Tuesday, March 29, 2011

Serba - serbi 'Secret Garden' 1

1. Maiim Vision Village


Tempat tinggal Joo Won dan Oska yang kayak paradise itu, syutingnya di Maiim Vision Village, pusat pelatihan milik Maiim Corporate itu memang biasa dipakai untuk syuting film. Lokasinya terletak di provinsi Gyeonggi, Korea Selatan.

Ini dia tempat ngiter-ngiter Joo Won kalo lagi mikirin Ra Im.

Ini pas lagi hijau-hijaunya


Ini pas musim gugurnya
Ini pas winter-nya

Ini tempat Joo Won lari pas ingatannya kembali di epsd 19



Ini tempat diadain pesta akhir tahun untuk member VVIP LOEL Departement Store

Nah ini dia istana-nya Joo Won


Ini tampak bagian yang menghadap danau
aku jadi bingung nih mana depan, mana belakang, karena sama-sama bagus

Ini ruang tamunya, kamarnya ada diatas sana. Trus perpustakaannya ada dimana ya?

Ini ruang makannya, tempat Ra Im hampir roboh pas bangun tidur di epsd 20


Joo Won ataupun Ra Im gak pernah terlihat mandi disini, tapi mereka pernah melewati kamar mandi ini saat ke kamar.

Tempat tidur Joo Won
Ini tampilan ruang tamunya Joo Won dari atas, tampilan dapurnya dari sudut lain.
Tempat masak Joo Won, lucu ya bentuknya....biru pula ^^


Ini lemari es dirumah Joo Won. Dan botol susu yang berwarna coklat itu, Joo Won pernah memberi minum langsung Ra Im dari botol itu di epsd 20

Yang ini, mungkin tempat tinggal Oska kali yaahh...(habis Oska gak pernah terlihat jalan keluar dari rumahnya, sekalinya malah keluar dari rumah Joo Won)

Ini ruang tamunya, beserta sofa yang suka Oska tidurin, Joo Won juga pernah tidur disitu.

Ini ada dapurnya Oska, Joo Won pernah masak disini saat lagi jadi Ra Im


Kamar Oska

Tempat dimana saat Oska bermain piano sambil nyanyi didepan Yoon Seul dimalam natal

Sudut lain dirumah Oska

CD dan penghargaan milik Oska

Tampilan istana Joo Won dari atas. Bagus yaaaahhh... ^^


2. Seoul Action School (SAS) 


Lim Action School (LAS) milik Jong Soo dimana Ra Im kerja, kira-kira di syuting di SAS. Belum ada konfirmasi kebenarannya, tapi tempatnya memang mirip. Tempatnya di Beopheung-ri, Tanhyeon-myeon, Paju-si.

Tempat dimana Ra Im dan rekan-rekannya sering berlatih
 


3. Petite France


Petite France ini adalah tempat dimana Joo Won pertama kali ketemu Ra Im. Ini merupakan tempat dengan bangunan-bangunan bergaya prancis didaerah Gapyeong-gun Cheongpyeong-myeon, Korea.



4. The Seaes Hotel & Resort in Jeju Island


Tempat dimana Ra Im dan Joo Won bertukar tubuh untuk pertama kalinya. The Seaes Hotel & Resort ini berada di pantai Jungmun, Seogwipo-si pulau Jeju. Hotel & resort ini memiliki pemandangan yang indah dengan bangunan bergaya tradisional dicampur modern.


5. Resom Forest


Tempat yang menjadi tempat tujuan outing Ra Im dan anak-anak stuntman lainnya, dan disana mereka bertemu Joo Won. Ini bertempat di Resom Forest, yang ada di Jecheon city, Chung-buk Korea. Tempat yang terdapat banyak sarana untuk menyegarkan pikiran dan meditasi.
Jalan kecil tempat Ra Im dan Joo Won berjalan bersama, saat ini telah diberi nama 'Secret Road'



6. LOTTE Departement Store



LOEL Departement Store milik Joo Won ini di syuting di LOTTE Departement Store yang berada di Dongdaemun area. Departemen Store ini sendiri baru dibuka Agustus 2010.



Eskalator terkenal yang telah menyelamatkan Joo Won dari claustrophobia-nya ini bisa ditemukan di LOTTE Departement Store diatas Cheongnyangni (University of Seoul) Station, subway blue line 1

 Ini gambar yang bukan dari film


Saat Ra Im syuting jadi stuntnya Chae Rin dilakukan disini


Ini saat Ra Im syuting....tuh kan ada lampu gedenya sama.


Ini adalah CEO asli LOTTE Departement Store Lee Chul Woo-nim. Dan kabarnya, fashion style untuk Kim Joo Won memang ditiru dari CEO aslinya.



ini aslinya

ini tampilan di serialnya


Ini adalah pemandangan diluar Departement Store, tapi tidak ada dalam serialnya. Sayang yaaa...padahal bagus. Coba aja bayangin Joo Won & Ra Im lagi jalan-jalan disitu :P


Source: Kadorama, Hancinema, eyesinkorea, otayamin, dan para blogger lainnya (udah lupa ngambil dari mana aja.)


Note: 
Sebenarnya masih ada yang kurang....aku pengen tahu penampakan luar tempat tinggal Ra Im & Ah Young tuh disyuting dimana. Kalau set dalam rumahnya paling dibikin di studio.  Trus cafe yang tempat adegan foam kiss ituuuu... Trus lapangan golf tempat Oska kabur + resort milik Yoon Seul....itu kan bagus juga yaaahhh.
Ah, pokoknya masih banyak lagi yg lainnya.
Cerita SG nanti dilanjutin....trus yang Shinobi bentar lagi selesai. Lagi bagi waktu sama nonton serial soalnyaaa...he he...



















Thursday, March 24, 2011

Secret Garden episode 3


  
Didepan banyak orang, Joo Won memegang tangan Ra Im dan menariknya. “Berhenti berteriak pada Gil Ra Im. Dan barusan anda mendorongnya kesamping. Anda tidak boleh melakukan itu. Wanita ini bagi saya seperti Kim Tae Hee dan Jeon Do Yeon. Saya adalah penggemar Gil Ra Im.” tegas Joo Won lalu tersenyum pada Ra Im. Kemudian dia berkata lagi, “Kalau anda tidak keberatan, saya ingin mentraktir kalian semua makan siang.”
Sutradaranya gugup sekarang. “Baik, anda tidak meminta saya untuk mentraktir anda, tapi anda yang akan mentraktir kami. Jadi…tak ada alasan untuk menolaknya.” kata sutradara dengan suara yang pelan, lalu mengajak semua crew untuk makan siang.
Joo Won kembali menoleh pada Ra Im dan tersenyum. Ekspresi Ra Im masih sama, matanya tetap terpaku pada wajah Joo Won. Seperti ada yang mau dikatakan, tapi sulit.

Tak lama setelah itu, mereka semua sudah duduk memenuhi sebuah restorant mahal di departemen store milik Joo Won. Ra Im juga ada disana, dia duduk disamping Jung Hwan dengan wajah tak karuan dan tak makan apa-apa. 

Jung Hwan bertanya kenapa, Ra Im hanya menunduk. Sementara Joo Won sibuk membuat nyaman seluruh orang yang ada.
“Saya ingin mempersiapkan makanan yang baik, walaupun mungkin tak cocok dengan selera kalian. Tapi saya harap kalian menikmatinya.” kata Joo Won. Dan kebanyakan orang-orang yang makan pada jawab enak...ha ha (gak heran makanan mahal). “Ummm, dan sementara kalian menikmati makanan kalian, …“ Joo Won lalu mendekati Ra Im dan menarik tangannya lagi (Joo Won nih orangnya emang seenaknya). “saya ingin meminjam orang ini sebentar. Gil Ra Im, kau makan denganku. Ruanganku ada dilantai sembilan. Ayo!”

Ra Im bingung tak bisa ngomong. Semua orang langsung bersorak ‘bravo’. Joo Won lalu segera menyeret Ra Im dari situ, tanpa memperdulikan protes Ra Im.
“Seleranya(Joo Won) sangat fantastis!” cetus Chae Rin iri. “Kenapa dia menyukai perempuan gembel seperti itu?”

Jung Hwan yang mendengarnya langsung menimpali, “Kau jelas marah, karena kau lebih gembel dari dia! Benarkan?”
Chae Rin langsung ngomel-ngomel.

Joo Won membawa Ra Im ke ruangannya. Sesampainya disana, ada meja yang sudah tertata dan dipenuhi banyak makanan yang tampaknya enak dan mahal tentu saja. Lengkap dengan bunga dan lilin. Ra Im bengong melihatnya, antara takjub dan kepengen hi hi....

“Karena aku tidak tahu makanan apa yang kau sukai, aku bertanya pada temanmu yang bekerja di lounge. Dia bilang jumlahnya lebih penting daripada rasanya, jadi dia menyarankan aku memesan makanan yang banyak.” kata Joo Won.
Mendengarnya Ra Im langsung meringis sambil memejamkan mata diam-diam, pasti dalam hati dia lagi ngumpatin Ah Young. Joo Won lalu mempersilahkan Ra Im duduk. Dia menarikan kursi buat Ra Im, tapi yang ada malah Ra Im kaget dan menahan kursinya.
“Aku hanya menarikan kursi buatmu, supaya kau bisa duduk dengan nyaman.” jelas Joo Won.
“Nggak usah! Lakukan saja itu pada gadis-gadis lain.” balas Ra Im lalu duduk dan menarik sendiri tempat duduknya kedekat meja.
Joo Won menarik nafas dan jalan ketempat duduknya. “Di usiamu itu, dan belum pernah ada pria yang menarikan kursi untukmu?” kata Joo Won.

Ra Im kesal mendengarnya dan berkata, “Kalau kau tidak mau berdoa, boleh aku matikan lilinnya?” Ra Im lalu mengambil sendoknya dan mematikan tiga lilin yang ada ditengah meja. Setelah itu dia meniup sendoknya dan meletakannya kembali di atas piring.
Joo Won mangap melihatnya, lalu protes, “Saat makan, itu standar kalau ditemani cahaya lilin.”
“Buatku, tiga botol beer dan buah-buahan, itu baru standar.” balas Ra Im. “Kenapa kau tidak bilang padaku?”
“Apa?” Joo Won balik nanya sambil nyalain korek.
“Apa?!!” seru Ra Im.
“Aaahh…kalau aku CEO dan pemilik tempat ini? Kau heran?” kata Joo Won sambil menyalakan kembali lilin di atas meja. “Aku sudah bilang sebelumnya kan, kau tidak seharusnya berteriak padaku. Jujur saja, kau kaget, kan? Karena kau pikir aku pengangguran tapi ternyata aku jauh dari yang kau perkirakan. Tiba-tiba saja, aku jadi terlihat berbeda, bukan? Aku jadi lebih tampan dan lebih tinggi. Kau pasti jadi berpikir ‘Ah, tracksuit bling-bling itu pastilah sangat mahal.’. Kau jadi merasa bersalah bukan?” Joo Won bicara dengan sengaja untuk memojokan Ra Im.
Diluar dugaan, Ra Im mengangguk mengiyakan semua perkataan Joo Won.
“Apa ini?” Joo Won kaget respon Ra Im tidak seperti biasanya. “Kau dengan mudah mengiyakan, itu membuat pria gentlemen seperti aku malu.”

“Katamu kalau aku marah, aku akan terlihat cantik. Jadi, aku tidak akan marah lagi mulai sekarang. Jangan pernah berbuat seperti ini lagi. Dan jangan pernah datang lagi kesekolah aksi. Itu bukan tempat bermain bagi orang yang hanya ingin menghilangkan bosan sepertimu.” kata Ra Im, lalu berdiri dan keluar dari ruangan Joo Won. (heeeyyy, blum makan!! Sayang banget makanannya...)
Joo Won diam bengong ditempat duduknya.

