Ha Ni menepuk-nepuk pipinya, tapi apa yang dia lihat beneran nyata, Baek
Seung Jo berdiri di depannya.
“Kau! Kau!” seru Ha Ni terbata sambil menunjuk-nunjuk Seung Jo.
“Ke...kenapa kau keluar dari sana?”
“Karena itu rumahku.” jawab Seung Jo.
“Kau bilang itu rumahmu...” Ha Ni tak percaya dengan yang dia dengar. Tiba-tiba terdengar suara isteri Soo Chang dari interkom yang ada didekat
pagar. “Baek Seung Jo!!! Kenapa kau belum masuk?! Ha Ni....! Ayo cepat
masuk!!”
Ha Ni mangap, dan Seung Jo memandanginya dengan ekspresi ‘apa kubilang’.
Seung Jo lalu mengedikkan kepalanya mengajak Ha Ni masuk. Tapi Ha Ni masih
shock.
“Mau aku bawakan barangmu?” tanya
Seung Jo. Ha Ni menggeleng. Seung
Jo berkata lagi, “Ah, aku ingat sekarang. Kau pernah bilang, walaupun kau jadi
seorang pengemis, kau tak mau menerima pertolonganku.” Seung Jo lalu melenggang
masuk tanpa membawa apa-apa.
Tubuh Ha Ni pengen jatuh saking
kagetnya, dia masih berpegangan dibadan mobil. Ha Ni kayaknya kesal sekali
karena dari begitu banyak rumah, kok bisa-bisanya dia malah jadi numpang di
rumah Seung Jo.
Akhirnya semua pun ngumpul diruangan dalam. Soo Chang memperkenalkan putera
sulungnya pada ayah Ha Ni. Geum Hee, ibu Seung Jo tampak senang sekali. Rupanya
saat melihat tayangan berita di tv itu, Geum Hee-lah yang mendesak untuk
mencari Ha Ni dan ayahnya, mereka lalu menghubungi stasiun tv yang menayangkan
berita.
Ayah Ha Ni sangat berterima kasih karenanya, tapi Geum Hee berkata
kalau suaminya yang malah telah berhutang budi pada ayah Ha Ni dimasa lampau,
dan berjanji akan membalasnya.
Geum Hee kemudian mengalihkan perhatiannya pada Ha Ni dan Seung Jo.
“Kalian berdua....tidak saling
kenal? Kalian seangkatan, kan?”
tanyanya.
“Yaaa…dia (Seung Jo) sangat
terkenal.” jawab Ha Ni takut-takut, tapi sembari nyengir.
“Kurasa, itu karena dia berprestasi di sekolah. Tapi....anak-anak
yang lain tak menyukainya, kan?”
kata Geum Hee setengah berbisik.
Ha Ni bingung, “Hee?”
“Kepribadiannya sedikit aneh.
Selalu angkuh dan meremehkan orang lain. Lihat saja dia sekarang….”
Mereka lalu mengamati Seung Jo
yang sibuk dengan dirinya sendiri (tapi kayaknya sih dia nyimak omongan mamanya
ha ha).
“Dia pasti tidak terkenal
diantara cewek-cewek deh, yaa?” tanya Geum Hee lagi.
Ha Ni lagi-lagi hanya bisa
nyengir sambil melirik Seung Jo.
Adik laki-laki Seung Jo, Baek Eun
Jo datang bergabung sambil menenteng buku pelajaran. Kelakuannya sepertinya
sebelas duabelas sama kakaknya. Saat diperkenalkan, dia menyapa sopan pada ayah
Ha Ni, tapi saat dikenalkan ke Ha Ni, dia langsung merengut tak suka.
“Kau tak mau memberi salam?”
tanya Geum Hee pelan.
“Tak mau.” jawab Eun Jo pendek.
“Kenapa?”
“Dia terlihat bodoh.”
Sebuah pukulan langsung melayang
kekepala Eun Jo. Dan para orang tua langsung tertawa memaklumi omongan anak
kecil.
“Kenapa dia bodoh? Dia pintar kok.” Geum Hee membela Ha Ni.
“Benarkah? Kalau begitu....” Eun Jo langsung semangat menyodorkan buku pelajarannya
kedepan wajah Ha Ni. “Apa ini artinya?”
“Oh, itu bahasa Chinese!” seru Ha Ni dengan wajah ceria. “Sepertinya
kau sedang belajar huruf Chinese. Coba kulihat.” Ha Ni memegang buku itu dan
langsung mengerutkan keningnya. Sepertinya rumit. Karena penasaran itu
pelajaran kelas berapa, Ha Ni melihat cover depan buku itu. “Ini pelajaran
kelas 6, ya.” Ha Ni kembali mencoba menekuri soal yang ditanyakan. “Ooooo…….”
Ha Ni berpikir keras sambil bersuara.
Karena kelamaan Geum Hee mencoba
membantu, “Han Woo Choong Dong.” Kemudian dia memarahi Eun Jo, “Kau tak tahu
apa artinya?”
“Itu benar.” seru Ha Ni. “Han Woo Choong Dong….artinya adalah….” Ha Ni melirik ayahnya meminta bantuan.
Ayahnya membisikan sesuatu tapi Ha Ni tak bisa mendengarnya. Terpaksa dia
mencoba sendiri, “Jadi....”
Ha Ni mengedarkan pandangannya. Matanya bertemu
dengan Seung Joo, Seung Jo langsung menunduk tak perduli. Ha Ni mencoba lagi, dia melihat ada gambar sapi.
“Han Woo (sapi korea). Kau tahu bagaimana enaknya sapi korea, tapi sangat
mahal. Misalnya kau tak punya uang. Kau tak punya uang, tapi......Choong
Dong (dorongan), kau sangat ingin makan sapi korea.
Jadi dengan kata lain, kau menginginkan sesuatu yang sulit kau miliki. Itu
jawabannya!”
Seung Jo menahan ketawa mendengar jawaban Ha Ni, tapi dia tetap pura-pura
sibuk baca buku. Para orang tua pun ketawa dipaksakan. Eun Jo meragukan jawaban
Ha Ni, dia lalu bertanya pada kakaknya.
“Apa itu benar, Hyung (panggilan laki-laki pada kakak laki-laki)? Apa
itu artinya kau sangat ingin makan sapi korea?”
tanya Eun Jo.
Seung Jo menjawab dengan geli, “’Han’
itu berkeringat, ‘Woo’ itu sapi. Sapi akan berkeringat saat menarik kereta yang
bermuatan banyak. Lalu ‘Choong’ itu penuh, dan ‘Dong’ itu balok. Isi muatan
yang banyak itu adalah balok. Jadi artinya, tanggung jawab yang besar dalam
hidup.”
Ha Ni cengo’ ngeliatin buku ditangannya. Eun Jo langsung
menoleh padanya.
“Kau beneran bodoh, ya!” kata Eun
Jo. Dia langsung kena marah bapaknya
dan disuruh minta maaf ke Ha Ni. “Gak mau! Aku paling benci orang bodoh!” Eun
Jo merampas bukunya yang masih di tangan Ha Ni, dan meleletkan lidahnya.
Ha Ni meringis dan berkata dalam hati, “Aku ditolak oleh dua kakak
beradik.”
Geum Hee dengan gembira membawa Ha Ni ke kamar yang telah dia siapkan. Kamar
itu ditata indah, dengan nuansa yang cewek banget, pink n sweet.
Ha Ni tampak
takjub dan senang. Tapi dia jadi merasa gak enak saat tahu Geum Hee sendirilah
yang menata kamar itu khusus untuknya. Kata Ha Ni, kamar itu seperti kamar
princess….dan Geum Hee mengiyakan, kalau tempat tidur yang ada dikamar itu
memang namanya Princess Bed.
Geum Hee lalu mengajak Ha Ni
duduk ditempat tidur dan dia menceritakan bagaimana semangatnya dia menata
kamar itu.
“Aku sangat menginginkan punya
anak perempuan. Aku ingin menata sebuah kamar untuknya seperti ini, membeli
benda-benda yang cantik sama-sama, dan kalau dia sudah besar, bisa diajak jalan-jalan
bareng…..ah, tapi, aku hanya punya anak laki-laki. Jadi bisa kau bayangkan
bagaimana membosankan.” Merekapun tertawa bareng seperti dua anak gadis yang
sedang ngerumpi. “Ayo kita belanja
dan nonton dibioskop. Oke?”
Ha Ni pun menjawab senang, “Baik.”
