Sunday, January 27, 2013

Baek Seung Jo Diary - 2 Part 2

Credit : Mischievous Kiss official web, [SeungJo's dairy column]
Translated to English by: reena29shadow
Translated to Bahasa Indonesia: _ellamay_ (ini versiku)


Ya Tuhan! Bahkan bawa pakaian olahraga pun sampai salah! Sangat menyebalkan!
Tapi gadis ini benar-benar berani, dia berani-beraninya memintaku mengajarinya,
dan masih berkata kalau dia akan membatalkan janji yang mengharuskanku menggendongnya dipunggung!

Ini benar-benar menyebalkan,
kenapa pula ibu memberi gadis ini fotoku!
Ini adalah keadaan dimana aku sangat ingin menyingkir dari kehidupanku!

Waktu aku masih tidak tahu apa-apa,
aku selalu dipuji teman-temanku saat aku memakai baju perempuan.
Aku adalah pusat perhatian,
dan ini membuat jiwa kecilku sangat bahagia,
juga saat aku berpakaian seperti perempuan, orang dewasa selalu memuji kalau aku sangat imut hingga mereka ingin menggigitku.
Tapi pada suatu hari disekolah,
saat aku mengganti bajuku dengan pakaian renang,
teman-teman mulai menyebutku orang aneh,
anak-anak yang biasa bermain denganku mulai mengejekku.
Mulai saat itu, aku tidak bisa mempercayai siapapun lagi!
Aku selalu merasa bahwa tak perduli seberapa banyak aku bilang aku menyukaimu sekarang,
tapi jika sesuatu terjadi, maka segalanya akan berubah.


Aku setuju mengajarimu untuk mendapatkan kembali fotoku.
Tapi gadis ini benar-benar tak tahu apa-apa, tak satupun cara yang berhasil!
Memintanya untuk menyerah saja dari awal,
tapi dia mengabaikannya,
dia bilang aku tak tahu nama-nama artis,
itu karena perbedaan apa yang kita minati.

Itu benar, mengingat karena sudah sejauh ini,
tapi walaupun begitu, dia benar-benar keterlaluan begonya sebagai murid kelas 3 SMU.

Tapi dengan melihat ini, dia benar-benar gigih.
Walaupun dia tak bisa mengikuti, tapi dia tetap belajar keras,
karakter yang pantang menyerah adalah hal yang istimewa!


Pada akhirnya dia berhasil masuk kelas special.
Oh Ha Ni, aku mengakui kerja kerasmu!

Walaupun aku sudah memperingatkannya lagi dan lagi untuk tidak berbicara denganku disekolah,
tapi dia tetap saja berterima kasih padaku dengan berteriak dibelakangku,  benar-benar....
Anak ini, aku nyerah.
Ok, aku bisa terima kalau hanya untuk hari ini,
aku tahu bagaimana dia telah bekerja keras sepanjang minggu!

Tapi, apa?
Memintaku untuk menggendongnya dipunggung?

Baek Seung Jo Diary - 2 Part 1


Credit : Mischievous Kiss official web, [SeungJo's dairy column]
Translated to English by: reena29shadow
Translated to Bahasa Indonesia: _ellamay_ (ini versiku)

Di satu sisi, dia berkata “Kalau perlu,
aku bisa masuk dikelas spesial yang hanya bisa dimasuki 50 siswa.”, dan di sisi lain,
dia mempermalukan dirinya didepan Eun Jo.
Dia benar-benar aneh.
Walaupun Eun Jo bilang kalau dia membenci ibu, tapi dia dengan terpaksa tetap pindah ke kamarku.
Terlihat jelas kekacauan kepribadiannya dihari pertama, dia dibodohi!


Dia mengejarku dengan kaki-kakinya yang pendek.
Jangan bilang aku akan dikejar seperti ini sepanjang hidupku.
Pikiran ini mulai muncul dalam benakku.
Selalu mengarah kepadanya belakangan ini, semua rumor membuatku kesal,
jadi aku memperingatkannya agar tidak membuat rumor apapun disekolah.
Aku juga memintanya untuk berjanji supaya bersikap seolah-olah dia tidak mengenalku disekolah.
Tapi tak perduli seberapa jahatnya kata-kataku,
dia hanya berdiri disana dan mendengarkanku.
Rasanya benar-benar aneh.

Apa yang terjadi?
Kenapa aku punya perasaan tak enak seperti ada sesuatu yang mengikat kakiku?


Walaupun aku berkata kalau aku akan menunggunya untuk pulang,
tapi tetap saja aku pulang tanpa menunggunya.
Sangat menyebalkan berjalan dengan orang lain,
melakukan sesuatu bersama-sama,
mendengarkan orang ngomel itu sama menyebalkan.
Tapi dia selalu menangkapku.
Aku melihat pria yang sangat aneh pagi ini saat keluar,
dan jaraknya lumayan jauh dari stasiun sampai kerumah.

Sangat menyebalkan!
Kenapa dia harus muncul dan mengacaukan kehidupanku! Sangat menyebalkan!

Dia bahkan tidak takut saat berhadapan dengan orang maniak,
hanya untuk mendapatkan kembali sepatunya.
Dia benar-benar aneh.
Saat dia melihatku dengan tatapan tak bersalahnya dan bilang bahwa itu adalah hadiah pertama yang dia terima dari ibuku,
sebuah perasaan tulus muncul dengan lembut dalam hatiku.

Playful Kiss Episode 2



Ha Ni menepuk-nepuk pipinya, tapi apa yang dia lihat beneran nyata, Baek Seung Jo berdiri di depannya.
“Kau! Kau!” seru Ha Ni terbata sambil menunjuk-nunjuk Seung Jo. “Ke...kenapa kau keluar dari sana?”
“Karena itu rumahku.” jawab Seung Jo.
“Kau bilang itu rumahmu...” Ha Ni tak percaya dengan yang dia dengar.
Tiba-tiba terdengar suara isteri Soo Chang dari interkom yang ada didekat pagar. “Baek Seung Jo!!! Kenapa kau belum masuk?! Ha Ni....! Ayo cepat masuk!!”

Ha Ni mangap, dan Seung Jo memandanginya dengan ekspresi ‘apa kubilang’. Seung Jo lalu mengedikkan kepalanya mengajak Ha Ni masuk. Tapi Ha Ni masih shock.
“Mau aku bawakan barangmu?” tanya Seung Jo. Ha Ni menggeleng. Seung Jo berkata lagi, “Ah, aku ingat sekarang. Kau pernah bilang, walaupun kau jadi seorang pengemis, kau tak mau menerima pertolonganku.” Seung Jo lalu melenggang masuk tanpa membawa apa-apa.

Tubuh Ha Ni pengen jatuh saking kagetnya, dia masih berpegangan dibadan mobil. Ha Ni kayaknya kesal sekali karena dari begitu banyak rumah, kok bisa-bisanya dia malah jadi numpang di rumah Seung Jo.

Akhirnya semua pun ngumpul diruangan dalam. Soo Chang memperkenalkan putera sulungnya pada ayah Ha Ni. Geum Hee, ibu Seung Jo tampak senang sekali. Rupanya saat melihat tayangan berita di tv itu, Geum Hee-lah yang mendesak untuk mencari Ha Ni dan ayahnya, mereka lalu menghubungi stasiun tv yang menayangkan berita. 
Ayah Ha Ni sangat berterima kasih karenanya, tapi Geum Hee berkata kalau suaminya yang malah telah berhutang budi pada ayah Ha Ni dimasa lampau, dan berjanji akan membalasnya.
Geum Hee kemudian mengalihkan perhatiannya pada Ha Ni dan Seung Jo.
“Kalian berdua....tidak saling kenal? Kalian seangkatan, kan?” tanyanya.

“Yaaa…dia (Seung Jo) sangat terkenal.” jawab Ha Ni takut-takut, tapi sembari nyengir.
“Kurasa, itu karena dia berprestasi di sekolah. Tapi....anak-anak yang lain tak menyukainya, kan?” kata Geum Hee setengah berbisik.
Ha Ni bingung, “Hee?”
“Kepribadiannya sedikit aneh. Selalu angkuh dan meremehkan orang lain. Lihat saja dia sekarang….”

Mereka lalu mengamati Seung Jo yang sibuk dengan dirinya sendiri (tapi kayaknya sih dia nyimak omongan mamanya ha ha).
“Dia pasti tidak terkenal diantara cewek-cewek deh, yaa?” tanya Geum Hee lagi.
Ha Ni lagi-lagi hanya bisa nyengir sambil melirik Seung Jo.
Adik laki-laki Seung Jo, Baek Eun Jo datang bergabung sambil menenteng buku pelajaran. Kelakuannya sepertinya sebelas duabelas sama kakaknya. Saat diperkenalkan, dia menyapa sopan pada ayah Ha Ni, tapi saat dikenalkan ke Ha Ni, dia langsung merengut tak suka.