Ra Im kembali ke restorant yang tadi. Tapi sesampainya disana, tidak ada orang lagi yang makan. Yang ada hanya beberapa pelayan yang sedang membereskan meja. Ra Im lalu duduk disalah satu meja yang masih berantakan bekas crew film tadi makan. Manajer restorant mendekati Ra Im dan memintanya pindah ketempat yang mejanya kosong.
“Aku bersama tim yang tadi kok. Tolong beri aku semangkuk nasi.” kata Ra Im.
“Jangan beri dia!” teriak sebuah suara. Joo Won pun muncul disitu.
“Tidak apa-apa. Berikan saja.” kata Ra Im lagi pada manajer resto, dia tidak menghiraukan kehadiran Joo Won.
“Tidak usah khawatirkan dia. Kembali saja bekerja.” Joo Won kembali menegur manajer itu.
Manajer restorant lalu pergi meninggalkan dua orang yang lagi gontok-gontokan secara tidak langsung itu. Ra Im terlihat kesal sekali, dia langsung meraih sumpit dan mangkuk nasi yang ada didekatnya, entah punya siapa tapi isinya masih lumayan banyak. Joo Won pun tak kalah kesalnya, dia langsung menampik sumpit yang dipegang Ra Im sampai mental.

“Apa yang kau lakukan?! Aku tidak mengerti situasi ini. Tolong buat aku mengerti.” kata Joo Won sambil berusaha menahan emosi.
“Buatku, makan yang nyaman itu yah seperti ini.” jawab Ra Im.
“Lalu apa yang membuatmu tidak nyaman dengan yang tadi? Lilin, anggur atau karena ditarikan kursi?”
“Semuanya.”

Ra Im lalu mengeluarkan empat lembar uang (masing-masing 10 ribu won, jadi seluruhnya 40 ribu won) dari dompetnya dan diletakan diatas meja. “Ini semua yang aku punya sekarang. 20.000 untuk biaya rumah sakit, dan 20.000 untuk makanannya. Aku tahu makanannya lebih mahal, tapi karena aku tidak memakannya, anggap saja itu impas. Sekarang, kita tidak ada urusan lagi (gak harus ketemu lagi maksudnya).” kata Ra Im lalu berjalan kearah pintu.
“Kau keterlaluan!” teriak Joo Won. “Aku melakukan ini hanya supaya kau berhenti bilang ‘Maafkan saya'.sepanjang waktu…”

Flashback sebentar. Rupanya tadi Joo Won gemas menyaksikan jalannya syuting dari atas. 

Tadi setiap kali NG Ra Im selalu minta maaf berkali-kali walau dibentak terus dengan kasar, bahkan sutradaranya sendiri bosan mendengar Ra Im minta maaf. Intinya sih, Joo Won gak mau Ra Im diperlakukan semena-mena sama orang lain, apalagi kalau Ra Im-nya hanya diam aja trus malah minta maaf dengan mudahnya. Jadi kesannya, Ra Im mau aja diperlakukan gak adil.

Mendengar kalimat Joo Won, Ra Im menghentikan langkahnya dan berbalik. “Apa salahnya dengan ‘minta maaf’? Aku bahkan bisa bilang ‘aku minta maaf’ seratus kali. Aku bisa mengatakannya sepanjang hari, karena aku menghargai kesempatan yang kudapatkan karenanya. Aku hidup dari situ. Sekarang, terima kasih, sepertinya aku akan mendengar orang bicara kalau  aku punya back-ing yang bagus. Hingga saat ini, aku rasa aku sudah cukup mengatakan ‘aku minta maaf’. Tapi mulai sekarang, kau pikir berapa kali lagi aku harus mengatakannya? Apakah dunia ini seperti cerita dongeng bagimu? Kau pikir bunga, anggur, dan lilin semuanya memang selalu ada didunia? (pinjem notenya mba Tirza-kadorama lagi, jadi itu melambangkan...anggur=kesenangan, lilin=kemewahan, bunga=keindahan) Yang aku butuhkan bukan pemilik departemen store yang tidak dewasa dan perbuatan baik yang hanya untuk membuatmu merasa nyaman. Ini peringatan terakhir! Jangan pernah muncul lagi didepanku.” kata Ra Im sebelum akhirnya pergi dari restorant itu. (hiks, dia akhirnya gak makan apa-apa)
Joo Won tetap berdiri ditempatnya dan memandang empat lembar uang yang Ra Im tinggalkan di atas meja.

Saat Ra Im kembali ke tempat syuting, para crew sedang beberes. Ra Im melewati mereka satu persatu sambil meminta maaf. Bahkan sampai kedepan para seniornya pun dia minta maaf. (eemmm, kayaknya buat nerusin kesalnya ke Joo Won) Para crew malah berterima kasih atas makan siangnya, dan seperti yang diduga Ra Im, beneran ada yang ngomong kalau dia sekarang punya back-ing yang bagus.
Sutradara datang lari-lari mendekati Ra Im, Chae Rin mengikutinya dibelakang. Sikap sutradara ke Ra Im berubah 180°. Dia malah bilang Ra Im tidak apa-apa kalau mau lebih lama perginya, dan biar saja Chae Rin yang melakukan tugas Ra Im (loncat dari atas maksudnya...ha ha), kontan aja Chae Rin langsung cemberut dan ngomel-ngomel protes. Sutradara balik ngomel ke Chae Rin dan nyuruh Ra Im istirahat saja ha ha... Begitu sutradara pergi, Chae Rin langsung memarahi Ra Im.
“Tidak bisa dipercaya! Hey, kenapa kau seperti ini? Tadi waktu aku tanya, apa yang kau bilang padaku? ‘Siapa Kim Joo Won?’” omel Chae Rin.
“Kami memang tidak pernah menanyakan nama.” Ra Im membela diri.
“Kau main-main denganku? Kalau begitu, aku tanya lagi! Bagaimana kau bisa kenal Kim Joo Won?” tanya Chae Rin dengan intonasi tinggi. Ra Im diam saja. Chae Rin jadi tambah emosi, “Kau tak mau menjawabku? Hubungan seperti apa yang kalian miliki?!”
“Tapi Park Chae Rin, kenapa kau terus berbicara merendahkan aku? Apa urusanmu kalau kami punya hubungan? Apa ada alasan kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu?” balas Ra Im.
Chae Ri langsung tertawa, tapi kemudian dia menunduk. “Tidak.” katanya lemas. Lalu tersenyum pada Ra Im. “Aku rasa tidak ada.”
“Aku kira juga tidak.” kata Ra Im menyudahi pembicaraan dan menjauhi Chae Rin.

Tapi dasar Chae Rin, dia masih mengejar Ra Im dan bertanya konyol, “Tapi…walaupun aku tidak memintamu menjawab pertanyaan ini, apa yang kau makan tadi dilantai sembilan? Steak? Lobster?” tanya Chae Rin sambil mengikuti langkah Ra Im.
Ra Im menghentikan langkahnya dan melirik Chae Rin kesal tanpa menjawab. (yaiyalah emosi…orangnya kelaperan blum makan apa-apa, malah ditanyain apa yang dia makan…ha ha)

* * *



Disekolah aksi, diruangan sutradara action Im Jong Soo. Jung Hwan sedang menceritakan apa yang terjadi dilokasi syuting tadi. Dia cerita tentang si ‘saya menghasilkan banyak uang’ yang ternyata adalah CEO sekaligus pemilik LOEL department store. Jung Hwan bahkan menirukan gaya ngomong Joo Won waktu bicara ke sutradara. Dia juga cerita kebaikan Joo Won yang memberikan kelonggaran jam syuting, sampai ditraktir makan siang. Jong Soo langsung terlihat diam tanpa komentar apapun.
Kemudian Ra Im masuk keruangan itu.
“Oh hey, tadi itu sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Jung Hwan ke Ra Im. “Kau beneran tidak tahu kalau Kim Joo Won adalah CEO tempat itu?”
Ra Im tak menjawab, tampangnya panik sambil melirik ke Jong Soo.
“Gil Ra Im, kau memenangkan lotere. Kau beruntung hanya dengan satu tembakan. Gil Ra Im, kau akan berhenti jadi stunt?” cerocos Jung Hwan lagi.
“Kenapa aku berhenti?” protes Ra Im. “Dia tak ada hubungan apa-apa denganku.”
Ra Im jadi kesal dan buru-buru berbalik pengen pergi, tapi tali tasnya putus dan jatuh kelantai. 

Ra Im diam melihat tasnya. Jong Soo pun memandang Ra Im iba.

“Beli saja satu yang baru. Berapa sih harganya? Pergi dan ambil satu dari tokonya si ‘aku menghasilkan banyak uang’.” kata Jung Hwan dengan entengnya.
“Senior!” seru Ra Im.
“Apa?” balas Jung Hwan, lalu dia bicara pada Jong Soo, “Hyung, lihat dia. Dia tidak seperti ini sampai kemarin.”
“Aku pergi duluan.” kata Ra Im lalu memungut tasnya dan pergi.
Jong Soo memandang sedih punggung Ra Im yang keluar melewati pintu.



Sore itu Jong Soo latihan panjat tebing. Pikirannya tidak konsentrasi mikirin Ra Im. Dia teringat saat Ra Im dan Joo Won bicara dihalaman sekolah aksi usai audisi waktu itu. 

Rupanya saat itu Jong Soo melihat mereka dari tingkat atas sekolah aksi. Jong Soo melihat Ra Im diam saja saat Joo Won memeriksa lukanya, dan Ra Im juga memandang kepergian Joo Won dengan pandangan sedih. Jong Soo jelas tahu apa artinya itu. Yah, si gadis kecil yang selama ini diam-diam disukainya, sepertinya akan di ambil orang hi hi… Jong Soo stress mengingat itu semua, dan terpeleset hingga hanya gelantungan dengan tali pengaman.

* * *



Oska melakukan pemotretan dengan tiga orang gadis seksi. Kali ini rambut Oska didandanin kayak singa. (dalam serial ini rambut Oska sering ganti2 gaya, begitupun Yoon Seul. Saat tanteku nonton, ada berapakali dia nanya ‘ini siapa lagi?’...ehm, padahal mereka orang yang sama -__-!) Setelah pemotretan selesai, Oska bersama sang fotografer sama-sama melihat hasil foto dan memilih mana foto yang bagus. Dan Oska seperti biasa mengomentari foto-fotonya dengan narcis.

“Oh ya, aku melihat sutradara Yoon kemarin.” kata fotografer itu tiba-tiba.
“Sutradara Yoon?” tanya Oska tanpa melepaskan matanya dari foto-foto.
“Yoon Seul. Sekarang dia sudah jadi sutradara CF(Comercial Film).” Oska langsung diam tak bereaksi. “Kau tidak tahu? Dia bilang dia sudah bertemu denganmu. Kau tidak bicara dengannya selama ini?” tanya fotografer.
“Kau akan mengambil gambar lagi atau tidak?” kata Oska ketus, tanpa menjawab pertanyaan si fotografer.
Dan efek dari omongan fotografer tadi, Oska duduk bengong diruang ganti memikirkan sesuatu. Dia sampai menghela nafas berat. Telponnya kemudian bunyi, dari asistennya.
“Hyung, aku sedang berada didalam LOEL departemen store sekarang. Ada sesuatu yang aneh tergantung disini. Aku akan mengirimkan gambarnya padamu, jadi lihat.” kata asistennya dan segera mematikan telpon.
“Apa itu? Hallo!! Yaa!!” Oska marah-marah dan melempar ponselnya kemeja rias.
Tak lama kemudian ada bunyi pesan masuk di ponselnya. Oska segera melihatnya. Itu adalah gambar poster ‘perjalanan romantis bersama Oska ke pulau Jeju’, event ultah Departemen store Joo Won. Oska langsung terlonjak kaget melihatnya.