Geum Hee langsung menjerit kesenangan,
“Ahhhh....pasti akan sangat menyenangkan! Ha ha ha…..” lalu dia teringat sesuatu dan mengambil kotak yang ada
disebelahnya. “Ini hadiah.” katanya sambil meletakan kotak itu kepangkuan Ha
Ni.
Ha Ni membuka kotak itu, isinya adalah sepasang sepatu yang cute.
“Karena rumahmu sudah hancur, kau pasti gak punya sepatu lagi. Benar,
kan?” kata Geum Hee lembut.
Ha Ni senang sekali dan mencoba sepatu itu.Tapi dia jadi merasa gak enak. “Aku sudah merepotkan, aku gak tahu harus
gimana.”
Geum Hee meyakinkan Ha Ni kalau dia malah senang sekali membeli sepatu itu.
“Apa ukurannya kebesaran?”
“Tidak, ini sangat nyaman. Aku suka sekali. Terima kasih.”
“Ah, kata-katamu sangat manis. Jadi anak perempuanku saja, yaaa?!” Geum Hee
kegirangan punya maenan anak cewek.
Seung Jo masuk kekamar membawakan
koper dan boneka Ha Ni. Geum Hee
lalu menyuruh Ha Ni istirahat karena pasti sangat lelah. Sebelum Geum Hee
keluar, Ha Ni kembali berterimakasih.
Kemudian tinggalah Ha Ni berdua Seung Jo. Seung Jo bersandar dipintu dengan
tangan dilipat didada dan memandangi Ha Ni tajam.
Ha Ni langsung merasakan aura
permusuhan. Pelan-pelan dia menarik kopernya menjauhi Seung Jo.
“Sebenarnya kamar ini.....adalah kamar Eun Jo. Tapi terima kasih untuk
seseorang, dengan adanya meja dan tempat tidur Eun Jo, kamarku jadi sangat
sesak.” sindir Seung Jo.
“Maaf....” kata Ha Ni gak enak.
“Kalau kau merasa bersalah....kau hanya perlu jauhi aku. Kau sudah sangat
mengganggu beberapa hari belakangan ini. Aku minta nanti kau jangan
membuat keributan disekolah.”
“Keributan? Jangan khawatir.
Kalau rumor kita tinggal bareng beredar, itu akan lebih mempengaruhiku daripada
kau.”
Seung Jo tersenyum sinis dan
berkata, “Apa maksudmu ‘tinggal bareng’? Bukannya kau yang datang numpang
dirumahku?”
Ha Ni cemberut gak bisa menjawab.
Seung Jo lalu pergi setelah berkata dia
mau memakai kamar mandi duluan. (Mereka tinggal dilantai atas dan harus berbagi
kamar mandi.)
Saking kesalnya, Ha Ni lalu berimajinasi menghajar Seung Jo dengan gaya
jagoan ala matrix.
Tapi yang ada, dia memukul-mukulkan bantal ke kepala tempat
tidur hingga bulu-bulunya beterbangan. Kemudian dia beteriak, “Aku benar-benar
sebel cowok pintar sepertimu!!!” Dia lalu menduduki bantal-bantal itu sambil
ngoceh.
Tiba-tiba Seung Jo keluar dari kamar mandi dan mampir kekamarnya.
Ha Ni
belingsatan dan jongkok dilantai membelakangi Seung Jo sambil menahan malu.
Ha Ni lalu kekamar mandi. “Kenapa dia muncul tiba-tiba?” sungutnya.
Dia kemudian memakai fasilitas dikamar mandi dan menjadi malu sekaligus
senang karena menyadari dia memakai kamar mandi yang sama dengan Seung Jo.
Dia
bahkan memajang sikat giginya sebelahan dengan sikat gigi Seung Jo dan
membayangkan kedua sikat gigi itu berpelukan ha ha ha.... Pada akhirnya dia
menyadari kelakuannya dan menegur diri sendiri dikaca. “Aigooo...Ha Ni. Kau
masih belum sadar juga? Dia bilang dia tidak menyukaimu. Dia bilang kau jangan
mengganggunya.” Ha Ni menarik napas.
Pagi hari pertama dirumah Seung Jo. Ha Ni dan ayahnya ikut keluarga Seung Jo
sarapan bareng. Ha Ni duduk makan didepan Seung Jo, sambil melirik Seung
Jo yang sedang baca koran. Seung Jo
memergokinya, dan Ha Ni buru-buru nunduk pura-pura nerusin makan.
Ha Ni berkata dalam Ha Ni, ‘Gak pernah kepikiran, aku bisa sarapan bareng
Seung Jo. Tunggu, dia makan roti dengan selai? Jadi, orang jenius juga makan
selai? Ahh....ini terlalu gak nyata! Apa mungkin, ini mimpi?’
Ha Ni ngeliatin
Seung Jo lagi, dan kepergok lagi. ‘Dia gak ngeliatin lagi, kan?’ Ha Ni coba
ngeliatin Seung Joo lagi, kepergok lagi.....Ha Ni langsung kesedak....ha ha
ha....kocak.
Orang tua Seung Jo langsung sibuk ngasih Ha Ni minum.
“Dia benar-benar bego seperti yang kuduga.” kata Eun Jo sambil
geleng-geleng, dan langsung ditegur mamanya.
Ayah Ha Ni yang memasak makanan untuk sarapan pagi itu. Orang tua
Seung Jo memuji masakannya enak. Mereka lalu membicarakan restoran mie milik
ayah Ha Ni. Tak lama kemudian Seung Jo pamitan kesekolah. Geum Hee menyuruh
Seung Jo kesekolah bareng Ha Ni karena Ha Ni belum tahu jalan kesekolah. Seung
Jo gak menanggapi dan buru-buru keluar rumah. Geum Hee langsung menahan Eun Jo
yang pengen ngintil kakaknya dan memberi kode ke Ha Ni supaya segera nyusul
Seung Jo.
Ha Ni mengejar Seung Jo dijalanan. “Pelan-pelan!” teriaknya dan berlari menyusul
hingga menabrak Seung Jo. “Kenapa kau berhenti tiba-tiba?”
“Hanya untuk hari ini.” kata Seung Jo.
“Apa?”
“Jalan bareng kesekolah. Kalau
ada orang yang melihat kita….akan lebih tambah sulit.”
Ha Ni cemberut. “Aku mengerti.” Dia lalu jalan duluan.
“Jangan cerita pada siapapun mengenai ini.” Seung Jo mengingatkan lagi.
Ha Ni menghentikan langkahnya. “Gak akan.”
“Disekolah, bersikaplah seolah
tidak mengenalku.”
“Aku sudah bilang aku mengerti!” kata Ha Ni kesal.
“Jangan jalan deketan.” kata
Seung Joo sambil jalan duluan.
Ha Ni jadi pengen nangis. “Si brengsek bodoh. SI BRENGSEK BODOH! Kalau ingat aku sudah menyukai orang brengsek
seperti dia selama tiga tahun, buang-buang air mata saja.” Ha Ni lalu nerusin
jalan ngikutin Seung Jo dari belakang sambil sesekali melemparkan pukulan angin
ke arah Seung Jo. Sekali waktu karena jalan nunduk, Ha Ni gak menyadari kalau
Seung Jo berhenti, alhasil Ha Ni menabrak Seung Jo lagi.
Seung Jo kesal. “Kenapa kau jalan
lambat banget?”
“Bukan urusanmu! Apa? Kenapa kau
menungguku? Bukannya kamu bilang kita jalan terpisah?”
“Siapa yang nunggu? Kau jalan
didepan.”
“Kenapa?” tanya Ha Ni. “Ah,
kenapa kau berubah pikiran?”
“Karena kau pendek. Bukannya
susah ngikutin aku? Jangan salahkan aku kalau kau telat kesekolah. Kau jalan
didepan, aku akan ngikutin dari belakang.”
Ha Ni nahan gondok dan dengan
terpaksa jalan duluan. Sebelum jalan ngikutin Ha Ni, Seung Jo melihat ada orang
aneh berpakaian tertutup dan berkacamata hitam mengintip dari balik rerimbunan
tak jauh dari tempatnya dan Ha Ni berdebat tadi. Orang aneh itu langsung
berpaling setelah menyadari Seung Jo melihatnya.
Disekolah.
Joo
Ri membawa peralatan salonnya dan merapikan
rambut Min Ah. Ha Ni masuk kekelas dengan tampang capek.
“Ada
apa? Kenapa kau telat?” tanya Joo Ri.