“Kau tak mau memberi salam?” tanya Geum Hee pelan.
“Tak mau.” jawab Eun Jo pendek.
“Kenapa?”
“Dia terlihat bodoh.”
Sebuah pukulan langsung melayang kekepala Eun Jo. Dan para orang tua langsung tertawa memaklumi omongan anak kecil.
“Kenapa dia bodoh? Dia pintar kok.” Geum Hee membela Ha Ni.
“Benarkah? Kalau begitu....” Eun Jo langsung semangat menyodorkan buku pelajarannya kedepan wajah Ha Ni. “Apa ini artinya?”
“Oh, itu bahasa Chinese!” seru Ha Ni dengan wajah ceria. “Sepertinya kau sedang belajar huruf Chinese. Coba kulihat.” Ha Ni memegang buku itu dan langsung mengerutkan keningnya. Sepertinya rumit. Karena penasaran itu pelajaran kelas berapa, Ha Ni melihat cover depan buku itu. “Ini pelajaran kelas 6, ya.” Ha Ni kembali mencoba menekuri soal yang ditanyakan. “Ooooo…….” Ha Ni berpikir keras sambil bersuara.
Karena kelamaan Geum Hee mencoba membantu, “Han Woo Choong Dong.” Kemudian dia memarahi Eun Jo, “Kau tak tahu apa artinya?”
“Itu benar.” seru Ha Ni. “Han Woo Choong Dong….artinya adalah….” Ha Ni melirik ayahnya meminta bantuan. Ayahnya membisikan sesuatu tapi Ha Ni tak bisa mendengarnya. Terpaksa dia mencoba sendiri, “Jadi....” 
Ha Ni mengedarkan pandangannya. Matanya bertemu dengan Seung Joo, Seung Jo langsung menunduk tak perduli. Ha Ni mencoba lagi, dia melihat ada gambar sapi. “Han Woo (sapi korea). Kau tahu bagaimana enaknya sapi korea, tapi sangat mahal. Misalnya kau tak punya uang. Kau tak punya uang, tapi......Choong Dong (dorongan), kau sangat ingin makan sapi korea. Jadi dengan kata lain, kau menginginkan sesuatu yang sulit kau miliki. Itu jawabannya!”

Seung Jo menahan ketawa mendengar jawaban Ha Ni, tapi dia tetap pura-pura sibuk baca buku. Para orang tua pun ketawa dipaksakan. Eun Jo meragukan jawaban Ha Ni, dia lalu bertanya pada kakaknya.
“Apa itu benar, Hyung (panggilan laki-laki pada kakak laki-laki)? Apa itu artinya kau sangat ingin makan sapi korea?” tanya Eun Jo.
Seung Jo menjawab dengan geli, “’Han’ itu berkeringat, ‘Woo’ itu sapi. Sapi akan berkeringat saat menarik kereta yang bermuatan banyak. Lalu ‘Choong’ itu penuh, dan ‘Dong’ itu balok. Isi muatan yang banyak itu adalah balok. Jadi artinya, tanggung jawab yang besar dalam hidup.”

Ha Ni cengo’ ngeliatin buku ditangannya. Eun Jo langsung menoleh padanya.

“Kau beneran bodoh, ya!” kata Eun Jo. Dia langsung kena marah bapaknya dan disuruh minta maaf ke Ha Ni. “Gak mau! Aku paling benci orang bodoh!” Eun Jo merampas bukunya yang masih di tangan Ha Ni, dan meleletkan lidahnya.
Ha Ni meringis dan berkata dalam hati, “Aku ditolak oleh dua kakak beradik.”

Geum Hee dengan gembira membawa Ha Ni ke kamar yang telah dia siapkan. Kamar itu ditata indah, dengan nuansa yang cewek banget, pink n sweet.

Ha Ni tampak takjub dan senang. Tapi dia jadi merasa gak enak saat tahu Geum Hee sendirilah yang menata kamar itu khusus untuknya. Kata Ha Ni, kamar itu seperti kamar princess….dan Geum Hee mengiyakan, kalau tempat tidur yang ada dikamar itu memang namanya Princess Bed.
Geum Hee lalu mengajak Ha Ni duduk ditempat tidur dan dia menceritakan bagaimana semangatnya dia menata kamar itu.
“Aku sangat menginginkan punya anak perempuan. Aku ingin menata sebuah kamar untuknya seperti ini, membeli benda-benda yang cantik sama-sama, dan kalau dia sudah besar, bisa diajak jalan-jalan bareng…..ah, tapi, aku hanya punya anak laki-laki. Jadi bisa kau bayangkan bagaimana membosankan.” Merekapun tertawa bareng seperti dua anak gadis yang sedang ngerumpi. “Ayo kita belanja dan nonton dibioskop. Oke?”
Ha Ni pun menjawab senang, “Baik.”

Geum Hee langsung menjerit kesenangan, “Ahhhh....pasti akan sangat menyenangkan! Ha ha ha…..” lalu dia teringat sesuatu dan mengambil kotak yang ada disebelahnya. “Ini hadiah.” katanya sambil meletakan kotak itu kepangkuan Ha Ni.
Ha Ni membuka kotak itu, isinya adalah sepasang sepatu yang cute.
“Karena rumahmu sudah hancur, kau pasti gak punya sepatu lagi. Benar, kan?” kata Geum Hee lembut.
Ha Ni senang sekali dan mencoba sepatu itu.  Tapi dia jadi merasa gak enak. “Aku sudah merepotkan, aku gak tahu harus gimana.”

Geum Hee meyakinkan Ha Ni kalau dia malah senang sekali membeli sepatu itu. “Apa ukurannya kebesaran?”
“Tidak, ini sangat nyaman. Aku suka sekali. Terima kasih.”
“Ah, kata-katamu sangat manis. Jadi anak perempuanku saja, yaaa?!” Geum Hee kegirangan punya maenan anak cewek.
Seung Jo masuk kekamar membawakan koper dan boneka Ha Ni. Geum Hee lalu menyuruh Ha Ni istirahat karena pasti sangat lelah. Sebelum Geum Hee keluar, Ha Ni kembali berterimakasih.
Kemudian tinggalah Ha Ni berdua Seung Jo. Seung Jo bersandar dipintu dengan tangan dilipat didada dan memandangi Ha Ni tajam. 

Ha Ni langsung merasakan aura permusuhan. Pelan-pelan dia menarik kopernya menjauhi Seung Jo.
“Sebenarnya kamar ini.....adalah kamar Eun Jo. Tapi terima kasih untuk seseorang, dengan adanya meja dan tempat tidur Eun Jo, kamarku jadi sangat sesak.” sindir Seung Jo.
“Maaf....” kata Ha Ni gak enak.
“Kalau kau merasa bersalah....kau hanya perlu jauhi aku. Kau sudah sangat mengganggu beberapa hari belakangan ini. Aku minta nanti kau jangan membuat keributan disekolah.”

“Keributan? Jangan khawatir. Kalau rumor kita tinggal bareng beredar, itu akan lebih mempengaruhiku daripada kau.”
Seung Jo tersenyum sinis dan berkata, “Apa maksudmu ‘tinggal bareng’? Bukannya kau yang datang numpang dirumahku?”
Ha Ni cemberut gak bisa menjawab. 

Seung Jo lalu pergi setelah berkata dia mau memakai kamar mandi duluan. (Mereka tinggal dilantai atas dan harus berbagi kamar mandi.)
Saking kesalnya, Ha Ni lalu berimajinasi menghajar Seung Jo dengan gaya jagoan ala matrix. 

Tapi yang ada, dia memukul-mukulkan bantal ke kepala tempat tidur hingga bulu-bulunya beterbangan. Kemudian dia beteriak, “Aku benar-benar sebel cowok pintar sepertimu!!!” Dia lalu menduduki bantal-bantal itu sambil ngoceh.
Tiba-tiba Seung Jo keluar dari kamar mandi dan mampir kekamarnya. 

Ha Ni belingsatan dan jongkok dilantai membelakangi Seung Jo sambil menahan malu.
Ha Ni lalu kekamar mandi. “Kenapa dia muncul tiba-tiba?” sungutnya.
Dia kemudian memakai fasilitas dikamar mandi dan menjadi malu sekaligus senang karena menyadari dia memakai kamar mandi yang sama dengan Seung Jo. 

Dia bahkan memajang sikat giginya sebelahan dengan sikat gigi Seung Jo dan membayangkan kedua sikat gigi itu berpelukan ha ha ha.... Pada akhirnya dia menyadari kelakuannya dan menegur diri sendiri dikaca. “Aigooo...Ha Ni. Kau masih belum sadar juga? Dia bilang dia tidak menyukaimu. Dia bilang kau jangan mengganggunya.” Ha Ni menarik napas.

Pagi hari pertama dirumah Seung Jo. Ha Ni dan ayahnya ikut keluarga Seung Jo sarapan bareng. Ha Ni duduk makan didepan Seung Jo, sambil melirik Seung Jo yang sedang baca koran. Seung Jo memergokinya, dan Ha Ni buru-buru nunduk pura-pura nerusin makan.