Gak hitung tiga, Oska langsung mendatangi sepupunya itu. Saat itu Joo Won sedang berada dirumahnya, duduk menikmati musik klasik, dan memandang 4 lembar uang diatas meja(kayaknya itu uangnya Ra Im kemarin).
“Hey! Kenapa kau tidak menjawab telponku?! Kau tahu berapa kali aku menelponmu?!” Oska datang langsung teriak-teriak.
“Aku tidak tahu. Orang yang menelpon harusnya tahu itu.” jawab Joo Won lemas dengan mata terus memandang uang yang dimeja.
Oska kesal lalu mematikan musik dan melempar remotenya kekursi yang diduduki Joo Won. Joo Won merasa terganggu dan langsung mengalihkan pandangannya ke Oska.
“Kau bahkan sangat tidak menghargai Chopin walaupun kau seorang pemusik?” kata Joo Won lalu mengambil remote ingin menyalakan lagi musiknya.
Oska segera merebut remote itu, dan memperlihatkan gambar diponsel yang dikirimin asistennya tadi.

“Apa ini?!! Perjalanan romantis dengan Oska!! Kenapa hanya aku yang tidak tahu ini?!” protes Oska.
“Kau harus mengganti manajermu. Itu sudah lebih dari tiga hari ada disana.” jawab Joo Won.
“Apa?! Tiga hari?!”
“Kau cukup populer. Kau tahu betapa besar departemen store kita harus berterima kasih padamu, kakak bintang Hallyu-ku? Aku rasa itu karena Itaewon(Tourists shopping district).”
“Itaewon?!” seru Oska geram. “Hey!! Kau pikir aku akan melakukan ini?”
“Aku sudah mengira kau akan bilang begitu.” kata Joo Won santai sambil ngangguk.
“Ya, kau tahu itu! Aku tidak akan melakukannya! Langkahi dulu mayatku. Aku akan memastikan kalau aku tak akan melakukannya!”
“Tidak usah risau, kau akan melakukannya. Sekarang kau pergi.” kata Joo Won sambil menunjuk pintu dengan kakinya. “Pergi…”
“Heyyy!!!” teriak Oska murka. (ha ha)

Dikantor Oska, asisten Oska sedang menunjukan poster ‘Perjalan Romantis dengan Oska’ itu ke manajer Oska. 

Manajer Oska juga kaget dan tidak tahu menahu dengan event itu, dan menyuruh menanyakan pada Oska. Oska pun datang kekantornya dengan tergesa-gesa. Begitu masuk, manajernya langsung menegurnya.
“Kau sudah gila? Apa ini?!” kata manajernya sambil menunjuk poster.
“Yah, aku juga baru tahu.” jawab Oska sambil tertawa kecil.
“Kau baru tahu?!”
“Ya, jadi ini jadwalnya seminggu setelah kita syuting musik video. Kalau begitu kita mundurkan saja syutingnya seminggu. Jadi event itu tidak bisa terlaksana.” usul Oska.
“Kau benar-benar ingin mati? Bagaimana mau dimundurkan? Sutradaranya sudah ke Thailand untuk meninjau lokasi syuting.” bantah manajernya.
“Kau sudah dapatkan sutradara? Ah, berarti aku masih kurang menyebalkan dari yang kukira, karena masih ada sutradara yang mau kerjasama denganku.”
“Kau main-main denganku?! Cara bicaramu itu!” teriak manajernya makin emosi.
“Ayo pukul aku, tapi mundurkan syutingnya seminggu.” kata Oska sambil mendekatkan dirinya ke manajer.
Asisten Oska sedang browsing di internet, dia menemukan sebuah artikel dan memanggil Oska dan manajernya untuk melihat. Isi berita itu adalah Oska ingin melatih pendatang baru. Oska langsung teringat itu hasil wawancaranya dengan seorang wartawan belum lama ini. Manajer Oska langsung kelihatan tambah stress, sementara Oska dengan tanpa beban terus saja bercerita.
“Wartawan itu bertanya apakah aku melatih seseorang untuk debut. Wartawan itu bilang kalau semua bintang besar punya. Jadi aku bilang saja, ‘Aku sedang melatih satu orang juga! Dan dia membuat banyak kemajuan.’.Dan wartawan itu menyebarkannya seperti ini…ha ha…” cerita Oska.
“Kau bilang begitu ke wartawan? Seorang reporter?!” manajernya ngomel lagi.
“Ayo kita gunakan kesempatan ini melatih seseorang. Aku juga ingin punya anak didik yang kulatih dan nantinya pas dia tampil ditelevisi dia akan bilang ‘Oska adalah pelatihku...’ dan dia akan bercerita tentangku. Aku ingin melakukannya.” rengek Oska.
Tapi manajernya hanya berkata, “Latih saja dirimu sendiri. Latih kemampuanmu!!” katanya sambil mendorong bahu Oska. “Memangnya siapa yang mau kau latih? Kau asal ngomong saja apa yang terpikirkan.”
“Karena itu aku bisa lebih baik. Walaupun bakatku tak diakui, tapi mereka menyukaiku di China, aku syuting music video di Thailand, dan aku bisa menembus Japan! Kau pikir itu mudah?”
“Lupakan! Lupakan! Bagaimana aku bisa bicara dengan orang bodoh yang bermusik hanya untuk main-main? Aahhh…” manajernya udah males ngomong dan berjalan menjauhi Oska.
“Kenapa kau sangat pesimis? Bagaimana kalau kita lakukan ini dan…..” seru Oska pada manajernya. Tiba-tiba dia terpikir sesuatu dan bicara pada asistennya. “Hey, kau harus cari seseorang. Anak itu bernyanyi di Chungdam-dong club. Dia kira-kira…setinggi ini.” kata Oska sambil mengangkat tangannya.
Asistennya ikutan angkat tangan. “Berapa tingginya kalau segini? Kau ingin aku mencari pria setinggi ini?” protes asistennya.
“Kau minta dihajar? Berdiri dan diam disitu.” omel Oska. Ponselnya tiba-tiba bunyi, ada telpon dari cewek. “Ya Eun Sol-ku. Jadwalku malam ini? Mungkin...musik yang manis dan tempat tidur yang nyaman...”

Malam itu, Oska berdua seorang cewek dirumahnya (pasti nih yang namanya Eun Sol). Suasananya romantis dengan musik lembut dan nyala lilin dimana-mana. Saat itupun Oska sudah dengan piyama motif macan tutul, dan sang cewek sudah dengan gaun tidur. Mereka minum anggur berdua diruang tamu.
“Aku sudah merasa heran dari awal, bagaiman rasanya bisa lebih cantik dari bunga mawar?” rayu Oska.
“Pembohong. Oppa, kau benar berpikir aku lebih cantik dari mawar?” kata ceweknya manja.
“Eun Sol-ku, ada sesuatu yang terjadi padamu? Kenapa kau tidak percaya padaku?” Oska berlagak merajuk.
“Bukannya aku tidak percaya padamu...”
Tiba-tiba terdengar bunyi pintu dibuka. Eun Sol tanya siapa itu, Oska langsung menunjukan wajah kesal, kayaknya dia udah tahu itu siapa. Yah emang siapa lagi yang suka nyelonong masuk seenaknya ketempat Oska, kalau bukan si sepupunya yang nyebelin sedunia ha ha. Joo Won masuk dengan langkah lebar. Oska langsung mempersiapkan diri menghadapinya.
“Maaf mengganggu, tapi ada sesuatu yang mau kutanyakan.” kata Joo Won.
“Aku tak akan pergi ke ‘Liburan Romantis’ itu atau apapun namanya.” ujar Oska dengan nada males ngomong.

“Bukankah aku sudah bilang tidak usah risaukan itu? Karena bagaimanapun kau akan melakukannya.” kata Joo Won pede. Oska langsung gemas pengen mukul dia. “Aku kesini bukan untuk itu. Tapi apa kau ingat rumah yang pernah aku ceritakan? Rumah yang seperti di National Geographic. Gil Ra Im tinggal dirumah seperti itu.”
Oska mendengus mendengarnya. “Akhir-akhir ini, setiap kali kau buka mulut, yang kau bicarakan hanya dia.”
“Dia kayaknya tidak punya pendidikan yang baik dan omongannya sangat buruk. Kadang dia juga suka memakai kekerasan. Apa kau pernah kencan dengan wanita seperti itu?” tanya Joo Won. (Hadeeehhh, Joo Won….curhatnyaaa)
Oska langsung ngedumel. “Aku bisa gila. Tentu saja! Park Chae Rin seperti itu sebelum terkenal. Memang kenapa?” seru Oska.
“Itu mengesankan. Setidaknya Gil Ra Im lebih keren. Lalu, apa kau pernah melakukan sesuatu sampai dipukul wanita, tapi kau merasa senang?”
“Apaaa!!” Oska mengerutkan kening mendengar pertanyaan Joo Won yang makin aneh.
“Perasaan seperti ‘aku mulai terbiasa dengan ini’ dan ada sedikit perasaan aneh yang membuatmu mengharapkan sesuatu yang lain.” Joo Won masih terus curhat ha ha.
“Itulah kenapa pria yang terpelajar akan lebih terlihat buruk. Apa kau suka diikat? Kau pakai borgol dan barang-barang semacam itu?” Oska pikirannya udah ngelantur ha ha.
“Bukan yang seperti ituuu!!” Joo Won jadi kesal, mungkin pikirnya ‘gak guna curhat ma orang ini’ hi hi. “Aku pergi. Teruskan saja apa yang sedang kau lakukan.” kata Joo Won lalu berbalik. Tapi dia masih menambahkan sesuatu untuk menumpahkan kekesalannya. “Aku rasa Park Chae Rin juga pernah memakai gaun tidur itu.(maksudnya gaun yang dipakai Eun Sol sekarang)”
Oska langsung teriak ke Joo Won dan melirik ceweknya panik. “Bukan. Dia salah mengerti. Chae Rin mengenakan baju malamku.” Oska mencoba mengklarifikasi tapi dia malah makin menjerumuskan diri. 

Dia kaget sendiri dengan omongannya dan menggigit jarinya...ha ha...(aku suka banget ma karakter Oska, Yoon Sang Hyun hebat aktingnya)





Tak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari Oska, Joo Won akhirnya sibuk mondar-mandir didepan rumahnya.


* * *

Besoknya didepartemen store. Jong Soo datang menemui Joo Won. Joo Won duduk dimejanya mengamati Jong Soo yang berdiri didepannya. Begitu juga Jong Soo, dengan tajam mengamati Joo Won. Yaiyalah, kan biasanya Joo Won dengan tracksuit kebanggaanya itu, nah sekarang sudah dengan setelan jas.
“Setelan itu terlihat lebih baik daripada training suit!” kata Jong Soo.
“Itu bukan berarti aku tidak kelihatan baik dengan tracksuit.” balas Joo Won. “Ngomong-ngomong, kenapa kau datang kesini hari ini?”
“Aku rasa kau tidak senang melihatku.”
“Apa kita sangat dekat sehingga aku akan gembira kalau ketemu?”
“Aku tidak berpikir kita ada dalam hubungan semacam itu yang membuatmu memperlakukan aku sekasar ini.” kata Jong Soo dingin. “Kau datang ke sekolah aksi tanpa resume, jadi begitupun aku.”
“Kau kayaknya berpikiran sempit.”
“Tidak seperti itu. Apa kau biasanya membuat tamumu berdiri disini seperti ini?”
Joo Won lalu berdiri tegak. “Bukankah kau akan segera pergi?”
“Hanya bicara sebentar, tidak akan lama. Ayo duduk.” (kok malah Jong Soo yang ngajakin duduk...)
Mereka lalu duduk.