“Kapan tes akan diadakan kali ini?” tanya Ha Ni.
“Kenapa kita harus tahu?” Joo
Ri balik bertanya sambil cengengesan.
“Bisakah kau tidak menyebut
‘kita’?” tegur Min Ah ke Joo Ri.
Joo
Ri kaget. “Apa kau tahu?”
“Aku gak tahu.” jawab Min Ah
sambil melengos malu dan Joo Ri
langsung merengut dibelakangnya.
“Jangan khawatir! Aku akan
benar-benar belajar dengan keras, dan aku akan menuntut balas, untuk harga diri
kita!” timpal Ha Ni semangat.
Min Ah langsung ngutak-ngutik hp.
“Kau sedang mencari kata ‘Harga
diri’, kan?” tebak Joo
Ri. Min Ah mengangguk.
Tiba-tiba Bong Joon Gu and the
gang masuk kekelas dengan gaya
nyisir rambut mereka.
“Ha Ni-yaahh!! Good morning!!”
Joon Gu langsung nyamperin dan duduk didepan Ha Ni.
Joon Gu hanya melambai ke Joo
Ri tanpa menengok. Dia lebih antusias ke Ha Ni. “Apa kau tidur
nyenyak semalam? Gimana? Nginap dirumah teman ayahmu, kan?”
tanya Joon Gu.
“Haa? Mmm, baik.” jawab Ha Ni males.
“Oh, bagus. Dimana alamatnya? Apa jauh?”
“Gak! Naik subway, lewat dua
halte....eh tidak, tiga halte.”
“Baik! Kalau gitu pulang sekolah
kita bareng!” seru Joon Gu girang.
Ha Ni kaget. “Kenapa?”
“Apa gak aneh, kalau seorang cowok gak tahu dimana ceweknya tinggal?”
Ha Ni mendorong bukunya ke arah
Joon Gu dan Joo Ri
langsung memukul Joon Gu dengan keras.
“Kenapa kau memukulku seperti itu?”
protes Joon Gu ke Joo Ri.
“Kenapa? Kau ingin ditendang
juga?” balas Joo Ri.
Joon Gu dan Joo
Ri lalu dorong-dorongan, sampai Wali kelas
mereka Ibu guru Song Kang Yi masuk kelas. Murid-murid langsung berlari kekursi
masing-masing. Tapi Joo Ri
telat membereskan peralatan salonnya yang masih bertebaran dimeja. Ibu Guru
Song datang mendekatinya.
“Jung Joo Ri! Kau lagi? Aku sudah
bilang, kalau kau ingin merapikan rambut orang-orang, lakukan dirumah! Apa
sekolah itu salon?!” omel Ibu Guru Song.
“Maaf, Bu Guru!” desis Joo
Ri sambil nunduk.
“Pengering, penjepit, penggulung
rambut! Oo…kau benar-benar sudah mempersiapkannya! Terus, dimana buku-bukumu?”
“Saya menaruhnya diloker!
Maaf….saya tidak membawa buku-buku lagi.”
Ibu Guru Song membanting buku
dimeja dan menarik nafas kesal menahan marah. Joo
Ri ketakutan, begitupun Min Ah yang masih
dengan segala penjepit Joo Ri
dikepalanya.
“Apa kau hanya memotong rambutnya
(Min Ah)?” tanya Ibu Guru Song.
“Iya Bu, saya hanya memotong sedikit
dibelakangnya.” jawab Joo Ri
ketakutan.
“Eheemm.” Ibu Guru Song lalu
duduk membelakangi Joo Ri
dan bersikap seolah disalon. “Ini….lakukan sesuatu disini. Digulung atau
diapain.”
Dan Joo
Ri dengan sangat senang menanggapinya.
“Baiiik!”
Semua murid langsung berisik. Min
Ah langsung pasang tampang ‘Hee?’.
“Omo, omo….rambut Ibu Guru itu
asli agak bergelombang yah!” kata Joo Ri
sambil layaknya capster memegang rambut pelanggannya.
“Haa? Bagaimana kau tahu? Aku
memang meluruskannya!” seru Ibu Guru Song yang seolah telah menemukan ‘feel’
dengan penata rambutnya.
“Ah Bu Guru, kalau dilihat dari rambut
dipelipis bisa ketahuan.” Joo Ri
lalu memberikan tips untuk rambut Bu Guru-nya.
Tiba-tiba Kepala Sekolah lewat
dan melihat kegiatan mereka. Pak KepSek langsung teriak menggelegar. “IBU GURU
SONG KANG YI!!!!!!”
Saat hari sudah gelap, Ha Ni
masih berkutat dikelas dengan buku pelajaran.
Dia ditemani gang-nya Joon Gu
yang udah pada tepar ketiduran dimeja. Ha Ni pun kecapekan buka-buka buku dan
mejatuhkan kepalanya diatas meja.
“Ah, aku bahkan tidak tahu apa
yang aku tidak tahu.” keluhnya.
Ha Ni lalu datang mengintip
dikelas special anak-anak pintar. Disana ada Seung Jo.
Seung Jo asik baca buku
bacaan disaat teman-temannya dikelas sibuk belajar. Ha Ni kesal sekali
melihatnya.
Ha Ni pun melihat ada murid cewek yang pura-pura datang menanyakan
pelajaran ke Seung Jo, padahal murid cewek itu kelihatan banget hanya pengen
ngedeketin Seung Jo. Ha Ni jadi tambah kesal sekaligus iri karena gak bisa
sekelas dengan Seung Jo.
Ha Ni akhirnya duduk terpekur
didepan papan pengumuman yang ada tabel peringkat.
Dia menyadari jarak
peringkatnya dengan Seung Joo begitu jauh. Ha Ni jadi gakda semangat.
Tak lama kemudian Seung Jo lewat
ditempat itu sambil bawa minuman kaleng. Dia berhenti saat melihat Ha Ni. Seperti yang disepakati, Ha Ni berlagak
gak kenal dan nunduk. Tapi Seung Jo malah menegur.
“Apa kau perempuan?” tanya Seung
Jo.
“Iyah. Kenapa? Apa kau takut?”
balas Ha Ni sewot. “Kalau kau mau menggendongku, kau harus berlatih menambah
tenaga.” Seung Jo tak menanggapi, dan Ha Ni meneruskan. “Ruang
belajarmu….sangat bagus. Ada
komputernya, dan dinding peredam suara. Cih, tidak adil.”
“Walaupun kau bicara begitu,
tetap saja tidak terdengar bagus.” jawab Seung Jo.
“Apa maksudmu?”
“Kedengarannya seperti merengek.”
Ha Ni mencibir mendengarnya.
Seung Jo sudah berjalan ke arah kelasnya, tapi berhenti sejenak.
“Kau sudah mau pulang?” tanya
Seung Jo.
“Apa?!” balas Ha Ni kesal, tapi kemudian dia berdiri dan memasang tampang
senang. “Apa kau mau bilang kita pulang bareng?!”
Belum sempat Seung Jo menjawab,
Joon Gu sudah muncul disitu dengan menggendong tas Ha Ni.
“Ha Ni-yaaa!” teriak Joon Gu.
Seung Jo pasang tampang kesal dan berbalik. Ha Ni buru-buru memanggilnya
dan memberi kode ke Seung Jo buat janjian ditangga bawah. Seung Jo seperti tak
perduli dan berbalik pergi.
“Kau sudah disini? Aku dari tadi mencarimu.” Joon Gu lalu menyadari Ha Ni
tadi ngobrol dengan Seung Jo. “Apa dia mengatakan sesuatu lagi?”
“Ha?? Tidak. Kesinikan tasku!” kata Ha Ni.
“Ah, tidak. Ini tugas cowok (membawakan
tas cewek). Ayo!”
Ha Ni terpaksa ikut Joon Gu
pulang naik subway.
Dia lalu kabur turun dari subway dan balik kesekolah naik
taksi. Ha Ni mengira Seung Jo akan menunggunya disekolah.
Tapi ternyata Seung Jo sudah
duduk manis dirumah sambil baca buku dan makan buah.
“Kenapa kalian tidak pulang
bareng?” tanya Geum Hee.
“Aku kira dia sudah pulang.”
Jawab Seung Jo sekenanya tanpa mengalihkan matanya dari bacaan.
“Dia kan
belum terbiasa dengan tempat ini. Lagipula, belakangan ada orang aneh yang
sering berkeliaran disekitar sini.”
