Saturday, April 23, 2011

Secret Garden episode 4


Adegan dimulai saat Joo Won datang ke departemen store lebih cepat dari biasanya. Sekertaris Kim datang tergopoh-gopoh menyambutnya. Saat itu Joo Won melihat Ra Im yang lagi ngiter-ngiter di departemen store sambil celingak-celinguk. Ra Im kemudian melihat Joo Won. Akhirnya mereka terpaku ditempat masing-masing sambil liat-liatan.
Joo Won membawa Ra Im ke kantornya dilantai sembilan. Ra Im duduk disofa canggung, sementara Joo Won berdiri bersandar dimejanya sambil mengamati Ra Im.

“Jadi, walaupun kau tidak membeli apapun di dept.store-ku dan bahkan kau tidak mengikuti undian, kau menerima telpon yang mengatakan kalau kau memenangkan juara ketiga, dengan hadiah sebuah vacuum cleaner.” kata Joo Won memecah kesunyian. Rupanya Ra Im habis menceritakan kenapa dia ada disana.
“Aku tahu itu tidak masuk akal. Tapi…apa kau yang memilihku sebagai pemenang undian?” tanya Ra Im ragu-ragu.
Joo Won memberikan senyum khas-nya lalu berkata, “Kau pikir aku gak ada kerjaan? Memberimu sebuah vacuum cleaner, dan bahkan bukan perusahaan vacuum cleaner? Apa kau benar-benar datang kesini hanya untuk mendapatkan vacuum cleaner? Apakah tas yang lebih lusuh dari kantong plastik belum cukup untuk menghinaku? Ahh….aku benar-benar sudah gila.” cerocos Joo Won.
Ra Im hanya diam tak menjawab sambil sesekali membuang pandangan kesal mendengar kalimat-kalimat Joo Won yang menghina seperti biasanya.
“Dia hanya seorang wanita yang datang ke Dept. Store untuk mendapatkan sebuah vacuum cleaner…” oceh Joo Won berbicara pada dirinya sendiri.
Kali ini mata Ra Im mulai berkaca-kaca. “Apa….yang kau katakan barusan?” katanya pelan.
“Tidak mungkin kau tidak dengar apa yang aku katakan.” balas Joo Won.
“Aku mendengarnya, tapi…aku ragu apakah benar yang aku dengar…”
“Aaahh, aku benar-benar sudah gila!” seru Joo Won memotong kalimat Ra Im. “Dia hanya seorang wanita yang datang ke Dept. Store untuk mendapatkan sebuah vacuum cleaner. Kau sudah jelas mendengarnya sekarang?!”
“Apa kau selalu brengsek seperti ini?” tanya Ra Im kesal dengan sorot mata tajam.
Joo Won membuang mukanya dan berkata, “Tergantung standar situasinya.”
“Apa standar situasinya sekarang?” Ra Im menantang.

“Haruskah aku menjelaskan itu adalah situasi dimana seorang wanita, yang dengan beraninya membuatku tertarik, yang tidak hanya tak berpendidikan dan memiliki latar belakang keluarga yang buruk, tapi bahkan dengan semuanya itu, telah merusak harga diriku.”
“Apa?” Ra Im terbelalak kaget dan marah.

“Kau tahu berapa banyak mata yang mengawasiku dalam Dept. Store ini? Aku telah meminjamkanmu tempat ini untuk syuting film. Aku bahkan telah menyiapkan meja makan malam untuk pertama kalinya dalam hidupku karena kau. Tapi kau… Haruskah aku membiarkan karyawanku melihatmu berjalan keluar dari kantorku dengan membawa kotak hadiah undian?” Tampang Ra Im sudah kayak ‘megap-megap’ nahan marah, tapi Joo Won tetap meneruskan, “Tak bisakah kau memperlakukan aku sama seperti aku memperlakukanmu?”
“Aku…” Ra Im mencoba menjawab pertanyaan Joo Won dengan nafas memburu menahan marah. “…aku hanya…” Ra Im terpaku menatap Joo Won yang memandangnya menunggu jawaban. Akhirnya Ra Im hanya bisa menunduk sambil melepaskan nafasnya yang terkumpul didada dan tertawa.(ha ha…dia bingung bagaimana harus marah atau mendebat Joo Won)
“Kau tertawa?” tanya Joo Won bingung.
Ra Im lalu kembali memandang Joo Won. “Kau pikir aku hanya terlihat cantik saat aku sedang marah, tapi saat aku tertawa, aku bahkan lebih cantik. Benar bukan? Kata-kata yang kau ucapkan semuanya benar. Apapun alasannya, aku tidak seharusnya datang kesini. Aku tidak memikirkan reputasimu. Aku minta maaf. Jika kau malu karena aku, aku juga minta maaf untuk itu.” Ra Im lalu berdiri. “Aku akan pergi sekarang, tapi…aku harus mendapatkan vacuum cleanernya. Berikan itu padaku. Tadinya aku sempat ragu…haruskah aku menendangmu seperti biasanya, atau haruskah aku pergi dari sini dengan tampang terluka yang akan selalu teringat dalam hatimu untuk waktu yang lama? Tapi jika aku melakukan semua itu, aku tidak akan mendapatkan apa-apa untuk imbalannya. Jadi, aku ingin mendapatkan vacuum cleaner itu. Jika ini sesuatu yang dilakukan oleh seorang wanita yang tak berpendidikan dan dengan latar belakang keluarga yang buruk, ini tidak akan merusak apapun, kan?” sindir Ra Im.
Joo Won yang dari tadi terdiam tanpa komentar apa-apa mendengarkan kalimat-kalimat Ra Im, mulai tidak tahan. Dia berseru pelan, “Hentikan!”
Tapi Ra Im tak menghiraukannya, dia terus menumpahkan uneg-unegnya. “Jika kau semalu itu didepan karyawan-karyawanmu, bilang saja pada mereka kalau kau hanya main-main denganku sebentar, dan akan mendepakku.”
“Aku bilang hentikan!!” teriak Joo Won emosi. “Main-main denganmu sebentar dan mendepakmu? Aku tak bisa melakukan itu. Kau ingin aku menunjukan padamu kenapa aku tak bisa melakukan itu?” Joo Won lalu menarik tangan Ra Im keluar dari kantornya. “Ikut aku!” katanya.
Joo Won membawa Ra Im menyusuri pertokoan didalam Dept. Store. Ra Im terpaksa ngikut sambil protes menarik-narik tangannya minta dilepaskan.

