Friday, June 24, 2011

Secret Garden episode 6



Yah, bagian pertukaran tubuh dimulai. Seperti note-ku di epsd sebelumnya, supaya tidak bingung dan ribet dalam penceritaan, aku akan memakai julukan/nama yang digunakan Mba Tirza di Kadorama :)
Untuk tubuh Joo Won yang didalamnya ada jiwa Ra Im, akan kunamai Joo Im.
Dan untuk tubuh Ra Im yang didalamnya ada jiwa Joo Won, akan kunamai Ra Won.


Episode enam dimulai dengan tampang-tampang kebingungan Joo Won dan Ra Im yang sangat panik menemukan wujud mereka telah berubah. Dan kepanikan mereka itu berujung pada teriakan histeris yang membahana di pagi hari.
Oska meloncat bangun dari tidurnya.
“Apa, apa? Ada apa?! Apa? Apa yang terjadi?” seru Oska sambil merangkak dikasur bergerak ke arah Joo Im.
Joo Im buru-buru menarik selimut dan berusaha menutupi tubuhnya yang sebenarnya berpakaian lengkap. “Heyy!! Jangan mendekat! Jangan mendekat!” teriak Joo Im sambil kabur kekamar mandi dengan menyeret-nyeret selimut.
“Ada apa?!” tanya Oska lagi.
“Jangan mendekat!” Joo Im lalu mengunci diri di kamar mandi.
“Apa yang terjadi? Apa kau sudah gila?! Kau barusan bermimpi? Apa ada berita kalau saham-mu jatuh?”

Disauna, Ra Won masih berdiri ditengah ruangan sambil memegang-megang bagian tubuhnya dan agak sulit bernafas sampai megap-megap.
“Apa ini? Kenapa aku jadi seperti ini?” keluh Ra Won.
“Apa yang salah? Apa ada sesuatu yang hilang?” tanya seorang ibu.
“Kemana aku pergi?! Aku?! Aku ada disini dari kemarin. Dimana aku sekarang? Ini bukan milikku. Ini tidak ada disini sebelumnya!” oceh Ra Won ngaco sambil memegang dadanya.
“Aigooo, gadis mudaaa...” kata Ibu itu sambil melirik minus ke Ra Won. Kemudian ibu itu mengajak temannya pergi. “Ayo kita pergi. Dia pasti sudah gila.”
“Mungkin saja dia sedang mabuk.” kata teman ibu itu.
“Waaa...aku akan gila! Apa ini....” Ra Won panik, bingung dan celingak-celinguk berputar lihat sekelilingnya. Dia menjadi pusat perhatian orang-orang di sauna. Kemudian dia tak sengaja melihat sosoknya di sebuah cermin, dia tertegun dan mendekat menghampiri cermin itu. 

“Gil Ra Im?” desisnya pelan dan heran melihat apa yang ditampilkan cermin didepannya. Dia lalu mulai lagi memegangi wajah, leher, dan dada (mungkin untuk dicocokan gerakannya, apa sama dengan yang di cermin). “Aku menjadi.....Gil Ra Im?!”
Ra Won lalu terlihat lari-lari ke pintu sauna. Dia sembarang aja memakai sandal orang dan keluar. Seorang ibu penjaga disitu meneriakinya karena keluar tanpa membayar dulu. (Yah ini pertamakalinya Joo Won masuk ke sauna umum, jadi dia tidak tahu cara dan aturan disana.)

Jo Im masih mengunci diri didalam toilet. Dengan memegang selimut yang menutupi sebagian wajahnya, perlahan dia mendekati cermin. Dan dia teriak lagi ha ha....

“Kenapa aku jadi seperti ini?” keluhnya.
Jo Im lalu panik kebingungan loncat-loncat sana sini. (aktingnya bisa banget Hyun Bin oppa)
“Ada apa?! Buka pintunya, heh!!” Oska teriak dari luar pintu. “Hey, aku bilang buka pintunya!”
“Tidak!” Jo Im lari kepintu untuk mencegah Oska masuk. “Aku akan gila.” desisnya.
Tapi Oska muncul dari pintu geser dibelakang Jo Im yang tidak dikunci....ha ha...

“Ada apa? Masih pagi begini. Apa kau sakit?” tanya Oska perhatian ke sepupunya.
Jo Im panik lagi dan langsung buru-buru keluar toilet. Oska jadi ikutan bingung dan diam mikir.

“Apa mungkin semalam….aku melakukan sesuatu?” pikir Oska.(apa cobaaa…ha ha)

Jo Im lari keluar cottage sambil megang handuk, tapi diluar dia malah disambut kerumunan fans Oska yang teriak-teriak dan langsung memotretnya karena dikira Oska. Setelah menyadari itu bukan Oska, fans-fans itu mulai menanyai Joo Im macem-macem. Joo Im lalu lari menerobos kerumunan fans Oska sambil menutupi kepalanya dengan handuk.
Disaat yang sama, Ra Won sedang mengendap-endap dipagar cottage Joo Won sambil nutup kepalanya dengan menarik leher kaos seragam sauna yang dipakainya. Begitu sampai pintu dia ngetok-ngetok sambil teriak nama Gil Ra Im.
Dan Jo Im pun muncul disitu.  
Dua orang itu hadap-hadapan dan terkesima, shock! (well, bagaimana perasaan bila melihat diri kita sendiri ada didepan. It’s horrible!) Mereka lalu saling melihat dari kepala sampai kaki.
“Tidak mungkin….” desis Jo Im. “Bagaimana mungkin di dunia ini bisa terjadi…. Sejak kapan kau seperti ini?”
Ra Won menurunkan kerah baju yang ditarik menutupi kepalanya dan berkata, “Ini terjadi sejak aku bangun dari tidur. Apa sebenarnya yang sudah kau lakukan padaku?”
“Kau mengklaim aku yang melakukan ini padamu? Apa maksudnya? Setiap kali terjadi sesuatu kau selalu menyalahkanku! Yang bener saja, apa ini masuk akal?!” omel Jo Im.
“Ya, ini tidak masuk akal. Ini tidak masuk akal, tapi….bagaimana ini bisa terjadi?”
“Bagaimana aku tahu!!” jawab Jo Im kesel.
“Pelankan suaramu! Lebih baik kita masuk dan bicara didalam. Buka pintunya.”
“Kuncinya....tidak ada padaku. Aku mengembalikannya tadi malam.”
“Kau mengembalikannya? Kenapa? Kau tidak tidur disini?” tanya Ra Won dengan emosi.
“Karena aku tidak tidur disini, makanya penampilanku seperti itu.” Jo Im merujuk pada baju yang dikenakan Ra Won.
“Ahh...ini benar-benar membuatku gila! Ayo kita pergi ketempat dimana tidak ada orang yang memperhatikan. Nanti kita ketemu di lobby hotel.” kata Ra Won memberi instruksi dan pengen pergi.
Joo Im menahan langkah Ra Won. “Kita tidak pergi bersama?”
“Apa kau tidak sadar? Ini hotelku Apa yang akan terjadi kalau ada orang yang melihat kita sama-sama seperti ini?!”
“Kemanapun kita pergi, kau selalu berkata tempat itu milikmu.” gerutu Joo Im.
“Yah, karena kemanapun kita pergi, tempat itu semua milikku.” kata Ra Won sambil menarik handuk yang menutupi kepala Jo Im. “Berikan ini padaku, dan pergi kehalaman depan. Angkat dagumu, dan pandang rendah orang lain. Bersikaplah natural seperti kau sedang pergi jalan-jalan dipagi hari. Mengerti?!” Ra Won lalu pergi ninggalin Joo Im.
Joo Im kemudian mencoba mempraktekan instruksi Ra Won. Tapi yang ada jalannya jadi aneh dan kaku. Dia sampai dihalaman depan dan jalan mengendap-endap diantara rimbunan tumbuhan yang menghiasi taman. Tiba-tiba dia melihat Yoon Seul, dan dia buru-buru sembunyi. Dari tempat persembunyiannya Joo Im mengamati Yoon Seul yang duduk sambil melihat-lihat isi map yang dibawanya.
‘Bagaimana mungkin dia mencapai posisi sutradara di usianya yang semuda itu? Karena aku tidak mendapatkan peran, aku harus membunuhnya.’ terdengar suara Ra Im membatin.
Ra Won datang mendekati Joo Im dari belakang.

“Apa yang kau lakukan disini? Kau malah jadi terlihat seperti orang aneh!” tegur Ra Won.
“Apa yang kau lakukan disini?” terdengar suara berat laki-laki bertanya.
Joo Im dan Ra Won langsung nengok ke satu arah. Joo Im tampak kaget dan ketakutan, Jong Soo memergoki mereka.

“Dan kenapa kau berpakaian seperti itu?” tanya Jong Soo sambil ngeliatin Ra Won dingin.
“Apaaa?! Kau?!” seru Ra Won dengan nada dan pandangan senga’.
“Gil Ra Im!” tegur Joo Im ngingetin. “Bagaimana kau bisa bicara seperti itu pada sutradara?!” Joo Im lalu membungkuk hormat ke Jong Soo. “Aku minta maaf, sutradara! Aku mengatakan kata-kata kasar padanya hari ini, dan aku rasa dia.....sedikit tidak stabil.”
Jong Soo cengo, Yoon Seul pun melihat kejadian itu, dan Ra Won diam dengan pandangan sangat meremehkan.
“Ayo minta maaf sekarang.” kata Joo Im ke Ra Won.
“Aku melakukannya karena dia melotot padaku.” jawab Ra Won, kemudian dia mengangkat tangan kanannya ke arah Jong Soo, “Sorry!” (tetep gak ada hormat-hormatnya)

“Gil Ra Im!!” Joo Im teriak lagi saking gemasnya ke Ra Won. “Bagaimana kau bisa lupa siapa kau, Gil Ra Im!” (Ra Im mengingatkan Joo Won samar)
“Ah, aku mengerti. Ayo pergi dan kita selesaikan masalah ini.” Ra Won setengah menarik tangan Joo Im.
“Tidak bisa.” ujar Jong Soo dan menarik tangan Ra Won yang memegang tangan Joo Im. “Ikut aku.” katanya lagi.
Joo Im bergerak cepat menahan tangan Jong Soo yang memegang tangan Ra Won. “Sutradara, tolong….” serunya.

Jong Soo menoleh tidak senang. Dan Joo Im perlahan melepaskan tangannya.
“Jadi, maksudku adalah…..kau bicara disini saja.” kata Joo Im pelan dan salah tingkah.
“Minggir kau. Ini bukan sesuatu yang harus kau campuri.” balas Jong Soo lalu menarik Ra Won pergi.
Joo Im bengong ditempat dan Ra Won langsung terlihat panik.
“Hey!! Apa ini??! Kau tidak ingin menghentikannya?! Kau akan membiarkan aku pergi dengannya?!” tanya Ra Won ke Joo Im.
Joo Im terdiam berusaha mencerna maksud Ra Won. Jong Soo melirik Ra Won bingung, begitupun Seul yang tampak merasa aneh dengan kejadian yang berlangsung didepannya. Ra Won kemudian memberi kode ke Joo Im dengan matanya.
Joo Im lalu berteriak sok di galak-galakin ala Joo Won. “Lepaskan tangannya!”
Ra Won buru-buru menarik tangannya, dan Jong Soo mendekati Joo Im dengan sikap menantang.
“Apa kau bilang barusan?!” tanya Jong Soo.
“Aku bilang untuk melepaskan tangannya. Aku sudah bilang padamu sebelumnya, bahwa aku akan mengurus Gil Ra Im untuk saat ini.”
“Aku juga sudah bilang padamu sebelumnya, kalau Gil Ra Im itu adalah keluargaku.”
“Aku tahu. Karena itulah aku sangat berterima kasih padamu.”
“Apa?” Jong Soo bingung dengan maksud kalimat Joo Im.
“Bagaimanapun, aku berharap kau mau menyerahkannya padaku saat ini. Aku akan bertanggung jawab dan akan membawanya ke lokasi syuting nanti.” usai berkata, Joo Im lalu menarik Ra Won menghadap Jong Soo dan mendorong kepala Ra Won kebawah untuk memberi hormat.(ha ha kocak) “Beri hormat dengan sopan.”