“Oh Ha Ni adalah orang yang
paling aneh disekitar sini.” timpal Eun Jo yang langsung mendapatkan tendangan
dari ibunya. Geum Hee lalu mengejar Eun Jo yang lari kabur.
Seung Jo teringat orang aneh yang
diliatnya tadi pagi. Dia akhirnya
kepikiran dan pergi nyusul Ha Ni.
Ha Ni pulang sendiri jalan kaki memasuki komplek rumah Seung Jo dengan
gontai. Jalanan sudah sangat sepi dan tak ada lagi yang berkeliaran.
Ha Ni ngomel-ngomel kesal karena ditinggal
pulang oleh Seung Jo.
Tiba-tiba ada seseorang yang
menghadangnya dijalan. Itu orang aneh yang dilihat Seung Jo tadi pagi.
Orang
itu membuka kacamatanya dan menyeringai ke Ha Ni. Ha Ni langsung panik dan
pengen kabur. Tapi orang itu menghalang-halangi. Orang aneh itu lalu mulai
membuka bajunya.
“Jangan, jangan lakukan itu!!!”
teriak Ha Ni panik. Tapi orang aneh itu tak perduli. “Kalau kau buka itu, aku
tak akan lihat! Aku akan tutup mataku. Jadi, gak ada gunanya!”
Percuma, orang aneh itu malah ngedeketin Ha Ni tiba-tiba. Ha Ni teriak
histeris.
“Maniak, jangan mendekat!! Berhenti!! Berhenti!!” Ha Ni nendang-nendang
hingga sepatu barunya mental. Orang aneh bergerak pengen mungut sepatu
Ha Ni. “Jangan!! Itu adalah hadiah yang diberikan padaku!”
Ha Ni dan si orang aneh dulu-duluan ngambil sepatu, yang dimenangkan si
orang aneh. Orang aneh itu kabur. Ha Ni mengejarnya sambil teriak-teriak.
“Ahjussi!!! Kembalikan! Itu hadiah buatku! Kau juga gak akan bisa
memakainya!” teriak Ha Ni.
“Lihat aku, dan aku akan
mengembalikannya padamu!” balas si orang aneh.
“Gak mauuuu!!!! Kau mau lari sampai mana??!”
“Ah, sekali saja!! Aku mohooon!!! Jangan tutup matamu!! Hanya
sebentar!!”
“Beneran hanya sebentar?!”
“Iya, hanya sebentar!!”
“Dan kau akan kembalikan
sepatuku??!”
“Tentu saja akan kukembalikan!!
Bagaimana bisa aku pakai ini?!”
“Baiklah!!”
Mereka lalu berhenti
kejar-kejaran.
“Baik? Kau bilang baik?” tanya si
orang aneh gak yakin.
“Karena kau sudah minta
baik-baik. Tapi, kau harus kembalikan sepatuku.”
“Tentu saja. Aku adalah orang
yang memegang janji-janjiku”
Ha Ni lalu siap-siap dengan kedua tangan dipinggang. Dia masih ngos-ngos
kecapekan.
“Kau...kau tak boleh menutup
matamu. Kalau gak, batal.”
“Oke. Aku adalah orang yang
memegang janji-janjiku dengan baik.”
Si orang aneh siap-siap buka baju. Ha Ni teriak lagi.
“Tunggu, tunggu!! Aku persiapkan diri dulu.” kata Ha Ni.
“Ya sudah, persiapkan dirimu.”
Ha Ni berbalik dan memejamkan mata. Si orang aneh tak sabar dan
ngiter-ngiterin Ha Ni.
“Mempersiapkan diri lama-lama itu gak baik. Ayolaaah.” kata orang
itu dan mulai membuka kancing bajunya.
Ha Ni sudah membuka matanya, dan si orang aneh mulai ngitung.
“Satu......dua.......tigaaa!!!”
Orang aneh itu membuka bajunya
lebar-lebar. Bertepatan ada sebuah
tangan yang datang menutupi kedua mata Ha Ni. Seung Jo!
Ha Ni berdiri melongo
ditempatnya tak percaya.
Si orang aneh kabur dan Seung Jo lari mengejarnya. Seung Jo lalu kembali
membawa sepatu Ha Ni.
“Kau mencariku? Karena kau khawatir?” tanya Ha Ni.
“Gak, aku tadi membeli ini.” Seung Jo memperlihatkan kantong berisi minuman
yang tadi dibawanya.
“Tapi kenapa kau bisa ada disini diwaktu yang tepat?”
“Itu karena nasib sialku. Tapi ngomong-ngomong, kau.....dalam situasi
seperti itu orang akan merelakansepatunya, bagaimana kau....”
“Karena itu hadiah dari ibumu. Hari ini pertama kali aku memakainya.”
“Yah, tapi kan
tetap saja....hhh…..” Seung Jo gak bisa ngedebat Ha Ni, akhirnya jalan pergi.
Ha Ni menyusulnya dan tertarik
dengan kantong yang dibawa Seung Jo. “Kau beli apa? Ah, kelihatannya
enak....aku bisa minta? Tenggorokanku kering karena habis lari.”
Seung Jo kasihan juga dan membagi
Ha Ni ice cream.
“Ah, ini sudah cair…..apa karena cuaca panas yah?” oceh Ha Ni. (Ketahuan
Seung Jo udah lama diluar rumah nyari Ha Ni sampe ice cream-nya meleleh ha
ha…)
“Ahh....itu Ursa Mayor!!
Satu....dua ....tiga.... Hey! Apa kau dengar suara jangkrik menangis?!” Ha Ni
ngoceh terus sepanjang jalan.
Dikamarnya, Ha Ni gak bisa belajar, dia teringat bagaimana tadi Seung Jo
datang seperti jagoan dan menolongnya. Ha Ni kesenengan sampe cekikikan
sendiri. Tapi kemudian dia teringat lagi bagaimana kata-kata menusuk Seung Jo
saat didepan papan pengumuman. Semangat belajarnya bangkit lagi.
“Sadarlah Oh Ha Ni!” desisnya lalu mengetok kepalanya sendiri. “Apa kau
punya harga diri? Baik, ayo belajar! Belajar dan tunjukan pada mereka
bagaimana hasilnya! Matematika! Ayo mulai dengan Matematika.”
Ha Ni mencoba belajar, tapi tak
mengerti. Buku Matematika ditutup.
“Okey, sekarang era global, jadi mulai dengan Bahasa Inggris.”
Ha Ni pusing. Buku Bahasa Inggris-pun ditutup.
“Kita mulai dengan Bahasa Korea.”
Baca,baca.....Ha Ni gak ngerti.
“Uuugghh! Apa maksudnya??? Ahhh, aku gak ngerti! Aku gak tahu!! Apa
aku harus belajar ini semua? Gak penting!”
Terdengar ketokan dipintu. Ha Ni membukakan pintu, ada Ibu Seung Jo, Geum
Hee membawakannya makanan yang kelihatannya sangat enak.
“Kau sedang giat belajar?” tanya
Geum Hee.
“Gak, aku hanya duduk saja he
he….” jawab Ha Ni.
“Kau harus istirahat sebentar.”
kata Geum Hee lembut dan penuh perhatian. Tiba-tiba dia tertawa keras. “Aha ha ha ha…..aku selalu ingin melakukan ini.
Membuatkan cemilan di malam hari, dan mengatakan untuk istirahat sebentar. Ah,
sekarang aku sudah merasa seperti seorang ibu.”
“Apa Seung Jo tidak suka ngemil dimalam hari?” tanya Ha Ni sambil mulai
ngemil.
“Gak juga, tapi jarang. Karena Seung Jo bahkan tak pernah belajar.”
Ha Ni kesedak. “Dia gak belajar?!”
“Iya, dia sudah tidur.”
“Tapi dia selalu dapat nilai bagus. Dia pasti benar-benar jenius.”
“Benarkah?” Geum Hee lalu jalan
ke arah komputer dan mulai ngetik. “Apa gunanya dapat nilai sempurna?Dia tidak terlihat senang dengan hal itu.”
Ha Ni ikut nimbrung didepan komputer.
Ternyata Geum Hee baru saja log in ke blog-nya.
“Anda punya blog?” seru Ha Ni.
“Tentu saja. Aku blogger sejati!”
“Ehhh....anda dapat 160 komentar!”
Salah satu komentar dari Eun Jo.
“Eun Jo kelakuannya kurang sopan, kan?” kata Geum Hee dengan nada gak enak.
