentu. Aku mengenal seorang
gadis yang mengagumkan, tapi dia masih single. Maka untuk menyemangati para single ini, bagaimana kalau kita menghujani
mereka dengan hadiah? Jika hujan pada hari Natal,
kita akan memberikan hadiah yang banyak untuk para single.” Semua orang
langsung kasak-kusuk, GM Park bahkan menyeringai sinis. Tapi Joo Won tetap
nyerocos. “Jika hujan di hari Natal,
kita akan memberikan hadiah utamanya berupa Bisong Resort. Itu belum pernah
ada.”
“Apa?!” semua orang kaget.
“PresDir, bujet untuk itu bisa sampai $70,000.” Sekertaris Kim mengingatkan.
“PresDir, bujet untuk itu bisa sampai $70,000.” Sekertaris Kim mengingatkan.
“Sekarang bukan saatnya kau ikut
campur seperti ini.” balas Joo Won. Kemudian dia berbicara lagi pada peserta meeting. “Apa yang
kemungkinan besar akan terjadi saat Natal?
Salju atau hujan?”
“Yah…lebih besar kemungkinan
turun salju.” tebak GM Park.
“Salah. Lebih besar kemungkinan
tak akan terjadi apa-apa. Jika kemungkinannya salju, lalu hujan es, lalu hujan.
Maka kemungkinan hujan adalah yang paling kecil. Orang biasanya akan lebih
tertarik pada kecilnya kemungkinan untuk menang. Kenapa? Karena makin kecil
kemungkinan, maka hadiahnya akan semakin besar.” Joo Won lalu melempar map
proposal itu kedepan GM Park. “Kelihatannya kau harus menghabiskan satu malam
untuk merevisinya.”
Semua diam. GM Park hanya bisa
menatap Joo Won dengan pandangan pengen makan orang. Tapi Joo Won membalasnya
dengan senyum puas.
Seul membaca Koran dengan
Headline ‘Kebocoran lagu Oska – diikuti kontroversi Plagiat’ dikantornya.
Tiba-tiba para staff menemuinya. Mereka
bingung kapan Seul pulang, karena sebelumnya Seul memberitahukan kalau
tidak akan pulang beberapa hari.
“Aku merasa pengap. Tak ada yang
terjadi, kan (selama aku pergi)?” tanya Seul.
“Kemarin, Oska datang kesini.” cerita salah seorang staffnya.
“Kenapa?” Seul penasaran.
“Kami juga tidak tahu. Dia sangat marah dan mencari anda.”
“Dia marah?”
Baru saja Seul meraih ponselnya untuk menelpon, Oska tiba-tiba masuk keruangannya dan berjalan lurus sampai kedepan Seul.
Baru saja Seul meraih ponselnya untuk menelpon, Oska tiba-tiba masuk keruangannya dan berjalan lurus sampai kedepan Seul.
“Aku kira kau tidak akan pulang beberapa hari.” kata Oska sambil menatap
Seul dalam.
Seorang staff pengen meluruskan
tapi dipotong Seul. “Aku pikir juga begitu. Tapi ada sesuatu yang harus
kulakukan, jadi aku kembali. Ada
apa?”
“Bisakah kalian meninggalkan
kami?” pinta Oska pada staff Seul.
Setelah semua staff pergi Oska
hanya memandang Seul tanpa bicara. Seul bingung.
“Ada apa?” tanya Seul lagi. “Beritanya sudah keluar. Kau masih punya waktu datang kesini?”
“Ada apa?” tanya Seul lagi. “Beritanya sudah keluar. Kau masih punya waktu datang kesini?”
“Apa kau orangnya?” tanya Oska.
“Apa?”
“IP Address orang yang
menyebarkan laguku adalah disini. Jadi aku bertanya padamu, apakah kau orang
yang telah membocorkan laguku?”
“Apa kau….mencurigaiku sekarang?”
“Setidaknya kau jujur padaku.
Kenapa kau melakukannya? Apa kau marah karena aku menghentikan pembuatan music
video? Atau….karena aku cuek padamu, maka kau ingin menarik perhatianku?”
“Sepertinya kau tidak datang kesini untuk mengkonfirmasi. Kau datang kesini karena percaya aku yang melakukannya. Tapi aku…tidak akan serendah itu” Seul membela diri.
“Sepertinya kau tidak datang kesini untuk mengkonfirmasi. Kau datang kesini karena percaya aku yang melakukannya. Tapi aku…tidak akan serendah itu” Seul membela diri.
“Tidak. Kau adalah tipe orang
yang bisa melakukan apapun. Kau bisa
mengkhianatiku, dan pergi keluar negeri dengan pria yang sangat kubenci. Kau
bisa menikahi sepupuku untuk membuatku kesal. Kau orang yang seperti itu. Lalu
kau... melakukan hal seperti ini, bukankah terlalu mudah buatmu?” kata Oska
dengan rahang kaku, dia berusaha mati-matian menjaga emosinya.
Seul terluka. “Karena kau sudah menganggapku seperti itu, terima kasih. Silahkan gugat aku. Tidak ada lagi yang harus aku katakan, gugat saja aku. Apapun yang aku katakan, kau tak akan percaya. Seperti yang terjadi dulu. Daripada mendengar kejujuranku, kau lebih mempercayai omongan orang lain.”
“Kebohongan orang lain lebih akurat daripada kejujuranmu. Walaupun kau berlagak tak bersalah, polisi menemukan IP Address berasal dari sini.” Oska menghembuskan nafas yang menggumpal didada. Matanya merah menahan tangis. “Aku mohon padamu…..jangan pernah bertemu aku lagi.” Oska lalu pergi. Seul terdiam ditempatnya dengan mata berkaca-kaca.
Seul terluka. “Karena kau sudah menganggapku seperti itu, terima kasih. Silahkan gugat aku. Tidak ada lagi yang harus aku katakan, gugat saja aku. Apapun yang aku katakan, kau tak akan percaya. Seperti yang terjadi dulu. Daripada mendengar kejujuranku, kau lebih mempercayai omongan orang lain.”
“Kebohongan orang lain lebih akurat daripada kejujuranmu. Walaupun kau berlagak tak bersalah, polisi menemukan IP Address berasal dari sini.” Oska menghembuskan nafas yang menggumpal didada. Matanya merah menahan tangis. “Aku mohon padamu…..jangan pernah bertemu aku lagi.” Oska lalu pergi. Seul terdiam ditempatnya dengan mata berkaca-kaca.