Setelah itu Joo Im memegang tangan Ra Won dan mengajaknya pergi dari situ.
Jong Soo diam gak bisa ngapa-ngapain. Dia bingung melihat bagaimana Joo Im dan Ra Won yang jalan pergi sambil tarik-tarikan tangan gak jelas.  

Begitupun Yoon Seul, sampai mangap heran ditempatnya duduk mengamati mereka.

“Beraninya kau mendorong kepalaku kebawah seperti itu?” sungut Ra Won sambil jalan. “Aku bahkan tidak pernah menunduk pada atasanku.”
“Apa itu kepalamu? Itu kan kepalaku!” sanggah Joo Im.
“Ini kepalamu. Tapi selama jiwaku ada dalam tubuh ini, kepalaku adalah milikku, dan kepalamu adalah milikku juga. Mengerti? Kau mau kemana sebenarnya? Bicara disini saja. Disini tidak ada siapa-siapa.” teriak Ra Won tapi Joo Im tak berhenti. Ra Won lalu menarik lengan Joo Im. “Kau mau kemana?!”
Joo Im berbalik dan berkata, “Kau minum terlalu banyak tadi malam, benarkan?”
“Apa?” tanya Ra Won bingung.
“Aku akan gila!” rutuk Joo Im sambil menyilangkan kakinya dengan gaya nahan kencing.(ha ha)
Ra Won mengamati tingkah Jo Im dan menyadari kalau Joo Im kebelet pipis. “Maksudmu…..” desis Ra Won tak percaya dengan apa yang dia pikirkan.
Joo Im tak menanggapi omongan Ra Won dan berjalan dengan gaya yang aneh bin ajaib ke arah toilet.
Joo Im akhirnya masuk toilet, toilet cowok tentunya, dan Ra Won menunggu dengan gelisah diluar.

Sekali waktu Ra Won mengintip ke pintu dan dia diliatin aneh oleh cewek-cewek yang lewat ha ha…
“Kau….kau baik-baik saja?! Lakukan saja seperti kau biasa melakukannya!” seru Ra Won didekat pintu.(oooww…maksudnya, 'seperti biasa' cewek melakukannya gituuu…ha ha)
Tapi alih-alih menjawab, Joo Im malah teriak ngeri dan histeris dari dalam. Maklum, ini pertama kali Ra Im menyentuh alat kelamin pria...ha ha...
Setelah itu mereka nongkrong disebuah café. Posisinya, Ra Won duduk ngangkang cuek sambil minum, dan didepannya ada Joo Im yang telungkup meletakan kepalanya diatas meja, stress.

Orang-orang yang duduk disekitarnya pada ngeliatin mereka. Yah, pemandangan yang agak ganjil memang.
Ra won merasa lagi diperhatiin dan segera meletakkan gelasnya dengan kasar di atas meja. “Kau benar-benar tidak mau mengangkat kepalamu? Semua orang ngeliatin kita aneh.”
Joo Im mengangkat kepalanya bertepatan dengan Ra Won mengangkat gelas ingin minum lagi. Joo Im langsung menahan gelas itu.
“Tidak bisa! Jangan makan apapun! Jangan minum apapun! Mengerti?!” kata Joo Im. Ehm, maksudnya supaya tubuhnya yang lagi dipake Joo Won tidak pengen pipis atau buang air besar…Ra Im tidak ingin Joo Won melihat bagian pribadinya…ha ha. “Ah, bener-bener!” Joo Im ngeliatin tangannya dan merasa kotor(karena tadi abis megang 'barang' cowok). Dia segera meraih tissue dan mengelap tangannya dengan tampang meringis pengen nangis.
Ra Won mengamati tingkah Joo Im sebal dan berkata, “Hentikan! Awas aja kalau kau menangis dengan wajahku!”
“Bagaimana aku tidak pengen nangis sekarang? Apa yang aku lakukan salah? Apa sebenarnya yang terjadi padaku? Kalau aku harus tertukar, kenapa aku tidak tertukar dengan Kim Tae Hee atau Jeon Do Yeon? Ayo cepat pikirkan solusinya!”
“Aku berpikir. Tapi mungkin karena kita tukeran kepala, jadi aku tidak bisa memikirkan apapun. Berapa IQ-mu? Apa paling tidak 3 digit?”
“Kecepatan tinjuku lebih cepat dari 3 digit. Kau pengen coba?” balas Joo Im dongkol.
Ra Won emosi dan tak sadar ngomong kencang. “Perempuan ini, benar-benar!” Semua orang langsung nengok kemereka lagi. Ra Won mendekatkan kepalanya ke Joo Im dan berkata dengan suara lebih pelan, “Tak perduli kita memikirkan ini secara ilmiah atau secara medis, situasi ini tetap terlihat suram. Kau pengen berdebat?” Ra Won kemudian merasa terganggu dengan tali bra yang jatuh dari bahunya. “Ah, kenapa ini terus turun?!” sungut Ra Won sambil menaikan tali bra kebahunya.
Melihat ini Joo Im langsung berseru, “Ada gesper pada talinya. Kencangkan, jadi talinya bisa lebih pendek.”
“Ada pengencang, dimana?” Ra Won menengok ketali bra-nya lewat kerah baju, tapi tetap tak mengerti. “Oh aku tidak tahu, terserahlah! Aku akan melepaskannya.” Ra Won lalu mulai menarik tali bra untuk dilepaskan.
Joo Im panik. “Apa kau gila?! Sini!” Joo Im lalu mengulurkan tangannya masuk kedalam baju Ra Won untuk mengencangkan tali bra.
Dan sontak saja seisi cafe berseru kaget...ha ha....yaiyalaaahh!
Joo Im dan Ra Won menghentikan ‘perbuatan’ mereka dan memutuskan pindah tempat. Mereka lalu keluar dari cafĂ© itu di iringi pandangan seluruh pengunjung cafĂ©.
Joo Im dan Ra Won memilih ngobrol di bangku taman yang sepi. Ra Won duduk dengan kaki cuek ngangkang khas cowok, dan Joo Im duduk dengan kaki dinaikan keatas bangku dan dipeluk.

Mmm…scene yang sangat mengindikasikan siapa sebenarnya yang ada ditubuh siapa. Akting yang hebat!
“Tak perduli bagaimanapun aku memikirkan ini, aku tidak berpikir bahwa ini masalah yang bisa diselesaikan secara medis ataupun ilmiah.” kata Ra Won memulai pembicaraan.
“Kau baru menyadarinya sekarang?” balas Joo Im.
Ra Won menengok ke Joo Im sebal. “Kau masih bersikap sinis? Apa ini disebabkan olehku?”
“Aku tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk yang pantas dihukum seperti ini.”
“Kalau begitu, apa aku yang melakukan?”
“Aku pikir, kau hanya ingin percaya kalau kau tidak pernah melakukannya.”
“Hey!!” Ra Won emosi.
“Lupakan itu. Apa kau pernah mengalami sesuatu yang aneh? Kalau kejadian seperti ini di film-film, biasanya karakter utamanya pernah terkena sinar, atau ada seseorang yang memintamu mengucapkan kalimat aneh(mantera), atau mendapatkan jimat aneh, atau sesuatu seperti itu.” Joo Im mengajukan kemungkinan.
“Cuaca baik-baik saja akhir-akhir ini, aku tidak pernah dimintai yang aneh-aneh. Dan aku sudah lama memiliki banyak sekali jimat aneh dirumah.” kata Ra Won dengan yakin.
“Aku percaya. Kalau begitu, kita selesaikan saja secara medis. Ayo kerumah sakit!”

“Rumah sakit? Rumah sakit mana? Dimana kita akan pergi dan berkata: ‘Tubuh kami telah tertukar.’? Yang ada juga mereka akan berkata: ‘Oh begitu, kata orang ini hanya perubahan cuaca. Tolong isi form ini dan tunggu disini.’ Mereka pasti akan berkata begitu.”
“Kalau begitu, haruskah kita pergi ke suatu tempat dan mencari seorang peramal? Kita bisa mencari seorang dukun atau semacamnya.” usul Joo Im.
“Kau sudah gila, ya? Jika ada rumor tentang Kim Joo Won pergi menemui seorang dukun, maka hari itu saham akan anjlok!”
“Lalu bagaimana dengan pergi ke gereja atau kuil?”
“Gereja akan memintai kita uang(persembahan kalau bahasa orang kristiani); dan kuil, akan meminta persembahan.”
“Bagaimana kalau kita loncat dari atas gedung. Kita lihat, kalau shock apa bisa berhasil.”
“Dengar yang kau katakan saja aku sudah cukup shock.”
“Lalu bagaimana dengan ciuman?”
“Apa?” Ra Won bingung.
“Itu yang mereka lakukan dicerita-cerita dongeng. Jelas saja, dongeng yang kau tahu kan hanya Little Mermaid.” sindir Joo Im. Ra Won hanya merengut dan Joo Im meneruskan, “Beauty and the Beast, Princess and the Frog. Mereka semua berciuman dan kembali menjadi manusia. Karena sesuatu yang menggelikan seperti itu terjadi pada kita, ayo lakukan sesuatu yang konyol untuk mengembalikannya.”
“Itu solusi yang baik? Kau yakin?” tanya Ra Won.(mmm…ini pertanyaan khas Joo Won)
“Kau punya ide lain?”
“Tidak. Baiklah, jadi diam dan mulai. Hanya sebuah kecupan, atau lebih dari itu?”
Joo Im bersemangat dan menurunkan kakinya ketanah. “Aku rasa kita akan tahu saat kita melakukannya. Tutup matamu.” Joo Im menarik nafas dan langsung mengecup bibir Ra Won sekilas dan cepat.

Ra Won membuka matanya dan melihat keadaan sekitarnya dan dirinya. Joo Im pun diam seperti menunggu sesuatu. Mereka kemudian liat-liatan, sedetik…dua detik…tiga detik….burung gagak berkicau dari atas pohon…dan tak ada yang terjadi. Mereka lalu ngedumel kesal.
“Ah….apa yang harus dilakukan??!!” keluh Joo Im sambil menaikan kakinya lagi ke atas bangku. “Itu tidak berhasil.”
“Mungkin karena yang tadi terlalu cepat.” ujar Ra Won. Joo Im berhenti ngedumel dan menengok ke arah Ra Won. Ra Won berkata lagi, “Jangan bergerak!”