“Dia sangat menyukai kakaknya.” “Dia cute. Dia sangat mirip Seung Jo.” komentar Ha Ni.
“Aku rasa kau pasti terlihat
manis saat kecil dulu. Apa kau punya albumnya? Aku ingin lihat.”
“Aku tidak punya banyak foto.”
Tak lama kemudian, Geum Hee sudah
keasyikan melihat album foto Ha Ni saat kecil. Diantaranya ada foto ibu Ha Ni.
“Ini ibumu? Dia sangat cantik. Tak heran kau terlihat sangat manis.”
“Jujur saja, aku tidak begitu
mengingatnya. Ibuku meninggal saat aku berumur empat tahun. Karena itu
kadang-kadang aku melihat foto ini, supaya aku tidak melupakannya.”
“Kau sungguh menarik.” kata Geum
Hee setelah selesai melihat foto.
“Seung Jo juga pasti menarik kan,
saat dia kecil?”
“Oh iya. Ah, Ha Ni!!” Geum Hee
teringat sesuatu. “Apa kau mau kukasih liat sesuatu yang menyenangkan?”
Sambil duduk berselimut ditempat
tidur, Geum Hee memperlihatkan album foto pada Ha Ni. Ha Ni berkali-kali berseru saat melihat foto anak
perempuan yang imut. Sementara Geum Hee cekikikan nahan tawa disebelahnya.
“Siapa anak ini? Dia terlihat seperti Seung Jo.” kata Ha Ni.
“Benarkah? Itu memang Seung Jo.”
“Ehhhh!!!??” Ha Ni shock.
“Saat aku mengandung Seung Jo,
dia sangat tenang didalam perutku. Dia hanya ingin makan semangka, strawberry
dan anggur. Jadi aku benar-benar
mengira dia adalah perempuan. Karena itulah kenapa, sepatu, baju dan mainan
yang kubeli semuanya untuk anak perempuan. Tapi dia laki-laki. Jadi gimana? Apa
harus kubuang semua?”
“Itu benar, tapi....”
“Bukankah aku sudah bilang sebelumnya, aku sangat ingin punya anak
perempuan. Karena itulah, aku membesarkannya sebagai anak perempuan untuk
sebentar. Tapi saat kita ke kolam renang, dia ketahuan. Dia pasti sangat
ketakutan saat itu. Karna itulah aku
pikir kenapa dia menjadi begitu dingin seperti itu. Seung Jo mengira aku sudah
membakar semua ini. Hi hi hi......tapiapa yang harus kulakukan, kalau aku masih punya semua negativenya. Saat
kau lihat ini semua....kau tak akan berpikir lagi dia itu jenius.”
Ha Ni berpikir sebentar sambil melototin foto didepannya, setelah itu dia
menyeringai penuh rencana.
Keesokan harinya disekolah. Ha Ni duduk dikelasnya sambil cekikikan
sendiri.
“Hey!! Ada
apa?” tanya Joo Ri
pengen tahu. “Kenapa kau ooseo terus? (Ooseo = ketawa)”
“Aku? Aku mooseo? (Mooseo =
menakutkan)”
“Iya, menakutkan!” jawab Min Ah geli karena Ha Ni salah ngerti.
“Benarkah? Aku juga pengen tahu
kenapa?”
“Apa ini efek samping dari
sembelit-mu?” tanya Joo Ri.
Tiba-tiba Seung Jo muncul dipintu kelas Ha Ni. Orang-orang langsung
berisik.
Begitu melihat Ha Ni, Seung Jo langsung ngasih kode ngajak keluar. Ha
Ni keluar kelas dan berhadapan dengan Seung Jo. Dengan cepat orang-orang
mengerubungi pengen tahu.
“Oh Ha Ni. Ambil seragam olahragamu
dan ikut denganku.” kata Seung Jo.
“Seragam olahraga? Kenapa?” tanya Ha Ni bingung. Tapi Seung Jo tak
menjawab.
Ha Ni masuk kedalam kelas.
“Apa yang terjadi?” tanya Joo
Ri. “Kenapa Baek Seung Jo mencarimu?”
Ha Ni tak menjawab pertanyaan Joo Ri dan sibuk ngambil seragam olahraganya
dari tas. Setelah ngutak-ngutik baju itu, Ha Ni akhirnya bisa mengetahui ada
apa dengan seragam olahraganya. Dia melihat nama Seung Jo tertera di baju yang
dia pegang, itu artinya baju dengan namanya ada di Seung Jo. Yah, seragam
mereka tertukar.
Ha Ni pun nyengir devil.
Seung Jo membawa Ha Ni ke taman untuk melakukan pertukaran seragam.
Seung Jo
nengok kiri-kanan sebelum menyerahkan baju ke Ha Ni. Tanpa mereka ketahui, teman-teman
sekelas Ha Ni pada ngintipin mereka berdua dari jendela kaca .yang menghadap ke
taman.
“Kelihatannya mereka saling bertukar sesuatu.” kata Min Ah penuh curiga.
“Bukankah itu seragam olahraga?” cetus Joo Ri.
Dan dua orang yang ada ditaman.
“Aaah, ini sungguh merepotkan.”
omel Seung Jo.
“Kenapa? Kau bukannya tinggal
memakainya.”
“Apa?”
“Jadi kenapa kalau kau pakai baju
perempuan? Kau toh sudah pernah memakainya.” kata Ha Ni sambil mengulum senyum.
Seung Jo memandang Ha Ni
clueless.
Ha Ni tertawa lalu
mengeluarkan selembar foto dari saku seragamnya. Foto Seung Jo kecil
yang mengenakan baju perempuan, rambut dkuncir dua dan berpose imut.
Melihat foto itu Seung Jo
langsung murka. “Yaaa! Dimana kau
dapat foto itu?! Berikan padaku!”
Seung Jo berusaha merampas fotonya dari
tangan Ha Ni, tapi Ha Ni lebih cepat bergerak menarik tangannya yang memegang
foto. Jadilah mereka kejar-kejaran ditaman dibawah pohon yang rindang....ha
ha...
Kegiatan rebutan foto itu jadi terlihat menarik dimata teman-teman mereka
yang melihat, mereka semua tertawa. Tapi tidak dengan Jang Mi yang baru
tiba ditempat itu.
“Apa yang mereka lakukan?!”
teriaknya. Dia langsung buru-buru pengen menginterupsi kegiatan Ha Ni dan Seung
Jo. Tapi Min Ah buru-buru menahannya sekuat tenaga.
Orang berikutnya yang datang
adalah Joon Gu. Reaksinya tak kalah kacau saat melihat kegiatan Ha Ni dan Seung
Jo. “Ohhh! Yang benar saja!! Dasar brengsek!!” teriaknya. Seperti Jang Mi, Joon
Gu langsung pengen keluar ke taman. Tapi kali ini yang menahannya adalah Joo
Ri.
Di taman, Ha Ni terus-terusan berlari
menghindari tangan Seung Jo. Akhirnya mereka kelelahan.
“Tunggu sebentar. Aku akan
memberikannya padamu. Tapi aku punya satu syarat.” kata Ha Ni ngos-ngosan
sambil nyengir.
“Syarat. Syarat apa?” tanya Seung
Jo sambil jalan mendekati Ha Ni kembali pengen merebut fotonya.
Ha Ni buru-buru mengulurkan
tangannya kedepan menahan tubuh Seung Jo, sembari mengucapkan syaratnya. “Bantu
aku belajar.”
“Apa?”
“Bantu aku mendapatkan nilai lebih
tinggi dalam ujian bayangan.”
“Kamu sendiri jelas-jelas tahu kan
kalau ujian tinggal seminggu?”
“Tentu saja aku tahu. Makanya
tolong aku. Bantu aku masuk kelas special.”
“Kau pikir aku bisa menciptakan
keajaiban? Aku bukan Tuhan!” tandas Seung Jo.
Ha Ni nyerah, dengan lemas dia
menjatuhkan satu tangannya yang terulur ke arah Seung Jo. Sambil mengangguk
lesu dia berkata, “Aku mengerti.” Tapi kemudian dia menoleh ke arah
teman-temannya yang masih pada nongkrong dikaca ngeliatin mereka, dan berteriak
sambil melambai-lambaikan foto ditangannya. “Heyyy!! Teman-teman!!”
Seung Jo langsung menghambur ke
arah Ha Ni berusaha kembali merebut foto itu. Ha Ni terdorong hingga mepet di batang pohon. Ha Ni terdiam dan agak
ketakutan.