Melihat kejadian itu, staff Seul
ngebahas. Rupanya beberapa hari sebelumnya, salah satu staff Seul ada yang
meng-upload file menggunakan komputer Seul. Dan lagu baru Oska yang ada di
computer Seul ikut ke-upload. Tapi mereka sepakat untuk tutup mulut.
Love
changes a lot of things
Even
things you think that could never change
It’s changed even my little
habits
In
the end I hope it will be you
The person will be with me, that
person will be you
Sementara itu diluar kantor Seul,
Oska berjalan linglung dan terduduk ditangga gedung. Orang-orang mengenalinya dan membicarakan
beritanya yang ada dikoran.
Asistennya mengajaknya pergi dari situ untuk acara tandatangan, tapi Oska tak bergerak sedikitpun. Matanya terus memandang sedih kedepan.
Asistennya mengajaknya pergi dari situ untuk acara tandatangan, tapi Oska tak bergerak sedikitpun. Matanya terus memandang sedih kedepan.
You
can lean on me
I
know it’s been hard
You
waited a long time
It
took too long to come back to you
It’s
not just a coincident, right…my heart recognizes you first
And
tells me it’s been waiting for you
It’s been love for a long time
I will shout to the world that I love you
I
will protect you from now on
Even
if my body changes, my heart is still here
My
heart recognizes you first
Disekolah aksi, tampak para
junior dan senior berlatih bersama. Tiba-tiba Ra Im masuk kedalam dan
berteriak-teriak senang.
“Oh, senior!! Seniooorrr!!!” Ra
Im teriak sambil berlari mendekati para seniornya dengan gaya
kesenangan yang berlebihan. Dia langsung merangkul pundak dua seniornya dan
mengajak mereka loncat-loncat. Kocak :D
“Ada
apa denganmu? Apa yang terjadi?” tanya
Jung Hwan sambil ngeliatin Ra Im aneh.
Ra Im cengengesan dan berkata dengan wajah terharu, “Apa kalian baik-baik saja? Aku sangat merindukan kalian.”
Ra Im cengengesan dan berkata dengan wajah terharu, “Apa kalian baik-baik saja? Aku sangat merindukan kalian.”
“Ada
apa denganmu? Apa kita melakukan sesuatu yang salah padanya?” Jung Hwan tambah
heran.
“Bukan begitu. Bagaimanapun,
kalian sangat mengkhawatirkan aku, kan?
Kalian tak perlu khawatir lagi. Aku tak ada masalah lagi sekarang.” Ra Im
menenangkan.
“Kau kelihatannya malah seperti punya masalah.” kata seorang senior.
Ra Im menaruh telunjuknya dibibir. “Ssstt, aku akan pergi menemui
Sutradara.” Lalu dia berjalan pergi dengan senang.
“Dia sering marah-marah
akhir-akhir ini. Tapi mengapa mood-nya begitu baik hari ini? Sangat menakutkan!
Apa mungkin dia mengidap Bipolar Disorder(penyakit kejiwaan yang ditandai
dengan perubahan emosi yang sangat ekstrim)? Aku khawatir padanya.” oceh salah
satu senior sambil ngeliatin Ra Im pergi. Senior yang lain pun langsung menarik
nafas dengan tampang khawatir.
Saat itu Jong Soo sedang mandi
mengguyur tubuhnya dibawah shower. Dia
teringat percakapannya dengan Ra Won saat di pulau Jeju.
‘Sutradara….kau ketahuan! Ketahuan menyukaiku.’
Kemudian kata-kata Ra Won saat
menemuinya dikantornya.
‘Kalau begitu aku akan mengajukan
sebuah permintaan. Aku akan bersikap seolah-olah tidak tahu kalau kau
menyukaiku. Tapi sampai aku mati, jangan pernah menyatakannya padaku.’
Jong Soo lama terpekur memikirkan
masalah Ra Won/Ra Im dikamar mandi. Stress. Tapi saat dia keluar kamar mandi,
orang yang menyebabkannya stress itu lagi mondar-mandir senang diruangannya.
Dan begitu menyadari kehadiran Jong Soo, Ra Im langsung menghambur dan menggengam
kedua tangan Jong Soo.
“Sutradara! Aku kembali! Aku benar-benar kembali, Sutradara!!” seru
Ra Im senang sambil loncat-loncat.
Jong Soo diam kaku ngeliatin Ra
Im. Akhirnya Ra Im jadi salting dan segera melepas jemari Jong Soo.
“Apa maksudmu dengan ‘kembali’?”
tanya Jong Soo dingin.
“Susah
untuk dijelaskan. Tapi yang terpenting
adalah aku tidak akan bertingkah aneh lagi. Mulai sekarang, aku tidak akan
bertingkah aneh. Aku minta maaf untuk yang
telah terjadi. Aku sudah melihat skenario yang anda berikan padaku.
Tapi, itu semua dalam bahasa Inggris. Jadi kupikir, aku akan membutuhkan
pertolongan Sutradara.”
“Apa maksudmu? Aku cukup kaget
saat tahu English-mu lebih baik dari yang aku kira.”
“Aku?” Ra Im bingung sebentar dan
menyadari itu pasti kerjaan Joo Won. “Ah, anggap saja saat itu aku lagi tidak
sadar. Sekali mengerti isi skenario, aku selalu ingin langsung
mendemonstrasikan adegannya. Jika
sudah selesai, aku ingin Sutradara melihatnya(Video demo audisi). Kalau begitu,
aku akan pergi berlatih.” Ra Im pamit. Tapi setelah beberapa langkah dia
berhenti dan berbalik. “Oh iya, terima kasih banyak.” Ra Im membungkuk hormat.
“Untuk apa?”
“Untuk apa?”
“Karena sudah mendaftarkan aku
untuk ikut audisi.”
Jong Soo bengong. Ra Im tertawa
kecil dan berbalik pergi.
Jong Soo bener-bener gak habis pikir dengan sifat Ra Im. Ha ha ha… :D
Jong Soo bener-bener gak habis pikir dengan sifat Ra Im. Ha ha ha… :D
Dikediaman ibu Joo Won. Dia sedang menerima laporan dari orang suruhannya,
mengenai aktifitas Joo Won.
“PresDir bekerja seperti biasa.” lapor pria suruhannya.
“PresDir bekerja seperti biasa.” lapor pria suruhannya.
“Dari rumah, atau dari tempat lain?” tanya ibu joo Won.
“Dari rumah.”
“Bagus.” Ibu Joo Won lalu membuka amplop yang dibawa suruhannya. Isinya
adalah foto-foto Ra Won saat berbelanja perabotan mahal untuk flat Ra Im. “Apa….apa ini?!” serunya tertahan.