Ra Won lalu menarik leher Joo Im ke arahnya dan mencium bibir Joo Im dalam dan lama…he he….

Adegan berpindah sebentar ke restorant aneh yang ada dihutan itu. Terlihat berbagai rempah-rempah obat yang sudah dikeringkan, dan botol-botol minuman yang berwarna-warni. Pada sebuah tabung gelas air yang besar, memantul wajah ibu-ibu aneh pemilik restorant itu. Dia menunduk melihat ke air didalam tabung itu dengan wajah sedih.

Lalu tiba-tiba pantulan wajah yang terlihat pada air berubah dengan wajah seorang pria.

Bajunya tak berubah, tapi tubuhnya berubah dari seorang wanita ke seorang pria. Walaupun berubah wujud, pandangannya tetap sedih.
(Waktu awal nonton dulu, aku pikir ibu-ibu ini juga mengalami pertukaran tubuh dengan seseorang….ha ha….yah tapi udah pada nonton semualah sekarang, dan pasti tahu kalau ibu-ibu aneh itu adalah jelmaan dari roh ayah Ra Im yang ingin menolong takdir anaknya dan pria yang ditolongnya dulu.)
Bayang dipermukaan air pada tabung gelas besar itu berubah lagi, kali ini yang nampak disana adalah bayang Ra Won dan Joo Im yang sedang berciuman.

Oooh, rupanya yang dilihat ibu/bapak ini daritadi adalah apa yang sedang dilakukan Joo Im dan Ra Won saat ini.
Terdengar suara bapak itu.
‘Padamu anak muda, aku benar-benar minta maaf. Ini jalan satu-satunya untuk menyelamatkan putriku. Walaupun dengan jalan yang buruk dan mengerikan. Aku harap  kau mengerti.’

Mata bapak itu berkaca-kaca melihat ke arah permukaan air digelas tabung, kemudian melihat kelangit dan memejamkan matanya.
Kembali pada Joo Im dan Ra Won yang masih sibuk berciuman. Entah karena saking pengennya tubuh mereka balik atau emang keasyikan ha ha….

Dan gak sadar tangan mereka udah mulai ikut gerak saling ngedekap. Saat itu keduanya tersadar dan saling ngelepasin diri. Ra Won meringis sambil bersandar dibangku dan Joo Im kembali ke posisinya semula dengan mendekap kakinya diatas bangku. Mereka kayaknya sama-sama malu karena ciuman tadi ‘agak’ kebawa perasaan.

“Katakan padaku dengan jujur. Kau memang ingin menciumku makanya mengusulkannya, iya kan?” kata Ra Won menutupi rasa malunya.
“Kau sudah gila? Kau bilang tidak mau ke rumah sakit, tidak mau ke kuil, tidak mau ke dukun….setidaknya kan kita mencoba sesuatu. Kau mau terus hidup seperti ini?” Joo Im membela diri.
“Dan jika kita terus seperti ini? Ini musibah buatku, tapi apa buruknya ini buatmu?”
“Kau benar-benar berpikir seperti itu?”
“Ya!”
“Aku juga!” kata Joo Im sambil tersenyum. “Jika aku harus menjalani ini, sangat baik karena aku harus hidup sebagai pria yang kaya raya. Tapi kau...akan menjalani kehidupan sebagai orang miskin dan sebagai tetangga asing....ha ha ha ha...!!!” Joo Im tertawa senang karena bisa manas-manasin Ra Won.

“Kau tertawa?? Kau bisa tertawa dalam situasi seperti ini?!” seru Ra Won kesal.
“Seperti yang kau bilang, ini tidak ada buruknya buatku, aku tidak rugi apapun! Kapan ulang tahunmu?”
“Kenapa kau tiba-tiba menanyakan tanggal lahirku?”
“Aku harus tahu password-mu. Kau pasti memiliki banyak uang di bank.”
“Hey!!”
“Aku harus membelikan mobil untuk setiap orang di sekolah aksi, dan membuat sebuah film aksi.” kata Joo Im sengaja dilebih-lebihkan hingga membuat Ra Won tampak stress. “Aku juga akan membelikan sebuah apartement untuk Ah Young. Ah, dan aku akan menikahi seorang wanita yang akan membuatmu shock.”
“Apa? Menikah?”
“Ya!” jawab Joo Im, dan tiba-tiba dia melihat sesuatu di wajah Ra Won. “Diam sebentar.” Joo Im lalu mulai mendekatkan wajahnya ke Ra Won.

Ra Won agak ketakutan dan menjauhkan wajahnya. “Kau mau apa?” Tapi makin Ra Won bergerak menjauh, Joo Im semakin menatap sambil mendekatkan wajahnya. Ra Won tambah ketakutan. “Aku tanya kau mau apa?!”
Joo Im memandangi wajah Ra Won dengan teliti dan lembut. “Ini aneh. Seperti ini ya tampangku?” kata Joo Im.
Ra Won kecele, dia mengira Joo Im mendekat karena ingin menciumnya. Ra Won lalu teriak lebay, “Waah! Apa….” Ra Won memandang Joo Im. “Jujur saja, aku juga merasa ingin berkata ‘Oh aku sangat tampan!’ tapi aku menahannya. Sesopan itulah aku. Bagaimana aku terlihat tenang dan menarik walau hanya dengan duduk saja. Tapi walaupun begitu, aku tidak mengatakan apa-apa. Kepribadianku setajam pisau.”
“Yah, yaah…betapa tajamnya kau.” kata Joo Im males harus debat dengan Ra Won.
Tiba-tiba terdengar bunyi ringtone khas handphone Ra Im. Joo Im langsung sibuk memeriksa bajunya untuk mencari handphone, tapi handphonenya tak ada.
“Oh, handphoneku? Mana?” seru Joo Im lalu langsung berdiri dan menggerayangi pinggul Ra Won.

Ra Won kegelian dan tertawa sambil bersuara senang. Dia menyuruh Joo Im berhenti, tapi Joo Im terus saja menggerayanginya mencari handphone. Karena tak tahan, Ra Won lalu mendorong Joo Im. “Kenapa kau seenaknya menyentuhku?!”
“Aku menyentuh tubuhku sendiri, emang kenapa?” balas Joo Im sebelum memeriksa handphone yang telah berhasil di ambilnya. Dia membaca sms yang baru masuk. “Oh, sepertinya tim-ku sudah menuju lokasi syuting. Bicaranya nanti saja, sekarang ayo kita kesana.”
“Aku tidak mau kemana-mana. Lagian kenapa aku harus ikut kesana?” jawab Ra Won males.
“Itu tubuhku jadi kau harus pergi! Kalau aku tidak pergi, aku akan dikeluarkan.”
“Ya sudah, keluar saja.”
“Kau benar-benar tak mau pergi? Baik! Aku akan pergi ke Yoon Seul atau Goo Seul, atau siapapun namanya dan mengatakan semuanya!” ancam Joo Im.
“Mengatakan apa?”
Joo Im lalu duduk kembali di samping Ra Won.

Dia memandangi Ra Won dan berkata dengan suara menggoda, “Kau tahu? Sebenarnya kemarin, aku hanya berpura-pura tidak tertarik padamu.” Ra Won melotot marah, tapi Joo Im tetap meneruskan, “Aku rasa aku sudah tersihir olehmu, sejak saat kita bertemu dengan ajaibnya.” Joo Im menyudahi kalimat merayunya. “Bagaimana? Hebat, kan?” Joo Im langsung berdiri dan jalan pergi.
“Hey! Apa kau gila! Kau tak mau berhenti?!” teriak Ra Won panik sambil ngejar Joo Im, tapi Joo Im jalan begitu cepat. “Ahhh….kenapa kakimu begitu pendek. Baiklah, kita pergi sama-sama!”
Joo Im berhenti dan berkata, “Kau pergi duluan.”
“Kenapa aku harus pergi duluan? Apa kau tidak mau mengganti bajumu? Kau mau kesana dengan penampilan seperti ini?”
Joo Im seperti tersadar. “Aaahh...bajuku. Dimana barang-barangku, tasku?”
“Mana aku tahu! Walaupun tubuh kita tukeran, kau pikir karena Nona Gil Ra Im mungkin mengkhawatirkan barang-barangnya, maka aku sebaiknya membawakan tas, baju dan sepatunya? Begitu?”
“Ah, benar-benar gila! Cepat ambil barang-barangku, SEKARANG!!” teriak Joo Im saking kesalnya.

Oska masih berbaring dikamarnya, ngambek gak mau berangkat syuting! Manajernya Dong Kyu duduk dipinggir tempat tidur, sementara asistennya dan dua orang kru wanitanya berdiri ngeliatin.

“Kalau kau seperti ini, skandal yang lain akan muncul lagi. Bukankah kau merasa sakit dan capek dengan semua berita tentang penolakan syuting-mu?” bujuk Dong Kyu.
“Sudah mereda akhir-akhir ini, jadi tidak apa-apa.” jawab Oska tanpa membuka matanya.
“Ahhh, aku…” omel Dong Kyu tertahan. “Terus terang, kau tidak bisa melakukan ini! Berapa lama kau pikir kau bisa menjadi bintang asia Oska? Kau sudah melewati masa-masa emasmu! Kalau album ke 7-mu ini telat, hanya masalah waktu sebelum namamu dilupakan. Karena kau bintang Halyu, maka kau mau syuting semaumu? Masamu sudah lewat kalau mau melakukan itu.”
Oska membuka matanya dan menoleh pada Dong Kyu. “Apa kau orangnya? Orang brengsek bermulut kasar yang komen di artikelku, yang berkata bahwa masa tenarku sudah lewat?”
“Hey!”
“Kalau bukan, keluar saja! Aku capek.” Oska rebahan dan merem lagi.
Dong Kyu menarik dan menghembuskan nafas menahan emosinya. “Aku tidak mau berkata ini, tapi....” Dong Kyu lalu melambaikan tangan memberikan kode pada asisten Oska dan dua orang kru wanita itu keluar. Lalu dia meneruskan, “Tapi sesungguhnya kau merindukan Yoon Seul kan? Kau pikir aku tidak tahu kau? Tidak tahu Yoon Seul? Kenapa kalian berdua bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa? Kenapa kalian tidak mulai lagi saja? Atau bersikaplah tenang, selesaikan syuting dan lupakan semuanya. Sebagai seorang pria, kau terlalu pengecut!”
Oska bangkit dan duduk membelakangi Dong Kyu. Dong Kyu tampak senang omongannya ngefek.
“Yah, kau membuat keputusan yang bagus! Ganti baju dan kita pergi.” kata Dong Kyu sebelum bangkit berdiri.
“Hyung kau....” seru Oska tanpa bergerak dari duduknya. “....tahu tentang aku dan Yoon Seul. Tapi, ada satu hal yang kau tidak tahu tentang aku.” Oska terdiam dan Dong Kyu kembali duduk disampingnya. “Aku tidak punya kepercayaan diri. Kepercayaan diri untuk memulai kembali. Aku bahkan tidak punya kepercayaan diri untuk menyelesaikan syuting dengan sikap yang tenang. Tapi, apa kau benar-benar akan menyebutku seorang pria pengecut?”
Dong Kyu tampak sedih mendengar penuturan Oska, tapi dia tetap menyemangati. “Kenapa kau tidak mau berkata bahwa masa tenarmu sudah lewat? Kalau begitu bangun, dan bersiap-siaplah!!” seru Dong Kyu lalu pergi meninggalkan Oska.
Oska terdiam dengan wajah tertekan dan sedih.