Seung Jo lalu menatap Ha Ni serius dan berkata, “Oh Ha Ni, ternyata kau lebih
sulit dari yang kukira. Seperti yang kubilang, kalau sampai kau masuk kelas
special, aku akan menggendongmu dibelakangku. Lalu sekarang kau malah ingin aku
membantumu belajar? Dan nanti menggendongmu kalau kau berhasil?”
“Kalau kau membantuku, tentu saja janji menggendong itu dibatalkan. Apa kau
pikir aku semurahan itu? Jangan khawatir. Aku....tidak punya perasaan apapun
lagi padamu. Tidak, bahkan sekecil ini pun.” Ha Ni mengangkat telunjuk dan ibu
jarinya.
Seung Jo mendekatkan wajahnya ke Ha Ni sambil ngeliatin Ha Ni tajam. “Benarkah?”
kata Seung Jo sambil semakin medekatkan wajah mereka.
Joon Gu dan Jang Mi langsung
histeris melihat adegan didepan mereka….ha ha…
Malamnya, saat makan malam
dikeluarga Seung Jo. Seperti biasa, orang tua Seung Jo memuji masakan ayah Ha
Ni. Rupanya ayah Ha Ni membawa pulang makanan dari restorannya.
“Ha Ni, kau mau snack apa nanti
larut malam (saat belajar)?” tanya Geum Hee.
Ha Ni langsung senyum-senyum berpikir. Ayah Ha Ni kaget karena Ha Ni
belajar malam-malam.
Belum sempat Ha Ni menjawab pertanyaan Geum Hee dan ayahnya, Seung Jo sudah
bicara ke ibunya. “Ibu, mulai hari ini tolong siapkan snack untuk dua orang.”
“Kenapa? Ohh....gak mungkin. Apa kau belajar juga?” tanya Geum Hee gak
percaya.
Seung Jo tak menggubris pertanyaan ibunya dan berkata lagi, “Jangan sesuatu
yang terlalu manis atau berminyak. Itu gak bagus buat daya tangkapnya(Ha Ni).
Roti gandum dan minyak zaitun cukup. Kuning telur juga.”
“Oh, okay.” angguk Geum Hee
setengah takjub.
“Saya keatas duluan.” Seung Jo pamit.
Eun Jo langsung pengen ngintil
kakaknya tapi ditahan sang ibu yang terlalu senang dengan perubahan Seung Jo.
Ha Ni juga akhirnya ikutan pamit ke kamarnya dengan tampang excited. Para
ayah tampak bingung, tapi Geum Hee terlihat sangat senang.
Dikamar Ha Ni.
Ha Ni menekuri bukunya dengan kening
berkerut, sementara Seung Jo duduk tegak disebelahnya mengawasi. Ha Ni melirik
pelan ke arah Seung Jo, tapi buru-buru mengalihkan pandangannya ke buku lagi
saat mendapati Seung Jo sedang mengawasinya.
“Hei, Oh Ha Ni!” tegur Seung Jo. “Kau bahkan gak bisa mengerjakan pelajaran semudah ini?
Kenapa kau gak berhenti sekolah saja?”
Ha Ni kesal dan merespon perkataan Seung Jo dengan memasang pose Seung Jo
kecil yang ada di foto.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Seung Jo.
“Baek Seung Jo kecil….” gumam Ha Ni masih dengan posenya.
“OH HA NI!!” teriak Seung Jo. Ha Ni pun menghentikan kelakuannya. Seung Jo
berusaha bersabar, “Baiklah, kalau begitu aku akan mulai dengan menjelaskan
yang paling dasar, jadi dengar baik-baik. Pertama, gunakan ‘X’ sebagai angka
yang akan kau cari. Jadi, apa ‘X’ itu?”
“Hah?” tanya Ha Ni.
“Aku bilang, apa ‘X’ itu?”
Ha Ni berpikir sebentar lalu bertepuk tangan sambil berseru, “Alphabet!!”
(ha ha ha....)
Seung Jo diam. Ha Ni menyadari kebegoannya dan berkata pasrah, “Aku gak
tahu apa itu.”
“Yah benar. Angka yang kita tidak
tahu. ‘X’ adalah angka yang belum diketahui. Kita menyebutnya ‘Masalah yang belum
terpecahkan’.” jelas Seung Jo.
“X-file?” tanya Ha Ni. (Maksud Ha Ni mungkin, film seri The X-file ha ha
ha)
“Benar. Apa istilah yang kita pakai untuk generasi yang lebih muda saat
kita muda?”
“X-generation!!” seru Ha Ni semangat.
“Benar. Kita mencari sebuah generasi. Masalah rumit yang belum
terpecahkan. Kita menyebutnya dengan ‘X’ untuk angka yang belum diketahui.”
“Tapi…..kenapa disebut ‘X’, Kalau
ada huruf ‘H’ dan ‘W’?” tanya Ha Ni.
“Kenapa kau pusing dengan itu.
Itu memang sudah ditetapkan seperti itu.”
Ha Ni cemberut mendengar jawaban
Seung Jo. Seung Jo lalu meneruskan belajar. Dia menjelaskan sebuah persamaan
dan logaritma.
Namun semua perkataan
Seung Jo hanya mental dari otak Ha Ni. Ha Ni malah sibuk ngeliatin wajah
Seung Jo.
“……jadi X = 100. Tapi karena kitaharus
menuliskannya dalam bilangan Biner, jadi apa?” tanya Seung Jo mengakhiri
penjelasannya.
Ha Ni gelagapan.
“Bagaiman menuliskan angka 100
dalam bilangan biner? Cobalah hitung.”
Dasar Ha Ni bego dan gak merhatiin. Dia balik nanya, “Apa maksudnya itu?”
Seung Jo langsung ngeliatin Ha Ni dengan pandangan cape dan menghela napas.
“Aku rasanya pengen meledak.”
Tapi bukannya takut, Ha Ni mulai lagi pasang pose Seung Jo kecil.
“YAAAA!!!” teriak Seung Jo emosi.
Orang tua mereka yang lagi
nguping dibalik pintu jadi kaget bukan main. Mereka langsung menjauhi pintu
pelan-pelan. Tapi Eun Jo malah menghambur pengen masuk.
“Dasar Ha Ni itu….paling bego dan tolol!!!” teriak Eun Jo haha.... tapi
ayahnya langsung membopong dia jauh dari kamar Ha Ni.
Kembali pada dua orang yang sedang belajar. Seung Jo cape banget dengan
ketololan Ha Ni sampai terduduk dan tertunduk lunglai. Sementara Ha Ni
duduk cemberut sambil menggulung-gulung ujung rambut dengan jarinya.
“Apa kau tahu apa itu system
decimal?” tanya Seung Jo dengan kepala masih tertunduk.
“Iya. 10…20…30.” jawab Ha Ni
masih dengan cemberut.
“Jadi bagaimana dengan system bilangan
biner?”
Ha Ni diam.
Seung Jo lalu meneruskan, “Itu
adalah cara menuliskan angka hanya dengan 0 dan 1.”
“Lalu kenapa? Apa gunanya itu?” tanya Ha Ni penasaran.
Seung Jo menunjuk komputer. “Untuk komputer.”
“Komputer?”
“Pada tahun 1974, dari observatory Arecibo dikirimkan sebuah pesan ke luar
angkasa. Jika benar-benar diluar sana ada alien, maka mereka akan menerima
pesan itu dan meresponnya. Tapi dengan bahasa apa pesan itu dikirim? Dalam
bahasa Inggris? Bahasa Korea? Kita tidak tahu level kepintaran alien
itu. Jadi untuk menafsirkan pesan, digunakanlah angka 0 dan 1. Pesan itu
dikirim menggunakan kode biner.”
“Ooooo…oooohhh!!” seru Ha Ni senang karena mengerti. “Jadi untuk
berkomunikasi dengan Alien, aku harus belajar sistem biner. Aku harus belajar
ini. Aku kasih bintang dibagian ini.”
“Bagus! Jadi bagaimana menuliskan angka 100 dalam sistem bilangan biner?”
Seung Jo mulai semangat ngajar lagi.
“Apa kita mendapatkan balasan dari para alien?” Ha Ni gak menanggapi pertanyaan
Seung Jo.
“Sejauh ini, belum.” Seung Jo
mulai kesal lagi.
“Tapi sekali lagi, angkasa itu sangat luas. Benar kan?”
“Itu benar. Karena angkasa itu sangat luas, maka sistem log diciptakan.”