“Ada begitu banyak coffee shop disekitar sini. Apa kau tidak mau minum selagi ada disini?” Joo Won menawarkan.
“Kau sepertinya mau aku to the point, jadi aku akan langsung saja.” Jong Soo gak mau basa-basi lagi. “Aku dengar kau mentraktir tim-ku makan siang. Aku rasa aku harus berterima kasih.”
“Apakah aku hanya mentraktir orang-orangmu? Jadi kau tidak perlu berterima kasih.”
“Walaupun aku berterima kasih atas apa yang sudah kau lakukan, aku harap lain kali itu tidak akan terjadi lagi.”
“Berapa kali aku akan di omeli hanya karena membelikan mereka makan sekali? Apakah kalian para stuntman selalu bereaksi seperti ini kalau ada orang yang berbuat baik pada kalian? Atau...itu yang kau ajarkan pada mereka?” sindir Joo Won.
“Apa kau akan tetap datang ke sekolah aksi?” tanya Jong Soo tajam.
“Tidak ada alasan untuk tidak pergi.”
“Anak buahku agak kasar.”
“Aku juga tidak selembut itu dan aku juga punya otot.” tantang Joo Won. “Karena itu, kenapa kau tidak berhenti menggertak murid yang tidak bersalah. Pada kenyataannya, kalau aku mau, kau pikir aku akan mendapat keuntungan kalau aku menyalahgunakan kekuasaan?”
“Kau telah salahpaham. Kau tidak menyulitkan, Tuan Kim Joo Won! Aku tidak tahu kalau kau tahu ini tapi Gil Ra Im sangat berbakat. Dia akan baik-baik saja dijalannya. Jadi jangan ganggu dia.” Jong Soo mengakhiri kalimatnya dengan memberikan pandangan tajam pada Joo Won.

“Oke. Sebaliknya, aku malah ingin membantunya, itu kalau kau tidak ikut campur didalamnya.” balas Joo Won dengan kalimat dan pandangan yang tak kalah tajam. (yess!!)

Setelah meninggalkan kantor Joo Won, Jong Soo melewati toko dengan tas-tas banyak yang dipajang. 

Jong Soo lama berdiri di etalase memandangi tas-tas itu. (ehm, paling inget tas Ra Im yang putus itu, trus pengen beliin…hi hi)

Dikantor Oska. Manajer Oska melihat Yoon Seul yang datang ketempat itu dan buru-buru menelpon asisten Oska untuk menanyakan keberadaan Oska. Dari info, Oska sedang berada diruang studio. Jadi aman.
“Aku pikir, caramu ini seperti tidak sopan pada Woo Young. Kenapa kau datang kesini? Kau tidak seharusnya datang begitu saja kesini.” kata Manajer Oska tanpa melihat ke arah Seul.
“Aku tidak datang kesini untuk bertemu Woo Young oppa, kok. Aku datang bertemu Kim Joo Won.” kata Seul.
“Siapa? Joo Won?” Manajer Oska bingung.
“Ya. Beginilah akhirnya.”
“Apa maksudmu ‘beginilah akhirnya’?”
“Nanti saja aku jelaskan. Kau sudah membaca naskah yang aku berikan waktu itu? Bagaimana menurutmu?” ujar Seul sambil tersenyum manis.

“Aku tidak membacanya! Dan aku tidak ingin membacanya! Aku tidak membutuhkannya. Kami sudah membuat kontrak dengan sutradara lain.” kata Manajer Oska dengan nada judes.
“Aku kira sudah ada sutradara yang setuju mengerjakannya.(maksudnya dia)”
“Terima kasih atas perhatianmu. Dan aku harap, kita tak akan ketemu lagi.”
“Aku tidak tahu kalau aku harus mengatakannya padamu, tapi…bagaimanapun, aku adalah orang yang menentukan kita akan bertemu lagi atau tidak.” Seul lalu tersenyum ‘dimanis-manisin’, dan meneruskan, “Kalau kau sudah membacanya sampai selesai, kau tidak akan merasa terganggu. Sayang sekali. Kalau begitu, kita akan ketemu lagi.”
Seul lalu pergi dari kantor Oska. Sementara Manajer Oska bingung dan diam ditempat. Sambil jalan keluar, Seul menelpon rekannya.
“PD Park? Ini aku, sutradara Yoon Seul. Kau masih menginginkan tasku yang kau bilang bagus waktu itu? Dengan pertemanan kita, apa ada alasan aku memberikan kau hadiah? Yah, datanglah dan ambil. Tapi rasanya tidak enak kalau kau datang dengan tangan kosong, kan? Nah, sambil jalan, bisakah kau mencari tahu siapa sutradara yang akan mengerjakan video music-nya Oska?” Seul bicara ditelpon. (deehh, tetep gak mau nyerah.)

Dari kantor Oska, Seul jalan kaki kerumah Joo Won. (rumah Joo Won, rumah Oska, dan kantor Oska ada dalam kawasan yang sama. Cuman dipisahin halaman dan taman yang luas tanpa pagar.) Sampai dirumah Joo Won, kebetulan Joo Won baru nyampe abis pergi. Joo Won turun dari mobil dan menghampiri Seul dengan wajah bingung.(kenapa perempuan ini ada disini? Gitu kali maksudnya)

“Kau tidak kaget?” tanya Seul sambil tersenyum.
Joo Won lalu pura-pura berlagak kaget, “Oh, kau mengagetkan aku!” Ha ha….
Seul tertawa renyah melihatnya. “Ternyata kau punya sisi manis juga.”
“Ya.” jawab Joo Won datar.
Seul tertawa lagi. “Aku rasa itu sebabnya kau mendapat julukan sebagai pria brengsek.”
“Kau yakin?” Joo Won mengerutkan alisnya.
“Kau tidak tahu? Dengan latar belakangmu, penampilanmu, selera humormu dan bahkan kepribadianmu, segalanya sempurna. Orang akan merasa….kalau bisa aku bilang, terintimidasi.”
“Aaahh…aku bahkan tidak bisa pergi dan minta maaf pada setiap orang. Tapi kenapa kau ada disini?” tanya Joo Won.
“Aku datang untuk ketemu Manajer Choi, masalah kerjaan. Lalu aku diberitahu, kalau tempat tinggalmu ada disekitar sini. Dan karena itu, aku pikir rasanya tidak sopan kalau aku tidak datang menyapamu. Apakah kau sibuk hari ini?”
“Aku tidak sibuk. Aku sedang santai.”
“Waah, bagus sekali. Aku juga bebas hari ini.” seru Seul.
“Oh begitu….selamat bersenang-senang.” kata Joo Won lalu masuk kerumahnya. (ha ha ha)
Seul mangap ditempat. “Apa aku memilih pria yang terlalu muda? Apakah ada sepupu yang lain?” ocehnya.

Begitu masuk kedalam rumah, Joo Won tertegun lagi ngeliatin empat lembar uang di atas meja. Dia akhirnya mondar-mandir mikirin sesuatu dan bolak balik ngeliatin uang dimeja. Gelisah pokoknya... (Pasti mikirin gimana cara dan alasan ketemu Ra Im lagi…hi hi..)
Joo Won kemudian menelpon Dr. Lee Ji Hyun. Saat itu Ji Hyun sedang berada di coffee shop.
“Ini aku. Kau tahu, wanita yang tangannya dijahit malam itu? Dapatkah kau tuliskan aku bon-nya?” kata Joo Won ditelpon.

“Apa? Bon? Hey, kau pikir aku sekolah kedokteran selama 6 tahun dan internis selama 4 tahun, dan sekaligus bekerja keras selama 10 tahun, hanya untuk menuliskan bon-mu?! Telpon administrasi rumah sakit.” omel Ji Hyun dan berniat mematikan telpon.
“Tunggu! Aku kasih tahu yaa, kalau kau seperti itu, kepalaku akan sakit.” ancam Joo Won sebagai pasien Ji Hyun.
Akhirnya Ji Hyun nyerah, “Kenapa kau ingin bon-nya? Kau bilang kau tidak begitu mengenalnya.”
“Justru karena aku tidak begitu mengenalnya, karena itu aku ingin mengenalnya. Aku ada dirumah sekarang, jadi kirimkan saja lewat kurir pengiriman ekspress.”
“Apa aku sekertarismu?” omel Ji Hyun. “Aku akan kerumah sakit 10 menit lagi, jadi orang yang membutuhkan bon itu harus datang dan ambil sendiri.” Ji Hyun lalu mematikan telpon. 

Setelah itu Ji Hyun bergumam, “Dia sedang jatuh cinta.”

* * *

Ra Im sedang berjalan di trotoar yang dipenuhi daun-daun kering. Dia berjalan lurus sambil memikirkan sesuatu. Kemudian dia tiba disebuah halte bis dan duduk disana. Saat celingak-celinguk…Ra Im melihat papan iklan yang ada dihalte itu. Disana ada poster Jeon Do Yeon dalam iklan kosmetik. Ra Im teringat kata-kata Joo Won saat pertama ketemu didepartemen store.
‘Wanita ini bagi saya seperti Kim Tae Hee dan Jeon Do Yeon. Saya adalah penggemar Gil Ra Im.’
Ra Im tersenyum geli mengingatnya. 

Ra Im lalu mulai meniru gaya Jeon Do Yeon di poster itu dan tersenyum semirip mungkin. Begitu sadar, Ra Im segera berdiri dan membungkuk minta maaf didepan poster itu…ha ha...

Di sekolah aksi, Ra Im membuka pintu lokernya dan mengambil beberapa barang. Saat menyadari ada orang disampingnya, Ra Im langsung nyerocos.
“Kau malas-malasan? Lakukan 10 kali loncatan dan sit up....” Ra Im berbalik dan kaget sampai meloncat kebelakang. ”Oh, ya ampun!”
Joo Won jalan mendekati Ra Im dengan tracksuit bermotif macan kali ini, tapi tetep nyolok karena warnanya kuning keemasan. “Kau mencoba supaya kelihatan imut? Kenapa kau begitu kaget? Apa kau melihat hantu atau semacamnya?” kata Joo Won melihat reaksi Ra Im.
“Kau pikir kata-kataku hanya bercanda? Aku sudah bilang kau jangan pernah muncul didepanku lagi!” seru Ra Im kesal.
“Kenapa kau begitu berlebihan? Aku tidak datang kesini untuk melihatmu, aku datang untuk mengambil uang. Apa kau pernah dengar pepatah lama mengatakan ‘orang kaya cenderung terobsesi dengan uang’?” Joo Won lalu memperlihatkan bon yang dibawanya. “Tagihan dari RS ternyata sebesar 45.000 won.” 

Ra Im membacanya dan melengos. Joo Won terus nyerocos, “Karena kau tak makan segigitpun makanannya, jadi aku tak akan menagih uang makan. Aku sangat teliti dengan hal-hal seperti itu. Kepribadianku setajam pisau. Jadi berikan aku 5.000 won lagi.”
Ra Im menghembuskan nafas lalu mengambil dompetnya dari dalam loker. Ketika dibuka, uangnya gak cukup, hanya ada 3.000 won. Terpaksa Ra Im memberikan seadanya.
“Aku akan memberikan 2.000 won-nya nanti kalau aku sudah mengambil cash.” kata Ra Im sambil mengulurkan uang ke Joo Won.

“Nanti itu kapan?” desak Joo Won, masih gak mau menerima uang itu.
“Saat aku pulang nanti.”
“Aku sudah bilang padamu aku tidak semudah yang kau kira. Aku bukan orang yang punya banyak waktu! Berikan padaku sekarang. Sekarang juga!” seru Joo Won, tapi Ra Im diam saja tetap mengulurkan uang itu. “Aku tidak meminta 2 juta atau 20 juta won. Cepat berikan saja aku 2.000 won!”
Ra Im melempar dompetnya dengan kesal kedalam loker, lalu menutup pintunya dengan keras, tapi pintunya terbuka lagi karena kepenuhan. “Kalau begitu, coba saja kau mengambilnya dariku.” kata Ra Im sambil menempelkan uang 3 ribu won itu kebaju Joo Won dan pergi.
Joo Won terpaksa memegang uang itu dan ngomel. “Kenapa kau membanting pintu seperti itu? Kau mau kemana?! Berikan aku surat hutang terlebih dahulu!” teriak Joo Won.
Tapi Ra Im cuek aja pergi. Joo Won sendirian diruang loker. Dia melihat loker Ra Im tidak ditutup dan mendekat. Joo Won lalu melihat-lihat isi loker Ra Im. Dia tertarik dengan sebuah foto yang ditempel Ra Im dibagian dalam pintu loker. Itu foto Ra Im yang memakai seragam sekolah dan berpose bersama ayahnya yang memakai kostum pemadam kebakaran. Mereka tertawa bahagia di foto itu.