Joo Im dan Ra Won kembali ke sauna untuk mengambil barang-barang Ra Im, barang-barang Joo Im berarti…hi hi. Ibu-ibu petugas disauna menyerahkan tas dan barang-barang Ra Im dengan wajah ditekuk.
“Saya minta maaf. Ini pertama kalinya orang ini datang ke sauna.” kata Joo Im sambil membungkuk ke ibu-ibu itu.
Ra Won tidak terima dan protes ke Joo Im. “Hey! Kau pikir kepala siapa yang kau gunakan untuk menunduk itu? Aku sudah bilang padamu sebelumnya! Kepalamu itu, adalah kepalaku juga…” Ra Won tak bisa menyelesaikan kalimatnya karena Joo Im keburu membekap mulutnya.
“Berapa semuanya? Orang ini makan banyak kemarin kan?” tanya Joo Im.
“Berikan kuncinya jadi aku bisa menjumlahkan bill-nya.” jawab ibu-ibu itu.
“Baik.” Joo Im lalu berkata ke Ra Won. “Angkat kakimu.”
“Apa?” tanya Ra Won dengan cemberut.
Joo Im lalu mengangkat kaki Ra Won tampa permisi dan mengambil kunci yang diikatkan dipergelangan kaki Ra Won.

 “Apa ini? Jadi selama ini aku memakainya?” Ra Won mencak-mencak dengan wajah sangat ‘tidak terima’ ha ha...
Ibu itu lalu menjumlahkan bill. “Sup Rumput Laut, Sikhye (minuman beras manis), Hot Bar, lima butir telur rebus….”
“Maksudnya kau memakan semuanya itu?” ujar Ra Won ke Joo Im. “Apa kau sedang berpesta?”
Joo Im tak menanggapi ocehan Ra Won dan bertanya ke ibu-ibu petugas sauna. “Berapa total semuanya?”
“16.500 won. Tolong kembalikan bajunya.” jawab ibu-ibu itu.
“Ya sebentar.” Joo Im lalu mencari dompetnya di dalam tas.
Seorang wanita seksi berdada besar masuk kesauna dan berdiri disebelah Ra Won. 

Ra Won langsung tertarik dan menikmati pemandangan didepannya. Ibu-ibu petugas sauna melihat tingkah Ra Won dan memarahinya.
“Kenapa kau tidak segera mengganti bajumu?! Ini sudah hampir saatnya laundry!”
Diteriaki gitu Ra Won malah menyeringai senang dan meraih baju yang ada di atas tas. “Ruangan lokernya.....lewat sini?” Ra Won udah langsung jalan mo nyusul cewek seksi tadi ha ha....
Joo Im yang lagi ngitung uang kaget dan segera menghentikannya. “Apa?? Tidak bisa, tidak bisa!” Joo Im menarik kerah baju Ra Won.
“Kenapa? Dia bilang aku harus mengembalikan baju ini.”
“Berapa harga baju ini? Jual saja baju ini padaku. Pria ini...maksudku ada alasan kenapa wanita ini tidak bisa mengganti bajunya. Kalau perlu aku akan membayar dua kali harga bajunya.” Joo Im bertanya ke ibu petugas sauna.
“Kenapa kau tidak memperbolehkan aku mengganti baju? Dia bilang ini sudah hampir saatnya laundry.” protes Ra Won.
“Kau akan melihat tubuhku. Itu tidak boleh terjadi!” (ha ha….)
“Kalau begitu, aku lihat tubuh orang lain saja!” Ra Won sudah jalan lagi mau masuk ke loker tapi lagi-lagi Joo Im menariknya.
“Tolong jual baju ini.” Joo Im kembali memohon ke ibu petugas sauna. Kali ini dengan wajah sangat memelas.
Ibu petugas sauna mangap karena tadi mendengarkan percakapan mereka yang ‘ajaib’.

Joo Im dan Ra Won keluar dari sauna. Jo Im berhasil membeli baju seragam yang masih dipakai Ra Won.
“Aku akan terlihat lebih memalukan masuk ke hotel/cottage dengan pakaian ini. Tapi tak mengapa, setidaknya ini bukan wajahku.” oceh Ra Won sambil mengusap lehernya sampai ke dada.
Joo Im langsung menjawil tangan Ra Won. “Kau menaruh tanganmu dimana?!”
“Siapa yang mau menyentuh tubuhmu?! Badan ini terasa gatal. Kapan terakhir kali kau mandi? Kau kesauna untuk makan?!”
“CEO!” tiba-tiba Sekertaris Kim lari-lari mendekat.
“Apa?!” seru Ra Won senga’. Sekertaris Kim langsung berhenti kaget ha ha....
“Maaf?” kata Sekertaris Kim bingung.

Ra Won dan Joo Im langsung liat-liatan bagaimana menangani situasi ini. Joo Im sadar dia yang harus menjawab.

“Ahh....Aku disini, Sekertaris Kim!” kata Joo Im dengan seringai dan gaya melambai yang gak banget.
“Apa mungkin, anda sedang sakit?” tanya Sekertaris Kim dengan pandangan prihatin ke Joo Im.
“Apa?” ujar Joo Im pelan, dia lalu melirik ke Ra Won yang sedang memelototinya tajam. Setelah itu dia mengulangi ucapannya dengan suara digalak-galakin khas Joo Won. “Apa?!! Ada apa ini?!”
Sekertaris Kim diam sebentar melihat sikap aneh Joo Im. “Saya ingin memberitahukan bahwa stasiun TV yang ikut mendukung acara ‘Perjalanan Romantis dengan Oska’ menelpon kalau jadwalnya telah dirubah.”
“Apaa?!!” Joo Im dan Ra Won sama-sama teriak.
“Menurut mereka ini sungguh fresh karena pemenangnya adalah seorang stuntwoman. Ketika saya bilang kalau wanita ini adalah salah satu tim stunt untuk video musik Oska, mereka lalu mengubah konsep dan akan langsung pergi ko lokasi syuting.”
“Kenapa mereka memutuskan sendiri semaunya?! Batalkan itu!” seru Ra Won reflek. Setelah itu dia sadar dan berkata lagi, “Itu yang akan kau katakan bukan, Kim Joo Won?”
“Ten, tentu saja! Ayo pergi batalkan!” kata Joo Im digalak-galakin.
“Tapi….mereka sudah ada disini. Itu...itu disana.” Sekertaris Kim menunjuk kebelakang Joo Im dan Ra Won.
Joo Im dan Ra Won langsung nengok kebelakang. Disana ada Oska yang sudah lagi di wawancara sambil jalan ke arah mereka.
“’Perjalanan Romantis dengan Oska’....yah, itu menunjukan bagaimana popularitasku, benarkan? Ha ha ha ha…..” kata Oska pada kru kamera. Ketika sampai didepan Joo Im dia berbisik marah, “Apa dengan cara seperti ini kau menjalankan bisnis?” kemudian dia menengok ke Ra Won dan menyapa ramah, “Ra Im, apa kau baik-baik saja? Kau tidak terluka kan?” Oska mengulurkan tangan pengen salaman tapi Ra Won diam saja dengan tampang muak.

Oska tersenyum dan nengok lagi ke kru TV yang masih terus mengarahkan kamera video ke arahnya. “Dia hilang di gunung kemarin.” Oska lalu bicara lagi pada Ra Won, “Sangat melegakan kau bisa kembali dengan selamat. Ha ha ha....” Oska mendekap Ra Won dengan gaya yang dibuat-buat karena lagi direkam oleh kru TV.

“Hey, kau ingin mati?” kata Ra Won dengan wajah senga’ khas Joo Won. Oska kaget membeku, dan Ra Won ngomong lagi, “Kau tak mau melepaskan?!”
Joo Im kaget, Sekertaris Kim kaget, dan apalagi Oska. Oska buru-buru melepaskan pelukan dan memandang Ra Won heran.
“Ra Im?” kata Oska.
“Apa kau minum obat? Siapa yang Ra I.....” Ra Won menyadari tindakannya dan perlahan menengok ke kru TV. “Itu aku….” kata Ra Won memperbaiki kalimatnya tadi dan bersikap ramah. “Dimana tanganmu tadi?” 


Ra Won meraih tangan Oska dan diletakkan dipundaknya. “Disini kan? 1, 2, 3. Haruskah kami berpelukan?” Ra Won bertanya pada kru TV.
Oska menengok ke Joo Im dibelakangnya dan bertanya, “Apa terjadi sesuatu?”

“Ya, dan cukup panjang kalau dijelaskan.” jawab Joo Im lemas. “Bagaimanapun, aku benar-benar minta maaf.” kata Joo Im lagi sambil membungkuk.
Mata Oska langsung membelalak kaget. “Apa yang terjadi denganmu? Kau masih belum sadar?!”
“Apa?” Joo Im bingung dan liat-liatan betiga dengan Oska dan Ra Won. Kemudian dia langsung pura-pura mengerti omongan Oska. “Oh….ha ha, ya aku belum begitu sadar. Maaf.” Untuk lebih meyakinkan omongannya Joo Im lalu memukul akrab bahu Oska sambil berkata, “Hey, man!!” (ha ha)
Oska tambah heran jadinya, tapi berusaha bersikap normal dan melambai ke kru TV sambil berkata ‘Hey man!’ juga ha ha.

Ra Won dan Joo Im duduk didalam cottage. Ra Won mengambilkan baju dikoper untuk dipakai Joo Im. Sementara Joo Im duduk diam sambil lagi-lagi menaikan kaki dan dipeluk.

“Apa yang kau lakukan? Kau tidak mau ganti pakaian?” tanya Ra Won.
“Ohhh…gimana ini? Oska pasti akan berpikir aku adalah perempuan yang aneh.” Keluh Joo Im sedih.
“Dia memang sudah menganggapmu seperti itu.” kata Ra Won sengaja untuk menyempurnakan kesedihan Joo Im. Dia lalu menepuk baju yang sudah dikeluarkannya dari koper. “Pakai ini. Baju ini akan melar, jadi jangan menggulung lengannya, karena akan merusak bentuknya, dan jangan memasukan apapun dalam kantong. Jangan duduk sembarangan. Kalau kau sampai menodai baju-bajuku, aku akan menunjukan padamu bagaimana pembalasan itu, jadi hati-hati saja!”
Joo Im ngedumel karena mo pake baju aja peraturannya macem-macem. “Aku gak mau pakai itu!” kata Joo Im ngambek.
Ra Won langsung nengok dan berkata, “Kalau gitu aku juga tidak pergi. Aku akan pergi mandi.” Ra Won berdiri dan berjalan ke kamar mandi.
“Apa kau bilang?” seru Joo Im.
Ra Won berhenti sebentar dan nengok ke Joo Im. “Lalu, kau tidak mau mandi dulu sebelum pergi?”
“Tu, tunggu! Aku akan memandikanmu. Itu tubuhku!”
“Jadi, kau ingin kita sama-sama melihat tubuhmu?”
“Dasar maniak!” desis Joo Im kesal. “Karena itu kita cuci muka saja. Kita pasti akan kembali normal besok. Ayo cukuran dan cuci muka saja, huh?”
Ra Won lalu membersihkan wajah Joo Im. Dia mengoleskan krim cukur yang tebal ke wajah Joo Im. Sementara Joo Im memandanginya dengan pandangan gak yakin.