“Pada saat anda memberinya uang waktu itu, sepertinya dia telah membelanjakannya semua.”
“Apa?!! Perempuan itu benar-benar tahu menggunakan uang. Tapi, seleranya (dalam memilih perabotan) terlalu bagus untuk seorang stuntwoman. Dia bukan gadis biasa…. Pergi cari tahu secara detil siapa orang tuanya, bagaimana dan dimana dia dibesarkan?” ibu Joo Won memberi titah selanjutnya.
“Pada saat anda memberinya uang waktu itu, sepertinya dia telah membelanjakannya semua.”
“Apa?!! Perempuan itu benar-benar tahu menggunakan uang. Tapi, seleranya (dalam memilih perabotan) terlalu bagus untuk seorang stuntwoman. Dia bukan gadis biasa…. Pergi cari tahu secara detil siapa orang tuanya, bagaimana dan dimana dia dibesarkan?” ibu Joo Won memberi titah selanjutnya.
Disekolah aksi, Ra Im berlatih dengan semangat hingga para senior yang
menjadi partnernya berlatih mengeluh kelelahan.
“Kenapa kau berlatih terlalu keras? Aku gak kuat lagi!” keluh salah satu senior.
“Kenapa kau berlatih terlalu keras? Aku gak kuat lagi!” keluh salah satu senior.
“Gak bisa. Aku harus membuat
video demo untuk audisi. Aku sudah kehilangan otot-ototku dan merasa kaku. Posturku
jadi jelek sekali. Jadi bantu aku.” jawab Ra Im.
“Kenapa kau membuat kami bingung?
Apa mungkin kau sudah dicampakan oleh si ‘Aku menghasilkan banyak uang’? Dia
gak men-support kau lagi kan,
makanya kau kembali kesini? Kau bilang bahwa kau gak mau kerja seperti ini
lagi. Kau bilang pekerjaan ini hanya untuk orang-orang yang telah dicampakan
dan karena itulah kami menggunakan tubuh kami. Jadi, apa kau telah dicampakan
lagi?” cecar Jung Hwan.
Ra Im shock mendengarnya. “Haa, kau membiarkan saja aku berkata seperti itu padamu?! Kau seharusnya membunuhku!”
Ra Im shock mendengarnya. “Haa, kau membiarkan saja aku berkata seperti itu padamu?! Kau seharusnya membunuhku!”
“Bisakah aku membunuhmu
sekarang?” tantang Jung Hwan.
“Sudah terlambat sekarang!”
sanggah Ra Im. LOL
Mereka lalu berlatih lagi. Sementara itu Jong Soo mengamati Ra Im dari
jauh. Tiba-tiba adik Joo Won, Hee Won muncul ditempat itu dan celingukan
seperti mencari sesuatu.
“Ada yang bisa kubantu?” tanya Jong Soo heran melihat gadis itu. “Apa kau seorang artis?”
“Ada yang bisa kubantu?” tanya Jong Soo heran melihat gadis itu. “Apa kau seorang artis?”
“Tidak. Aku bukan datang kesini
untuk belajar.” jawab Hee Won. (Dalam bahasa korea,
actress/actor terdengar sepeti kata ‘belajar’)
“Actress, kau seorang artis?”
ulang Jong Soo dengan menggunakan bahasa inggris untuk kata artis.
“Heh? Aaahh….aku tidak secantik itu.” kata Hee Won sambil tersipu malu. “Tapi aku sering mendengar orang berkata begitu.”
Jong Soo langsung diam.
“Heh? Aaahh….aku tidak secantik itu.” kata Hee Won sambil tersipu malu. “Tapi aku sering mendengar orang berkata begitu.”
Jong Soo langsung diam.
“Apa kau bekerja disini?” tanya
Hee Won. “Apa mungkin kau mengenal Gil Ra Im?”
“Kenapa dengan Gil Ra Im?” Jong Soo jadi waspada.
Tiba-tiba ada yang berteriak ‘Awaaas’ diiringi sebuah pedang yang
berkelebat cepat menuju kearah Hee Won dan Jong Soo. Jong Soo reflek mendorong
kepala Hee Won dan dia sendiri mendorong badannya kebelakang menghindari
sabetan pedang itu.
Hee Won berteriak saat tubuhnya terduduk kelantai.
Hee Won berteriak saat tubuhnya terduduk kelantai.
“Siapa yang melempar pedang
itu?!” tanya Jong Soo dengan suara tegas. “Siapa dari kalian yang tidak berhati-hati seperti itu?!” seru Jong Soo,
tapi semua diam.
“Apa kau baru saja menyelamatkanku?” tanya Hee Won yang masih terduduk
dilantai sambil memegang kepalanya yang didorong Jong Soo tadi.
“Aku tak bisa membiarkanmu
terluka.”jawab Jong Soo datar.
“Ah, aku tak bisa percaya!”
dengus Hee Won lalu berdiri. “Dalam situasi seperti ini, saat seorang pria
menyelamatkan seorang gadis.....dia akan menarik gadis itu kepelukannya, atau
dia akan terluka karena melindungi gadis itu, atau dia akan terbang dan dengan
cepat menangkap sang gadis.” cerita Hee Won bersemangat sambil menggunakan
gerakan.
Semua melirik Hee Won sambil
mengulum senyum, kecuali Jong Soo tentunya.
“Apaa….?” kata Hee Won lagi dengan ngeliatin Jong Soo sinis. “Bukankah seharusnya kau melakukan hal seperti itu? Bagaimana bisa kau menekan kepala seorang wanita dan mendorongnya kelantai?”
“Apaa….?” kata Hee Won lagi dengan ngeliatin Jong Soo sinis. “Bukankah seharusnya kau melakukan hal seperti itu? Bagaimana bisa kau menekan kepala seorang wanita dan mendorongnya kelantai?”
“Aku terdesak. Jadi apa yang
harus kulakukan? Jika kau terkena pedang itu, maka tulang kepalamu akan patah.”
jawab Jong Soo.
Jung Hwan langsung melerai. “Aku
minta maaf mewakilinya. Direktur
kami tidak punya sisi romantis.” Jong Soo pengen protes mendengarnya,
tapi Jung Hwan tak perduli, dia malah meneruskannya dengan memperkenalkan diri.
“Namaku Hwang Jung Hwan.”
“Sepertinya kita pernah ketemu
sebelumnya, kan?” tanya Ra Im ke
Hee Won.