“Lepaskan!! Kau mau bawa aku kemana? Lepaskan!!” seru Ra Im.
Tapi Joo Won diam saja dan terus menyeret Ra Im bersamanya. Mereka kemudian memasuki sebuah toko baju yang tampaknya mahal. Seluruh karyawan toko langsung membungkuk hormat dan siap melayani Joo Won.
Tapi Joo Won malah teriak, “Semua keluar!”

Dan seluruh karyawan toko langsung keluar buru-buru. Joo Won lalu menjambak baju-baju dari gantungan dengan acak dan melemparkannya ke lantai disekitar kaki Ra Im. Disusul lemparan sepatu, tas, ikat pinggang dan lainnya. Ra Im diam tak bergerak, antara panik, bingung dan marah.

“Pakai itu!” kata Joo Won menyudahi aksi ‘menjarah’nya.
“Apa yang kau lakukan?!” balas Ra Im marah.
“Kau bahkan sama sekali tidak mengerti apa yang sedang aku lakukan, bukan? Jadi apa yang kau katakan? Main-main denganmu? Apa kau berpikir kau bahkan berada pada level yang bisa kujadikan mainan? Kalau kau ingin kujadikan mainan, kau harus memakai barang-barang seperti ini! Aku bisa mempertimbangkan ras, agama dan seksualitas, tapi…aku tak bisa terima dengan tampang yang gembel.”
Ra Im kembali ‘megap-megap’ nahan marah.

“Apa yang salah dengan tampangmu? Terlihat gembel adalah hobbimu dan terlihat kumal adalah filosofimu? Kau pikir siapa aku? Seorang wanita yang tampak tidak tertarik pada barang-barang mahal, dimata pria sepertiku, wanita itu terlihat kurang dan menyedihkan.” kata Joo Won dengan teganya.(aku pengen banget nendang nih cowok gantiin Ra Im)
Ra Im tak tahan lagi dan beranjak pergi meninggalkan tempat itu, tapi Joo Won dengan sigapnya menarik tangan Ra Im.
“Kau mau kemana? Kau bilang kau ingin main-main.” kata Joo Won tanpa melepaskan tangan Ra Im dan tangan satunya memungut sebuah pakaian dari lantai. “Pakai ini. Kita lihat, apa akan tampak bagus.” dan Joo Won kembali menyeret Ra Im.
“Lepaskan! Kau tak mau melepaskan?!” Ra Im mengancam sambil terpaksa mengikuti langkah Joo Won.
Joo Won membawa Ra Im kesebuah kamar pas dan menghempaskannya ke dinding. Joo Won juga ikut masuk kekamar pas dan berdiri depan-depanan dengan Ra Im diruangan sempit itu. 

Mereka akhirnya liat-liatan dalam posisi yang cukup dekat dengan pandangan penuh emosi.(cukup lama loh, 10 detik..hi hi) Ra Im akhirnya nunduk kalah.
“Pakai ini.” kata Joo Won dengan suara pelan, sambil mengangkat baju yang dia pegang.
Ra Im menatap Joo Won dengan mata berkaca dan gak percaya karena cowok ini masih tetap maksa.
“Haruskah aku memakaikannya?” tanya Joo Won.
Karena Ra Im gak gerak, Joo Won segera bertindak mulai membuka kancing kemeja Ra Im. 