“Setelah mengoleskan krim cukur seperti ini, ambil pisau cukur…” Ra Won mengangkat pisau cukur dan Joo Im langsung menahan tangannya.
“Gak usah.” kata Joo Im lalu merebut pisau cukur dari tangan Ra Won. “Aku biasa melakukan ini dua kali sehari.”
“Melakukannyaa….dimana?” Ra Won udah mulai mikir macem-macem…ha ha….dan Joo Im hanya mengangkat bahunya.
Kemudian giliran Ra Won ganti baju. Joo Im memilihkan baju dan di ulurkan ke Ra Won yang ganti baju dibalik partisi kayu berukir. Ra Won ganti baju sambil memejamkan matanya. Saat mengulurkan bra, Joo Im mengancam Ra Won.
“Tutup matamu! Tutup erat-erat! Kalau sampai mengintip kau akan mati!” seru Joo Im.
“Ini mataku sudah tertutup.” jawab Ra Won yang lagi berusaha memakai bra, sambil nengok ke Joo Im memperlihatkan matanya yang tertutup. Tapi kemudian dia ngedumel karena kesusahan memakai bra...ha ha... “Aish, kenapa ini begitu ribet?! Ah, terserah, aku tidak mau memakai ini!” kata Ra Won dan melemparkan bra kembali pada Joo Im.
Joo Im memegang bra itu dan berkata, “Kau pasti sudah pernah melepaskannya lebih dari seratus kali, jangan pura-pura polos.”
“Apa aku pernah mengatakan sesuatu? Itu begitu mudah dilepaskan, tapi kenapa sangat susah dipakai?”
“Kau terlalu berlebihan!” Joo Im lalu mulai memperagakan bagaimana memakai bra.(ha ha....seneng lihat Hyun Bin melakukan ini) “Perhatikan ini! Kau kaitkan didepan....

kemudian diputar kebelakang....

lalu masukan tanganmu lewat sini. Seperti ini, okay?” 

Joo Im melepaskan bra itu dan mengulurkannya lagi ke Ra Won. “Ayo coba.”
Ra Won dengan wajah kesal menerima kembali bra itu. “Apa ini? Bagaimana bisa seorang gadis tidak memiliki pakaian dalam yang pantas?”
“Yang penting bersih. Gak perlu yang macem-macem! Ayo cepat pakai!”
Ra Won hanya bisa menurut dengan mulut yang maju sepuluh centi….ha ha….

Dilokasi syuting video music Oska, sudah terlihat keramaian. Terlihat Jong Soo sudah gedebak-gedebuk melakukan latihan adegan perkelahian dengan dua orang anak buahnya. Yoon Seul lalu datang menginterupsi latihan itu.
“Aku sedikit kecewa, perkelahiannya terlihat sangat biasa. Kau bilang akan menyuguhkan sesuatu yang mendebarkan, jadi aku mengharapkan beberapa adegan aksi yang penuh gaya. Tapi yang aku lihat barusan tidak ada sama sekali.” kata Seul.
“Aku juga berpikir begitu. Sutradara selalu menginginkan sesuatu yang baru. Tapi mereka selalu memberikan pemukul baseball, pipa logam dan tongkat kayu yang sama. Lokasinya juga sama, disebuah Night Club, ditempat parkir yang sepi, atau nggak, ditempat barang rongsokan, atau gudang yang kosong. Adegannya juga selalu sama, seorang petarung harus melawan 17 orang gangster, anak-anak kota berkelahi dengan anak-anak kampung, dan mobil polisi selalu datang saat perkelahian telah selesai. Jadi, apa aku harus merubah isi skenario?” balas Jong Soo dengan suara cool dan sangat mengenai sasaran.
Seul langsung mengubah topik pembicaraan. “Dimana sutradara Jo? Artis utamanya belum ada disini?” seru Seul.
Dong Kyu langsung menjawab, “Maaf, artis utamanya sudah datang. Itu disebelah sana!”

Seul langsung menoleh. Oska terlihat memasuki area syuting dengan gaya santai.
“Karena kita sudah cukup lama menunda, jadi kita mulai saja!” kata Seul tanpa melirik ke Oska.
Dong Kyu lalu memperkenalkan Oska pada Jong Soo. “Kenalkan dirimu padanya. Ini adalah sutradara aksi.” kata Dong Kyu.
“Aku sudah ketemu kemarin.” jawab Oska lalu bicara pada Jong Soo dan Seul. “Aku baru saja membaca script-nya. Aku tidak berpikir akan melakukan adegan aksinya sendiri. Jadi kita pakai peran pengganti dan aku hanya diambil gambar pada bagian wajah.” Lalu dia menoleh pada manajernya, “Panggil aku kalau sudah mau pengambilan gambar close-up.” Oska lalu pergi.
“Hey! Hey, Choi Woo Young!!!” teriak Dong Kyu.

“Biarkan saja dia. Aku memang akan melakukan syuting seperti yang dia minta.” kata Seul sambil memandangi punggung Oska yang berjalan pergi, kemudian bicara pada Jong Soo. “Sutradara Im, sepertinya kau harus bekerja keras hari ini.” Seul lalu teriak pada crew-nya untuk menyiapkan kostum.
Setelahnya, Jong Soo dan Seul ngeliatin Oska yang berjalan ke arah mobilnya sambil menyeruput minuman. Oska memilih menunggu giliran syutingnya disana.

Tapi dasar Oska penuh sandiwara, setelah sikap senga’nya tadi, di mobil dia duduk diam memandang ketempat Seul berada dengan sedih.
Syuting berjalan dengan lancar. Manajer dan asisten Oska ada disana menyaksikan.
“Ada apa dengan Woo Young?” tanya asisten Oska.
Dong Kyu memandangi Yoon Seul dan menjawab, “Dia hanya mencoba bersikap tidak jadi seorang pengecut.” Asisten Oska bingung gak ngerti dengan jawaban Dong Kyu. Dong Kyu kemudian meneruskan kalimatnya dalam hati, “Jika ada bagian yang nyata dalam diri Woo Young, itu hanya pada satu orang wanita. Wanita itu.”
Park Chae Rin tiba-tiba muncul dilokasi syuting. Dia lari-lari dengan senangnya mendatangi dan mengetuk kaca mobil Oska.
“Siapa? OH, kau mengagetkan aku!!!” seru Oska.
“OPPA!! He he he….!” Teriak Chae Rin senang dan langsung membuka pintu mobil. “Sudah lama sekali. Apa kau baik-baik saja?”
Oska lalu keluar dari mobil. “Apa yang kau lakukan disini?”
“Oh, kau begitu pemalu. Kau yang merekomendasikan aku, kan? Aku sudah mendengar semuanya. Oppa, kau bilang bahwa kau tidak mau artis lain yang memerankannya selain aku.” Chae Rin nyerocos dengan centilnya.
“Aku?!!” seru Oska kaget.
“Oh tidak! Kau tidak mengatakan apapun karena kau ingin buat kejutan untukku, tapi aku malah tahu duluan?” Chae Rin menarik kesimpulan seenaknya. “Ah, gak apa-apa. Kau pikir aku tidak tahu perasaanmu? Tapi, kau tahu….tadi aku muntah dipesawat….” ujar Chae Rin manja berlebihan sambil menarik-narik cardigan Oska.
Oska menarik cardigannya dari tangan Chae Rin dan menengok ke arah Seul yang lagi duduk didepan kamera. Tepat saat itu Seul melirik ke arah Oska dan Chae Rin berada. Chae Rin ikutan nengok.

“Aigooo…wanita itu sutradaranya? Dia sangat muda. Aku tidak suka penampilannya.” kata Chae Rin dengan nada suara gak senang.
Oska terus membalas pandangan Seul dan menghembuskan nafas berat.

Di Seoul, Ibu Joo Won duduk disebuah café dengan dokter pribadi anaknya, Lee Ji Hyun.

“Seorang sutradara?” Ibu Joo Won bertanya.
“Saya dengar begitu.” jawab Ji Hyun.
“Saya hanya melihat fotonya. Dia terlihat sangat rapi dan cantik. Joo Won sepertinya menyukainya.”
“Jadi anda mengajak saya kesini hanya untuk mengatakan itu?” Ji Hyun tidak suka dengan topik pembicaraannya.
“Apa saya terlihat tidak punya kerjaan? Saya ingin menanyakan sesuatu….jadi jawab pertanyaanku sejauh yang kau tahu! Kau satu-satunya orang yang bisa kutanyai tentang hal ini tanpa khawatir akan memicu rumor kemana-mana.”
“Apakah anda sedang sakit?”
“Bisakah hanya saya yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan?” Ibu Joo Won berkata dengan angkuhnya dan Ji Hyun terpaksa diam. Ibu Joo Won lalu meneruskan omongannya. “Ini tentang rata-rata wanita dinegara kita…tentu saja aku tahu, kalau setiap orang itu berbeda. Singkatnya, sampai usia berapa seorang wanita bisa melahirkan anak?”
“Maaf??” Ji Hyun bingung Ibu Joo Won mengajukan pertanyaan yang gak di duga-duga.
“Kau tidak tahu?”
“Anda, sama seperti Joo Won, kalian menggunakan seorang psikiater dengan cara yang sangat berbeda.” Ji Hyun mengomentari cara Ibu Joo Won bertanya, baru dia menjawab, “Di luar negeri, ada beberapa wanita yang melahirkan di usia 60 tahun. Sedangkan di Korea, ada catatan beberapa wanita yang melahirkan di usia awal 50-an sampai pertengahan 50-an.”
“Benarkah? Sebagai seorang dokter, bagaimana pendapatmu? Di usia 66 tahun, apakah masih bisa melahirkan seorang anak laki-laki? Dia terlihat lebih tua dari umurnya!” (ha ha...kayaknya nih merujuk pada isteri ayahnya.)
“Pendapatku, ini tergantung pada Dewa Sam Shin(3 Dewa Kesuburan)!” kata Ji Hyun dengan wajah geli.
“Apa?!” Ibu Joo Won gak terima dengan jawaban ‘seenaknya’ Ji Hyun.
“Kalau anda tidak punya pertanyaan lain lagi untuk ditanyakan….” Ji Hyun sudah niat pergi.
“Ada!” seru Ibu Joo Won membatalkan niat Ji Hyun. “Saya dengar kau sering mengunjungi rumah Joo Won. Apa itu benar? Apa alasannya?”
“Akhir-akhir ini, Joo Won tak bisa tidur karena stress.”
“Tidak mungkin dia memanggilmu hanya karena itu. Apa dia memintamu tidur dengannya?”
“Saya hanya datang kerumahnya sebagai seorang psikiater. Tak ada alasan yang lain untuk itu.”
“Apa dia mengkonsumsi obat? Obat tidur atau semacamnya?” Ibu Joo Won masih penasaran.
“Menurut hukum medis, untuk menjaga privasi pasien, saya tidak bisa mengatakan apa-apa. Saya minta maaf.” kata Ji Hyun dengan nada sopan.(susah tuh berusaha sopan didepan ibu Joo Won yang ngeselin gitu)
“Saya tidak suka sikapmu yang ini!” omel Ibu Joo Won lalu beranjak pergi dengan angkuhnya.(woooo…..jelaslah Joo Won dapet kelakuan ajaibnya itu dari siapa.)
Ji Hyun hanya bisa menarik dan menghembuskan nafas untuk mengontrol emosinya.