Hee Won bingung. “Hee? Benarkah? Apa kau pernah sekolah di New York?”
Hee Won bingung. “Hee? Benarkah? Apa kau pernah sekolah di New York?”
“Haa? Tidak.” Ra Im jadi malu.
“Lalu kapan?” Hee Won jadi
ngeliatin Ra Im serius. “Ahhh….aku
ingat! Garosu-Gil di ShinSaDong (Daerah Trendy di Seoul). Aku Kim Hee
Won, adik Joo Won.”
Ra Im langsung kediam dan memberi
salam dengan menundukan kepala.
“Kim Joo Won?” Jong Soo agak
kaget.
“Jika ini adalah adik dari si ‘Aku menghasilkan banyak uang’, jadi wanita
ini juga....” seru Jung Hwan, tapi langsung terhenti karena kakinya di injak Ra
Im.
“Tapi....apa yang kau lakukan disini?” tanya Ra Im.
“Apa mungkin....kau Gil Ra Im?”
tanya Hee Won.
Ra Im kaget. “Kau mencariku?”
“Ya. Aku tak bisa bicara disini, bisakah kita keluar? Sebentar…”
Hee Won melirik Jong Soo dan berkata, “Aku tidak biasa mengajukan pertanyaan ini, tapi apa kau sudah menikah?”
Hee Won melirik Jong Soo dan berkata, “Aku tidak biasa mengajukan pertanyaan ini, tapi apa kau sudah menikah?”
“Ooooohhhh.....!!!” para senior
langsung berisik ngeledek Jong Soo. “Kalian berdua terlihat cocok.”
Hee Won tersipu, sedangkan Ra Im
Cuma bisa menarik napas. Dan Jong Soo….gak disorot, tapi paling juga pasang
tampang datar doang ha ha ha :D
Hee Won dan Ra Im memilih ngobrol
disebuah café. Dan rupanya Hee Won sedang melancarkan pertanyaan-pertanyaan
seputar Jong Soo pada Ra Im.
“Apa golongan darahnya?” tanya
Hee Won.
“A.” jawab Ra Im.
“Apa zodiaknya?”
Ra Im mulai terlihat bete.
“Karena ulang tahunnya pertengahan april….”
“Aries!” tebak Hee Won senang. “Jika dia seorang Aries dengan golongan darah A, berarti dia adalah orang yang serius dan tenang, menyukai petualangan dan kompetisi! Dia pasti sangat menyukai pekerjaannya. Apa itu benar?”
“Aries!” tebak Hee Won senang. “Jika dia seorang Aries dengan golongan darah A, berarti dia adalah orang yang serius dan tenang, menyukai petualangan dan kompetisi! Dia pasti sangat menyukai pekerjaannya. Apa itu benar?”
“Ya. Mendekati.”
“Jadi begituuu!!” Hee Won senang
sekali. “Orang-orang memanggilnya
Direktur tadi.”
“Ya. Dia seorang sutradara aksi.”
“Benarkah?! Dia seorang sutradara?!”
“Tapi....apa kau datang kesini
untuk menanyakan itu?” Ra Im mengingatkan.
“Ah, iya. Aku memang seperti ini.
Aku penasaran tentang sesuatu dan aku ingin memperingatkan kau akan satu hal.
Pertama, apa hubunganmu dengan Oppaku, dan apa hubunganmu dengan Woo Young
oppa?”
Ra Im bengong bentar dan
menjawab, “Aku tidak punya hubungan apapun dengan mereka berdua. Jika kau
datang kesini untuk mengajukan pertanyaan yang bodoh seperti itu….maka jangan
datang lagi…”
“Sebentar. Kau benar-benar tidak
punya hubungan apapun dengan Oppaku? Lalu kenapa kau menerima uang yang diberikan
ibuku padamu?”
“Uang?!” Ra Im kaget.
“Uang?!” Ra Im kaget.
“Aku dengar kau telah bertemu
dengan ibuku. Dia memberikan kau amplop berisi uang, dan kau langsung
menghabiskannya dalam satu hari.”
Ra Im langsung ngeh ini ulah Joo
Won. “Kau bilang kalau aku menerima
amplop? Maaf, tapi berapa uang yang telah aku terima?”
“Jadi kau tidak tahu berapa yang kau terima dan kau langsung
menghabiskannya? Kau sangat keren!!” puji Hee Won ha ha. “Tapi ngomong-ngomong,
ibuku sedang mengecek latar belakangmu. Aku kesini karena ingin memberitahumu.”
“Kenapa?”
“Karena aku yang paling normal dikeluargaku. Oppa seperti ibu, dan aku
seperti ayahku.”
Ponsel Ra Im bunyi dan dia segera melihat caller id-nya. Tertera disana,
Gil Ra Im. Ha ha...rupanya mereka belum tukeran ponsel lagi setelah tubuh mereka
balik.
“Hallo.” jawab Ra Im.
“Jam berapa sekarang? Aku sudah
bilang padamu untuk datang menukar ponsel kita. Kenapa kau belum datang?!” omel
Joo Won diseberang.
Ra Im terlihat kesal banget. “Baik, aku akan kesana sekarang. Jadi jangan kemana-mana dan tunggu disana!” kata Ra Im dengen nada pengen bunuh orang.
Ra Im terlihat kesal banget. “Baik, aku akan kesana sekarang. Jadi jangan kemana-mana dan tunggu disana!” kata Ra Im dengen nada pengen bunuh orang.
Ra Im datang menemui Joo Won di
Dept.Store. Saat bertemu, dia memberikan Joo Won pandangan yang mematikan.
“Kau melotot padaku? Kenapa? Kau bukan orang yang seharusnya marah. Kau tahu betapa aku menderita karena masalah passcode itu? Terus apa? Kim Do-Chul? Apa artinya? Itu bukan berarti ‘pria tracksuit psikopat’ kan?” omel Joo Won, tapi Ra Im semakin melotot padanya. “Aisshh….kenapa kau tidak memandangku secara wajar? Kenapa kau memandangku dengan cara seperti itu? Kau memeriksa ponselku ya? Siapa yang menyuruh kau mengutak-ngutik ponselku? Kau mau ketemu pengacaraku?!”
“Kau melotot padaku? Kenapa? Kau bukan orang yang seharusnya marah. Kau tahu betapa aku menderita karena masalah passcode itu? Terus apa? Kim Do-Chul? Apa artinya? Itu bukan berarti ‘pria tracksuit psikopat’ kan?” omel Joo Won, tapi Ra Im semakin melotot padanya. “Aisshh….kenapa kau tidak memandangku secara wajar? Kenapa kau memandangku dengan cara seperti itu? Kau memeriksa ponselku ya? Siapa yang menyuruh kau mengutak-ngutik ponselku? Kau mau ketemu pengacaraku?!”