“Dia pasti mirip ibunya.(karena gak mirip ayahnya)” pikir Joo Won sambil tersenyum dan liat kiri kanan, mastiin kalau gak ada orang yang melihatnya.
Joo Won lalu mengambil ponselnya dan memotret foto itu.  

Dia juga memotret foto Ra Im yang berpose sendiri sambil tersenyum manis. 

Joo Won senyum-senyum senang lalu mengantongi ponselnya kembali. Dia kemudian meneruskan pemeriksaan. Disana ada kertas yang tergantung, sepertinya berisi jadwal Ra Im disekolah aksi. Saat Joo Won menarik kertas itu, dibelakangnya ternyata ada gambar Oska dengan seorang gadis model yang berpose mesra. Tapi setelah dilihat dekat, gambar wajah gadis model itu telah diganti Ra Im dengan wajahnya sendiri.(Halah, Ra Im) Joo Won langsung emosi dan meremas-remas gambar itu sampai jadi bola kecil. Pemeriksaan diteruskan lagi. Didalam loker ada jaket Ra Im, foto-foto dengan Ah Young, kupon-kupon kecil yang ditempel(entah apa), sarung tinju, buku-buku, sepatu, kosmetik, sisir, dll. Joo Won bahkan mengangkat stoking yang diisi entah apa, lalu diliatin dengan kening berkerut. Lemari Ra Im penuh dan isinya berantakan.
Pemeriksaan Joo Won berakhir. Foto Ra Im dan ayahnya di zoom, anehnya foto itu bergerak, wajah ayah Ra Im yang tadinya tertawa lebar, berubah jadi merengut.  

Jangan heran, film ini genre-nya drama fantasy…jadi untuk hal-hal seperti ini, tidak usah dipikirin :P

Ra Im sedang memimpin latihan anak-anak baru. Dia berdiri ditengah ruangan sambil meniup peluit memberi aba-aba, sementara anak-anak baru mengelilinginya sambil melakukan gerakan pemanasan.
“Gerakan berikutnya adalah sit-up. Lakukan dengan berpasangan.” Ra Im memberi perintah.
Anak-anak baru kemudian mengambil posisi diatas matras dan berpasangan. Yang satu tiduran, yang lainnya memegangi kaki. Tiba-tiba Joo Won nimbrung disitu. Dia ikutan berbaring di matras ingin melakukan sit-up.
“Apa yang kau lakukan?!” seru Ra Im.
“Kau tidak lihat aku sedang apa? Aku kau tidak bisa melihat saja tanpa bertanya?” jawab Joo Won sambil telentang dengan tangan dikepala.
Ra Im mendengus kesal. Seorang anak baru mendekati Joo Won ingin membantu memegangi kaki. Tapi dasar Joo Won, dia malah mengusir anak baru itu dengan menendang-nendang. Ra Im capek ngurusin Joo Won, dia lalu memberi aba-aba untuk memulai latihan. Dan latihan pun dimulai. Sementara Joo Won masih berbaring ditempatnya tak punya pasangan.
“Bagaimana bisa kau sudah mulai? Aku tidak punya pasangan. Kenapa kau begitu mendiskriminasi memperlakukanku?” Joo Won protes. Ra Im cuek aja gak nanggapin. Joo Won teriak lagi, “Aku butuh seseorang untuk megangi kakiku juga. Perlakukan aku dengan adil seperti yang lain. Kalau kau tidak mau, cepat berikan aku 2.000 won.”
Usaha Joo Won berhasil. Ra Im mau gak mau terpaksa menahan emosi dan mendekati Joo Won. Dia duduk megangin kaki Joo Won, dan Joo Won mulai latihan. 

Tapi Joo Won melakukan sit-up hanya dengan mengangkat kepalanya, tidak sampai bangkit duduk.
“Kau tak dapat melakukannya dengan benar?” tegur Ra Im sambil mendelik.
“Kau akan menyesal kalau aku melakukannya dengan benar.” balas Joo Won.
Ra Im hanya memutar matanya mendengar omongan Joo Won. Tapi kemudian dia kaget sampai menahan nafas. Dunia seolah berhenti. 

Tiba-tiba wajah Joo Won ada begitu dekat dengan wajahnya. Yah, menuruti omelan Ra Im, sekarang Joo Won melakukan sit-up dengan benar. Tapi setiap kali dia bangkit, matanya lurus memandang Ra Im dan wajahnya selalu berada begitu dekat. Ra Im jengah dan mengalihkan pandangannya, dia tak mau menatap Joo Won. Dan Joo Won, dia memang sengaja melakukannya berlebihan dan menikmatinya. Kadang dia duduk berlama-lama ngeliatin reaksi wajah Ra Im sebelum dia rebahan lagi. Wajah Ra Im bersemu merah, dia terlihat seperti ingin menegur Joo Won, tapi ujung-ujungnya saat bertemu pandang dia hanya bisa menunduk atau memejamkan mata. Ra Im bahkan tak bisa bernafas dengan normal, dia berkali-kali harus menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Tingkah laku mereka berdua ini menjadi tontonan anak-anak baru. Mereka latihan sambil terus ngeliatin Ra Im dan Joo Won.

Sekali waktu, Joo Won bangkit dan duduk lebih lama dari biasanya. Dia memandangi wajah Ra Im dengan sorot mata menggoda dan tersenyum. Mata Ra Im langsung jelalatan mencari tempat dimana harus memfokuskan pandangannya.
“Miss Gil Ra Im, di umur berapa kau menjadi begitu cantik?” goda Joo Won. “Tahun lalu?”
Ra Im tak tahan lagi dan berdiri melepaskan kaki Joo Won.
“Kenapa kau bangun?!” seru Joo Won protes. “Aku hanya bercanda.”
Ra Im mendelik lalu menendang kaki Joo Won. Joo Won langsung teriak dan gulingan megangin kakinya.
“Kenapa? Sakit? Aku hanya bercanda denganmu juga.” kata Ra Im. “Istirahat 10 menit.” katanya lagi sambil berjalan cepat meninggalkan ruangan itu.
“Berhenti disitu!! Aaahhh...! Aku tak akan membiarkan kau pergi kali ini!” teriak Joo Won sambil jalan terpincang-pincang ngejar Ra Im.
Ra Im pergi ke pelataran atap gedung sekolah aksi yang luas. Dia minum air mineral untuk melegakan tenggorokan dan menenangkan dirinya. Joo Won menyusulnya kesana dengan terpincang-pincang.

“Aku benar-benar marah sekarang.” kata Joo Won begitu tiba didepan Ra Im.
“Apa aku terlihat bahagia dimatamu?” balas Ra Im. “Tutupku juga terbuka lebar sekarang.”(Ini ungkapan biasa di Korea untuk menggambarkan kalau orang sedang marah. Bayangkan ini, kepala orang yang terbuka dan keluar asap mengepul dari dalamnya karena terlalu marah. Tapi ungkapan ini tidak cocok diucapkan para gadis)
“Lagi…lagi… Kau sesuatu yang terbuka? Apa kau rice-cooker? Kenapa kau selalu menggunakan kata-kata kasar?” tegur Joo Won.
Ra Im diam sebentar, lalu membela diri. “Itu cara paling manis yang bisa kulakukan.” ngelesnya. “Karena kau adalah seorang CEO dari sebuah perusahaan besar, aku bahkan bisa mengatakan hal-hal yang lebih buruk. Kau tidak suka, kan? Kalau begitu kenapa kau tetap ada disekitarku? Kenapa kau tetap muncul? Kenapa kau melakukan ini? Apa mungkin kau menyukaiku? Aku tanya, apa kau menyukaiku?” desak Ra Im berasa lagi pegang kendali.
“Apakah aku terlihat segila itu? Apa aku terlihat seperti orang bodoh? Apa kau pernah lihat pria sepertiku menyukai wanita sepertimu? Kau pikir itu masuk akal? Aku rasa kau sedang berkhayal…jadi akan kuluruskan. Kalau aku menumpukan foto-foto wanita cantik dengan latar belakang keluarga dan pendidikan yang baik, yang ingin menikah denganku, itu bisa jadi bangunan yang tinggi. Tapi dengan latar belakang keluargamu, pendidikan, kemampuan dan umur, kau tidak punya satupun yang bisa dibilang bagus. Atau, apa mungkin kau punya? Angkat tanganmu.” kata Joo Won sambil mengangkat tangan kanannya. Ra Im menarik nafas emosi dan memandang Joo Won dengan penuh kebencian. Joo Won lalu bicara lagi. “Nah, kau tidak punya kan?”
“Kalau begitu kenapa kau mengikuti aku terus?” tanya Ra Im.
“Kenapa kau bertanya padaku?” Joo Won balik nanya.
“Lalu siapa yang harus aku tanyai?”

“Tanyakan dirimu sendiri. Jadi apa yang kira-kira harus aku lakukan, kalau kau selalu muncul dipikiranku? Tak perduli aku bertemu denganmu atau tidak, rasanya aku selalu seperti berada didekatmu. Jadi, apa yang harus aku lakukan? ‘Kim Su-han-mu, kura-kura dan bangau bermahkota merah’….huh? Setiap malam aku melakukan ini. Kau pikir seberapa buruknya untukku melakukan ini? Apa yang sudah kau lakukan padaku? Kenapa dari sekian banyak orang kau memilihku untuk melakukan ini?” Joo Won mulai kelepasan ngomongnya ha ha...
“Apa?” Ra Im jadi bingung.
“Kau menutup telponku kapanpun kau mau. Kalau aku datang mencarimu, kau akan marah. Saat aku membelikanmu makan, kau bahkan lebih marah lagi. Dan yang paling buruk, kau memukulku.” kata Joo Won frustasi. “Kau benar-benar perempuan aneh. Tapi memang itulah masalahnya. Itu. Kau sangat aneh…jadi aku merasa kau…membingungkan dan menarik.” (ha ha…ini bisa dibilang pernyataan cinta gak sih…)
Ra Im diam terperangah, mungkin dia sibuk mencerna kalimat-kalimat Joo Won di otaknya. Dari yang cuap-cuap berlagak orang kaya yang sangat mustahil menyukai Ra Im, kemudian malah jadi curhat karena Ra Im selalu muncul dipikirannya, hingga akhirnya dia ngaku kalau dia bingung sekaligus tertarik dengan Ra Im.

Dan Joo Won, setelah mencurahkan semua uneg-unegnya, sepertinya lega dan diam terus memandangi Ra Im. Karena Ra Im diam saja, akhirnya Joo Won berkata, “Jadi sekarang, kesimpulannya aku hanya seorang pria gila. Aku tidak akan kembali kesini. Aku akan pergi. Datang dan berikan 2.000 won padaku secara langsung. Aku akan memberikanmu alamatnya lewat sms. Aku pergi.”
Joo Won berbalik dan pergi. Ra Im memandang punggung Joo Won menjauh dengan  wajah sedih.