Ha Ni berkata dalam Ha Ni, ‘Gak pernah kepikiran, aku bisa sarapan bareng Seung Jo. Tunggu, dia makan roti dengan selai? Jadi, orang jenius juga makan selai? Ahh....ini terlalu gak nyata! Apa mungkin, ini mimpi?’ 

Ha Ni ngeliatin Seung Jo lagi, dan kepergok lagi. ‘Dia gak ngeliatin lagi, kan?’ Ha Ni coba ngeliatin Seung Joo lagi, kepergok lagi.....Ha Ni langsung kesedak....ha ha ha....kocak.
Orang tua Seung Jo langsung sibuk ngasih Ha Ni minum.
“Dia benar-benar bego seperti yang kuduga.” kata Eun Jo sambil geleng-geleng, dan langsung ditegur mamanya.
Ayah Ha Ni yang memasak makanan untuk sarapan pagi itu. Orang tua Seung Jo memuji masakannya enak. Mereka lalu membicarakan restoran mie milik ayah Ha Ni. Tak lama kemudian Seung Jo pamitan kesekolah. Geum Hee menyuruh Seung Jo kesekolah bareng Ha Ni karena Ha Ni belum tahu jalan kesekolah. Seung Jo gak menanggapi dan buru-buru keluar rumah. Geum Hee langsung menahan Eun Jo yang pengen ngintil kakaknya dan memberi kode ke Ha Ni supaya segera nyusul Seung Jo.
Ha Ni mengejar Seung Jo dijalanan. “Pelan-pelan!” teriaknya dan berlari menyusul hingga menabrak Seung Jo. “Kenapa kau berhenti tiba-tiba?”

“Hanya untuk hari ini.” kata Seung Jo.
“Apa?”
“Jalan bareng kesekolah. Kalau ada orang yang melihat kita….akan lebih tambah sulit.”
Ha Ni cemberut. “Aku mengerti.” Dia lalu jalan duluan.
“Jangan cerita pada siapapun mengenai ini.” Seung Jo mengingatkan lagi.

Ha Ni menghentikan langkahnya. “Gak akan.”
“Disekolah, bersikaplah seolah tidak mengenalku.”
“Aku sudah bilang aku mengerti!” kata Ha Ni kesal.
“Jangan jalan deketan.” kata Seung Joo sambil jalan duluan.

Ha Ni jadi pengen nangis. “Si brengsek bodoh. SI BRENGSEK BODOH!  Kalau ingat aku sudah menyukai orang brengsek seperti dia selama tiga tahun, buang-buang air mata saja.” Ha Ni lalu nerusin jalan ngikutin Seung Jo dari belakang sambil sesekali melemparkan pukulan angin ke arah Seung Jo. Sekali waktu karena jalan nunduk, Ha Ni gak menyadari kalau Seung Jo berhenti, alhasil Ha Ni menabrak Seung Jo lagi.
Seung Jo kesal. “Kenapa kau jalan lambat banget?”

“Bukan urusanmu! Apa? Kenapa kau menungguku? Bukannya kamu bilang kita jalan terpisah?”
“Siapa yang nunggu? Kau jalan didepan.”
“Kenapa?” tanya Ha Ni. “Ah, kenapa kau berubah pikiran?”
“Karena kau pendek. Bukannya susah ngikutin aku? Jangan salahkan aku kalau kau telat kesekolah. Kau jalan didepan, aku akan ngikutin dari belakang.”

Ha Ni nahan gondok dan dengan terpaksa jalan duluan. Sebelum jalan ngikutin Ha Ni, Seung Jo melihat ada orang aneh berpakaian tertutup dan berkacamata hitam mengintip dari balik rerimbunan tak jauh dari tempatnya dan Ha Ni berdebat tadi. Orang aneh itu langsung berpaling setelah menyadari Seung Jo melihatnya.

Disekolah.
Joo Ri membawa peralatan salonnya dan merapikan rambut Min Ah. Ha Ni masuk kekelas dengan tampang capek.
“Ada apa? Kenapa kau telat?” tanya Joo Ri.
“Kapan tes akan diadakan kali ini?” tanya Ha Ni.
“Kenapa kita harus tahu?” Joo Ri balik bertanya sambil cengengesan.
“Bisakah kau tidak menyebut ‘kita’?” tegur Min Ah ke Joo Ri.
Joo Ri kaget. “Apa kau tahu?”
“Aku gak tahu.” jawab Min Ah sambil melengos malu dan Joo Ri langsung merengut dibelakangnya.

“Jangan khawatir! Aku akan benar-benar belajar dengan keras, dan aku akan menuntut balas, untuk harga diri kita!” timpal Ha Ni semangat.
Min Ah langsung ngutak-ngutik hp.
“Kau sedang mencari kata ‘Harga diri’, kan?” tebak Joo Ri. Min Ah mengangguk.
Tiba-tiba Bong Joon Gu and the gang masuk kekelas dengan gaya nyisir rambut mereka.

“Ha Ni-yaahh!! Good morning!!” Joon Gu langsung nyamperin dan duduk didepan Ha Ni.
“Bong Joon Gu!! Kasih salam kekita juga!” teriak Joo Ri.
Joon Gu hanya melambai ke Joo Ri tanpa menengok. Dia lebih antusias ke Ha Ni. “Apa kau tidur nyenyak semalam? Gimana? Nginap dirumah teman ayahmu, kan?” tanya Joon Gu.

“Haa? Mmm, baik.” jawab Ha Ni males.
“Oh, bagus. Dimana alamatnya? Apa jauh?”
“Gak! Naik subway, lewat dua halte....eh tidak, tiga halte.”
“Baik! Kalau gitu pulang sekolah kita bareng!” seru Joon Gu girang.
Ha Ni kaget. “Kenapa?”
“Apa gak aneh, kalau seorang cowok gak tahu dimana ceweknya tinggal?”
Ha Ni mendorong bukunya ke arah Joon Gu dan Joo Ri langsung memukul Joon Gu dengan keras.
“Kenapa kau memukulku seperti itu?” protes Joon Gu ke Joo Ri.
“Kenapa? Kau ingin ditendang juga?” balas Joo Ri.
Joon Gu dan Joo Ri lalu dorong-dorongan, sampai Wali kelas mereka Ibu guru Song Kang Yi masuk kelas. Murid-murid langsung berlari kekursi masing-masing. Tapi Joo Ri telat membereskan peralatan salonnya yang masih bertebaran dimeja. Ibu Guru Song datang mendekatinya.
“Jung Joo Ri! Kau lagi? Aku sudah bilang, kalau kau ingin merapikan rambut orang-orang, lakukan dirumah! Apa sekolah itu salon?!” omel Ibu Guru Song.
“Maaf, Bu Guru!” desis Joo Ri sambil nunduk.
“Pengering, penjepit, penggulung rambut! Oo…kau benar-benar sudah mempersiapkannya! Terus, dimana buku-bukumu?”
“Saya menaruhnya diloker! Maaf….saya tidak membawa buku-buku lagi.”
Ibu Guru Song membanting buku dimeja dan menarik nafas kesal menahan marah. Joo Ri ketakutan, begitupun Min Ah yang masih dengan segala penjepit Joo Ri dikepalanya.
“Apa kau hanya memotong rambutnya (Min Ah)?” tanya Ibu Guru Song.
“Iya Bu, saya hanya memotong sedikit dibelakangnya.” jawab Joo Ri ketakutan.

“Eheemm.” Ibu Guru Song lalu duduk membelakangi Joo Ri dan bersikap seolah disalon. “Ini….lakukan sesuatu disini. Digulung atau diapain.”
Dan Joo Ri dengan sangat senang menanggapinya. “Baiiik!”
Semua murid langsung berisik. Min Ah langsung pasang tampang ‘Hee?’.
“Omo, omo….rambut Ibu Guru itu asli agak bergelombang yah!” kata Joo Ri sambil layaknya capster memegang rambut pelanggannya.
“Haa? Bagaimana kau tahu? Aku memang meluruskannya!” seru Ibu Guru Song yang seolah telah menemukan ‘feel’ dengan penata rambutnya.
“Ah Bu Guru, kalau dilihat dari rambut dipelipis bisa ketahuan.” Joo Ri lalu memberikan tips untuk rambut Bu Guru-nya.
Tiba-tiba Kepala Sekolah lewat dan melihat kegiatan mereka. Pak KepSek langsung teriak menggelegar. “IBU GURU SONG KANG YI!!!!!!”

Saat hari sudah gelap, Ha Ni masih berkutat dikelas dengan buku pelajaran.

Dia ditemani gang-nya Joon Gu yang udah pada tepar ketiduran dimeja. Ha Ni pun kecapekan buka-buka buku dan mejatuhkan kepalanya diatas meja.
“Ah, aku bahkan tidak tahu apa yang aku tidak tahu.” keluhnya.
Ha Ni lalu datang mengintip dikelas special anak-anak pintar. Disana ada Seung Jo.