Ditempat lain, Ibu Oska juga mendatangi dokter, kalau yang ini adalah seorang dokter pria, dokter keluarga mereka.
“Bagaimana diagnosis saya, dokter?” tanya Ibu Oska.
“Anda baik-baik saja.” jawab dokter.
“Saya baik-baik saja? Ini aneh. Akhir-akhir ini saya tidak punya nafsu makan, tidak bisa tidur, berkeringat dingin dan pusing! Apa tidak ada yang salah?”
“Ada.”
“Haa?? Dimananya?” Ibu Oska berseru lebay.
“Di perut.”
“Maaf??”
“Perut anda sakit karena disebabkan ayah anda dan isteri barunya. Benar kan?” tebak dokter.
“Ah...ha ha ha...apa anda memiliki telepati? Saya dengar ayah saya kesini. Apa obat yang anda berikan? Saya harap bukan sesuatu yang bisa memberinya seorang anak baru atau semacamnya?”
“Yah, saya memberikannya itu! Kenapa?” kata dokter sengaja mo manas-manasin Ibu Oska…ha ha…
“Oh Tuhan!! Dokterrr!” seru Ibu Oska stress.
Ibu Joo Won kemudian masuk keruangan itu.
“Apa masih lama?” tanya Ibu Joo Won ke Ibu Oska.
“Ayah minum obat untuk mendapatkan anak.” ujar Ibu Oska sambil menyemprotkan pelembab kewajahnya. “Pada pergelangan tangan ayahku, tidak ada pembuluh darah pria.(cerita tahyul tentang pembacaan pergelangan tangan) Lihat saja kami, semua pewarisnya adalah wanita.”
“Kau tidak kenal ayah? Dia akan terus mencoba sampai pada akhirnya.” desis Ibu Joo Won lemas.
“Kalau begitu dokter, apa anda punya sesuatu yang bisa kuminum yang bisa membuat wajahku mengkilat seperti porselen? Bagaimana dengan rasa coklat atau pisang susu? Sangat kuat dan manjur. Sesuatu yang bisa mengurangi berat badan? Sesuatu yang bisa memudarkan kecantikan dalam semalam? Obat yang seperti itu.” Ibu Oska kembali nyerocos.
“Apa saya terlihat seperti ibu peri dimatamu? Ibu tiri baru kalian tidak akan menghilang dengan mudah seperti itu. Ayo pergi, saya sedang sibuk.” Omel dokter.
“Jadi anda benar-benar memberikannya resep obat? Untuk siapa? Ayah? Isteri barunya?” kali ini Ibu Joo Won yang nyecer dokter.

Kembali ke pulau Jeju dilokasi syuting. Jong Soo dan anak buahnya sedang mempersiapkan mobil untuk dipakai syuting. Jung Hwan sudah memakai wig untuk peran pengganti Chae Rin.
“Kau mencari Ra Im?” tanya Jung Hwan saat melihat Jong Soo mengedarkan pandangannya.
“Tidak.” jawab Jong Soo kaku seperti biasa.
“Sutradara, kau memperlakukannya terlalu keras. Dia mengikuti kita kesini hanya untuk mencoba adegan mobil. Dengan laut disekeliling kita, aku rasa dia sudah meloncat disuatu tempat.” kata Jung Hwan setengah hiperbol. Kemudian dia melihat Ra Im. “Oh, itu dia datang.”
Joo Im dan Ra Won datang ketempat syuting, mereka jalan lurus ke arah Jong Soo.
“Gil Ra Im sangat ingin datang melihat lokasi syuting.” kata Joo Im sambil menjawil pinggang Ra Won.
“Ya, baiklah, saya akan melihat-lihat. Okey!” Ra Won bicara dengan sedikit kaku.
“Kenapa kau baru datang sekarang kalau kau ingin membantu? Apa yang mau kau lakukan dengan sikap seperti itu? Apakah ini sikap orang yang meminta diberi kesempatan lagi?” tegur Jong Soo dengan tangan bersedekap didada.
Melihat keadaan ini, Joo Im langsung membungkuk minta maaf ke Jong Soo. “Oh, saya minta maaf! Sebenarnya tadi terjadi sesuatu…..”
“Kenapa kau minta maaf? Kejadian seperti apa yang membuatmu menggantikan dia(Ra Won) untuk minta maaf?” bentak Jong Soo.
Joo Im langsung terdiam dan nunduk. Ra Won melirik Joo Im dan mengambil alih pembicaraan.
“Aku mengerti apa yang kau katakan. Kenapa kita tidak pergi kesebelah sana dan membicarakannya sambil merokok?” kata Ra Won ke Jong Soo.
Joo Im terbelalak kaget mendengarnya, Jong Soo juga.

“Kau…merokok…juga?” tanya Jong Soo.
Ra Won sadar udah salah ngomong dan gelagapan. “Ahh….itu benar, aku tidak merokok. Kalau begitu, minum kopi saja. Ayo!”
Ra Won melangkah pergi duluan dan Jong Soo mengikuti dibelakang.
“Itu tidak bagus. Apa yang harus kulakukan?” ujar Jung Hwan melihat Ra Won dan Jong Soo pergi.
Joo Im langsung bergerak cepat mendekati Jung Hwan. “Sunbae, aku pinjam wig-mu sebentar saja.” Joo Im merebut wig yang dipakai Jung Hwan dan lari menyusul Ra Won dan Jong Soo.
“Hey, heyyy! Anak baru! Aku harus syuting film!!” Jung Hwan meneriaki Joo Im.

Ra Won membawa Jong Soo ketempat sepi untuk bicara. Pemandangannya bagus, kayak diatas bukit gitu, trus ada pondok buat duduk-duduk yang bisa melihat ke arah lautan. Tapi selain mereka, ada Joo Im juga yang ngintilin dari belakang. Dia mengendap-endap untuk menguping pembicaraan. Ceritanya nih Joo Im nyamar pake wig ha ha….gak ngaruh juga kali, Ra Iiiimmm!
Ra Won dan Jong Soo lalu duduk bersebelahan disebuah bangku sambil memegang kopi.

“Jadiiii….” Ra Won mulai bicara.
“Aku duluan!” sela Jong Soo.
Ra Won menengok ke Jong Soo, begitupun Jong Soo.
“Aku tahu kau sangat kecewa. Jadi, aku tidak tahu kau percaya atau tidak, tapi tadinya aku ingin memberikanmu kesempatan. Aku ingin memberikanmu adegan mobil, karena kau sangat menginginkannya, dan karena hanya itu yang bisa kulakukan untukmu. Tapi barusan, kau kehilangan kesempatan itu. Kau bilang kau kesini karena hadiah ‘perjalanan romantis’, benarkan? Kalau begitu, lakukan saja.” kata Jong Soo.
Ra Won memandangi Jong Soo selama ngomong. Ekspresinya seperti menemukan sesuatu dalam sikap Jong Soo. Dan sekarang setelah Jong Soo selesai ngomong, Ra Won malah tersenyum.(emmm, senyum khas Joo Won)
“Sutradara….kau ketahuan!” kata Ra Won dengan wajah sinis.
“Ketahuan apa?” Jong Soo bingung.
Ra Won mengangkat tangan dan mengarahkan telunjuk ke dirinya. “Ketahuan menyukaiku.”

Jong Soo masih tampak bingung. Sementara Joo Im yang jongkok nguping dibelakang kelihatan susah mendengar apa yang mereka bicarakan.
“Tapi sepertinya kau belum mau mengakuinya.” Ra Won terus memandangi Jong Soo tajam sambil senyum khas Joo Won.
Jong Soo tak menjawab dan malah berdiri pengen pergi. Saat berdiri dia melihat Joo Im ada dibelakang memakai wig dan mondar-mandir kebingungan gak tahu harus sembunyi dimana ha ha… Joo Im akhirnya senyum sambil mengangguk ke Jong Soo, dan Jong Soo jadi ketakutan melihatnya…ha ha…
“Aku harus pergi karena sudah hampir saatnya syuting. Jangan datang ketempat syuting.” kata Jong Soo ke Ra Won dan pergi.
Ra Won hanya tersenyum dan meneguk kopinya. Joo Im langsung buru-buru mendatangi Ra Won.
“Apa yang kau bicarakan dengan sutradara?” tanya Joo Im. “Kenapa ekspresinya seperti itu? Apa yang kau katakan padanya?”
Bukannya menjawab, Ra Won malah berdiri dan menarik lepas wig yang dipakai Joo Im. “Siapa yang mengijinkanmu memakaikan ini ditubuhku?! Aku capek, jadi aku akan kembali ke hotel lebih dulu. Selesaikan saja urusanmu dan cepat kembali. Kita harus membicarakan rencana selanjutnya.” Ra Won melemparkan kembali wig pada Joo Im dan jalan pergi.
Joo Im mengejar Ra Won. “Apa yang kau bicarakan tadi dengan sutradara?!” Joo Im masih penasaran pengen tahu, tapi tak digubris.

Dilokasi syuting, persiapan syuting adegan mobil sudah hampir selesai. Jong Soo terlihat sibuk membahas adegan dengan Yoon Seul. Tiba-tiba, ditengah kesibukan itu Joo Im datang dengan sebaki minuman mendekati anak-anak sekolah aksi.
“Sunbae, silahkan nikmati kopinya.” kata Joo Im ramah sambil membagi-bagikan kopi dengan senyum.
Semua pada nerima kopi dengan tampang gak enak, dan kebingungan ha ha…
“Karena kau tidak minum kopi, jadi.....ini! Aku bawakan Juice!” kata Joo Im pada salah seorang senior Ra Im. Semua tambah bengong memandangi Joo Im (termasuk Jong Soo dan Yoon Seul) dan Joo Im berkata lagi, “Ada apa? Teruskan saja pekerjaan kalian…..aku kan anak baru, ingat??”
Kemudian Oska muncul disitu dan melihat kelakuan Joo Im.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Oska.
Joo Im berbalik menghadap Oska sambil masih memegang baki minuman dan membungkuk hormat. “Oh, hallo!”
Oska kemundur shock dan berseru, “Apa kau sakit?! Kau pasti beneran sedang sakit! Coba aku periksa kalau kau demam.” Oska lalu mengulurkan tangannya memegang dahi Joo Im.