Distudio merangkap kantor Oska. Oska sedang latihan dance bersama beberapa orang dancer. Asistennya datang membawakan makanan. Oska langsung minta berhenti latihan karena capek. Dia lalu marah-marah ke asistennya.
“Kenapa kau begitu lama? Aku sudah menelponmu dari tadi.” omel Oska. “Bagaimana dengan anak itu? Kau menemukannya?”
“Maksudmu, Han Tae Ssun?” tanya asistennya.
“Jadi nama anak laki-laki itu Han Tae Ssun? Dia yang ada di Chungdam-dong club, kan? Kau bertemu dengannya?”
“Aku  sudah bertemu dengannya kemarin, tapi…”
“Apa? Dia langsung mau tanda tangan kontrak? Apa dia minta uang banyak?” tanya Oska bersemangat.
“Bukan seperti itu. Pertama, aku memberinya kartu namaku, dan bilang ‘Aku dari kantor manajemen-nya Oska. Oska ingin bertemu denganmu.’ Pada umumnya, orang biasa akan berkata ‘Oh, benarkah?’, seperti itu.” asistennya bercerita.
“Jadi apa?”
“Tapi anak itu malah bilang, ‘Oska siapa?’.”
“Apa? Dia tidak kenal aku? Dia tidak kenal aku? Apa dia orang Korea Utara?” Oska emosi.
“Dia bicara dengan aksen Seoul.”
Oska cengo’, dan dancer-nya langsung pada ngakak.(Oska nih udah penyanyi lama, jadi anak-anak muda sekarang udah gak tau. Mereka taunya Super Junior, Dong Bang Shin Ki, 2pm, SS501, Big Bang, dll...hi hi)
“Waaahhh…anak brengsek ini.” Oska lalu merebut ponsel asistennya. “Berapa nomor telponnya?” kata Oska sambil mulai mencet-mencet keypad ponsel.
Asistennya mencegahnya dengan berkata, “Dia bilang dia tidak mau di ganggu. Dia tidak mau jadi seorang celebrity atau semacamnya.”
“Celebrity atau semacamnya?! Bintang hallyu Oska dia sebut ‘Celebrity atau semacamnya’?” Oska langsung nelpon. “Ah, ini Han Tae Ssun? Kau pikir siapa yang sedang bicara? Ini Oska.”
Han Tae Ssun sedang berada disebuah toko alat musik.
“Kau Oska, emang kenapa? Bukankah kau sudah dengar dari asistenmu? Aku tidak kenal kau, ataupun musikmu. Kalau kau ingin ketemu denganku, kirimkan dulu musikmu. Itu baru prosedur yang benar.” kata Han Tae Ssun lalu mematikan ponselnya.

“Hallo! Hallo…!! Ah, benar-benar!!” Oska ngomel lalu nelpon lagi. “Hey, kau sepertinya ingin mencoba minta uang banyak.” tebak Oska.

“Kau tidak mengerti bahasa korea? Apakah aku memintamu mengirimiku uang? Aku memintamu mengirimkanku musikmu, dasar kau kepala batu! Jangan berusaha membujukku dengan uang. Kalau kau tidak percaya diri, pergi saja!!” kata Han Tae Ssun lalu mematikan telponnya lagi.
Oska makin emosi. “Ahh...sudah lama aku tidak bertemu orang yang mau melawanku.” dan dia coba nelpon lagi. “Hey, kau lebih baik dengarkan aku! Aku akan menunjukan siapa aku sebenarnya!” Oska lalu berdehem melegakan tenggorokannya dan nyanyi ditelpon, bahkan sambil gaya-gaya. (-__-)!
Asistennya langsung mejamin mata sambil nunduk karena malu. Dancer-nya melongo semua. Dan Han Tae Ssun ketawa diseberang telpon. Dia bertanya pada gadis yang kerja ditoko musik itu kalau kenal Oska, lalu memberikan telponnya pada gadis itu. Gadis itu ternyata fans Oska dan sangat menikmati nyanyian Oska.(padahal kali ini Oska lagi nyanyi kayak orang gila ha ha) Han Tae Ssun rupanya lagi butuh uang, dia ditoko itu ingin menjual keyboard kesayangannya.

“Tolong jangan menjualnya dengan setengah harga. Aku membelinya dengan mahal.” kata Tae Ssun sambil mengelus keyboardnya.
“Tentu saja. Kau tidak ingin membuat lagu lagi?” tanya pemilik toko.
“Tidak lagi.” Jawab Tae Ssun dengan tersenyum.
Sementara itu Oska masih bernyanyi. Saking semangatnya, dia mengakhiri lagu sambil teriak-teriak dan menaikan kaki diatas meja.
“Sudah dengar? Jujur saja, kau pasti kaget kan? Lagu ini berada di puncak tangga lagu selama 8 minggu.” kata Oska dengan bangga.
Tapi yang menjawab adalah suara wanita yang kesenangan.”Yaaa, aku sangat menyukainya! Nyanyi lagi, kumohon... Encore! Encore!”
Oska kaget, lalu tanya. “Tunggu, siapa ini? Mana Han Tae Ssun?!” teriak Oska.
Asistennya lalu merebut ponsel dari tangan Oska. “Kau harus seperti ini? Ini sangat memalukan.” kata asistennya.
Oska lalu seperti tersadar. “Itu benar. Aku tak seharusnya seperti ini.” katanya. Tapi kemudian meneruskan, “Ayo ambil mobil sekarang. Aku akan pergi membunuhnya. Kenapa kau tidak gerak?!!” Oska teriak emosi ke asistennya.

Malamnya dirumah Ra Im. Ah Young sedang dandan, sementara Ra Im tiduran telungkup ditempat tidur sambil ngeliatin ponselnya. Ra Im lalu memeriksa ponselnya, masih belum ada sms masuk. Dia mendengus dengan kesal.
(waktu pertama nonton serial ini, aku ngerasa Ra Im mulai suka ke Joo Won baru pas udah ditengah-tengah serial. Tapi setelah aku nonton lagiii...ternyata sudah mulai kelihatan di episode-episode awal. Aneh...hi hi)
Ra Im lalu mengalihkan perhatiannya ke Ah Young yang saat itu sudah rapi pengen pergi. “Kau mau pergi kemana malam ini?” tanya Ra Im.

“Kencan buta.” jawab Ah Young dengan senyum lebar. Kemudian dia berbalik menghadap Ra Im memperlihatkan dandanannya. “Bagaimana? Super cute?” tanya Ah Young sambil mengikatkan scarf dilehernya.
Kening Ra Im berkerut melihat scarf itu. “Apa nanti lehermu tidak akan berkeringat?” cetus Ra Im.
“Hey, pria akan lebih tertarik, kalau kita menyembunyikan beberapa bagian sperti ini.” jawab Ah Young lalu berdiri. “Aku pergi…”
“Jangan minum terlalu banyak. Jangan pulang kerumah dengan dibopong orang!” teriak Ra Im sebelum Ah Young keluar rumah.
Dan akhirnya Ra Im sendirian. Ponselnya berbunyi cute ‘pesan disini, pesan disini’….Ra Im reflek ikut bersuara, “Pesan disini, pesan disini.” kemudian dia tersadar dan buru-buru membaca pesan. Dia bengong sebentar, lalu turun dari tempat tidur.

Di kencan buta Ah Young. Ah Young duduk disebuah restorant, dan ternyata kencan butanya adalah sekertaris Kim, sekertarisnya Joo Won. Sekertaris Kim duduk cool dengan tangan dilipat didada dan lurus memandang Ah Young. Ceritanya dia lagi berlagak cool seperti bosnya.

“Sekertaris Kim, kenapa kau duduk disitu? Aku datang untuk kencan buta. So Mi dari departemen PR…” kata Ah Young.
Sekertaris Kim langsung memotongnya. “Aku yang meminta So Mi dari departemen PR untuk merencanakan ini. Sebenarnya, aku yang merencanakan kencan buta ini.”
“Apa?”
“Ayo kita mulai pesan makanan.” Sekertaris Kim lalu menjentikan jarinya memanggil pelayan. Ah Young cengo'. “Apa menu terbaikmu hari ini?” tanya Sekertaris Kim pada pelayan.
“Top Grade Tenderloin Grill dan Pine Mushroom Soup.” jawab pelayan.
“Itu yang terbaik yang kau punya? Kau yakin?” Sekertaris Kim niru Joo Won banget ha ha ha… “Kalau begitu, itu yang terbaik. Kami pesan itu.” Dan masih dengan gaya cool Joo Won, Sekertaris Kim berkata pada Ah Young, “Sebenarnya, selama lima tahun terakhir, aku selalu…”
“Itu…..apa kau sudah memata-mataiku selama ini?” seru Ah Young agak marah.
“Oh, itu tidak benar…” Sekertaris Kim mau mengoreksi.
“Aku permisi duluan.” kata Ah Young lalu pergi. Kayaknya dia marah.
Tapi setibanya diluar restorant, ada bunyi ribut-ribut orang memberi selamat dan petasan. Ah Young menengok ke tingkat atas restorant, disana ada enam orang pria memegang kembang api dan berteriak selamat pada Ah Young. 

Mereka lalu memegang tulisan yang berbunyi ‘Selamat untuk lima tahun bekerja’. Sekertaris Kim kemudian keluar membawa kue tart yang dihiasi lilin menyala.

“Hari ini, adalah hari dimana kau masuk perusahaan. Selamat atas perayaan lima tahun bergabung diperusahaan.” kata Sekertaris Kim manis.(mmm, dia lebih pintar mengambil hati wanita yang disukai daripada bosnya)
“Sekertaris Kim....” ujar Ah Young terharu.


Ra Im terlihat memasuki sebuah club eksklusif.(itu club Chungdam-dong, tempat Oska dan Joo Won minum-minum waktu itu) Dia bergaya sporty seperti biasa, tapi kali ini….hmp, dia menambahkan scarf dilehernya. Jeng jeng...dia ingin menarik perhatian orang yang ingin dia temui disitu. Ra Im celingak-celinguk diantara gadis-gadis yang berdandan modis dan seksi. Mereka melihatnya aneh, kayak bebek jelek yang kesasar ditengah angsa cantik. Ra Im menemukan orang yang dia cari disalah satu sudut ruangan, Kim Joo Won. Cewek-cewek berisik centil melihat Joo Won. Sementara Joo Won duduk sambil ngetuk-ngetuk gelasnya gelisah menunggu seseorang. Ra Im mendekatinya dan duduk didepannya.

“Bukankah tempat ini terlalu mahal hanya untuk menyerahkan 2.000 won.” kata Ra Im begitu duduk.
Joo Won memandangi Ra Im aneh dan bertanya, “Apa kau melukai tenggorokanmu? Dan ingin menghentikan darahnya?”
Ra Im segera menyadari maksud pertanyaan Joo Won dan berdehem melepas scarfnya ha ha… Ra Im lalu permisi ke toilet dan meninggalkan tasnya dimeja. Joo Won memandangi kepergian Ra Im dengan tersenyum, mungkin dia sadar Ra Im sengaja berdandan untuk bertemu dengannya dan dia sengaja menggoda Ra Im hingga Ra Im malu dan kabur ke toilet. Tapi senyum Joo Won hilang saat melihat tas Ra Im. 
Tas kumal dan talinya di sambung dengan peniti.(itu tas Ra Im yang talinya putus pas didepan Jong Soo dan Jung Hwan) Ujung-ujungnya, Joo Won jadi teringat barang-barang gak jelas di loker Ra Im dan rumah Ra Im yang dindingnya retak-retak, serta jendela yang ditempeli selotip hijau. Ini seperti menjadi peringatan buat Joo Won akan perbedaan derajat antara mereka berdua. Joo Won masih terus memandangi tas Ra Im sampai Ra Im kembali dari toilet.
Ra Im berdehem lalu berkata, “Aku tidak tahu jenis alkohol yang kau suka, tapi aku dapat membelikanmu satu atau dua beer. Karena aku ingin maaf padamu untuk beberapa hal.” kata Ra Im tanpa melihat ke Joo Won. Ra Im menunggu, tak ada jawaban. Joo Won hanya diam memandanginya. 