“Ya, aku pengen ketemu dia. Aku
benar-benar pengen ketemu dengannya sekarang. Aku ingin menggunakan pengacaramu
dan bertemu dengan ibumu. Aku pikir, aku harus berkata pada ibumu, ‘Orang yang
kau beri uang bukan diriku.’. Bagaimana menurutmu?” balas Ra Im.
“Kau sudah bertemu ibuku?” tanya
Joo Won dengan suara yang lebih pelan.
“Apa penting jika aku sudah
bertemu ibumu? Aku baru tahu kalau ibumu memberiku uang untuk menyingkirkanku!
Tapi kau malah menerima uang itu!”
“Kau pasti akan mengetahuinya
cepat atau lambat. Ya, aku
menerimanya. Lalu kenapa?”
“Apa??!!” seru Ra Im kesal dengan jawaban Joo Won. Dia lalu mendekat
dan menendang dengkul cowok itu.
Joo Won langsung jejerit kesakitan. “Ah!! Perempuan ini, benar-benar! Gunakan kata-kata! Kata-kata!! Buat apa menurutmu Tuhan memberi manuasia bahasa? Itu karena Tuhan ingin kita berbicara satu sama lain dengan bahasa, bukan dengan pukulan!”
“Apa kau punya otak? Bagaimana bisa kau terima uang itu? Hanya karena aku tidak punya apa-apa, bukan berarti aku tidak punya harga diri! Kalau kau terima uang itu, akan seperti apa aku jadinya? Kenapa kau terima uang itu??! Kau pikir seberapa rendah diriku hingga mau menerima uang itu?!!” kata Ra Im dengan mata berkaca-kaca.
Joo Won langsung jejerit kesakitan. “Ah!! Perempuan ini, benar-benar! Gunakan kata-kata! Kata-kata!! Buat apa menurutmu Tuhan memberi manuasia bahasa? Itu karena Tuhan ingin kita berbicara satu sama lain dengan bahasa, bukan dengan pukulan!”
“Apa kau punya otak? Bagaimana bisa kau terima uang itu? Hanya karena aku tidak punya apa-apa, bukan berarti aku tidak punya harga diri! Kalau kau terima uang itu, akan seperti apa aku jadinya? Kenapa kau terima uang itu??! Kau pikir seberapa rendah diriku hingga mau menerima uang itu?!!” kata Ra Im dengan mata berkaca-kaca.
“Tentu saja aku akan menerima
uang itu!” Joo Won berkeras. “Daripada mengatakan ‘Aku tak bisa menerima uang
ini.’, dengan mengatakan ‘Uang ini terlalu sedikit, beri aku lebih.’ akan membuat
dia (ibuku) tidak berkutik.”
“Apa?!”
“Aku melakukan itu untuk menekan
ibuku, demi kau. Jadi ibuku akan berpikir kalau kau bukan wanita yang bisa di
ancam. Daripada kau, aku pikir akan lebih baik kalau aku yang pergi menemuinya
dengan tubuhmu. Kalau kau yang kesana, kau hanya akan mengatakan kata-kata
permintaan maaf sampai beratus-ratus kali. Dengan tidak menerima uang itu,
menjaga harga dirimu dan pergi, kau pikir ibuku akan memujimu? Tidak akan. Kau
mau menerima uang itu atau tidak, hasilnya akan sama. Kita akan tetap bertemu.”
“Atas dasar apa?”
“Karena aku bilang begitu.”
tandas Joo Won. LOL
Ra Im speechless sebentar. “Kelihatannya kau salah. Tapi aku tidak akan pernah mau melihat wajahmu lagi. Aku tidak tahu berapa banyak uang yang telah kau terima, tapi pastikan bilang pada ibumu kalau aku minta maaf.” Ra Im lalu mengambil ponselnya dan melempar ponsel Joo Won ke sofa. Kemudian dia berkata pada Joo Won lagi, “Dan juga, pastikan bilang padanya kalau kita tidak punya hubungan apapun. Bilang padanya jangan khawatir.” walau berkata tega seperti itu, tapi jelas kesedihan nampak dimata Ra Im.
Ra Im speechless sebentar. “Kelihatannya kau salah. Tapi aku tidak akan pernah mau melihat wajahmu lagi. Aku tidak tahu berapa banyak uang yang telah kau terima, tapi pastikan bilang pada ibumu kalau aku minta maaf.” Ra Im lalu mengambil ponselnya dan melempar ponsel Joo Won ke sofa. Kemudian dia berkata pada Joo Won lagi, “Dan juga, pastikan bilang padanya kalau kita tidak punya hubungan apapun. Bilang padanya jangan khawatir.” walau berkata tega seperti itu, tapi jelas kesedihan nampak dimata Ra Im.
“Kenapa kita tidak punya hubungan apapun? Ada sesuatu yang terjadi diantara
kita.” sanggah Joo Won.
“Aahh, ya ada. Satu-satunya yang
kau suka adalah Little Mermaid. Kau pernah bilang padaku untuk memikirkan hal
itu, jadi aku memikirkannya. Tapi….aku tidak memenuhi syarat. Kau tahu kenapa?
Karena Little Mermaid….mencintai pria itu (dan aku tidak).”
Joo Won terpana, kalimat Ra Im sampai kedasar hatinya. Ra Im pun membalas pandangan Joo Won intens, seolah ingin meyakinkan bahwa ucapannya itu sungguhan. Setelah itu Ra Im buru-buru pergi ninggalin Joo Won yang sedih memandanginya.
Joo Won terpana, kalimat Ra Im sampai kedasar hatinya. Ra Im pun membalas pandangan Joo Won intens, seolah ingin meyakinkan bahwa ucapannya itu sungguhan. Setelah itu Ra Im buru-buru pergi ninggalin Joo Won yang sedih memandanginya.
For
how long, how long more
As I
look onto you like this alone
Do I
have to do this wind-like love, this beggar-like love
So that you would love me?
Tiba-tiba Joo Won menyusul Ra Im
hingga ke lift.
Ra Im kaget, Joo Won menahan pintu lift yang akan tertutup.
Ra Im kaget, Joo Won menahan pintu lift yang akan tertutup.