Seung Jo asik baca buku bacaan disaat teman-temannya dikelas sibuk belajar. Ha Ni kesal sekali melihatnya.
Ha Ni pun melihat ada murid cewek yang pura-pura datang menanyakan pelajaran ke Seung Jo, padahal murid cewek itu kelihatan banget hanya pengen ngedeketin Seung Jo. Ha Ni jadi tambah kesal sekaligus iri karena gak bisa sekelas dengan Seung Jo.
Ha Ni akhirnya duduk terpekur didepan papan pengumuman yang ada tabel peringkat.

Dia menyadari jarak peringkatnya dengan Seung Joo begitu jauh. Ha Ni jadi gakda semangat.
Tak lama kemudian Seung Jo lewat ditempat itu sambil bawa minuman kaleng. Dia berhenti saat melihat Ha Ni. Seperti yang disepakati, Ha Ni berlagak gak kenal dan nunduk. Tapi Seung Jo malah menegur.

“Apa kau perempuan?” tanya Seung Jo.
“Iyah. Kenapa? Apa kau takut?” balas Ha Ni sewot. “Kalau kau mau menggendongku, kau harus berlatih menambah tenaga.” Seung Jo tak menanggapi, dan Ha Ni meneruskan. “Ruang belajarmu….sangat bagus. Ada komputernya, dan dinding peredam suara. Cih, tidak adil.”
“Walaupun kau bicara begitu, tetap saja tidak terdengar bagus.” jawab Seung Jo.
“Apa maksudmu?”
“Kedengarannya seperti merengek.”
Ha Ni mencibir mendengarnya. Seung Jo sudah berjalan ke arah kelasnya, tapi berhenti sejenak.
“Kau sudah mau pulang?” tanya Seung Jo.
“Apa?!” balas Ha Ni kesal, tapi kemudian dia berdiri dan memasang tampang senang. “Apa kau mau bilang kita pulang bareng?!”
Belum sempat Seung Jo menjawab, Joon Gu sudah muncul disitu dengan menggendong tas Ha Ni.
“Ha Ni-yaaa!” teriak Joon Gu.
Seung Jo pasang tampang kesal dan berbalik. Ha Ni buru-buru memanggilnya dan memberi kode ke Seung Jo buat janjian ditangga bawah. Seung Jo seperti tak perduli dan berbalik pergi.

“Kau sudah disini? Aku dari tadi mencarimu.” Joon Gu lalu menyadari Ha Ni tadi ngobrol dengan Seung Jo. “Apa dia mengatakan sesuatu lagi?”
“Ha?? Tidak. Kesinikan tasku!” kata Ha Ni.
“Ah, tidak. Ini tugas cowok (membawakan tas cewek). Ayo!”
Ha Ni terpaksa ikut Joon Gu pulang naik subway.

Dia lalu kabur turun dari subway dan balik kesekolah naik taksi. Ha Ni mengira Seung Jo akan menunggunya disekolah.

Tapi ternyata Seung Jo sudah duduk manis dirumah sambil baca buku dan makan buah.
“Kenapa kalian tidak pulang bareng?” tanya Geum Hee.
“Aku kira dia sudah pulang.” Jawab Seung Jo sekenanya tanpa mengalihkan matanya dari bacaan.

“Dia kan belum terbiasa dengan tempat ini. Lagipula, belakangan ada orang aneh yang sering berkeliaran disekitar sini.”
“Oh Ha Ni adalah orang yang paling aneh disekitar sini.” timpal Eun Jo yang langsung mendapatkan tendangan dari ibunya. Geum Hee lalu mengejar Eun Jo yang lari kabur.
Seung Jo teringat orang aneh yang diliatnya tadi pagi. Dia akhirnya kepikiran dan pergi nyusul Ha Ni.

Ha Ni pulang sendiri jalan kaki memasuki komplek rumah Seung Jo dengan gontai. Jalanan sudah sangat sepi dan tak ada lagi yang berkeliaran.  

Ha Ni ngomel-ngomel kesal karena ditinggal pulang oleh Seung Jo.
Tiba-tiba ada seseorang yang menghadangnya dijalan. Itu orang aneh yang dilihat Seung Jo tadi pagi.

Orang itu membuka kacamatanya dan menyeringai ke Ha Ni. Ha Ni langsung panik dan pengen kabur. Tapi orang itu menghalang-halangi. Orang aneh itu lalu mulai membuka bajunya.
“Jangan, jangan lakukan itu!!!” teriak Ha Ni panik. Tapi orang aneh itu tak perduli. “Kalau kau buka itu, aku tak akan lihat! Aku akan tutup mataku. Jadi, gak ada gunanya!”

Percuma, orang aneh itu malah ngedeketin Ha Ni tiba-tiba. Ha Ni teriak histeris.
“Maniak, jangan mendekat!! Berhenti!! Berhenti!!” Ha Ni nendang-nendang hingga sepatu barunya mental. Orang aneh bergerak pengen mungut sepatu Ha Ni. “Jangan!! Itu adalah hadiah yang diberikan padaku!”

Ha Ni dan si orang aneh dulu-duluan ngambil sepatu, yang dimenangkan si orang aneh. Orang aneh itu kabur. Ha Ni mengejarnya sambil teriak-teriak.
“Ahjussi!!! Kembalikan! Itu hadiah buatku! Kau juga gak akan bisa memakainya!” teriak Ha Ni.
“Lihat aku, dan aku akan mengembalikannya padamu!” balas si orang aneh.

“Gak mauuuu!!!! Kau mau lari sampai mana??!”
“Ah, sekali saja!! Aku mohooon!!! Jangan tutup matamu!! Hanya sebentar!!”
“Beneran hanya sebentar?!”
“Iya, hanya sebentar!!”
“Dan kau akan kembalikan sepatuku??!”
“Tentu saja akan kukembalikan!! Bagaimana bisa aku pakai ini?!”
“Baiklah!!”
Mereka lalu berhenti kejar-kejaran.
“Baik? Kau bilang baik?” tanya si orang aneh gak yakin.
“Karena kau sudah minta baik-baik. Tapi, kau harus kembalikan sepatuku.”
“Tentu saja. Aku adalah orang yang memegang janji-janjiku”

Ha Ni lalu siap-siap dengan kedua tangan dipinggang. Dia masih ngos-ngos kecapekan.
“Kau...kau tak boleh menutup matamu. Kalau gak, batal.”
“Oke. Aku adalah orang yang memegang janji-janjiku dengan baik.”
Si orang aneh siap-siap buka baju. Ha Ni teriak lagi.
“Tunggu, tunggu!! Aku persiapkan diri dulu.” kata Ha Ni.
“Ya sudah, persiapkan dirimu.”

Ha Ni berbalik dan memejamkan mata. Si orang aneh tak sabar dan ngiter-ngiterin Ha Ni.
“Mempersiapkan diri lama-lama itu gak baik. Ayolaaah.” kata orang itu dan mulai membuka kancing bajunya.
Ha Ni sudah membuka matanya, dan si orang aneh mulai ngitung.
“Satu......dua.......tigaaa!!!”

 Orang aneh itu membuka bajunya lebar-lebar. Bertepatan ada sebuah tangan yang datang menutupi kedua mata Ha Ni. Seung Jo!
Ha Ni berdiri melongo ditempatnya tak percaya.
Si orang aneh kabur dan Seung Jo lari mengejarnya. Seung Jo lalu kembali membawa sepatu Ha Ni.
“Kau mencariku? Karena kau khawatir?” tanya Ha Ni.
“Gak, aku tadi membeli ini.” Seung Jo memperlihatkan kantong berisi minuman yang tadi dibawanya.
“Tapi kenapa kau bisa ada disini diwaktu yang tepat?”

“Itu karena nasib sialku. Tapi ngomong-ngomong, kau.....dalam situasi seperti itu orang akan merelakan  sepatunya, bagaimana kau....”
“Karena itu hadiah dari ibumu. Hari ini pertama kali aku memakainya.”
“Yah, tapi kan tetap saja....hhh…..” Seung Jo gak bisa ngedebat Ha Ni, akhirnya jalan pergi.

Ha Ni menyusulnya dan tertarik dengan kantong yang dibawa Seung Jo. “Kau beli apa? Ah, kelihatannya enak....aku bisa minta? Tenggorokanku kering karena habis lari.”
Seung Jo kasihan juga dan membagi Ha Ni ice cream.
“Ah, ini sudah cair…..apa karena cuaca panas yah?” oceh Ha Ni. (Ketahuan Seung Jo udah lama diluar rumah nyari Ha Ni sampe ice cream-nya meleleh ha ha…)
“Ahh....itu Ursa Mayor!! Satu....dua ....tiga.... Hey! Apa kau dengar suara jangkrik menangis?!” Ha Ni ngoceh terus sepanjang jalan.