Ra Im menoleh dan bertanya, “Kau tidak suka beer?”
Joo Won akhirnya bersuara. “ Aku…aku pikir kau adalah wanita pertama yang tak dapat kupahami sejak aku lahir. Tanpa memikirkan apakah latar belakang keluarganya dapat menyokong bisnisku, atau apakah gen-nya cukup bagus untuk memberiku keturunan. Daripada memikirkan itu…aku lebih ingin bertanya, berapa harga tas seperti ini? Ini pertama kalinya bagiku mengajukan pertanyaan seperti ini.” kata Joo Won.
“Apa yang kau bicarakan?” balas Ra Im. Dia lalu teringat tasnya dan menyadari maksud Joo Won. Kemudian dia buru-buru menarik tas itu dari meja. Ra Im menunduk malu.

“Kalau kau punya sedikit perhatian padaku, kau harus melihat lagi dirimu paling tidak sekali. Kau pikir aku semacam pria yang akan benar-benar mengajakmu kesini hanya untuk membawakanku 2.000 won?(ya enggaklah Joo Won, Ra Im tahu ituu…makanya tadi dia cape-cape dandan pake scarf…) Apakah kau tidak punya pakaian yang belum pernah aku lihat sebelumnya, atau apakah kau tidak punya tas yang bagus? Apakah kau tidak punya waktu? Kau berada dalam situasi yang buruk atau…kau bahkan tidak punya uang untuk membeli sebuah tas?” tanya Joo Won. Ra Im udah keliatan marah dan pengen nangis, dia mati-matian berusaha menahannya. Joo Won ngomong lagi, “Jawab aku. Jangan bilang aku akan bersenang-senang sepanjang hari dengan menggunakan 2.000 won sebagai alasan untuk seorang wanita yang bahkan tidak mampu membeli tas yang pantas.”
Tangan Ra Im gemetar mengenggam erat bagian tasnya yang ada peniti dibawah meja. Perlahan dia menengok ke Joo Won, matanya agak merah dan bibirnya terlihat gemetar pengen ngomong. “Sepertinya kau telah salah paham. Urusanku denganmu hanya ini.” kata Ra Im lalu mengeluarkan 2.000 won dan membantingnya di atas meja lalu pergi.

Joo Won bengong lagi ngeliatin duit.(ha ha) Tapi kali ini dengan agak emosi kayaknya.

Oska tiba diluar club. Dia datang kesitu untuk mencari Han Tae Ssun.
“Aku akan tinggal diluar, jadi kau masuk kedalam dan bilang pada anak itu untuk datang kesini. Buat dia tahu kalau aku bukan tipe orang yang mau melakukan ini. Ayo pergi!!” Oska menyuruh asistennya masuk.
Asisten Oska masuk kedalam sambil ngeluh. Saat itu, Ra Im keluar dari dalam. Oska melihatnya dan menyapa.
“Miss Gil Ra Im. Ini kau. Aku sangat ingin bertemu denganmu lagi. Kenapa kau ada disini?” tanya Oska.
Ra Im memandang Oska dengan ekspresi yang tak jelas. Terlihat sedih, senang dan pengen nangis. Ra Im tak bisa menjawab Oska dan malah nunduk. Joo Won lalu keluar. Dia melihat Oska dan Ra Im. Oska pun melihat Joo Won dan mengerti kenapa Ra Im seperti itu.
“Apa kau datang ketemu Joo Won?” tanya Oska lagi.
Ra Im kaget dan menjawab, “Maafkan aku, tapi permisi…” Ra Im buru-buru ingin pergi tak mau ketemu Joo Won lagi.
Oska berusaha menahan Ra Im dengan menarik tasnya. Tapi tas itu malah putus. Tali tas yang dikaitin pake peniti itu lepas lagi. 

Oska memegang tas itu bingung. Ra Im langsung merebut tas itu dari tangan Oska dan akhirnya melihat Joo Won. Joo Won berdiri didekat pintu masuk dan memandang ke arah dia dan Oska. Joo Won jelas melihat insiden tas barusan. Ra Im akhirnya tak bisa melepaskan pandangannya dari Joo Won.
“Maafkan aku. Aku rasa karena aku punya six pack dan berotot, aku jadi terlalu banyak mengeluarkan tenaga.” kata Oska berusaha bercanda.
“Ini bukan salahmu.” kata Ra Im dengan mata masih ke Joo Won. Setelah sadar di lalu menyembunyikan bagian tas yang ada penitinya, tapi keburu diliat Oska.
“Aahh...kau menggunakan peniti sebagai solusi darurat. Ra Im, kau punya banyak akal! Ayo berikan padaku. Aku sangat pintar melakukan hal seperti ini, karena aku punya jari-jari yang panjang.” Oska berusaha membesarkan hati Ra Im.
Joo Won kesal melihat mereka dan pergi. Ra Im yang sedang menjawab Oska, langsung terdiam begitu Joo Won melewatinya. Oska dan Ra Im sama-sama ngeliatin Joo Won yang jalan menuju mobilnya.
“Hey, kau mau kemana?! Kau pergi begitu saja?!” teriak Oska. Tapi Joo Won pergi tanpa menjawab.
Ra Im ngeliatin Joo Won pergi dengan sedih.

“Kenapa dia bersikap seperti itu? Apa kalian bertengkar?” tanya Oska lagi. Ra Im tak menjawab, matanya masih tertuju ketempat dimana Joo Won terakhir kali terlihat.
Asisten Oska keluar dan menyampaikan berita kalau Han Tae Ssun sudah tidak bekerja di club itu lagi dan tidak tahu pergi kemana. Oska marah-marah dan tetap menyuruh asistennya nyari Tae Ssun. Saat nengok ke Ra Im, Oska bingung karena Ra Im masih diam bengong melihat kesatu arah.(arah dimana mobil Joo Won pergi) Oska lalu mengajak Ra Im jalan-jalan.

Banyak gadis-gadis yang langsung pada jerit saat melihat Oska. Apalagi saat Oska melambai pada mereka. Bahkan ada yang datang menghampiri buat salaman. Oska lalu ngedumel karena gak ada yang mengambil fotonya, dia juga bilang akhir-akhir ini tak banyak fotonya muncul di internet. Tapi Ra Im masih terus diam.
“Aaahh, jangan terlalu serius! Dia akan menjadi yang terbaik dalam mengatakan hal-hal yang menjengkelkan di Korea. Sejak dia lahir, dia sudah begitu menjengkelkan. Tapi apa hubunganmu dengan Joo Won? Aku sangat ingin bertanya padamu.” kata Oska.
Ra Im menghentikan langkahnya dan menengok pada Oska. “Sepertinya semua orang sangat penasaran dengan itu.” kata Ra Im. Kemudian dia menerawang seperti mencari kata yang pantas untuk menggambarkan hubungannya dengan Joo Won. “Yah...kami berada dalam hubungan dimana kami dapat mengenal pikiran satu sama lain bahkan hanya lewat sebuah tas. Hubungan seperti itu.” jelas Ra Im walau sebenarnya agak aneh.
“Kalian berdua sedekat itu?” Oska takjub, dia percaya gitu aja kalimat aneh Ra Im. “Itu tidak mungkin benar. Kalau begitu, apa mungkin kau tahu kelemahan Joo Won? Yah, kau pasti tahu. Tidak heran. Bisakah kau memberitahu rahasianya padaku? Aku sangat membutuhkannya.” kata Oska.
Ra Im tidak mengerti Oska mulai ngoceh apa. Dia lalu nanya, “Lalu apa hubungan kalian berdua?”
“Dia tidak bilang padamu kalau kami berdua adalah saudara sepupu dari sebelah ibu?”
“Sepupu?!” seru Ra Im kaget.
“Ya. Joo Won selalu menyembunyikan artikel apapun dan menghapus cerita tentang itu. Jadi orang-orang tak tahu tentang itu kecuali keluarga dan orang-orang disekitar kami.” kata Oska, lalu dia bicara pelan ke Ra Im, “Catatan keluarga kami sangat rumit, jadi tidak akan baik kalau ada rumor tentang itu…ha ha… Tapi, apa kesalahan yang baru saja dia perbuat? Setiap kali dia buka mulut, dia hanya membicarakanmu…Gil Ra Im…Gil Ra Im… Kau pasti memiliki rahasia terbesarnya. Benarkan?”
“Kim Joo Won... selalu menyebut namaku?” Ra Im tak percaya. Namun dia tak meneruskan bertanya, karena saat itu ada seorang gadis yang memanggil-manggil Oska dari dalam sebuah café.
Ketika Oska menengok, gadis itu melambai-lambaikan tangannya lalu keluar menemui mereka. Gadis itu adalah Kim Hee Won, adik Joo Won.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Oska.
“Aku lagi ngumpul-ngumpul dengan teman-temanku dari New York. Oppa, kau sedang kencan?” tanya Hee Won begitu melihat Ra Im.
“Oh, tentu saja!” jawab Oska semangat lalu menggandeng Ra Im dan berpose V. “Jadi, bagaimana menurutmu?” 

Hee Won tak suka, dia mendekati Ra Im dan berbisik, “Hati-hati, dia seorang playboy.” Hee Won lalu menjauh dan berkata dengan ramah, “Aku akan memperkenalkan diriku padamu, karena aku tahu banyak rahasia tentangnya. Aku adalah adik sepupunya, Kim Hee Won!”
Ra Im lalu menunduk memberi salam, dengan alis berkerut sedikit.
“Dia adalah adiknya Joo Won. Dia sangat baik…tidak seperti kakaknya.” jelas Oska.

“Mulai lagi! Kalian berdua seperti anak kecil!” omel Hee Won melihat Oska ngomongin kakaknya. “Kata orang darah lebih kental daripada air. Jadi baik-baiklah satu sama lain. Apa kau tidak kasihan padanya? Dia ditolak lagi pada seon-nya belum lama ini.(Seon itu adalah kencan perjodohan)”
Wajah Ra Im langsung berubah mendengarnya.(ah, aku tahu gimana rasanya mendengar hal seperti itu…he he)
“Lagi?!” seru Oska. “Dia selalu pergi ke kencan perjodohan! Padahal dia sangat tidak romantis. Dan dengan kelakuan seperti itu, dia bahkan merencanakan event ‘Perjalanan Romantis dengan Oska’.”
“Begitulah...” timpal Hee Won seperti membenarkan.
“Siapa seon-nya kali ini? Apa masih ada wanita yang tersisa untuk seon?”
“Aku bertanya lewat teman-temanku. Dia gadis yang bernama Yoon Seul...seorang sutradara CF.”
“Siapa?” Oska kaget.
“Oppa, kau mengenalnya? Kata orang-orang dia sangat cantik.” Hee Won menambahkan.
Oska diam tak bisa menjawab. Ra Im juga ekspresinya udah aneh dari sejak dengar berita Joo Won ikut seon.


Dijalan pulang, Oska bengong di mobil. Dia teringat saat masih pacaran dengan Yoon Seul dulu. Flashback.
Oska keluar dari sebuah gedung dan langsung dikerubutin fansnya yang menjerit-jerit. Oska langsung menebar senyum menyapa mereka. Tiba-tiba Oska melihat Yoon Seul berdiri dibelakang kerubutan fansnya.(Yoon Seul jaman dulu, masih berponi hi hi) Seul melihat Oska dengan pandangan marah, dia juga kesal melihat kerubutan fans Oska. Oska lalu mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi dan membentuk tanda hati, sebenarnya ini ditujukan ke Seul, tapi fans Oska tambah jerit-jerit melihatnya. 
Seul lalu mengangkat buku sketsa besar yang ada tulisan ‘Dari studio rekaman? Kau pembohong! Kau tadi bersama Chun Ji-Hae!’. Oska membacanya dan langsung menyilang-nyilangkan tangan(maksudnya, itu tidak benar), sambil tetap tersenyum menyapa fansnya. Seul membalik lembaran buku sketsa dan menulis lagi ‘Aku sudah bilang jangan tersenyum pada gadis lain!’, setelah itu diangkat tinggi-tinggi sambil mencak-mencak. Oska langsung gak senyum dan mengangkat bahu serta berekspresi innocent. Seul ngambek lalu pergi. Oska kelimpungan pengen ngejar tapi tak bisa.
Sampai dirumah, Oska masih terlihat stress dan minum-minum diruang tamu.