Ra Im kontan menahan tangan Joo Won.(ha ha ha)

“Kalau aku memakainya, lalu apa? Kalau aku memakai ini, apa yang akan kau lakukan dengan seseorang yang katamu tidak berada pada level yang bisa kau jadikan mainan?” kata Ra Im membalikan kata-kata Joo Won tadi.
Joo Won menarik tangannya dari pegangan Ra Im dan berkata, “Aku tidak akan melakukan apapun denganmu. Sama sekali tak ada. Aku hanya ingin membuat kau sadar, agar bisa kau jadikan perbandingan, betapa berbedanya jarak antara kau denganku.” kata Joo Won tajam. Tapi sedetik kemudian dia tampak panik menyadari tempatnya berada, jantungnya berdebar kencang. Bukan karena berada begitu dekat dengan Ra Im, tapi penyakit claustrophobia-nya kambuh. Joo Won memejamkan matanya sebentar dan meneruskan kalimatnya. “Aku bisa membayangkan dari kelas sosial seperti apa kau ini…” Joo Won sepertinya agak sulit bernafas, tapi dia bertahan.
 “Apa?” Ra Im tak mengerti.
“Tapi, aku tak sepenuhnya bisa mengerti dirimu. Jadi aku mencoba untuk belajar. Dan kau harus memberi aku waktu.”
“Waktu? Waktu apa? Waktu untuk mempelajari tentang kemelaratan?” kata Ra Im sinis.
“Apa usahaku terlihat lucu bagimu? Setidaknya aku mencoba. Apa yang sudah kau lakukan? Bukannya datang membeli sebuah vacuum cleaner….apa? Kau malah datang karena memenangkan undiannya. Kau tahu apa yang membuatku sangat kesal? Meskipun aku sudah memperingatkanmu sebelumnya, siapa aku, dan apa pekerjaanku….kau bahkan tidak memikirkannya walau hanya lima menit.” Joo Won emosi. Mereka kemudian pandang-pandangan lagi, tapi Joo Won akhirnya tidak tahan lagi berada dalam ruangan sempit itu, dia mendorong Ra Im kesamping dan menghambur keluar.

Ra Im hanya bisa bersandar di dinding dan melihat Joo Won keluar dengan nafas tersengal. Joo Won lari keluar toko dan berpegangan dipagar besi sambil membungkuk, nampaknya dia tersiksa banget sampai berkeringat. 
Lama dia berdiri disana untuk mengembalikan kondisi tubuh dan pernapasannya. 

Sementara Ra Im terlihat meninggalkan Dept. Store dengan tampang kosong.

Disekolah aksi, Jung Hwan sedang memperagakan adegan aksi sambil gelantungan dikabel. Dia melakukannya dengan sangat baik dan dihadiahi tepukan oleh anak-anak baru yang menyaksikannya. Sutradara Im Jong Soo kemudian memberikan penjelasan.
“Dalam aksi menggunakan kabel, kerjasama antara yang menarik kabel dan yang ditarik itu penting. Dalam hal ini dengan tiga orang penarik kabel…” Jong Soo menghentikan kalimatnya sebentar saat melihat Ra Im masuk, kemudian dia meneruskan. “Orang yang digantung dengan tali harus percaya pada tiga orang itu dan memanfaatkan tenaga mereka.”
Ra Im datang mendekati mereka dengan tampang linglung.
“Aku telat. Aku minta maaf.” kata Ra Im sambil membungkukkan badannya didepan Jong Soo.
“Kenapa kau terlihat sekarat?” tanya Jong Soo dengan tangan terlipat didada.
“Aku tidak sekarat.” bantah Ra Im.
“Kau jadi pintar berbohong belakangan ini.”
“Ini beneran.” Ra Im mencoba terlihat ceria. “Aku belum makan siang, jadi ini karena aku sedang lapar.” ngelesnya.
“Kau bahkan jadi pintar berakting juga.” sindir Jong Soo sambil ngeliatin Ra Im tajam.
Ra Im terdiam sejenak, kemudian berkata, “Terima kasih atas pujiannya.” dia kembali membungkuk pada Jong Soo dan menghadap ke barisan anak-anak baru. 

“Semuanya! Perhatikan baik-baik dan belajar dengan hati-hati!” kemudian dia kembali menghadap Jong Soo. “Aku akan latihan sendiri selama dua jam.”
Ra Im lalu meninggalkan tempat itu diikuti pandangan Jong Soo yang prihatin.
Hari itu Ra Im latihan adegan loncat jatuh ke atas kaca depan mobil. Dia melakukannya berkali-kali tanpa kenal lelah. Ini dalam upayanya agar tidak memikirkan peristiwa di Dept. Store tadi. Tapi kayaknya tetep aja gak ngefek, karena ujung-ujungnya dia terbaring bengong dimatras. 