Come
just a bit closer, a bit closer
I,
who loves you, and also has feet that run away when the foot approaches
And
also loves you, am still here
That woman cries
Joo Won berniat ikut masuk
kedalam lift tapi langkahnya terhenti, claustrophobia-nya, Joo Won tak bisa dan
akhirnya hanya pandang-pandangan dengan Ra Im.
“Keluar.” kata Joo Won, tapi Ra Im bergeming. “Aku bilang keluar!” ulang Joo Won.
Ra Im tetap diam, dan malah mengulurkan tangan menekan tombol untuk menutup pintu lift.
Dan pintu pun menutup didepan Joo Won. Tak kehilangan akal, Joo Won nekat turun lewat tangga darurat.
Buru-buru, tergopoh-gopoh, sampai tersengal-sengal kehabisan nafas. Sementara Ra Im yang tadinya dengan tega ninggalin Joo Won, menampakan wajah aslinya sedih terpekur didalam lift.
“Keluar.” kata Joo Won, tapi Ra Im bergeming. “Aku bilang keluar!” ulang Joo Won.
Ra Im tetap diam, dan malah mengulurkan tangan menekan tombol untuk menutup pintu lift.
Dan pintu pun menutup didepan Joo Won. Tak kehilangan akal, Joo Won nekat turun lewat tangga darurat.
Buru-buru, tergopoh-gopoh, sampai tersengal-sengal kehabisan nafas. Sementara Ra Im yang tadinya dengan tega ninggalin Joo Won, menampakan wajah aslinya sedih terpekur didalam lift.
So
that woman
Loved
you because you were the same
Another
idiot again, another idiot
Can’t you give me a hug, then go?
Tiba dilantai dasar, Joo Won keliling mencari sosok Ra Im. Tapi Ra Im sudah tak ada didalam Dept.Store itu.
Malamnya di flat Ra Im, dia sibuk
mengumpulkan perabotan yang dibeli Joo Won dan dimasukan kedalam kotak.
“Kau benar-benar akan mengembalikan ini semua?” tanya Ah Young.
“Kau benar-benar akan mengembalikan ini semua?” tanya Ah Young.
“Ya. Aku akan mengirimkan
barang-barang yang bisa muat dalam kotak pertama.” jawab Ra Im.
“Kenapa tiba-tiba? Apa kau
bertengkar dengan PresDir?”
“Ya, kira-kira begitu. Bisakah
kau memasukan ini kedalam kotak?” Ra Im meletakan baju yang dibeli Joo Won
keatas kasur.
“Beneran? Kenapa? Apa karena aku?” Ah Young memasang tampang
bersalah banget.
Ra Im berhenti beberes dan ngeliatin Ah Young. “Kau ngomong apa sih? Kenapa kami bertengkar karena kau?”
Ra Im berhenti beberes dan ngeliatin Ah Young. “Kau ngomong apa sih? Kenapa kami bertengkar karena kau?”
Begitu Ra Im berbalik, Ah Young
langsung komat-kamit ngedumel. “Duuhh,
gimana ini?”
Ra Im meraih tanggalan Oska
kesayangannya yang sudah dicoret-coret dan dirusak. “Oh, apa ini? Kerjaan siapa
ini?”
“Apa maksudmu dengan siapa? Itu kan kau yang melakukannya.” jelas Ah Young. “Kau mengerok bagian matanya sampai gak tidur. Ingat kan?”
“Apa maksudmu dengan siapa? Itu kan kau yang melakukannya.” jelas Ah Young. “Kau mengerok bagian matanya sampai gak tidur. Ingat kan?”
“Pria itu benar-benar aneh!!”
geram Ra Im. Sementara Ah Young memandanginya bingung dari belakang. Ha ha….
Sementara itu, dirumahnya, Joo
Won pulang dari kantor dengan kesal. Dia membuka jasnya dengan kasar dan
membantingnya diatas sofa.
Tiba-tiba dia melihat secarik kertas yang ditempeli post-it. Isi post-it itu: ‘Kertas ini ada disaku anda, saya mengambilnya sebelum dicuci’. Ketika kertas itu dibuka, isinya adalah denah komplek rumah Joo Won yang dibuat Ra Im.
Disana Ra Im menggambarkan rumah-rumah serta jalannya. Dan ada juga penjelasan dan gambar emoticon dibeberapa bagian. Contohnya: ‘Tempat dimana aku bisa melihat Oskaku tanpa ketahuan’, ‘Studio dance Oska’, dan ditempat-tempat yang ada hubungan dengan Oska pasti ditandai emoticon love. Diujung kiri atas kertas, Joo Won menemukan gambar rumahnya dengan tulisan ‘Rumah Kim Do-chul’ lengkap dengan gambar tengkorak. LOL :D Akhirnya dengan kesal Joo Won merobek-robek kertas itu.
Tiba-tiba dia melihat secarik kertas yang ditempeli post-it. Isi post-it itu: ‘Kertas ini ada disaku anda, saya mengambilnya sebelum dicuci’. Ketika kertas itu dibuka, isinya adalah denah komplek rumah Joo Won yang dibuat Ra Im.
Disana Ra Im menggambarkan rumah-rumah serta jalannya. Dan ada juga penjelasan dan gambar emoticon dibeberapa bagian. Contohnya: ‘Tempat dimana aku bisa melihat Oskaku tanpa ketahuan’, ‘Studio dance Oska’, dan ditempat-tempat yang ada hubungan dengan Oska pasti ditandai emoticon love. Diujung kiri atas kertas, Joo Won menemukan gambar rumahnya dengan tulisan ‘Rumah Kim Do-chul’ lengkap dengan gambar tengkorak. LOL :D Akhirnya dengan kesal Joo Won merobek-robek kertas itu.
Pagi itu dibuka dengan teriakan
Oska yang marah-marah pada manajernya.
“Apa kau gila?!! Ditengah kebocoran laguku dan orang-orang menyebutku
plagiat sampai popularitasku menurun….bagaimana mungkin aku melakukan ‘comeback’?!!
Kau pikir ini masuk akal?!”
“Ya, tidak masuk akal. Tapi tak ada yang masuk akal saat ini. Lalu kenapa kau membatalkan acara tanda-tangan untuk fans?! Kalau kau terus berbuat seperti ini, kita tak akan bisa mendapatkan uang!! Semua biaya yang telah dikeluarkan untuk pencipta lagu, sewa studio rekaman dan choreography untuk dance, untuk lain-lain, dan untuk membuat musik video, semua investasi itu akan sia-sia!!” Manajer Choi balik marah.