Dikamarnya, Ha Ni gak bisa belajar, dia teringat bagaimana tadi Seung Jo datang seperti jagoan dan menolongnya. Ha Ni kesenengan sampe cekikikan sendiri. Tapi kemudian dia teringat lagi bagaimana kata-kata menusuk Seung Jo saat didepan papan pengumuman. Semangat belajarnya bangkit lagi.
“Sadarlah Oh Ha Ni!” desisnya lalu mengetok kepalanya sendiri. “Apa kau punya harga diri? Baik, ayo belajar! Belajar dan tunjukan pada mereka bagaimana hasilnya! Matematika! Ayo mulai dengan Matematika.”
Ha Ni mencoba belajar, tapi tak mengerti. Buku Matematika ditutup.
“Okey, sekarang era global, jadi mulai dengan Bahasa Inggris.”
Ha Ni pusing. Buku Bahasa Inggris-pun ditutup.
“Kita mulai dengan Bahasa Korea.”
Baca,baca.....Ha Ni gak ngerti.
“Uuugghh! Apa maksudnya??? Ahhh, aku gak ngerti! Aku gak tahu!! Apa aku harus belajar ini semua? Gak penting!”
Terdengar ketokan dipintu. Ha Ni membukakan pintu, ada Ibu Seung Jo, Geum Hee membawakannya makanan yang kelihatannya sangat enak.
“Kau sedang giat belajar?” tanya Geum Hee.
“Gak, aku hanya duduk saja he he….” jawab Ha Ni.
“Kau harus istirahat sebentar.” kata Geum Hee lembut dan penuh perhatian. Tiba-tiba dia tertawa keras. “Aha ha ha ha…..aku selalu ingin melakukan ini. Membuatkan cemilan di malam hari, dan mengatakan untuk istirahat sebentar. Ah, sekarang aku sudah merasa seperti seorang ibu.”
“Apa Seung Jo tidak suka ngemil dimalam hari?” tanya Ha Ni sambil mulai ngemil.
“Gak juga, tapi jarang. Karena Seung Jo bahkan tak pernah belajar.”
Ha Ni kesedak. “Dia gak belajar?!”
“Iya, dia sudah tidur.”
“Tapi dia selalu dapat nilai bagus. Dia pasti benar-benar jenius.”
“Benarkah?” Geum Hee lalu jalan ke arah komputer dan mulai ngetik. “Apa gunanya dapat nilai sempurna?  Dia tidak terlihat senang dengan hal itu.”
Ha Ni ikut nimbrung didepan komputer. Ternyata Geum Hee baru saja log in ke blog-nya.
“Anda punya blog?” seru Ha Ni.

“Tentu saja. Aku blogger sejati!”
“Ehhh....anda dapat 160 komentar!”
Salah satu komentar dari Eun Jo.
“Eun Jo kelakuannya kurang sopan, kan?” kata Geum Hee dengan nada gak enak. “Dia sangat menyukai kakaknya.”
“Dia cute. Dia sangat mirip Seung Jo.” komentar Ha Ni.
“Aku rasa kau pasti terlihat manis saat kecil dulu. Apa kau punya albumnya? Aku ingin lihat.”
“Aku tidak punya banyak foto.”
Tak lama kemudian, Geum Hee sudah keasyikan melihat album foto Ha Ni saat kecil. Diantaranya ada foto ibu Ha Ni.
“Ini ibumu? Dia sangat cantik. Tak heran kau terlihat sangat manis.”
“Jujur saja, aku tidak begitu mengingatnya. Ibuku meninggal saat aku berumur empat tahun. Karena itu kadang-kadang aku melihat foto ini, supaya aku tidak melupakannya.”

“Kau sungguh menarik.” kata Geum Hee setelah selesai melihat foto.
“Seung Jo juga pasti menarik kan, saat dia kecil?”
“Oh iya. Ah, Ha Ni!!” Geum Hee teringat sesuatu. “Apa kau mau kukasih liat sesuatu yang menyenangkan?”

Sambil duduk berselimut ditempat tidur, Geum Hee memperlihatkan album foto pada Ha Ni. Ha Ni berkali-kali berseru saat melihat foto anak perempuan yang imut. Sementara Geum Hee cekikikan nahan tawa disebelahnya.
“Siapa anak ini? Dia terlihat seperti Seung Jo.” kata Ha Ni.
“Benarkah? Itu memang Seung Jo.”

“Ehhhh!!!??” Ha Ni shock.
“Saat aku mengandung Seung Jo, dia sangat tenang didalam perutku. Dia hanya ingin makan semangka, strawberry dan anggur. Jadi aku benar-benar mengira dia adalah perempuan. Karena itulah kenapa, sepatu, baju dan mainan yang kubeli semuanya untuk anak perempuan. Tapi dia laki-laki. Jadi gimana? Apa harus kubuang semua?”
“Itu benar, tapi....”
“Bukankah aku sudah bilang sebelumnya, aku sangat ingin punya anak perempuan. Karena itulah, aku membesarkannya sebagai anak perempuan untuk sebentar. Tapi saat kita ke kolam renang, dia ketahuan. Dia pasti sangat ketakutan saat itu. Karna itulah aku pikir kenapa dia menjadi begitu dingin seperti itu. Seung Jo mengira aku sudah membakar semua ini. Hi hi hi......tapi  apa yang harus kulakukan, kalau aku masih punya semua negativenya. Saat kau lihat ini semua....kau tak akan berpikir lagi dia itu jenius.”

Ha Ni berpikir sebentar sambil melototin foto didepannya, setelah itu dia menyeringai penuh rencana.

Keesokan harinya disekolah. Ha Ni duduk dikelasnya sambil cekikikan sendiri.
“Hey!! Ada apa?” tanya Joo Ri pengen tahu. “Kenapa kau ooseo terus? (Ooseo = ketawa)”
“Aku? Aku mooseo? (Mooseo = menakutkan)”
“Iya, menakutkan!” jawab Min Ah geli karena Ha Ni salah ngerti.
“Benarkah? Aku juga pengen tahu kenapa?”
“Apa ini efek samping dari sembelit-mu?” tanya Joo Ri.
Tiba-tiba Seung Jo muncul dipintu kelas Ha Ni. Orang-orang langsung berisik.

Begitu melihat Ha Ni, Seung Jo langsung ngasih kode ngajak keluar. Ha Ni keluar kelas dan berhadapan dengan Seung Jo. Dengan cepat orang-orang mengerubungi pengen tahu.
“Oh Ha Ni. Ambil seragam olahragamu dan ikut denganku.” kata Seung Jo.

“Seragam olahraga? Kenapa?” tanya Ha Ni bingung. Tapi Seung Jo tak menjawab.
Ha Ni masuk kedalam kelas.
“Apa yang terjadi?” tanya Joo Ri. “Kenapa Baek Seung Jo mencarimu?”
Ha Ni tak menjawab pertanyaan Joo Ri dan sibuk ngambil seragam olahraganya dari tas. Setelah ngutak-ngutik baju itu, Ha Ni akhirnya bisa mengetahui ada apa dengan seragam olahraganya. Dia melihat nama Seung Jo tertera di baju yang dia pegang, itu artinya baju dengan namanya ada di Seung Jo. Yah, seragam mereka tertukar. 
Ha Ni pun nyengir devil.

Seung Jo membawa Ha Ni ke taman untuk melakukan pertukaran seragam. 

Seung Jo nengok kiri-kanan sebelum menyerahkan baju ke Ha Ni. Tanpa mereka ketahui, teman-teman sekelas Ha Ni pada ngintipin mereka berdua dari jendela kaca .yang menghadap ke taman.
“Kelihatannya mereka saling bertukar sesuatu.” kata Min Ah penuh curiga.
“Bukankah itu seragam olahraga?” cetus Joo Ri.
Dan dua orang yang ada ditaman.
“Aaah, ini sungguh merepotkan.” omel Seung Jo.
“Kenapa? Kau bukannya tinggal memakainya.”
“Apa?”
“Jadi kenapa kalau kau pakai baju perempuan? Kau toh sudah pernah memakainya.” kata Ha Ni sambil mengulum senyum.
Seung Jo memandang Ha Ni clueless.  

Ha Ni tertawa lalu mengeluarkan selembar foto dari saku seragamnya. Foto Seung Jo kecil yang mengenakan baju perempuan, rambut dkuncir dua dan berpose imut.
Melihat foto itu Seung Jo langsung murka. “Yaaa! Dimana kau dapat foto itu?! Berikan padaku!” 

Seung Jo berusaha merampas fotonya dari tangan Ha Ni, tapi Ha Ni lebih cepat bergerak menarik tangannya yang memegang foto. Jadilah mereka kejar-kejaran ditaman dibawah pohon yang rindang....ha ha...
Kegiatan rebutan foto itu jadi terlihat menarik dimata teman-teman mereka yang melihat, mereka semua tertawa. Tapi tidak dengan Jang Mi yang baru tiba ditempat itu.
“Apa yang mereka lakukan?!” teriaknya. Dia langsung buru-buru pengen menginterupsi kegiatan Ha Ni dan Seung Jo. Tapi Min Ah buru-buru menahannya sekuat tenaga.