Jung Hwan lalu datang melihatnya latihan.
“Woow, kau banyak kemajuan.” kata Jung Hwan.
Ra Im buru-buru bangkit berdiri. “Aku bahkan bisa melakukannya dengan mata tertutup sekarang. Kalau aku pergi ke lokasi syuting besok, kau mungkin bisa pensiun.” canda Ra Im.
“Memang kenapa? Tak ada peran wanita untuk stunt mobil. Kenapa kau harus susah-susah latihan?” ledek Jung Hwan.
“Aku hanya menantang diriku sendiri!”
“Terserah, lakukanlah semaumu. Tidak memerlukan biaya ini. Ahh…tapi pria itu, dia tidak kesini lagi?” Jung Hwan menanyakan Joo Won, raut wajah Ra Im langsung berubah muram. “Pria yang bilang ‘aku menghasilkan banyak uang’ dan memang sebenarnya dia punya banyak uang. Dia tidak datang kesini lagi?”

“Bagaimana aku tahu?” Ra Im malas menjawabnya.
“Hey, Gil Ra Im kau adalah Jeon Do Yeon dan Kim Tae Hee-nya. Kau harus tahu.”
Ra Im jadi kesal. “Hati-hati mulutmu!” omelnya.
“Apa?” Jung Hwan kaget dengan jawaban Ra Im.
“Aku hampir bilang padamu, senior. Seperti seorang gadis gila.” tandas Ra Im dan pergi.
Jung Hwan cukup shock.(ha ha)

Joo Won mengendarai mobil sport putihnya ditengah jalan, atapnya seperti biasa terbuka. Dia tiba dijalan yang harus melewati terowongan. Dia tampak panik tapi tetap mengendarai memasuki terowongan itu. Terowongan itu sangat panjang, dan Joo Won mulai kesulitan bernafas. Keringat membasahi pelipisnya.

Dia bertahan mati-matian sampai akhirnya berhasil melewati terowongan itu dengan leganya. Dia menghentikan mobilnya dan menelpon Ji Hyun dengan nafas ngos-ngosan.

Malamnya, Ji Hyun datang kerumah Joo Won dan memeriksa.
“Akhir-akhir ini kau sering kambuh. Kau punya masalah yang menyusahkanmu? Aku bertanya bukan sebagai teman, tapi sebagai doktermu. Tidak membuatmu nyaman, tapi aku harus melakukannya.”
“Karena Choi Woo Young. Dia selalu buat masalah.” (Joo Won bo’ong he he)

“Kau selalu menyalahkannya. Aku perlu tahu keadaanmu dengan pasti...”
“Aku ngantuk.” elak Joo Won pura-pura untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan Ji Hyun.

Ji Hyun tahu Joo Won menghindar. “Jangan pergi kerja dulu untuk sementara. Aku tidak ingin menambah dosis obatmu.”
“Hey…” Joo Won akhirnya mau bicara juga. “Jangan salah sangka…aku hanya merasa aneh saat aku membaca sebuah buku. Apa gejala sakit cinta itu?” Joo Won mulai curhat, dan Ji Hyun cengo’ ha ha.
Entahlah bagaimana penjelasan Ji Hyun mengenai gejala Lovesickness, setelahnya Joo Won malah jongkok dihalaman rumahnya nyabut-nyabutin kelopak bunga sambil gumam.

“Dia mengutukku....dia tidak mengutukku...dia mengutukku...dia tidak mengutukku....” begitu seterusnya hingga kelopak bunga tinggal satu, yang berakhir pada… “dia mengutukku.” Joo Won kesal dan melempar bunga yang sudah tak berkelopak itu. “Apa? Kenapa dia melakukan sesuatu yang salah. Dia benar-benar gadis yang aneh.” Joo Won pusing dengan pikirannya dan masuk kedalam rumah.
Sepeninggalnya, terlihat  banyak sinar kuning berpendar-pendar diatas hamburan kelopak bunga yang dicabut-cabutin Joo Won. 
Bunga yang sudah tak berkelopak tadi di-zoom, dan tiba-tiba tumbuh satu kelopak. 

Yah, itu berarti hasil tebak-tebakan Joo Won tadi hasilnya adalaaahhh….(he he)


* * *

Di Jeju Island, Oska dan asistennya sudah berada disana. Mereka kesana untuk mencari Han Tae Ssun. Berdasarkan foto-foto di Twitter, mereka berhasil melacak dimana Han Tae Ssun berada.