Sementara itu, Ra Im duduk disuatu tempat dan merenung. Tampangnya terlihat sedih. Dia melihat peniti yang menyambung tali tasnya, lalu mengeluarkan scarf yang dipakainya tadi, kemudian mengikatnya ditali tas membentuk pita untuk menutupi peniti.

 
Joo Won sedang berjalan-jalan dihalaman sekitar rumahnya sambil megang sekaleng bir. Tampangnya juga kusut. 

Dia lalu ketemu Oska, yang saat itu juga jalan-jalan sambil minum bir. Akhirnya dua orang yang sedang stress itu duduk sama-sama diteras studio Oska. 

Dua-duanya diam memandang kolam didepan. Sekalinya bicara, mereka malah ngomong berbarengan.
“Aku ingin menanyakan sesuatu.” kata mereka berbarengan.
“Aku yang duluan bicara…” berbarengan lagi sama-sama gak mau ngalah.
“Apa Gil Ra Im sampai dirumahnya dengan selamat?” tanya Joo Won.
“Aku dengar kau pergi ke seon.” kata Oska.
“Aku selalu ikut seon, emangnya kenapa?” tanya Joo Won. “Apa kau mengantarnya pulang, atau dia pulang sendiri?”
Oska tak menjawab pertanyaan Joo Won, malah balik bertanya, “Seperti apa gadisnya kali ini?”
“Apa dia membicarakanku?” Joo Won nanya lagi, tak perduli pertanyaan Oska.
“Kata Hee Won, gadis itu menolakmu….apa benar?” Oska nanya lagi.
“Tidak sama sekali? Walaupun sedikit?” Joo Won nanya lagi.
“Apa dia benar-benar menolakmu?” Oska nanya lagi.
“Apa dia masih tetap membawa-bawa tas kumal itu? Bahkan tas plastik aja masih lebih bagus dari tas itu.”
Ha ha ha….pembicaraan dua orang stress yang sangat tidak nyambung.
“Hey, kau tidak akan benar-benar menikahi stuntwoman itu, kan?” Oska yang lebih dulu keluar dari pembicaraan gak nyambung itu. Dia menasehati Joo Won. “Kalau kau hanya mau main-main dengannya sebentar, jangan mengkhawatirkan ataupun bertanya apapun tentangnya dan bersenang-senang saja. Kalau kau mau mencari isteri lewat seon, trus apa gunanya itu(Ra Im) buatmu? Jadi aku tanya lagi, seperti apa gadis yang di seon itu?”
“Kau bilang kau sudah mendengarnya dari Hee Won. Aku ditolak. Kau senang? Ayo bicara tentang Gil Ra Im.” kata Joo Won lemas.
“Apa kelemahanmu yang dia tahu sampai kau bertingkah seperti ini?” tanya Oska selidik.
“Kelemahan? Aku?” tanya Joo Won.
“Jangan pura-pura gak tahu. Apa mungkin...kau juga punya foto yang diambil?”(ha ha Oska ngaco, emang kayak dia?)
“Apa? Orang yang mengambil foto adalah aku!” Joo Won jadi males ngomong dan berdiri pengen pergi.
“Tunggu!” teriak Oska.

“Apa?” Joo Won berbalik.
“Aku sudah bilang aku tidak mau melakukan ‘Perjalanan Romantis’ itu, tapi sepertinya kau tetap menyelenggarakan event-nya.” kata Oska.
“Lalu kau akan memundurkan syuting video musik-mu seminggu?”
“Apa kau pikir aku hanya akan duduk saja dan melakukannya? Sepertinya kita mengalami masalah jadwal, lalu apa yang akan kau lakukan?” Oska berasa menang.
“Kau pikir aku dan Dong Kyu hyung akan membiarkan masalah jadwal ini?”
“Apa?!” seru Oska. Dia merasa ada sesuatu yang terjadi tanpa sepengetahuannya.
“Ada hal-hal bisnis yang hanya diketahui pimpinan tanpa diketahui anak buahnya.” jelas Joo Won. “Jadwal syuting music video tidak ditunda, jadi saat kau ke Thailand, besok lusanya pastikan kau membawa cream wajah. Wajahmu sudah mulai keriput.” kata Joo Won lalu pergi.
“APAA!!” Oska murka. “Aahh, Choi Dong Kyu brengsek!!” omel Oska sambil menendang. Tapi sialnya kakinya malah kena besi yang ada didepannya ha ha…

* * *

Esoknya, Oska sibuk menelpon Dong Kyu. Tapi manajernya itu tak menjawab telpon. Oska coba telpon lagi, yang menjawab malah operator telpon. Oska lalu meninggalkan pesan sambil marah-marah.

“Kalau kau tidak mau menjawab telpon, trus kenapa kau membawa ponsel kemana-mana?! Apa aku klien-mu?! Okey, tetap saja seperti ini padaku!” teriaknya.
Telpon asisten Oska bunyi, ada yang mengabari dimana Han Tae Ssun berada.
“Hyung, kata mereka Han Tae Ssun sekarang sedang berada di Jeju Island. Dia baru menaruh foto di twitter-nya.” kata asisten Oska. (deehh, ternyata social network emang ampuh dalam menunjukan dimana keberadaan seseorang)
Oska langsung memikirkan sebuah rencana dikepalanya, lalu menyuruh asisten dan tiga orang staffnya mematikan semua ponsel mereka.


Joo Won duduk selonjoran membaca buku diperpustakaannya. Dia tidak bisa fokus membaca dan mengambil ponselnya. Tebak dia ngapain? Menghubungi Ra Im? Gaaakk...karena sudah punya foto Ra Im di ponselnya, jadi kalau kangen dia gak perlu nelpon atau kirim sms. 

Dia memandangi dua foto Ra Im yang ada di ponselnya. Puas liatin foto, dia coba membaca buku lagi. 

 
Tapi baru sebentar, dia langsung menutup buku itu dengan kesal. Akhirnya dia mengembalikan buku itu ke-rak buku. Joo Won lalu berdiri senderan di rak bukunya. Pusing mikirin Ra Im ha ha...
Susunan buku-buku yang baru saja dibaca Joo Won di zoom...

dan judul buku-buku itu adalah....

‘Hari yang cerah tak berarti apa-apa’
‘Seseorang yang masuk ke dalam hatiku’
‘Aku menantikan kesempatan’
‘Wanita melankolisku, yang berharga’
‘Kau terbang kesini dengan tidak sengaja’
....mmm, melihat judul-judulnya...sepertinya Joo Won mencoba menelaah dan mencari penyelesaian masalahnya lewat buku. Tapi kayaknya gak guna, karena dia masih terlihat stress gitu.

Sementara itu, sang gadis penyebab stress Joo Won, sedang duduk ditempat semalam dia duduk pulang dari pergi. Sepertinya itu sebuah taman bermain komplek, karena ada banyak anak-anak yang sedang main disitu. Ra Im duduk melamun sambil sesekali menarik nafas berat. Tiba-tiba telpoonnya bunyi. Saat melihat caller id-nya, wajah Ra Im agak cemberut
 “Hallo. Ya, aku sendiri. Apa? Aku?” serunya ditelpon.

Ra Im pulang kerumah dan cerita ke Ah Young saat lagi makan.
“Hadiah?! Hadiah apa?” tanya Ah Young.

“Kau tidak tahu apapun? Kau benar-benar tidak memasukan namaku untuk ikut undian?” tanya Ra Im.
“Tidak. Kenapa? Apa ada seseorang yang salah mendaftarkan namamu?”
“Apa mungkin begitu ya??” pikir Ra Im. “Tadi ada yang nelpon aku, dia bilang dari tim PR departemen store-mu. Katanya aku memenangkan sebuah vacuum cleaner, itu hadiah juara ketiga. Apa ada yang salah dengan system komputer mereka?”
“Dasar kau bego! Kalau itu bukan aku, dan bukan kamu, lalu siapa lagi? Itu pasti CEO.” tebak Ah Young. Ra Im langsung kaget dan bengong. Ah Young kemudian meneruskan, “Dia pasti mencoba membuat kejutan untukmu. Aahh manisnya...! Dia sangat cute!”
“Dia tak akan melakukan itu.” ujar Ra Im berusaha tak mau percaya, dan mengalihkan pembicaraan. “Mana sup-nya?”
Ah Young kemudian pergi ngambil sup, tapi tetap ngomongin Joo Won. “Aku bisa jamin, itu pasti CEO kami. Kalau gak, bagaimana caranya tim PR mendapatkan nomor telponmu dan menelponmu?”
Ra Im juga memikirkan itu. Dia lalu bertanya pada Ah Young, “Hey, bisakah kau meminjamkan aku tasmu yang kau beli bulan lalu?”
(Ehm...Ra Im pengen pake tas bagus ke departemen store, berjaga-jaga kalau tiba-tiba ketemu Joo Won disana. Tapi aturan dia pastiin hari dulu, selasa atau kamis. Karena selain hari itu kan Joo Won gak ngantor… )

Malam hari diluar rumah Ra Im. 

Disana ada mobil sport putih milik Joo Won diparkir, dengan sang pemilik didalamnya yang duduk diam memegang ponselnya. Kayaknya pengen nelpon penghuni rumah yang ada didepannya, tapi tak bisa. Joo Won teringat peristiwa Oska menarik tas Ra Im hingga putus dilobby club tadi malam. Karena rasanya nelpon aja gak cukup, Joo Won akhirnya turun mendatangi tempat tinggal Ra Im. Flat yang Ra Im dan Ah Young sewa ada ditingkat atas. Joo Won menaiki tangga dan sampai diteras. Karena banyak barang dan tempatnya agak sempit, Joo Won sampai kesandung-sandung. Kemudian dia sampai didepan pintu rumah Ra Im yang kacanya ditempeli selotip hijau. Joo Won mengulurkan tangan ingin mengetok, tapi gak jadi karena melihat kondisi pintunya. 

Dia lalu ngeluarin sapu tangan dan membungkus tangannya. 

Tapi saat mau ngetok, gak jadi lagi. Joo Won akhirnya bengong didepan pintu.

* * *

Esok paginya didepartemen store. Joo Won datang begitu pagi dan sekertarisnya lari-lari kayak apaan menyambutnya.
“Kau datang begitu pagi. Ada apa gerangan?” tanya sekertarisnya.
“Bukankah ini hari kerjaku?” balas Joo Won.
“Tapi saat ini kan, hari dimana banyak orang meliburkan diri.”
Joo Won mengambil kertas dari sakunya dan memberikannya pada sekertarisnya.  

“Kau telpon toko yang ada didaftar dan bilang pada mereka untuk membawa brosur musim dingin…” Joo Won berhenti ngomong tiba-tiba, dia tertegun melihat sosok Ra Im ada disana.

Ra Im sedang jalan ngiter-ngiter dengan kertas brosur ditangan, sepertinya mencari sesuatu. Oh ya…saat itu Ra Im memakai tas bagus. 

Mereka kemudian papasan dan akhirnya bengong liat-liatan.




Adegan favoritku di epsd 3, tentu saja yang ini...he he... :P


Ini beberapa scene epsd 3, sekaligus epsd 4



Note:
'Long Vacation' kupending dulu (udah kutarik masukin draft). Jadi untuk sementara nyelesein Secret Garden aja dulu, sama nyambi film. Film-nya akan kuselang-seling film korea-China-Japan, supaya bervariasi gak korea semua. Tapi kalau serial, mungkin lebih dipegang korea...hi hi... :P
Oh yaaa...proyek film selanjutnya adalah 'Shinobi'....yayyy, aku semangat banget ngerjainnya walopun lebih ribet karena ceritanya action. Dan pengecualian untuk film Shinobi...akan berbentuk cerita, jadi gak cuma sinopsis aja kayak biasanya ^^


Source: kadorama, withs2, dramacrazy