Orang berikutnya yang datang adalah Joon Gu. Reaksinya tak kalah kacau saat melihat kegiatan Ha Ni dan Seung Jo. “Ohhh! Yang benar saja!! Dasar brengsek!!” teriaknya. Seperti Jang Mi, Joon Gu langsung pengen keluar ke taman. Tapi kali ini yang menahannya adalah Joo Ri.
Di taman, Ha Ni terus-terusan berlari menghindari tangan Seung Jo. Akhirnya mereka kelelahan.
“Tunggu sebentar. Aku akan memberikannya padamu. Tapi aku punya satu syarat.” kata Ha Ni ngos-ngosan sambil nyengir.
“Syarat. Syarat apa?” tanya Seung Jo sambil jalan mendekati Ha Ni kembali pengen merebut fotonya.
Ha Ni buru-buru mengulurkan tangannya kedepan menahan tubuh Seung Jo, sembari mengucapkan syaratnya. “Bantu aku belajar.”
“Apa?”
“Bantu aku mendapatkan nilai lebih tinggi dalam ujian bayangan.”
“Kamu sendiri jelas-jelas tahu kan kalau ujian tinggal seminggu?”
“Tentu saja aku tahu. Makanya tolong aku. Bantu aku masuk kelas special.”
“Kau pikir aku bisa menciptakan keajaiban? Aku bukan Tuhan!” tandas Seung Jo.
Ha Ni nyerah, dengan lemas dia menjatuhkan satu tangannya yang terulur ke arah Seung Jo. Sambil mengangguk lesu dia berkata, “Aku mengerti.” Tapi kemudian dia menoleh ke arah teman-temannya yang masih pada nongkrong dikaca ngeliatin mereka, dan berteriak sambil melambai-lambaikan foto ditangannya. “Heyyy!! Teman-teman!!”
Seung Jo langsung menghambur ke arah Ha Ni berusaha kembali merebut foto itu. Ha Ni terdorong hingga mepet di batang pohon. Ha Ni terdiam dan agak ketakutan. 

Seung Jo lalu menatap Ha Ni serius dan berkata, “Oh Ha Ni, ternyata kau lebih sulit dari yang kukira. Seperti yang kubilang, kalau sampai kau masuk kelas special, aku akan menggendongmu dibelakangku. Lalu sekarang kau malah ingin aku membantumu belajar? Dan nanti menggendongmu kalau kau berhasil?”

“Kalau kau membantuku, tentu saja janji menggendong itu dibatalkan. Apa kau pikir aku semurahan itu? Jangan khawatir. Aku....tidak punya perasaan apapun lagi padamu. Tidak, bahkan sekecil ini pun.” Ha Ni mengangkat telunjuk dan ibu jarinya.

Seung Jo mendekatkan wajahnya ke Ha Ni sambil ngeliatin Ha Ni tajam. “Benarkah?” kata Seung Jo sambil semakin medekatkan wajah mereka.
Joon Gu dan Jang Mi langsung histeris melihat adegan didepan mereka….ha ha…

Malamnya, saat makan malam dikeluarga Seung Jo. Seperti biasa, orang tua Seung Jo memuji masakan ayah Ha Ni. Rupanya ayah Ha Ni membawa pulang makanan dari restorannya.
“Ha Ni, kau mau snack apa nanti larut malam (saat belajar)?” tanya Geum Hee.
Ha Ni langsung senyum-senyum berpikir. Ayah Ha Ni kaget karena Ha Ni belajar malam-malam.
Belum sempat Ha Ni menjawab pertanyaan Geum Hee dan ayahnya, Seung Jo sudah bicara ke ibunya. “Ibu, mulai hari ini tolong siapkan snack untuk dua orang.”
“Kenapa? Ohh....gak mungkin. Apa kau belajar juga?” tanya Geum Hee gak percaya.
Seung Jo tak menggubris pertanyaan ibunya dan berkata lagi, “Jangan sesuatu yang terlalu manis atau berminyak. Itu gak bagus buat daya tangkapnya(Ha Ni). Roti gandum dan minyak zaitun cukup. Kuning telur juga.”
“Oh, okay.” angguk Geum Hee setengah takjub.
“Saya keatas duluan.” Seung Jo pamit.
Eun Jo langsung pengen ngintil kakaknya tapi ditahan sang ibu yang terlalu senang dengan perubahan Seung Jo. Ha Ni juga akhirnya ikutan pamit ke kamarnya dengan tampang excited. Para ayah tampak bingung, tapi Geum Hee terlihat sangat senang.

Dikamar Ha Ni. 
Ha Ni menekuri bukunya dengan kening berkerut, sementara Seung Jo duduk tegak disebelahnya mengawasi. Ha Ni melirik pelan ke arah Seung Jo, tapi buru-buru mengalihkan pandangannya ke buku lagi saat mendapati Seung Jo sedang mengawasinya.
“Hei, Oh Ha Ni!” tegur Seung Jo. “Kau bahkan gak bisa mengerjakan pelajaran semudah ini? Kenapa kau gak berhenti sekolah saja?”
Ha Ni kesal dan merespon perkataan Seung Jo dengan memasang pose Seung Jo kecil yang ada di foto.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Seung Jo.
“Baek Seung Jo kecil….” gumam Ha Ni masih dengan posenya.
“OH HA NI!!” teriak Seung Jo. Ha Ni pun menghentikan kelakuannya. Seung Jo berusaha bersabar, “Baiklah, kalau begitu aku akan mulai dengan menjelaskan yang paling dasar, jadi dengar baik-baik. Pertama, gunakan ‘X’ sebagai angka yang akan kau cari. Jadi, apa ‘X’ itu?”
“Hah?” tanya Ha Ni.
“Aku bilang, apa ‘X’ itu?”
Ha Ni berpikir sebentar lalu bertepuk tangan sambil berseru, “Alphabet!!” (ha ha ha....)
Seung Jo diam. Ha Ni menyadari kebegoannya dan berkata pasrah, “Aku gak tahu apa itu.”
“Yah benar. Angka yang kita tidak tahu. ‘X’ adalah angka yang belum diketahui. Kita menyebutnya ‘Masalah yang belum terpecahkan’.” jelas Seung Jo.
“X-file?” tanya Ha Ni. (Maksud Ha Ni mungkin, film seri The X-file ha ha ha)
“Benar. Apa istilah yang kita pakai untuk generasi yang lebih muda saat kita muda?”
“X-generation!!” seru Ha Ni semangat.
“Benar. Kita mencari sebuah generasi. Masalah rumit yang belum terpecahkan. Kita menyebutnya dengan ‘X’ untuk angka yang belum diketahui.”
“Tapi…..kenapa disebut ‘X’, Kalau ada huruf ‘H’ dan ‘W’?” tanya Ha Ni.
“Kenapa kau pusing dengan itu. Itu memang sudah ditetapkan seperti itu.”
Ha Ni cemberut mendengar jawaban Seung Jo. Seung Jo lalu meneruskan belajar. Dia menjelaskan sebuah persamaan dan logaritma.  
Namun semua perkataan Seung Jo hanya mental dari otak Ha Ni. Ha Ni malah sibuk ngeliatin wajah Seung Jo.
“……jadi X = 100. Tapi karena kita  harus menuliskannya dalam bilangan Biner, jadi apa?” tanya Seung Jo mengakhiri penjelasannya.
Ha Ni gelagapan.
“Bagaiman menuliskan angka 100 dalam bilangan biner? Cobalah hitung.”
Dasar Ha Ni bego dan gak merhatiin. Dia balik nanya, “Apa maksudnya itu?”
Seung Jo langsung ngeliatin Ha Ni dengan pandangan cape dan menghela napas. “Aku rasanya pengen meledak.”
Tapi bukannya takut, Ha Ni mulai lagi pasang pose Seung Jo kecil.
“YAAAA!!!” teriak Seung Jo emosi.

Orang tua mereka yang lagi nguping dibalik pintu jadi kaget bukan main. Mereka langsung menjauhi pintu pelan-pelan. Tapi Eun Jo malah menghambur pengen masuk.
“Dasar Ha Ni itu….paling bego dan tolol!!!” teriak Eun Jo haha.... tapi ayahnya langsung membopong dia jauh dari kamar Ha Ni.
Kembali pada dua orang yang sedang belajar. Seung Jo cape banget dengan ketololan Ha Ni sampai terduduk dan tertunduk lunglai.  Sementara Ha Ni duduk cemberut sambil menggulung-gulung ujung rambut dengan jarinya.
“Apa kau tahu apa itu system decimal?” tanya Seung Jo dengan kepala masih tertunduk.