“Benarkah?”
“Log dibuat untuk menerjemahkan
hal-hal yang luas.” jelas Seung Jo. Ha Ni menoleh dengan kening berkerut. Seung
Jo ngomong lagi, “Kenapa kau gak nyerah saja?”
“Kenapa?” Ha Ni menyahut emosi. “Aku pikir ini
menyenangkan.”
“Bagaimana bisa begitu banyak hal
yang kau gak tahu?”
Ha Ni mencibir. “Lalu kau tahu semuanya?” Ha Ni kemudian mengambil foto
Super Junior yang dipasang dimejanya. “Siapa mereka?” tanya Ha Ni. Seung Jo
bengong. Ha Ni lalu nyerocos, “Si Won, Kang In, Shin Dong, Kyuhyun, Han Kyung,
Ki Bum, Sung Min, Hee Chul, Ye Sung, Eun Hyuk, Dong Hae, Lee Teuk,
Ryeowook.(Dia menyebutkan nama-nama anggota Super Junior sambil menunjuk wajah
masing-masing mereka di foto ha ha)” Ha Ni menoleh ke Seung Jo dengan pandangan
meremehkan. “Kita hanya punya bidang ketertarikan yang berbeda.” Kemudian Ha Ni
tersenyum manis dan bertanya, “Jadi selain logaritma, apalagi?”
Gubrak!! Seung Jo roboh ditempat
tidur. Pusiiiing…ha ha ha….
Malam itu setelah Seung Jo pergi, Ha Ni mempraktekkan tips memfokuskan diri
yang di ajarkan Seung Jo.
Dia berbaring di atas tempat tidur dan memandangi
kertas bergambar titik besar yang ditempelkan pada dinding di atas tempat
tidur. Ha Ni mengingat kalimat Seung Jo.
‘Saat kau bernafas, pusatkan kekuatanmu dipusar dan tariklah nafas perlahan....dan
lepaskan perlahan. Matamu harus fokus pada titik. Bukan dinding, tapi titik.’
Ha Ni berusaha fokus, tapi percuma. Titik yang dia pandangi perlahan
berubah menjadi wajah Seung Jo yang tersenyum menggoda.
‘Fokus! Sampai kau hanya bisa
melihat titik.’
Ha Ni kembali fokus ngeliatin titik. (hi hi...)
Hari-hari berikutnya Ha Ni mulai rajin belajar, walau sampai
terkantuk-kantuk. Meja belajarnya dipenuhi dengan post-it. Seung Jo pun
selalu ada menemaninya belajar, he he...lebih tepat mengawasi.
Dalam rangka menghafal, saking
niatnya, dikamar mandipun penuh post it, dari kaca sampai tempat tissue toilet
ha ha….
Alhasil, Ha Ni kurang tidur. Saat istirahat disekolah dia tertidur.
“Ha Ni-yaa…!!!” Joo Ri datang mengageti.
“1592, perang Im Rin Wae Ran.” Ha Ni reflek mnyebutkan hafalannya begitu
melek.
Joo
Ri berseru shock. Joon Gu dan
teman-temannya pun menoleh kaget.
“Apa yang salah? Ada
lingkaran hitam dimatamu?” kata Joo Ri
pada Ha Ni yang memandang gak fokus.
“Ha Ni-yaaa….katakan yang
sebenarnya.” kata Joon Gu khawatir.
“Apa?” tanya Ha Ni sambil menoleh lemas.
“Apa yang kau lakukan ditempat
tinggalmu sekarang?”
“Aku baik-baik saja.”
“Kau bilang ini baik-baik saja?! Ada
sesuatu yang gak benar.” Joon Gu penasaran, dia menoleh ke teman-temannya.
“Kalian mendengarnya juga, kan?
Terakhir kali saat aku bilang akan mengantarnya pulang, dia kabur.” Joon Gu lalu bicara sambil menoleh ke Ha
Ni lagi. “Ha Ni-yaa, hari ini biar kita bicarakan....” Tapi tempat duduk Ha Ni
kosong. “Kemana dia pergi?” tanya Joon Gu ke Joo Ri.
“Dia pulang kerumah. Dia bilang dia mau belajar.” jawab Joo Ri santai
sambil sisiran.
“Lihat, lihat! Belajar seperti apa yang akan dia lakukan?”
cerocos Joon Gu emosi. “Menurutku…..pasti….”
Min Ah menoleh, “Pasti?” dia mengulangi omongan Joon Gu.
Joon Gu tak menanggapi pertanyaan Min Ah, dia meneruskan omongannya ke Joo
Ri. “Mereka pasti menyuruhnya bekerja keras tanpa memperbolehkannya tidur. Kau
lihat wajahnya, kan? Aku pikir, aku Bong Joon Gu, harus mencari tahu.” kata
Joon Gu semangat sambil meniup poni jambulnya.
Eun Jo memasuki kamar Ha Ni. Dia menemui kakaknya yang sedang mengawasi Ha
Ni belajar. Eun Jo ingin menanyakan pelajaran pada kakaknya.
“Hyung! Bagaimana menyelesaikan ini?” Eun Jo membuka buku didepan kakaknya
yang sedang serius ngutak-ngutik komputer.
“Oh, Eun Jo. Aku sedang sibuk
dengan ini. Tanya ibu saja.” jawab Seung Jo tanpa mengalihkan matanya dari layar
komputer.
Eun Jo pun berlalu. Tapi sebelum mencapai pintu, dia menoleh pada Ha Ni dan
berteriak, “Yaa! Oh Ha Ni!! Kau bego, idiot dan jelek!!! Karena kau, aku tak
bisa belajar, dan kakakku tak bisa tidur! Emangnya siapa kau?! Pulang kerumahmu
sana!!”
Tapi sudah dikata-katai begitu, Ha Ni tak bergerak sedikitpun, dia tetap
sibuk belajar. Seung Jo pun sampai menoleh bingung, dan takjub melihat Ha Ni
yang tak terganggu sedikitpun dengan teriakan adiknya.
Seung Jo akhirnya
tersenyum senang dan kembali menghadap komputer ngeprint sesuatu.
Ha Ni tiba-tiba menyadari ada Eun Jo dikamarnya. Dia menoleh dan bertanya
dengan ramah “Oh, Eun Jo! Kapan kau datang? Ada apa?”
“Ah, lupakan saja!” omel Eun Jo dan buru-buru keluar kamar. Dia kesal karena
cemoohannya gak ngefek. Ha ha ha….
Seung Jo melemparkan kertas-kertas yang baru dia print kehadapan Ha
Ni.
“Ini apa?” tanya Ha Ni.
“Pelajari itu hari ini dan tidur lebih cepat, besok ulangan.” jawab Seung
Jo.
“Apa ini?”
“Aku membuat soal-soal yang kemungkinan
akan keluar di ulangan nanti.” kata Seung Jo sambil menggerak-gerakkan
kepalanya yang pegal.
Ha Ni senang sekali dan langsung
sibuk membaca isi kertas-kertas itu.
“Waaahh, kapan kau bikin semua ini? Aku sangat tersentuh.” kata Ha Ni sambil
tersenyum menoleh ke Seung Jo.
Dasar Seung Jo, bukannya senang, dia malah ngomel ke Ha Ni. “Yaa!! Aku
bilang cepat pelajari itu!! Berhenti ngomong yang gak-gak!”
“Aku tahu.” balas Ha Ni kesal
sambil cemberut. “Kenapa harus marah-marah?” desisnya pelan.
Ha Ni sibuk mempelajari semua
soal-soal yang dibuat Seung Jo. “Akan bagus sekali kalau ini soal-soal yang
akan keluar.” gumamnya. Ha Ni lalu menoleh kesampingnya dan takjub melihat
Seung Jo tertidur sambil telungkup dimeja.
Awalnya Ha Ni senyum-senyum
ngeliatan pemandangan tak biasa ini, tapi kemudian rasa bersalah terlihat
diwajahnya, dia tahu Seung Jo kurang tidur karena sibuk ngajarin dia. Tapi tetap saja Ha Ni senang sekali bisa
ngeliatin Seung Jo tertidur didepannya.
“Jadi, Si Hebat Baek Seung Jo kalau
tidur seperti ini.” kata Ha Ni senyum-senyum ngeliatin Seung Jo. Lalu dia
berucap pelan, "Terima kasih.”
Tak lama kemudian Geum Hee masuk ke kamar Ha Ni membawa cemilan.