Joo Im langsung terlihat kaget dengan wajah merah, terus kepucat, terus kemerah lagi….ha ha…. “Aku baik-baik saja…” desisnya.
Tangan Oska lalu berakhir dikedua pipi Joo Im. Joo Im jadi tambah senang dan senyum-senyum. Tanpa sadar Joo Im mengangkat sebelah kakinya kebelakang dan diketuk-ketukan ke jalanan.(ini kebiasaan Ra Im)

Oska melihat kaki Joo Im dan bertanya, “Apa ini?”
Tapi Joo Im masih di awang-awang, dia terus mengetuk-ngetukan kakinya. Semua orang jadi berisik melihat kelakuannya. Para senior Ra Im juga, mereka pernah merasa melihat kebiasaan mengetuk-ngetukkan kaki seperti itu disuatu tempat. Tapi kemudian Yoon Seul berteriak untuk memulai syuting, jadi suasana teralihkan.
Syuting dimulai. Chae Rin terlihat menyetir mobil dengan wajah sedih. Mobil Oska datang mengejar dan Oska teriak-teriak menyuruhnya berhenti. Chae Rin tetap tak mau berhenti. Oska akhirnya menyalip mobil Chae Rin hingga berhenti. Oska lalu turun dari mobilnya dan mendatangi Chae Rin. Oska menarik Chae Rin keluar dari mobil.
“Jangan pergi. Jangan pergi seperti ini! Jangan pergi, aku bilang kau jangan pergi!!” teriak Oska pada Chae Rin.
“Cut!” seru Yoon Seul menghentikan syuting. Semua orang jadi terlihat santai lagi dan menengok ke arahnya. “Kita akan melakukannya lagi dimulai saat membuka pintu mobil.”
Oska tampak bete.

“Kita harus mengulang berapa kali?! Aku sudah benar-benar melakukannya. Menyebalkan!” omel Chae Rin. (ooohhh, ternyata mereka udah beberapa kali ngulang)
Dengan tampang kesal, Chae Rin dan Oska bersiap melakukannya lagi. Dong Kyu tampak memperhatikan reaksi Oska. Joo Im juga terlihat kasihan pada Oska.
Syuting dimulai lagi. Oska turun dari mobil dan menarik Chae Rin sambil teriak ‘jangan pergi’. Tapi Seul kembali teriak ‘cut’.
Seul berdiri dan berkata pada Oska. “Diskenario tidak ada ekspresi pengen nangis, ini adalah ekspresi sakit dan putus asa, oke? Apa kau tidak pernah disakiti, Tuan Choi Woo Young? Mungkin kau tidak tahu karena kau selalu ada disisi yang sebaliknya?”
“Apa yang perempuan itu ....?” ujar Chae Rin pada Oska.

Seul lalu mengangkat kertas skenario ditangannya. “Pria dalam skenario ini adalah orang yang ditinggal kesepian. Apa kau pernah merasakan rasanya seperti sekarat karena seorang gadis?”
“Belum pernah.” jawab Oska datar.
“Belum pernah?”
“Ya, aku bilang belum pernah!”
“Kalau begitu aku akan mengatakannya padamu bagaimana rasanya.” Seul lalu memandang lurus ke Oska. “Tak bisa tidur dan tak bisa makan itu biasa. Tertidur tapi bangun itu rasanya seperti neraka. Karena kau tidak tahu bagaimana bisa kau dan orang yang kau cintai menjadi orang asing. Kau bahkan tak bisa mengadu pada orang lain, karena kau takut mereka akan berpikiran buruk tentang kekasihmu. Dengan begitu, kau akan menangis sendirian.”
Oska terdiam mendengar penuturan Seul.
Dan flashback, dari sisi Seul, sambil Seul meneruskan ucapannya.
“Semua berakhir, kau hancur. Tapi hanya kenangan saat-saat indah cinta yang ada dalam pikiran. Tapi, semakin kau mencoba menghapusnya, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukannya.”
Dimalam hari, Seul terlihat menangis sesegukan sendirian didalam mobil yang berhenti dipinggir jalanan yang ramai.
“Jadi bagi orang yang ditinggalkan, 365 hari itu habis untuk memulihkan diri. Tapi hal yang paling menyakitkan adalah orang lain itu(kekasihmu) bahkan kelihatannya tidak memikirkanmu samasekali.”
Flash back selesai.
“Rasanya seperti kau tak bisa membiarkannya. Orang lain itu melupakan segalanya tentangmu dan berbahagia. Kau berharap mati, tapi kau tidak punya keberanian untuk melakukannya. Karena kau takut…..kau tidak akan bisa melihat orang itu lagi.”  
Seul menyudahi omongannya dengan emosi dan mata merah berair. Semua orang terpana. Seul menarik nafas dan berkata lagi, “Seperti itu....rasanya kalau hubunganmu berakhir. Itu yang kau rasakan. Jadi, alasan saat kau menariknya(Chae Rin), apa yang kau rasakan dan seberapa putus asanya kau.... Kau mengerti?”
Oska tak menjawab, dia malah bergegas pergi meninggalkan lokasi syuting. Yah, Oska akhirnya tak bisa bersikap cool menghadapi Seul, apalagi kalau situasinya kayak tadi. Seul memang menceritakan perasaannya, apa yang dia alami, tapi Seul tak sadar, itu juga hal yang di alami Oska.
Dong Kyu dan asisten Oska mengejar Oska yang ingin masuk ke mobil.
“Hey, hey, apa yang kau lakukan?!” teriak Dong Kyu.
“Aku tak mau melakukan ini!” jawab Oska.
“Kau brengsek!”
Oska gak dengar dan tetap masuk ke mobil. Dong Kyu dan Asisten Oska juga ikut masuk. Saat mobil jalan pergi, Chae Rin teriak-teriak manggil Oska. Sementara itu, Yoon Seul terdiam dan menarik nafas. Joo Im mengamatinya dari belakang.

Dimobil, Dong Kyu kembali menegur Oska yang duduk bengong sambil lihat keluar jendela.
“Kau tidak boleh pergi seperti ini! Siapa orang yang kabur ke pulau Jeju duluan? Kalau bukan Seul, maka tidak akan ada musik video apapun. Ayo kita kembali kesana, heh?” bujuk Dong Kyu tapi Oska diam aja. Dong Kyu memberikan kode pada asisten Oska untuk membalikan arah mobil.
“Kalau kau berputar arah, kau mati!” teriak Oska.
“Ahhhh....benar-benar!!!!” Dong Kyu stress tingkat tinggi ha ha ha....

Seul menenangkan diri sambil melihat ke laut. Joo Im datang menghampirinya dengan membawakan kopi.
“Kau baik-baik saja?” tanya Joo Im sambil mengulurkan gelas minuman tanpa berani melihat wajah Seul.

Seul bingung dan menerima gelas itu. “Ini bisa terjadi disetiap lokasi syuting. Antara sutradara dan artis. Tidak ada yang bersifat pribadi atau apapun, jadi aku harap kau tidak salah mengerti.”
“Aku kesini bukan karena itu....aku mengkhawatirkanmu. Itu....aku tahu....itu adalah kisahmu.” kata Joo Im lagi dengan gaya kaku.
Seul menarik nafas dan kembali kesikap angkuhnya. “Maaf aku tidak pernah cerita padamu kalau aku kenal dengan Choi Woo Young saat kita kencan perjodohan. Apa itu membebanimu?”
“Ahhh…” gumam Joo Im seperti menyadari sesuatu. “Jadi kalian pernah pacaran?”
“Maaf??” seru Seul.
“Haa?? Tunggu, Choi Woo Young-hyung? Kalau begitu, pria dalam ceritamu….”
“Bukankah kau sudah tahu semuanya sebelum bertanya?”
“Tidak, aku hanya baru menyadari…. Semua orang pasti punya luka seperti itu. Tapi apa itu beneran Oska?”
“Namanya Gil Ra Im kan?” Seul mengalihkan pembicaraan.
“Hah?”
“Gadis yang kau gunakan untuk menekanku. Gadis yang berkencan dengan Oska tapi makan siang denganmu. Aku tidak bertanya apapun tentang gadis itu, kan? Baiklah, kalau begitu, mari kita membuat kesepakatan. Seperti yang kau sudah dengar sebelumnya, aku cukup sering pacaran, tapi sekarang sudah selesai. Jadi Kim Joo Won, kau juga harus mengakhirinya(hubungan dengan Ra Im) dan kembali padaku.” Seul tersenyum dan pergi.
Joo Im mangap ditempat ha ha ha….
“Woooww! Pandangan kami benar-benar sangat berbeda.” gumam Joo Im.

Joo Im balik ke cottage dan langsung dimarahi Ra Won.
“Kenapa kau tidak menjawab telponku? Aku sudah bilang selesaikan urusanmu dan datang kesini segera! Apa saja yang kau lakukan?!” omel Ra Won pada Joo Im yang duduk ditempat tidur.
“Aku nonton jalannya syuting dan ketemu dengan wanita yang kencan perjodohan denganmu. Aku dengar kau dan Yoon Seul ada kencan perjodohan.” jawab Joo Im terkesan polos namun tajam.
Ra Won terlihat sedikit gugup. “Tapi….tapi kenapa? Dia yang berisik banget karena sangat menyukaiku.”
“Apa dia bilang dia menyukaimu?” tanya Joo Im geli.
Ra Won langsung berkacak pinggang didepan Joo Im. “Wanita mana yang tidak suka padaku?” kata Ra Won dengan gaya pongah.
“Sangat sombong.... Dia tidak menyukaimu. Ada sesuatu yang hanya bisa dilihat sesama wanita.”

“Benarkah? Kalau begitu bagaimana dengan yang ini? Sutradaramu....menyukaimu!”
“Jangan memikirkan apa yang ingin kau pikirkan. Sutradara kami memang sangat perhatian pada semua anggota tim.” Joo Im jadi males ngobrol dan bangkit berdiri.
Ra Won buru-buru mengulurkan kakinya menghalangi langkah Joo Im. “Kau mau kemana?”

“Karena aku sudah selesai melaporkan padamu bahwa tubuhmu kembali dengan selamat, maka aku akan pergi! Dikamarku, dimana Oska sedang menunggu.” Joo Im mengakhiri kalimatnya dengan senyum.
“Apa kau sudah gila?!” kata Ra Won sambil mendelik ke Joo Im. “Apa berbagi ruangan dengan pria lain adalah hobimu?! Apa Oska seperti keluarga bagimu?”
“Lalu, apa aku harus tidur disini? Kalau kita sekamar bukankah akan terlihat lebih aneh.” Joo Im menendang kaki Ra Won dan melangkah kepintu.
“Kau bahkan tidak punya six packs.” gumam Joo Im sambil keluar melewati pintu.
“Heyy!! Kau melihat tubuhku yaa??! Kenapa?! Kenapa kau melihat tubuh orang lain?!” teriak Ra Won.

Joo Im tiba di cottage Oska. Dia membuka pintu pelan-pelan dan mengintip kedalam. Saat yakin tak ada siapa-siapa, Joo Im lalu masuk kedalam sambil jalan mengendap-endap. Tiba-tiba Oska keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk besar di pinggangnya, dan tangannya memegang handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya. Dengan kata lain, Oska bertelanjang dada dan basah segar keluar dari kamar mandi. Melihat penampakan Oska itu, Joo Im langsung teriak histeris dan membalikan badan...ha ha...