“Iya. 10…20…30.” jawab Ha Ni masih dengan cemberut.
“Jadi bagaimana dengan system bilangan biner?”
Ha Ni diam.
Seung Jo lalu meneruskan, “Itu adalah cara menuliskan angka hanya dengan 0 dan 1.”
“Lalu kenapa? Apa gunanya itu?” tanya Ha Ni penasaran.
Seung Jo menunjuk komputer. “Untuk komputer.”
“Komputer?”
“Pada tahun 1974, dari observatory Arecibo dikirimkan sebuah pesan ke luar angkasa. Jika benar-benar diluar sana ada alien, maka mereka akan menerima pesan itu dan meresponnya. Tapi dengan bahasa apa pesan itu dikirim? Dalam bahasa Inggris? Bahasa Korea? Kita tidak tahu level kepintaran alien itu. Jadi untuk menafsirkan pesan, digunakanlah angka 0 dan 1. Pesan itu dikirim menggunakan kode biner.”
“Ooooo…oooohhh!!” seru Ha Ni senang karena mengerti. “Jadi untuk berkomunikasi dengan Alien, aku harus belajar sistem biner. Aku harus belajar ini. Aku kasih bintang dibagian ini.”
“Bagus! Jadi bagaimana menuliskan angka 100 dalam sistem bilangan biner?” Seung Jo mulai semangat ngajar lagi.
“Apa kita mendapatkan balasan dari para alien?” Ha Ni gak menanggapi pertanyaan Seung Jo.
“Sejauh ini, belum.” Seung Jo mulai kesal lagi.
“Tapi sekali lagi, angkasa itu sangat luas. Benar kan?”
“Itu benar. Karena angkasa itu sangat luas, maka sistem log diciptakan.”
“Benarkah?”
“Log dibuat untuk menerjemahkan hal-hal yang luas.” jelas Seung Jo. Ha Ni menoleh dengan kening berkerut. Seung Jo ngomong lagi, “Kenapa kau gak nyerah saja?”
“Kenapa?” Ha Ni menyahut emosi. “Aku pikir ini menyenangkan.”
“Bagaimana bisa begitu banyak hal yang kau gak tahu?”

Ha Ni mencibir. “Lalu kau tahu semuanya?” Ha Ni kemudian mengambil foto Super Junior yang dipasang dimejanya. “Siapa mereka?” tanya Ha Ni. Seung Jo bengong. Ha Ni lalu nyerocos, “Si Won, Kang In, Shin Dong, Kyuhyun, Han Kyung, Ki Bum, Sung Min, Hee Chul, Ye Sung, Eun Hyuk, Dong Hae, Lee Teuk, Ryeowook.(Dia menyebutkan nama-nama anggota Super Junior sambil menunjuk wajah masing-masing mereka di foto ha ha)” Ha Ni menoleh ke Seung Jo dengan pandangan meremehkan. “Kita hanya punya bidang ketertarikan yang berbeda.” Kemudian Ha Ni tersenyum manis dan bertanya, “Jadi selain logaritma, apalagi?”
Gubrak!! Seung Jo roboh ditempat tidur. Pusiiiing…ha ha ha….
Malam itu setelah Seung Jo pergi, Ha Ni mempraktekkan tips memfokuskan diri yang di ajarkan Seung Jo.

Dia berbaring di atas tempat tidur dan memandangi kertas bergambar titik besar yang ditempelkan pada dinding di atas tempat tidur. Ha Ni mengingat kalimat Seung Jo.
‘Saat kau bernafas, pusatkan kekuatanmu dipusar dan tariklah nafas perlahan....dan lepaskan perlahan. Matamu harus fokus pada titik. Bukan dinding, tapi titik.’
Ha Ni berusaha fokus, tapi percuma. Titik yang dia pandangi perlahan berubah menjadi wajah Seung Jo yang tersenyum menggoda.

‘Fokus! Sampai kau hanya bisa melihat titik.’
Ha Ni kembali fokus ngeliatin titik. (hi hi...)

Hari-hari berikutnya Ha Ni mulai rajin belajar, walau sampai terkantuk-kantuk. Meja belajarnya dipenuhi dengan post-it. Seung Jo pun selalu ada menemaninya belajar, he he...lebih tepat mengawasi.

Dalam rangka menghafal, saking niatnya, dikamar mandipun penuh post it, dari kaca sampai tempat tissue toilet ha ha….
Alhasil, Ha Ni kurang tidur. Saat istirahat disekolah dia tertidur.
“Ha Ni-yaa…!!!” Joo Ri datang mengageti.
“1592, perang Im Rin Wae Ran.” Ha Ni reflek mnyebutkan hafalannya begitu melek.
Joo Ri berseru shock. Joon Gu dan teman-temannya pun menoleh kaget.

“Apa yang salah? Ada lingkaran hitam dimatamu?” kata Joo Ri pada Ha Ni yang memandang gak fokus.
“Ha Ni-yaaa….katakan yang sebenarnya.” kata Joon Gu khawatir.
“Apa?” tanya Ha Ni sambil menoleh lemas.
“Apa yang kau lakukan ditempat tinggalmu sekarang?”
“Aku baik-baik saja.”
“Kau bilang ini baik-baik saja?! Ada sesuatu yang gak benar.” Joon Gu penasaran, dia menoleh ke teman-temannya. “Kalian mendengarnya juga, kan? Terakhir kali saat aku bilang akan mengantarnya pulang, dia kabur.” Joon Gu lalu bicara sambil menoleh ke Ha Ni lagi. “Ha Ni-yaa, hari ini biar kita bicarakan....” Tapi tempat duduk Ha Ni kosong. “Kemana dia pergi?” tanya Joon Gu ke Joo Ri.
“Dia pulang kerumah. Dia bilang dia mau belajar.” jawab Joo Ri santai sambil sisiran.
“Lihat, lihat! Belajar seperti apa yang akan dia lakukan?” cerocos Joon Gu emosi. “Menurutku…..pasti….”
Min Ah menoleh, “Pasti?” dia mengulangi omongan Joon Gu.
Joon Gu tak menanggapi pertanyaan Min Ah, dia meneruskan omongannya ke Joo Ri. “Mereka pasti menyuruhnya bekerja keras tanpa memperbolehkannya tidur. Kau lihat wajahnya, kan? Aku pikir, aku Bong Joon Gu, harus mencari tahu.” kata Joon Gu semangat sambil meniup poni jambulnya.

Eun Jo memasuki kamar Ha Ni. Dia menemui kakaknya yang sedang mengawasi Ha Ni belajar. Eun Jo ingin menanyakan pelajaran pada kakaknya.

“Hyung! Bagaimana menyelesaikan ini?” Eun Jo membuka buku didepan kakaknya yang sedang serius ngutak-ngutik komputer.
“Oh, Eun Jo. Aku sedang sibuk dengan ini. Tanya ibu saja.” jawab Seung Jo tanpa mengalihkan matanya dari layar komputer.
Eun Jo pun berlalu. Tapi sebelum mencapai pintu, dia menoleh pada Ha Ni dan berteriak, “Yaa! Oh Ha Ni!! Kau bego, idiot dan jelek!!! Karena kau, aku tak bisa belajar, dan kakakku tak bisa tidur! Emangnya siapa kau?! Pulang kerumahmu sana!!”

Tapi sudah dikata-katai begitu, Ha Ni tak bergerak sedikitpun, dia tetap sibuk belajar. Seung Jo pun sampai menoleh bingung, dan takjub melihat Ha Ni yang tak terganggu sedikitpun dengan teriakan adiknya.

Seung Jo akhirnya tersenyum senang dan kembali menghadap komputer ngeprint sesuatu.
Ha Ni tiba-tiba menyadari ada Eun Jo dikamarnya. Dia menoleh dan bertanya dengan ramah “Oh, Eun Jo! Kapan kau datang? Ada apa?”
“Ah, lupakan saja!” omel Eun Jo dan buru-buru keluar kamar. Dia kesal karena cemoohannya gak ngefek. Ha ha ha….
Seung Jo melemparkan kertas-kertas yang baru dia print kehadapan Ha Ni.
“Ini apa?” tanya Ha Ni.
“Pelajari itu hari ini dan tidur lebih cepat, besok ulangan.” jawab Seung Jo.
“Apa ini?”
“Aku membuat soal-soal yang kemungkinan akan keluar di ulangan nanti.” kata Seung Jo sambil menggerak-gerakkan kepalanya yang pegal.
Ha Ni senang sekali dan langsung sibuk membaca isi kertas-kertas itu.

“Waaahh, kapan kau bikin semua ini? Aku sangat tersentuh.” kata Ha Ni sambil tersenyum menoleh ke Seung Jo.
Dasar Seung Jo, bukannya senang, dia malah ngomel ke Ha Ni. “Yaa!! Aku bilang cepat pelajari itu!! Berhenti ngomong yang gak-gak!”
“Aku tahu.” balas Ha Ni kesal sambil cemberut. “Kenapa harus marah-marah?” desisnya pelan.
Ha Ni sibuk mempelajari semua soal-soal yang dibuat Seung Jo. “Akan bagus sekali kalau ini soal-soal yang akan keluar.” gumamnya. Ha Ni lalu menoleh kesampingnya dan takjub melihat Seung Jo tertidur sambil telungkup dimeja.
Awalnya Ha Ni senyum-senyum ngeliatan pemandangan tak biasa ini, tapi kemudian rasa bersalah terlihat diwajahnya, dia tahu Seung Jo kurang tidur karena sibuk ngajarin dia. Tapi tetap saja Ha Ni senang sekali bisa ngeliatin Seung Jo tertidur didepannya. 