“Ya, tidak masuk akal. Tapi tak ada yang masuk akal saat ini. Lalu kenapa kau membatalkan acara tanda-tangan untuk fans?! Kalau kau terus berbuat seperti ini, kita tak akan bisa mendapatkan uang!! Semua biaya yang telah dikeluarkan untuk pencipta lagu, sewa studio rekaman dan choreography untuk dance, untuk lain-lain, dan untuk membuat musik video, semua investasi itu akan sia-sia!!” Manajer Choi balik marah.
“Ok, bukan berarti aku tidak tahu
perasaanmu. Tapi, apa orang-orang
bisa dengan mudah dipengaruhi? Pertama yang harus dilakukan adalah menemukan
pencipta lagu yang mengaku lagunya sudah kucuri!!”
“Orang itu akan kembali ke korea dalam minggu ini. Untuk saat ini, kau
bekerja saja sesuai jadwal. Kita tidak bersalah! Dan karena kita tidak
bersalah, kita harus menunjukan pada orang-orang bahwa kita bisa tampil seperti
biasanya!!”
“Walaupun kita tidak bersalah, tapi kita begitu bego sampai tidak tahu
kalau lagu baruku itu adalah hasil plagiat! Dan lagi, tanpa lagu utama,
bagaimana aku bisa melakukan ‘comeback’?”
“Kau kan
punya lagu lain yang sudah kau latih. Choreographer kita sudah siap, dan kau
sudah cukup berlatih. Jadi apa masalahnya? Kita akan membuat digital single
untuk lagu itu.”
“Digital single?!” Oska tak suka dengan ide manajernya. “Kau menyuruhku membuat digital single? Hyung…aku seorang Hallyu Star. Bagaimana aku bisa begitu memalukan membuat digital single?!!”
“Digital single?!” Oska tak suka dengan ide manajernya. “Kau menyuruhku membuat digital single? Hyung…aku seorang Hallyu Star. Bagaimana aku bisa begitu memalukan membuat digital single?!!”
“Lalu apa yang akan kau lakukan
kalau begitu? Kalau kita tidak melakukan apapun sekarang, Christmas Concert
akan gagal. Kita sudah membayar sewa stadium, dan bagaimana kau akan mengisinya
dengan penonton??! Jika kita gagal dengan album dan concert ini, kita akan
bangkrut! Kau bisa hidup dengan warisanmu. Lalu bagaimana denganku? Dan dia
juga??” Manajer Choi meraih kerah baju asisten Oska, Jong Heon, yang sedari tadi
mendengarkan mereka berdebat.
Oska tak tahan lagi dan berdiri
sambil mengerang stress.
“Wartawan pasti akan berkumpul seperti tawon.” keluh Oska.
“Wartawan pasti akan berkumpul seperti tawon.” keluh Oska.
Concert ‘Comeback’ Oska pun
akhirnya digelar.
Para penggemarnya memenuhi arena concert sambil berteriak-teriak memanggil nama Oska.
Diantaranya terlihat Ra Im yang sangat antusias berteriak memanggil ‘Oppa, Oppa....!!!’. Saat itu Oska tampil dengan gaya rambut keriwil dan menari di iringi dancer. Dia membawakan lagu berjudul ‘Liar’.
Usai concert, fans Oska tetap menunggunya keluar dari gedung pertunjukan. Mereka berdesak-desakan dengan wartawan pemburu berita.
Disana juga ada Ra Im, dia ingin mendekat, tapi langsung mengurungkan niatnya begitu melihat suasana ramai saat itu.
Para penggemarnya memenuhi arena concert sambil berteriak-teriak memanggil nama Oska.
Diantaranya terlihat Ra Im yang sangat antusias berteriak memanggil ‘Oppa, Oppa....!!!’. Saat itu Oska tampil dengan gaya rambut keriwil dan menari di iringi dancer. Dia membawakan lagu berjudul ‘Liar’.
Usai concert, fans Oska tetap menunggunya keluar dari gedung pertunjukan. Mereka berdesak-desakan dengan wartawan pemburu berita.
Disana juga ada Ra Im, dia ingin mendekat, tapi langsung mengurungkan niatnya begitu melihat suasana ramai saat itu.
Asistennya memperingatkan Oska
agar jangan berkata apapun saat wartawan mengajukan pertanyaan. Keadaan saat
itu berisik sekali, suara wartawan terdengar bersahut-sahutan dengan suara
fans.
“Walaupun masalah plagiat lagu
belum selesai, mengapa anda tanpa alasan tetap melakukan ‘comeback’?”
“Oppa, kami percaya padamu!!”
“Semangat, Oppa!!”
“Oska Oppa, i love you!!”
“Dengan tetap meneruskan aktivitas anda, apa itu berarti anda telah
mengakui bahwa masalah plagiat itu benar?”
“Bagaimana anda menangani penulis lagu asli tersebut?”
“Tolong katakan sesuatu, sekata saja....”
“Oska, tolong bicara, mengapa anda seperti ini?”
Dan ditengah hiruk pikuk itu, Oska melihat Ra Im yang berjalan pergi.
Dan ditengah hiruk pikuk itu, Oska melihat Ra Im yang berjalan pergi.
Ra Im berjalan ditengah hujan
salju sepulang dari concert Oska. Tiba-tiba ponselnya berbunyi.
Telpon dari Oska. Ra Im ragu plus kaget sejenak sebelum menjawabnya. Rupanya Oska mengajak Ra Im ketemuan disebuah café. Oska datang kesana memakai atasan dengan hood yang menutupi kepalanya dan kacamata..
Telpon dari Oska. Ra Im ragu plus kaget sejenak sebelum menjawabnya. Rupanya Oska mengajak Ra Im ketemuan disebuah café. Oska datang kesana memakai atasan dengan hood yang menutupi kepalanya dan kacamata..
“Bukankah kau sibuk?” tanya Ra
Im.
“Aku tidak sibuk sejak
orang-orang sangat tidak menyukaiku belakangan ini. Kau pasti sangat senang
karena aku mengadakan fan meeting special hanya untukmu.” gurau Oska.
“Oska pasti sangat bahagia juga, karena fan-nya sangat manis.” balas Ra Im ha
ha....
Oska tertawa mendengar jawaban Ra Im. “Ha ha ha….semakin aku mengenalmu, kau jadi semakin manis.”
Oska tertawa mendengar jawaban Ra Im. “Ha ha ha….semakin aku mengenalmu, kau jadi semakin manis.”
“Ya, tentu.” jawab Ra Im dengan gaya cute.
“Kau menonton pertunjukanku?”