“Ya Tuhan!” desis Joo Im dan menggigit jarinya.
Oska kaget melihat reaksi Joo Im. “Hari ini kenapa kau sangat aneh? Apa yang salah denganmu?”
“Aku tahu, aku seharusnya tak bersikap begitu. Tapi hari ini adalah hari pertamaku.” Joo Im menoleh sebentar ke Oska dan berkata sambil senyum, “Kau pasti kedinginan.” Joo Im lalu meraih jaket yang ada didekatnya dan mengulurkan ke Oska tanpa menengok. “Ini.”
Oska tertawa dan berkata, “Hey, walaupun kau bertingkah seperti itu, kau pikir aku bisa dibodohi? Heh? Siapa dia?”
“Ap, apa?” Joo Im masih belum berani berbalik menghadap Oska.
“Aku tanya siapa dia?”
Joo Im akhirnya berbalik pelan menghadap Oska.
“Siapa orang yang sudah merubah Ra Im dan jadwal acaraku tanpa memberitahuku?!” tanya Oska.
“Ahhh...” Joo Im bernafas lega. “Aku kira.... Tapi orangnya bukan aku! Sumpah!” kata Joo Im sambil mengangkat tangannya.
Oska mendengus. “Kau memang benar-benar aneh hari ini! Ha ha ha…..” kata Oska sambil menempelkan telapak tangannya pada tangan Joo Im yang terangkat untuk bersumpah. 

“Setelah sekian lama, ini pertama kalinya kau terlihat seperti adik kecilku. Sejak kecelakaan itu, kau tidak....”
“Hah? Kecelakaan?” tanya Joo Im bingung.
Oska tersentak sadar dengan omongannya barusan. “Ah, itu hanya salah ngomong! Itu bukan kecelakaan, SMU, SMU….maksudku ini pertama kalinya sejak kau lulus SMU!” kata Oska sambil mendorong pelan dada Joo Im.
Tapi dasar Joo Im dalamnya adalah jiwa cewek, jelas aja terasa aneh kalau ada yang menyentuh dadanya, laki-laki pula.
Dan Joo Im pun kembali teriak histeris, tapi kali ini sambil menyilangkan kedua lengannya didada.
“Ada apa?!” Oska malah kembali memegang Joo Im.
Joo Im tambah histeris teriak sambil mukul-mukulin tangan Oska. Joo Im mundur dengan ketakutan. Oska yang tak tahu apa-apa tambah mendekati Joo Im dan malah sambil megang sana-sini…ha ha ha….kocak banget!

“Apa yang terjadi?! Ada apa?!” tiba-tiba terdengar teriakan Ra Won dari luar.
Ra Won lalu masuk dan diajak Oska duduk. Mereka duduk bertiga. Joo Im duduk dengan mengempit lutut, sedangkan Ra Won langsung menaikan kakinya ke atas meja tepat didepan Oska, gak ada sopannya sama sekali.

Oska sempat bengong melihat kelakuan Ra Won tapi kemudian biasa aja. Joo Im yang malah langsung mengetuk kaki Ra Won, dan Ra Won pun menurunkan kakinya.
“Tadi, kau tidak menguping di depan pintu, kan?” tanya Joo Im.
“Apa aku terlihat seperti pria kurang ajar? Aku hanya sedang melewati kamar ini.” Ra Won membela diri.
“Pria?” tanya Oska.
Waahh…Ra Won keceplosan. Joo Im membelalak kesal dan Ra Won buru-buru ngoreksi. “Ah, stuntman memang terbiasa berkata kasar.” Oska terlihat maklum, dan Ra Won pun meneruskan, “Lalu, teriakan apa tadi itu? Apa mungkin hyung-mu menganiayamu?” tanya Ra Won ke Joo Im.
Oska langsung nengok ke Joo Im. “Apa yang kau katakan pada Ra Im tentangku?!” Oska ngomel.
Joo Im terlihat bingung tak tahu harus gimana. “Maaf, Gil Ra Im. Lihat aku! Aku ini seorang pria yang kekar. Aku bahkan bekerja di....” Joo Im tergagap, hampir saja dia keceplosan bilang ‘kerja jadi stunt’. “….di militer.”
Ra Won langsung menyadarinya dan berseru membantu Joo Im. “Di militer….yah tentu saja kau kau kerja full time waktu masuk militer. Benarkan?”
Oska masih melongo, malah jadi tambah bingung. “Ra Im, kau bertingkah aneh! Semua orang yang bertemu dengannya(Joo Won), akan berpikir dia mendapat pengecualian(tidak ikut wajib militer). Tapi, apa sebenarnya yang membawamu kesini?”
“Aku kesini untuk main-main dengan kalian.” jawab Ra Won seenaknya.
“Hey!” Joo Im tak senang, dia lalu mengusir Ra Won. “Pergi! Kau tidak mau pergi? Apa kau tidak lihat hanya laki-laki yang tinggal disini?!”
“Apa yang kau lakukan?! Ra Im pasti jadi malu.” Oska memarahi Joo Im.
Ra Won lalu duduk menghadap Oska dan bersikap manja lebay khas cewek. “Oppa…Oppa, bolehkah aku tinggal disini?”
 
“Oh, tentu saja!” Oska langsung terlihat senang. “Ra Im kami ingin tinggal disini denganku?”
Ra Won sengaja mau manas-manasin Joo Im. Joo Im udah terlihat mangap-mangap menahan emosi.
“Kalau kau tidak keberatan, aku ingin menginap disini malam ini!” kata Ra Won lagi. Oska langsung terlihat senang bukan main.

“Gil Ra Im, Gil Ra Im! Kau bukan wanita seperti itu. Bukan!” seru Joo Im.
“Aku sebenarnya wanita seperti ini!” balas Ra Won ke Joo Im sinis. Lalu kembali ngomong ke Oska, “Oppa! Kau bahkan juga tak mau aku tidur disini?”

“Ay, bukan seperti itu! Haruskah aku menendang dia(Joo Im) keluar dari sini?” tanya Oska.
“Sungguh? Waahh…sangat senang hidup sebagai wanita.”
“Kau sepertinya tidak mengenaliku dengan baik. Aku berharap semua wanita diseluruh dunia berbahagia. Ini filosofiku! Ha ha ha ha....”
Ra Won tak membalas omongan Oska, tapi wajahnya terlihat pengen muntah ha ha...
“Benar-benar! Aku sebaiknya keluar!” Joo Im lalu keluar.
“Jangan lupa tutup pintu!” teriak Oska ke Joo Im sebelum menggeser duduk ke dekat Ra Won. “Ra Im kami terlihat provokatif.”
“Kau bahagia? Menyukainya? Kau orang yang cabul, kau tahu?” kata Ra Won berubah sinis.
“Kau mencoba merendahkanku? Ini pertama kalinya seorang wanita merendahkanku. Kau tahu apa yang sedang dimulai saat ini?”
Terdengar suara Joo Won, ‘Kapan kau jadi dewasa?’ batin Ra Won sambil menggeleng-gelangkan kepalanya dan melangkah keluar.
“Ra Im! Kau mau kemana? Ra Im-ah….Ra Im-ah….!!” teriak Oska.

Joo Im jalan ke arah cottage Jong Soo. Dia pengen masuk tapi gak bisa dengan tubuhnya yang sekarang. Dia lalu kirim SMS.
‘Sutradara! Aku tahu tingkah lakuku hari ini sangat aneh dan kau pasti kecewa karenanya. Mungkin untuk beberapa saat atau lebih, aku akan bersikap aneh. Aku akan menceritakan segalanya padamu nanti! Aku benar-benar minta maaf, sutradara.’
Jong Soo yang saat itu sedang lari-lari olahraga menerima pesan Ra Im. Dia membacanya sebentar dan kembali berlari.

Malamnya, Joo Im terlihat duduk sendirian dengan memeluk kakinya diatas bangku. Oska berdiri bengong memandang kolam dan Yoon Seul diam mematung sambil berendam ditengah busa sabun dalam bathtub. Dilain tempat, Jong Soo juga terlihat duduk bengong diantara riuh becandaan timnya yang asyik minum-minum. Dan Ra Won duduk diam berselonjor ditempat tidur. Malam ini semua orang tampak kalut dengan masalah masing-masing.
Ra Won bosan dengan pikirannya dan bangkit duduk dengan kesal. Tali branya melorot dibahu. Saat menaikan tali, dia terpikir untuk melihat-lihat tubuh yang dipakainya.
“Hanya sekali lihat. Hanya sekali.” pikir Ra Won.
Ra Won kemudian mengangkat pelan-pelan kaos diperutnya.

Dan dia kaget melihat kulit perutnya penuh guratan dan lebam bekas luka. Dia lalu memeriksa lengan dan kakinya, semua sama saja, ada bekas luka dimana-mana.

Ra Won terlihat sedih dan prihatin dengan gadis pemilik tubuh itu.

Pagi menjelang. Joo Im dan Ra Won terbangun dengan keadaan tubuh yang masih sama, masih tertukar.

Ra Won kembali telentang tiduran kemudian mukul-mukulin dan nendang-nendang kasur dengan stress, dan Joo Im loncat-loncat sana-sini sambil ngeluh nangis-nangis. Dan mereka sama-sama teriak histeris lagi. Kayaknya keruwetan masih akan terus berlanjut.
Ra Won mendatangi cottage tempat Joo Im.

“Apa yang akan kau lakukan? Keadaan kita masih sama!” kata Ra Won begitu Joo Im membukakan pintu untuknya. “Jika ini seperti kisah dongeng, setelah kita melewatkan satu hari yang sulit, apa seharusnya tak ada akhir bahagia saat kita terbangun?”
“Itu pasti dongeng yang sangat kejam. Kita pikirkan hal ini lagi setelah sarapan.” Joo Im tampak lemas.
“Ah, terserah. Dimana Woo Young-hyung?”
“Dia sudah tidak ada pagi-pagi. Kopernya juga gak ada.”
Joo Im lalu melihat secarik kertas diatas meja. Sepertinya itu berisi pesan yang ditulis Oska.
‘Aku pergi dengan penerbangan pertama. Sampai ketemu di Seoul.’

“Dia balik ke Seoul!” seru Joo Im setelah selesai baca surat. “Dia tampaknya gak mau syuting musik video”
“Lalu bagaimana dengan event Dept. Store-ku? Bahkan ada kamera dari channel tv disini. Apa yang harus kulakukan? Ah, pria ini....benar-benar! Kau mandi dan kita ketemuan di restoran.” Omel Ra Won.

“Kenapa harus mandi? Apa yang dimandiin?!” Joo Im kayaknya ogah mandi.
“Berapa lama kau tidak mandi? Jujur saja, tak banyak juga yang bisa dilihat(tubuh Ra Im maksudnya). Lihat! Apa ini tubuh wanita?” Ra Won mengangkat kaosnya hingga menampakan kulit bagian perut dan pinggul. “Penuh luka dimana-mana.”
“Hey!! Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau lakukan ini!” Joo Im menghambur ke arah Ra Won. “Apa kau gila?”

Joo Im memeluk pinggang Ra Won untuk menurunkan kaosnya, tapi Ra Won malah kegelian dan mereka jatuh terduduk di sofa dengan posisi yang ‘sangat’ bisa bikin orang salah paham.

Sialnya, Yoon Seul muncul disitu dan melihat kegiatan aneh mereka dengan wajah shock!


adegan favorit di epsd ini....he he he... :P




Note:
Sebulaaannn....OH MY!! I-net mati idup....sorry buat yg nunggu lama yaaa.... :(
Dan maaf kalau sering ada kesalahan penulisan nama karakter, karena ribet kadang ngebedain siapa yang ngomong >.<

Untuk sinopsis film belum bikin lagi....rencananya film 'The Shoe Fairy'-nya Vivian Shu, tapi dvdnya nge-hang....ha ha...dan aku gak nemu streamingnya di web. Jadi....ntar ngubek-ngubek film laen aja.

Source: kadorama, withs2, dramacrazy