“Jadi, Si Hebat Baek Seung Jo kalau tidur seperti ini.” kata Ha Ni senyum-senyum ngeliatin Seung Jo. Lalu dia berucap pelan, "Terima kasih.”
Tak lama kemudian Geum Hee masuk ke kamar Ha Ni membawa cemilan. 

Dia shock dengan gaya berlebihan saat menemukan dua anak itu tertidur bersandar dimeja.

“Jackpot!” serunya pelan dan pergi mengambil kamera untuk mengabadikan moment ‘indah’ itu. Nice Mom he he…

Esoknya disekolah.
Ha Ni naik tangga kecapekan disebelah Seung Jo.

Tapi saat melihat Seung Jo memelototinya, Ha Ni langsung pasang senyum manis.
“Semoga sukses! “ teriak Seung Jo tanpa menoleh sambil memasuki kelasnya.
Ha Ni tertegun kaget dan tersenyum. 

“Dasar cowok ini! Apa maksudnya dengan bersikap dingin seperti itu?” gumam Ha Ni dan berjalan menuju kelasnya.
Ulangan berlangsung. Joon Gu merem melek ngeliatin soal ditangannya.

Jelas dia gak ngerti satupun.

Sebaliknya Ha Ni, dengan lancar bisa mengerjakan soal-soalnya.

Dan beberapa hari kemudian setelah masa ulangan lewat. Tabel peringkat dipajang di papan pengumuman. Wali kelas Ha Ni, Ibu Guru Song tampak semangat mengatur tata letak pemasangan pengumuman itu. Langsung banyak anak-anak yang mengerubuti pengen melihat hasil ulangan mereka. Ha Ni pun berlari menghampiri penasaran. Ha Ni menerobos kerumunan itu hingga sampai tepat didepan papan pengumuman.
Baek Seung Jo seperti biasa menempati peringkat teratas. Ha Ni tersenyum senang. (Yaiyalah seneng karena pangerannya pinter...he he) 

“Wow, dia dapat nilai sempurna lagi. Padahal, dia bahkan kurang tidur belakangan ini karena aku. Ah, leganya.” kata Ha Ni dalam hati.
Lalu pengumuman hasil nilai tertinggi untuk 50 siswa yang berhasil masuk kelas special dipajang. Seung Jo datang melihat.
Matanya menyapu nama-nama yang tertera dari atas sampai ke bawah. Setelah tahu hasilnya, dia berjalan menjauh. Tapi kemudian dia menoleh ke arah papan pengumuman lagi. Dia melihat Ha Ni berdiri didepan Tabel peringkat. Ha Ni lalu menoleh dan tersenyum ke Seung Jo. Dia langsung datang menghampiri Seung Jo.
“Kau dapat nilai sempurna lagi. Kau luar biasa! Selamat!” kata Ha Ni bangga dan senang.

 
Tapi Seung Jo seperti biasa menanggapinya cool. “Tentu saja. Karena aku belajar untuk pertama kalinya dalam hidupku. Bagaimana mungkin aku TIDAK dapat nilai sempurna?” kata Seung Jo sarkastis. Ha Ni langsung mencibir maklum. Tapi kemudian Seung Jo berkata lagi, “Selamat juga untukmu.”
“Hah?” tanya Ha Ni.
“Kau belum melihatnya?”
“Aku?” Ha Ni bingung. Kemudian dia menyadarinya dan berteriak tak percaya. “AKU?!” Ha Ni langsung berlari ke arah pengumuman peringkat 50 nilai tertinggi.

Disana nama Oh Ha Ni tertulis pada peringkat paling bawah, peringkat ke 50. Ha Ni mangap dan senang tak percaya dia berhasil masuk kelas special. Dia menoleh ke arah Seung Jo dengan bahagia. 

Ibu Guru Song juga tampak senang, untuk pertama kalinya murid dikelasnya masuk 50 besar. Dia berdiri didepan papan pengumuman dengan bangga. Saat melihat Ha Ni dia langsung teriak senang, tapi Ha Ni tak menyadarinya, Ha Ni lebih fokus melihat ke arah Seung Jo.
Ha Ni berlari menghampiri Seung Jo lagi. Kali ini dengan mata berkaca-kaca. Dia tampak sangat bahagia dan terharu.
“Kau sudah melihatnya? Aku berhasil.” kata Ha Ni sambil menunduk.
Seung Jo mengulurkan tangannya ke Ha Ni. Ha Ni langsung menyambutnya dengan kedua tangannya karena mengira Seung Jo mau memberi selamat.
“Terima kasih! Terima kasih banyak!! Ini semua berkat kau! Hampir semua soal yang keluar adalah seperti yang kau perkirakan!” kata Ha Ni sambil terus menggenggam tangan Seung Jo.

“Apa yang kau lakukan!” Seung Jo tiba-tiba menarik tangannya dengan kasar. Ha Ni bingung. “Mana barang itu?” kata Seung Jo lagi.
Ha Ni menyadari maksud Seung Jo dan mengeluarkan foto Seung Jo kecil dari sakunya. “Ini?”
Seung Jo langsung merebut foto itu. “Jangan membawanya lagi!” kata Seung Jo lalu berbalik pergi.
Ha Ni langsung teriak. “SEUNG JO! TERIMA KASIH!! TERIMA KASIH BANYAK!!!” teriak Ha Ni sambil meloncat-loncat dan melambai-lambai senang.

Seung Jo pun tersenyum sambil berjalan pergi.
“STOP!!” Ibu Guru Song tiba-tiba teriak  dengan berkacak pinggang.
Semua murid menoleh.
Seung Jo pun berhenti dan membalikan badan.
Ibu Guru Song datang berdiri disamping Ha Ni.
“Ya. Saya?” tanya Seung Jo bingung. Ha Ni pun sama bingungnya.
“Ya, kau Baek Seung Jo.” kata Bu Guru Song dengan suara digalak-galakin “Bagaimana kau bisa pergi seperti itu didepan banyak saksi?”
“Hah?” Seung Jo tambah bingung.

Bu Guru Song menoleh ke Ha Ni dan membelainya sambil berkata, “Kau sudah berjanji untuk menggendongnya dipunggung dan membawanya keliling sekolah, jika Ha Ni kami berhasil masuk kelas special!”
Murid-murid yang ada disitu langsung membenarkan.

Ha Ni kontan mangap kaget sekaligus panik. “Tidak, Bu Guru! Kami sudah sepakat untuk membatalkannya!”
“Kau bicara apa?!” balas Bu Guru Song, kemudian dia berbisik ke Ha Ni. “Keajaiban seperti ini tidak akan terjadi lagi.”
“Tapi....itu....” Ha Ni untuk sesaat gak bisa ngomong. Dia lalu melirik Seung Jo dan ketakutan. “Tidak, gak bisa!!”
Namun Bu Guru Song tak mendengarkan penolakan Ha Ni. “Saat kau bilang kau akan belajar keras, aku hanya mengabaikannya. Sebagai seorang guru, aku bahkan tak bisa membantumu. Aku sangat bangga padamu, Ha Ni!! Kau menyelamatkan harga diriku!!” Bu Guru lalu memeluk Ha Ni senang. Dan ketika teringat Seung Jo, dia melepaskan pelukannya lalu menoleh ke Seung Jo. “Dan kau….apa kau seorang pria? Kau tak bisa memegang janjimu?!”

“Tidak, guru! Tidak!” Ha Ni kembali berusaha menyelamatkan Seung Jo.
Dan lagi-lagi Bu Guru tak mendengarkan Ha Ni. Dengan pongah dia berkata ke Seung Jo, “Gendong dia(Ha Ni)!!!”
Seung Jo tak perduli dan berbalik pergi.
“GENDONG DIA!!!” teriak Bu Guru lagi. Tak mendapat respon dari Seung Jo, Bu Guru lalu menggalakkan semua murid yang ada disitu untuk sama-sama meneriaki Seung Jo agar mau menggendong Ha Ni.
Ha Ni kebingungan dan serba salah berdiri diantara teman-temannya dan Seung Jo. 

Seung Jo akhirnnya berhenti dan menoleh dengan kesal. Ha Ni ketakutan dan memberi kode pada Seung Jo agar mengabaikan mereka dan pergi saja. 

Tapi Seung Jo hanya diam memandangi Ha Ni dan teman-temannya yang terus beteriak. Ha ha ha.....walaupun kesal, mungkin harga diri Seung Jo sebagai pria terusik juga.

~Bersambung~

Gambar boneka di episode 2

Ost. One More Time - By. Kim Hyun Joong



Nonton streaming Playfull Kiss episode 2 ----> Dramacrazy

Note:
Ha ha ha....aku ini bener2 yah....niat gak niat bikin recaps. Udah serial jadul....tapi gakpapa, buat kesenangan diri sendiri aja. :)

Source: Beberapa gambar ada yang di ambil dari blog oppa-saranghe, hyunniespexers, kaedejun, kadorama, k-worldpassion.