“Tadinya aku khawatir.....dan aku
ingin mendengar kau bernyanyi. Pertunjukan tadi bagus sekali!! Tak ada
kesalahan satupun.”
“Benarkah?” Oska antusias. Kemudian dia berlagak resah. “Ahh....aku
selalu jatuh hati pada orang yang mengerti aku seperti ini.”
“Selamat untuk album ke 7-mu.
Pasti sekarang adalah saat-saat sulit untukmu, tapi aku senang kau bisa
‘comeback’ dengan berani dan kuat. Kau lihat kan….para
fans tetap mendukungmu. Jadi tetap semangat….!!” kata Ra Im tulus.
Oska pun tertawa senang. Ra Im kemudian melanjutkan, “Dibandingkan fans artis lain, fans Oska tahu bagaimana caranya bersabar menghadapi scandal.”
Oska lalu melepaskan kacamatanya dan berbicara sambil mendekat ke Ra Im. “Benarkah? Scandal apa yang membuat kalian para fans harus bersabar?”
“Karena semua scandal-mu pasti berhubungan dengan wanita.”
Oska pun tertawa senang. Ra Im kemudian melanjutkan, “Dibandingkan fans artis lain, fans Oska tahu bagaimana caranya bersabar menghadapi scandal.”
Oska lalu melepaskan kacamatanya dan berbicara sambil mendekat ke Ra Im. “Benarkah? Scandal apa yang membuat kalian para fans harus bersabar?”
“Karena semua scandal-mu pasti berhubungan dengan wanita.”
“Aaahhh....” Oska agak kaget
dengan yang dia dengar. “Tapi itu
lebih baik daripada memiliki scandal dengan pria, kan?” Oska bercanda lagi. Dia
lalu meneguk minumannya tapi ternyata masih panas, minuman itu keluar lagi dari
mulutnya. Ra Im pun tertawa geli melihat tingkah Oska.
Pulangnya, Oska mengantarkan Ra
Im sampai didepan flatnya. Oska turun
dari mobil dan menikmati pemandangan sekitarnya.
“Tempat yang tinggi seperti ini adalah yang paling bagus, karena pemandangannya dimalam hari adalah yang paling keren. Tempat ini memiliki suasana yang bagus.” kata Oska.
“Tempat yang tinggi seperti ini adalah yang paling bagus, karena pemandangannya dimalam hari adalah yang paling keren. Tempat ini memiliki suasana yang bagus.” kata Oska.
“Terima kasih sudah mengantarkan aku pulang.” kata Ra Im sambil membungkuk
hormat.
“Masuklah.”
“Baik.” Saat akan pergi Ra Im mengurungkan niatnya dan berkata lagi pada
Oska. “Apakah baik-baik saja antara kau dan Sutradara Yoon(Seul)?” tanya Ra Im
pelan.
Wajah Oska berubah muram. Dan Ra Im berkata lagi, “Setelah kau meninggalkannya dijalan tol, dia menangis sepanjang jalan saat pulang. Aku tahu aku tidak seharusnya ikut campur, tapi seorang pria yang membuat wanita menangis bukanlah pria yang baik. Maaf, tidak seharusnya aku berkata ini...”
Oska memotong omongan Ra Im, “25 tahun yang lalu, aku berumur 10 tahun. 15 tahun yang lalu, aku berumur 20 tahun. 5 tahun yang lalu, aku berumur 30 tahun. Dan 5 tahun lebih telah terlewati, tapi aku tetap merasa seperti berumur 10 tahun. Kenapa aku seperti anak kecil?” kata Oska sambil menerawang.
Wajah Oska berubah muram. Dan Ra Im berkata lagi, “Setelah kau meninggalkannya dijalan tol, dia menangis sepanjang jalan saat pulang. Aku tahu aku tidak seharusnya ikut campur, tapi seorang pria yang membuat wanita menangis bukanlah pria yang baik. Maaf, tidak seharusnya aku berkata ini...”
Oska memotong omongan Ra Im, “25 tahun yang lalu, aku berumur 10 tahun. 15 tahun yang lalu, aku berumur 20 tahun. 5 tahun yang lalu, aku berumur 30 tahun. Dan 5 tahun lebih telah terlewati, tapi aku tetap merasa seperti berumur 10 tahun. Kenapa aku seperti anak kecil?” kata Oska sambil menerawang.
Awalnya Ra Im bingung mendengar
ocehan aneh Oska. Dan saat mengerti dia tersenyum maklum. “Kau bukan anak
kecil. Anak kecil yang sebenarnya selalu berkeras kalau mereka yang paling
tua.”
Oska tersentuh dengan omongan Ra
Im, dia tersenyum dengan pandangan teduh. “Kau benar-benar lebih keren dari
yang aku kira.” puji Oska.
Ra Im langsung merasa di
awan-awan.
Tanpa sadar dia menarik sebelah kakinya kebelakang dan diketuk-ketukan seperti biasa kalau dia sedang merasa sangat senang.
Ha ha…. Oska tertawa melihat kelakuan Ra Im, dan akhirnya mereka pandang-pandangan sambil tertawa.
Tiba-tiba ada suara yang mengganggu kesenangan itu.
Tanpa sadar dia menarik sebelah kakinya kebelakang dan diketuk-ketukan seperti biasa kalau dia sedang merasa sangat senang.
Ha ha…. Oska tertawa melihat kelakuan Ra Im, dan akhirnya mereka pandang-pandangan sambil tertawa.
Tiba-tiba ada suara yang mengganggu kesenangan itu.
“Pemandangan yang sangat bagus!!”
kata suara itu.
Ra Im dan Oska kaget hingga
menoleh.
Tadaaa….Joo Won berdiri tak jauh dari mereka, mengenakan training suit baru dan memandangi mereka sambil bersandar dipagar dengan nyaman.
Semoga aku bisa tetap nerusin...Semangat!!!
Source: Kadorama, Withs2, Dramacrazy, dan beberapa imagenya masih nyomot, tapiii....kali ini sebagian besar aku udah bisa printscreen sendiri. ^^
Tadaaa….Joo Won berdiri tak jauh dari mereka, mengenakan training suit baru dan memandangi mereka sambil bersandar dipagar dengan nyaman.
Adegan favorit.....
Notes:
Hampir setahun baru diterusin....ha ha ha.... :DSemoga aku bisa tetap nerusin...Semangat!!!
Source: Kadorama, Withs2, Dramacrazy, dan beberapa imagenya masih nyomot, tapiii....kali ini sebagian besar aku udah bisa printscreen sendiri. ^^