Dia
shock dengan gaya berlebihan saat
menemukan dua anak itu tertidur bersandar dimeja.
“Jackpot!” serunya pelan dan
pergi mengambil kamera untuk mengabadikan moment ‘indah’ itu. Nice Mom he he…
Esoknya disekolah.
Ha Ni naik tangga kecapekan
disebelah Seung Jo.
Tapi saat melihat Seung Jo memelototinya, Ha Ni langsung
pasang senyum manis.
“Semoga sukses! “ teriak Seung Jo
tanpa menoleh sambil memasuki kelasnya.
Ha Ni tertegun kaget dan tersenyum.
“Dasar cowok ini! Apa maksudnya
dengan bersikap dingin seperti itu?” gumam Ha Ni dan berjalan menuju kelasnya.
Sebaliknya Ha Ni, dengan lancar bisa mengerjakan soal-soalnya.
Dan beberapa hari kemudian setelah masa ulangan lewat. Tabel peringkat
dipajang di papan pengumuman. Wali kelas Ha Ni, Ibu Guru Song tampak semangat
mengatur tata letak pemasangan pengumuman itu. Langsung banyak anak-anak
yang mengerubuti pengen melihat hasil ulangan mereka. Ha Ni pun berlari menghampiri penasaran. Ha Ni
menerobos kerumunan itu hingga sampai tepat didepan papan pengumuman.
Baek Seung Jo seperti biasa menempati peringkat teratas. Ha Ni tersenyum
senang. (Yaiyalah seneng karena pangerannya pinter...he he)
“Wow, dia dapat
nilai sempurna lagi. Padahal, dia bahkan kurang tidur belakangan ini karena
aku. Ah, leganya.” kata Ha Ni dalam hati.
Lalu pengumuman hasil nilai
tertinggi untuk 50 siswa yang berhasil masuk kelas special dipajang. Seung Jo
datang melihat.
Matanya menyapu nama-nama yang tertera dari atas sampai ke
bawah. Setelah tahu hasilnya, dia berjalan menjauh. Tapi kemudian dia menoleh ke arah papan pengumuman
lagi. Dia melihat Ha Ni berdiri didepan Tabel peringkat. Ha Ni lalu menoleh dan
tersenyum ke Seung Jo. Dia langsung datang menghampiri Seung Jo.
“Kau dapat nilai sempurna lagi. Kau luar biasa! Selamat!” kata Ha Ni bangga
dan senang.
Tapi Seung Jo seperti biasa menanggapinya cool. “Tentu saja. Karena aku
belajar untuk pertama kalinya dalam hidupku. Bagaimana mungkin aku TIDAK dapat
nilai sempurna?” kata Seung Jo sarkastis. Ha Ni langsung mencibir
maklum. Tapi kemudian Seung Jo berkata lagi, “Selamat juga untukmu.”
“Hah?” tanya Ha Ni.
“Kau belum melihatnya?”
“Aku?” Ha Ni bingung. Kemudian dia menyadarinya dan berteriak tak percaya. “AKU?!”
Ha Ni langsung berlari ke arah pengumuman peringkat 50 nilai tertinggi.
Disana nama Oh Ha Ni tertulis pada peringkat paling bawah, peringkat ke 50.
Ha Ni mangap dan senang tak percaya dia berhasil masuk kelas special. Dia
menoleh ke arah Seung Jo dengan bahagia.
Ibu Guru Song juga tampak senang, untuk pertama kalinya murid dikelasnya
masuk 50 besar. Dia berdiri didepan papan pengumuman dengan bangga. Saat
melihat Ha Ni dia langsung teriak senang, tapi Ha Ni tak menyadarinya, Ha Ni
lebih fokus melihat ke arah Seung Jo.
Ha Ni berlari menghampiri Seung Jo lagi. Kali ini dengan mata berkaca-kaca.
Dia tampak sangat bahagia dan terharu.
“Kau sudah melihatnya? Aku berhasil.” kata Ha Ni sambil menunduk.
Seung Jo mengulurkan tangannya ke
Ha Ni. Ha Ni langsung menyambutnya dengan kedua tangannya karena mengira Seung
Jo mau memberi selamat.
“Terima kasih! Terima kasih banyak!! Ini semua berkat kau! Hampir semua
soal yang keluar adalah seperti yang kau perkirakan!” kata Ha Ni sambil terus
menggenggam tangan Seung Jo.
“Apa yang kau lakukan!” Seung Jo tiba-tiba menarik tangannya dengan kasar.
Ha Ni bingung. “Mana barang itu?” kata Seung Jo lagi.
Ha Ni menyadari maksud Seung Jo dan mengeluarkan foto Seung Jo kecil dari
sakunya. “Ini?”
Seung Jo langsung merebut foto
itu. “Jangan membawanya lagi!” kata Seung Jo lalu berbalik pergi.
Ha Ni langsung teriak. “SEUNG JO!
TERIMA KASIH!! TERIMA KASIH
BANYAK!!!” teriak Ha Ni sambil meloncat-loncat dan melambai-lambai senang.
Seung Jo pun tersenyum sambil
berjalan pergi.
“STOP!!” Ibu Guru Song tiba-tiba
teriakdengan berkacak pinggang.
Semua murid menoleh.
Seung Jo pun
berhenti dan membalikan badan.
Ibu Guru Song datang berdiri disamping Ha Ni.
“Ya. Saya?” tanya Seung Jo
bingung. Ha Ni pun sama bingungnya.
“Ya, kau Baek Seung Jo.” kata Bu Guru Song dengan suara digalak-galakin
“Bagaimana kau bisa pergi seperti itu didepan banyak saksi?”
“Hah?” Seung Jo tambah bingung.
Bu Guru Song menoleh ke Ha Ni dan
membelainya sambil berkata, “Kau sudah berjanji untuk menggendongnya dipunggung
dan membawanya keliling sekolah, jika Ha Ni kami berhasil masuk kelas special!”
Murid-murid yang ada disitu
langsung membenarkan.
Ha Ni kontan mangap kaget
sekaligus panik. “Tidak, Bu Guru! Kami sudah sepakat untuk membatalkannya!”
“Kau bicara apa?!” balas Bu Guru Song, kemudian dia berbisik ke Ha Ni. “Keajaiban
seperti ini tidak akan terjadi lagi.”
“Tapi....itu....” Ha Ni untuk sesaat gak bisa ngomong. Dia lalu
melirik Seung Jo dan ketakutan. “Tidak, gak bisa!!”
Namun Bu Guru Song tak
mendengarkan penolakan Ha Ni. “Saat kau bilang kau akan belajar keras, aku
hanya mengabaikannya. Sebagai seorang guru, aku bahkan tak bisa membantumu. Aku
sangat bangga padamu, Ha Ni!! Kau menyelamatkan harga diriku!!” Bu Guru lalu
memeluk Ha Ni senang. Dan ketika teringat Seung Jo, dia melepaskan pelukannya lalu
menoleh ke Seung Jo. “Dan kau….apa kau seorang pria? Kau tak bisa memegang
janjimu?!”
“Tidak, guru! Tidak!” Ha Ni
kembali berusaha menyelamatkan Seung Jo.
Dan lagi-lagi Bu Guru tak mendengarkan Ha Ni. Dengan pongah dia berkata ke
Seung Jo, “Gendong dia(Ha Ni)!!!”
Seung Jo tak perduli dan berbalik pergi.
“GENDONG DIA!!!” teriak Bu Guru lagi. Tak mendapat respon dari Seung Jo, Bu
Guru lalu menggalakkan semua murid yang ada disitu untuk sama-sama meneriaki
Seung Jo agar mau menggendong Ha Ni.
Ha Ni kebingungan dan serba salah berdiri diantara teman-temannya dan Seung
Jo.
Seung Jo akhirnnya berhenti dan menoleh dengan kesal. Ha Ni ketakutan dan
memberi kode pada Seung Jo agar mengabaikan mereka dan pergi saja.
Tapi Seung
Jo hanya diam memandangi Ha Ni dan teman-temannya yang terus beteriak. Ha ha
ha.....walaupun kesal, mungkin harga diri Seung Jo sebagai pria terusik juga.
~Bersambung~
Gambar boneka di episode 2
Ost. One More Time - By. Kim Hyun Joong
Nonton streaming Playfull Kiss episode 2 ----> Dramacrazy
Note:
Ha ha ha....aku ini bener2 yah....niat gak niat bikin recaps. Udah serial jadul....tapi gakpapa, buat kesenangan diri sendiri aja. :)