Di Dept. Store, Sekertaris Kim mengantarkan kotak vacuum cleaner ketempat Ah Young bertugas.
“Kenapa kau membawa ini padaku? Apa temanku tidak datang mengambilnya?” tanya Ah Young.
“Kemarin dia datang kesini, tapi meninggalkannya setelah dia bertengkar dengan CEO.” kata Sekertaris Kim lemas.
“Bertengkar? Apa yang terjadi? Jadi isu tentang CEO membuat kehebohan itu benar?”
“Ssshhtt!” Sekertaris Kim memperingatkan Ah Young sambil liat kiri-kanan. “Apa kau tidak tahu semua orang tutup mulut?”
“Lalu, mengenai temanku yang memenangkan undian…apa benar CEO yang memilihnya sebagai pemenang?” selidik Ah Young masih penasaran.
“Apa yang kau bicarakan? Bagian PR yang memilihnya! Kalau kami melakukan itu, CEO akan muncul disiaran berita TV.”
“Benarkah? Kau yakin?” Ah Young membelalakan matanya tak percaya.
Sekertaris Kim emosi. “Jangan memandangku dengan mata membulat seperti itu. Karena kau jadi terlihat sangat cute.”(ha ha)
“Aku harus bagaimana kalau aku memang terlihat cute. Aku tidak melakukannya dengan sengaja.” jawab Ah Young dengan gaya polos ha ha.
“Ahhh…” Sekertaris Kim terlihat prihatin. “Jadi kau punya semacam penderitaan.”(ha ha jadi tambah ngaco..)
“Aku hanya harus mengantarkan ini? Apa CEO ada pesan sesuatu yang harus aku katakan pada temanku?”
“Oh, apa yang dia bilang?” Sekertaris Kim berusaha mengingat, tapi tiba-tiba ponselnya bunyi. “Hallo….Menteri Yoon?”


Tak berapa lama kemudian di kediaman Joo Won.
“Hadiah?” tanya Joo Won dengan tampang kusut baru bangun.
“Ya.” jawab Sekertaris Kim. “Untuk hubungan istimewa antara anda dan putrinya Nona Yoon Seul...”
“Istimewa apanya...??” oceh Joo Won, sambil nungguin susu dituangin sekretarisnya. “Bagaimana kau begitu saja menerima sesuatu seperti itu?”
“Itu adalah hadiah yang sulit ditolak.” jawab Sekertaris Kim pelan.
“Emang apaan hadiahnya?” tanya Joo Won penasaran.
Joo Won keluar rumah dan bengong ngeliatin hadiahnya. 
Hadiahnya adalah beberapa ekor rusa yang sekarang berkeliaran dihalaman rumahnya. Sekertaris Kim berdiri disampingnya bersama seorang asisten menteri yang mengirimkan hadiah.
“Apa ini hadiah berlebihan yang ramah lingkungan?” tanya Joo Won bingung.
“Ini karena Menteri Yoon pernah menjadi Menteri Pangan, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.” jelas Sekertaris Kim.
“Kenapa dia mengirimkan ini? Apa aku harus menangkap dan memakan mereka?”

“Ya Tuhan!” seru Sekertaris Kim ngeri.(ha ha)
Joo Won malah menoleh dan berkata, “Apa kau pikir itu ide yang baik?”
Sekertaris Kim tambah ngeri. “Kau mengatakan sesuatu yang menakutkan pada mahluk-mahluk yang terlihat menyedihkan karena leher mereka yang panjang.” ujar Sekertaris Kim sambil memandang rusa-rusa itu.
“Mantan Menteri Pangan, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan mengirimkan ini... Jika ini bukan Pertanian atau Kehutanan, aku benar, ini pasti makanan! Makanan yang sehat!” Joo Won membuat kesimpulan seenaknya...ha ha...
Asisten menteri kemudian bicara. “Pak menteri memintaku menyampaikan bahwa dia tidak ragu dengan rusa-rusa itu, mereka merupakan simbol dari kebangsawanan dan aristokrasi. Jadi ini adalah hadiah yang cocok untuk anda.”
“Dia seharusnya meragukannya. Kirim mereka kembali!” kata Joo Won sambil menoleh pada sekertarisnya.
Ponsel Joo Won berbunyi dan Joo Won menjawabnya. Sementara Sekertaris Kim berbisik ingin bicara karena tidak enak pada asisten menteri yang masih ada disitu.
“Aku akan ke Pyung Chang-dong! Siapkan mobil.” kata Joo Won setelah menelpon.(Pyung Chang-dong itu adalah daerah perumahan elite di Seoul. Ibu dan kakek Joo Won tinggalnya disana.)
“Boss saya adalah anak laki-laki yang berbakti, sebulan sekali dia pasti kesana.” jelas Sekertaris Kim pada asisten menteri.
“Aku bukan anak yang berbakti!” sanggah Joo Won. “Kakekku selalu merubah surat wasiatnya setelah reuni keluarga, itu dilakukan tiap bulan.” kata Joo Won lagi lalu pergi begitu saja.

Di acara reuni jamuan makan keluarga Joo Won. Ada kakek Joo Won, nenek tiri Joo Won(isteri ke empat kakek Joo Won), ibu Joo Won, Joo Won dan Hee Won. Disana juga terlihat ada GM Park, yang ternyata adalah adik nenek tiri Joo Won. 
Suasananya agak aneh. Ibu Joo Won terus mengamati Joo Won, kakeknya juga. Sementara Joo Won malah lirik-lirikan tajam dengan GM Park yang asik makan. Setelah itu Nenek tiri Joo Won melirik adiknya, dan ibu Joo Won melirik Nenek tiri Joo Won.(ih, jadi ribet deh)
Kakek Joo Won lalu tiba-tiba bertindak mesra pengen nyuapin isteri keempatnya itu. Isterinya menolak. Mereka langsung jadi pusat perhatian. Apalagi ibu Joo Won, sama sekali sebal melihat kegenitan ayahnya. Ibu Oska datang dan memecah situasi tak enak itu.
“Ayah, aku datang!” seru ibu Oska ceria dan langsung mengambil tempat disebelah ayahnya. “Aaahh, jalanan macet parah! Aku tidak mau appetizer, langsung hidangan utama saja.” katanya pada pelayan. “Apa yang sedang kalian bicarakan?” tanyanya pada orang-orang yang mengitari meja.
Ibu Joo Won langsung nyolot menjawab. “Apa disini ada orang yang cerewet seperti kau?”
“Apakah mungkin melakukan operasi pelastik dengan kepribadian sepertimu?” Ibu Oska balas nyindir. “Woo Young-ku tidak ada disini, jadi terasa sepi! Kenapa bintang Hallyu-ku pergi ke Pulau Jeju?” kali ini dia bertanya pada Joo Won.
“Bukan ke Pulau Jeju, tapi ke Thailand! Dia pergi untuk syuting Music Video.” jawab Joo Won.
Thailand? Tidak…” Ibu Oska mengeluarkan botol pelembab dan menyemprotkannya ke wajahnya. “Aku baru saja bicara dengannya di telepon. Dia bilang, dia sedang di Pulau Jeju.”
“Dia selalu seperti itu. Dia sendiri bahkan tidak tahu dia sedang berada dimana.” timpal Ibu Joo Won.
“Ibu!” seru Hee Won melerai mereka. Sementara Joo Won malah nyengir dan geleng-geleng sambil minum.
“Kau seharusnya mengoreksi kelakuanmu. Setiap kali kau membuka mulut, kau selalu membicarakan yang buruk tentangnya(Oska). Dia diperlakukan sebagai tamu nasional saat dia ke luar negeri.” omel Ibu Oska ke Ibu Joo Won. Kemudian dia menoleh ke ayahnya. “Ayah, sejak kau menikah, kau tampak lebih muda.” pujinya dimanis-manisin, lalu bicara pada isteri ayahnya, “Nyonya Park, kau pasti adalah anti penuaan ayahku.”
Nyonya Park?!” seru kakek Joo Won tiba-tiba. “Apa dia seperti wanita-wanita yang kau temui di sauna?! Atau kau tidak tahu kalimat ‘Ibu’?!” kakek Joo Won marah.
“Kita lakukan ini bertahap.(pelan-pelan manggil ‘Ibu’ maksudnya)” kata Ibu Joo Won pada ayahnya. “Biar kami membiasakan diri dulu dengannya. Semakin kau seperti ini, akan semakin sulit untuk Nyonya Park.”
Nyonya Park(nenek tiri Joo Won) melirik ibu Joo Won tajam.
Kakek Joo Won langsung celingukan. “Kenapa pengacara Park belum datang?! Cepat telpon dia!!”
“Akan saya cek.” kata GM Park. (jadi bingung, semuanya pada punya nama Park)
“Aku selalu berterima kasih padamu, Adik Ipar.” kata kakek Joo Won pada GM Park. “Tolong bantu Joo Won(di Dept.Store).”
“Jangan khawatir. Jika demi anda, saya akan mempertaruhkan hidup saya.” kata GM Park sengaja cari muka, sambil melirik Joo Won.
“Tentu saja. Aku tidak masalah jika menyerahkan masalah Joo Won padamu.”
Joo Won langsung menoleh ke kakeknya.
“CEO orang yang sangat bersemangat. Sebenarnya saya belajar banyak darinya. Walaupun ada sedikit masalah karena dia datang ke Dept. Store hanya dua kali dalam seminggu.” lapor GM Park
“Aku sudah mendengar itu juga.” timpal Ibu Oska.

Wajah Joo Won mengeras memandang GM Park. Semua jadi memandang ke arah Joo Won, termasuk ibunya.
“Aku dengar GM Park yang menandatangani kontrak dan bukan kau?” Ibu Oska bertanya pada Joo Won memperkeruh suasana.
“Apa yang dia(Ibu Oska) bicarakan? Dia(GM Park) menandatangani untukmu?” desis Ibu Joo Won emosi pada anaknya.
“Ya.” Joo Won mengiyakan. “Dia cukup pintar dalam meng-copy tanda tanganku.” kata Joo Won sambil melirik GM Park.
“Haa?? Kim Joo Won!” seru ibu Joo Won mendengar penuturan anaknya.
“Itu bukan masalah besar!” kata ibu Oska lagi. “Tapi apa kau tahu apa yang para staff-mu katakan tentangmu?”
Joo Won menoleh dan tersenyum kecut. “Tentu saja aku tahu, kenapa tidak? Tidak ada yang aku tidak tahu. Mereka sangat membenciku.” cerita Joo Won. Semua jadi diam mendengarkannya. “Aku hanya makan dan bermain-main, aku kasar, dan aku suka teriak-teriak. Aku juga akan membenci diriku.” Joo Won tertawa kecil. “Di Dept.Store kita, CEO itu berarti…singkatan dari: C-Crap(brengsek), E-Ee namja(orang/lelaki ini), O-Owner(pemiliknya). Jadi, ‘Orang/lelaki brengsek ini adalah pemiliknya’. Aku juga sudah mendengar ini. Jika ada staff yang mengatakan ini didepanku, aku akan mempromosikannya. Dengan begitu, aku pasti akan terlihat keren, bukan?” Joo Won tertawa kecil lagi, Hee Won menarik nafas melihat kelakuan kakaknya. Yah, mungkin menurut Joo Won sudah kepalang basah(dilaporin GM Park) jadi sekalian aja nyebur(sekalian aja dibuka semua didepan kakeknya). Dan Joo Won masih menambahkan, “Hal seperti ini biasanya hanya dilakukan oleh orang-orang Amerika, menurutku ini jarang terjadi di Korea.”
Kakeknya marah dan membanting sendok dipiringnya. “Apa kau punya perhatian pada perusahaan?! Atau kau hanya mau terus makan dan main-main?!” teriak kakeknya.
GM Park tersenyum senang lihat Joo Won dimarahin.
“Dept. Store tidak akan jatuh hanya dengan aku main-main. Kan ada GM Park yang handal dan bisa dipercaya.” jawab Joo Won.
“Lalu, kenapa kau tidak menyerahkan saja semua pada GM Park?!”
“Ayah!” seru ibu Joo Won. “Setelah Joo Won memegang Dept. Store, penjualan naik.” dia membela anaknya.
“Penjualan akan terus naik, tak perduli siapa yang memegangnya.” kata Kakek Joo Won. Lalu dia berkata pada GM Park, “Jangan percaya pada anak itu dan anggap saja itu perusahaanmu dan bekerja keraslah, Adik Ipar.”
GM Park tersenyum dan menjawab. “Jangan khawatir, Tuan.”
Ibu Joo Won shock. Joo Won dan GM Park kembali liat-liatan tajam.
Joo Won dan GM Park lalu keluar berbicara diluar.
“GM Park, apa sebenarnya yang kau lakukan diruang makan tadi?! Nanti, jika kau punya komplain atau masalah pekerjaan, bawa kekantor!” omel Joo Won.
“Mulai hari ini, aku ingin kau merubah panggilanmu padaku, dari GM Park menjadi Wae-jongjobu(paman kakek). Tentu saja aku mengerti posisimu. Satu dari staff-mu menjadi Paman Kakek-mu dalam semalam, tentu saja kau tidak menyukainya.” kata GM Park.
“GM Park...” Joo Won memperingatkan.
Tapi GM Park terus nyerocos, “Karena mereka berdua terlihat bahagia seperti itu, tidakkah kau berpikir menjaga kelakuanmu sebagai cucu mereka?”
“Apa yang sedang coba kau lakukan?”
“Walaupun kau membenciku, apa salah kakakku? Daripada wanita stuntwoman yang kau kencani di Dept. Store, kakakku lebih terpelajar dan lebih baik! Rumor begitu cepat menyebar. Ini berarti, aku lebih baik mendapatkan informasi daripada kau?”
Wajah Joo Won udah murka banget, dia memandang GM Park dengan dongkol. Tapi GM Park membalasnya dengan pandangan kemenangan dan puas.

GM Park tertawa bahagia dalam mobilnya saat perjalanan pulang. Asistennya, Manajer Choi menyetir didepan.
“Manajer Choi, kau seharusnya melihat wajahnya tadi. Kau tahu ketika aku menghancurkan seseorang, aku melakukannya dengan gaya yang baik.” kata GM Park bangga.
“Tapi GM, tadi saya tak sengaja mendengar pembicaraan kalian. Saya rasa anda telah melupakan satu ‘Wae’” kata Manajer Choi.
“Apa maksudmu?”
“Wae-jongjobu itu adalah saudara laki-laki dari kakek. Tapi kalau saudara laki-laki dari nenek adalah Waewae-jongjobu.”
“Apa? Kau yakin? Apa itu jauh beda?” GM Park jadi panik. (Ha ha kocak liat mukanya)
“Ya.” jawab Manajer Choi pasti.
“Jadi beda ya….” GM Park terdiam menyadari ke-bego-annya ha ha.

Di Jeju Island. Oska dan asistennya mendatangi  tempat yang ada dalam foto Han Tae Ssun. Tempat itu adalah seperti dermaga. Mereka menemukan Han Tae Ssun sedang kerja melempar-lemparkan kotak kayu ke sebuah kapal. Oska dengan gemas mendatanginya.
“Hey, Han Tae Ssun!” panggil Oska. Ketika Tae Ssun menoleh, Oska mengangkat koran yang ada gambar dirinya diperlihatkan ke Tae Ssun. Judul headline koran itu adalah ‘Siapa pacar Oska? Model Miss K?’ “Sekarang kau tahu siapa aku, kan?”

Tae Ssun membaca yang tertulis dikoran itu dan bertanya, “Siapa Miss K?”
“Kau benar! Orang yang tidak kau kenal adalah Miss K, bukan Oska ini! Jadi bagaimana kau bisa bilang kau tidak kenal aku? Kenapa kau bohong?” Oska mau maju tapi malah keinjak kotak-kotak kayu yang ada didepan Tae Ssun, Oska terpaksa mundur lagi.
“Kau datang sejauh ini hanya mau ketemu aku?”
“Benar! Menemukanmu untuk dipukuli sampai mati! Kenapa kau menutup telpon seperti itu? Kau sangat kasar!” omel Oska.
“Kau tidak lihat aku sedang kerja sekarang? Aku sibuk! Jadi pergi sana!”
Oska hanya tertawa mendengar gertakan Tae Ssun. “Ha ha ha....gunakan akal sehatmu dan pikirkan siapa yang lebih sibuk sekarang? Aku seorang bintang Hallyu!”
Tae Ssun nyengir dan berkata, “Dengar Tuan bintang Hallyu…album ke-7 yang akan dirilis, bukankah itu penting buatmu? Kau sedang berada dalam keadaan yang disebut membenahi diri. Kenapa kau malah ada disini membuang-buang waktumu?”
“Ha ha ha….lihat anak ini! Walaupun kau tidak kenal aku, tapi kau tahu banyak tentang aku. Katakan dengan jujur, kau penggemarku bukan?”
Tae Ssun membuang muka. “Gila.” desisnya.
“Okay! Berapa yang kau minta? Berapa aku harus membayarmu, supaya kau mau menandatangani kontrak denganku? Kau ingin cek kosong?”
Ponsel asisten Oska bunyi, caller ID-nya nama Manajer Oska. Asisten Oska langsung kelihatan stress.
“Aku tidak tertarik. Kalaupun aku mau, aku tidak akan melakukannya denganmu. Menurutku, musikmu jelek.” kata Han Tae Ssun terus terang.
“Heyyy!!!” teriak Oska marah, lalu langsung diam liat kiri-kanan.(ha ha) “Apanya yang jelek? Suara, melody, session, atau suaraku saat tampil live?”
“Musikmu meniru musik Amerika dengan hanya merubah sedikit. Melody-nya terlalu komersil, dan session? Kau hanya mengeditnya dikomputer, apa itu bisa disebut session? Dan, saat kau nyanyi live, itu bohongan, kan? Kau sudah merekamnya distudio dan hanya berakting nyanyi secara live. Bukan begitu?” Tae Ssun memberikan pendapatnya.
“Tidak!” bantah Oska.
“Ya, itu benar. Kenapa kau tidak mau jujur, padahal kau sudah capek-capek datang kesini?” Tae Ssun kesal ninggalin Oska dan kembali kerja.
“Dia pikir dia siapa?” omel Oska sambil melepas kacamata hitamnya. “Kenapa tak ada satupun yang dia tidak tahu? Hey!!!” Oska teriak ke Tae Ssun. “Apa kau anggota club antifans-ku?!” Setelah teriak Oska melirik ke asistennya, asistennya malah berpaling pura-pura gak liat. “Apa?” tanya Oska.

Sementara di Seoul, manajer Oska, Choi Dong Kyu marah-marah ditelpon. Rupanya dia sedang bicara dengan asisten Oska.
“Kenapa kau tidak angkat telponmu? Aku dengar angin topan melanda Thailand, bagaimana keadaan syuting disana? Apa? Dimana? Kau bilang dia tidak berada di Thailand, tapi di Pulau Jeju selama ini?!! Idiot!! Apa kalian sudah gila?!.....Sutradara Lee menelponku, tahan dulu telponnya.” Manajer Oska menerima telpon Sutradara Lee. “Sutradara Lee! Aku baru saja mau menelponmu. Oska tidak berada disana, kan? Ya, dia sedang ada urusan yang sangat darurat. Apa? Apa yang kau bicarakan?”
Ditempat lain, tampak seseorang yang bernama Sutradara Lee menyudahi pembicaraannya ditelpon. Dia sedang duduk disebuah cafe dengan seorang gadis cantik, Yoon Seul.
“Terima kasih telah membereskannya.” kata Yoon Seul dengan sumringah.
“Saya tidak rugi apa-apa kok.” kata Sutradara Lee lalu menyerahkan ketas kecil berisi catatan no rekeningnya pada Seul.
Seul menerima catatan itu dan berkata, “Aku akan mentransfernya hari ini juga.” Tiba-tiba ponselnya bunyi, bisa ditebak siapa yang telpon, karena Seul langsung berkata pada Sutradara Lee, “Terima kasih, semuanya berjalan baik!” Dia lalu menjawab telponnya. “Oh! Manajer! Apa yang membuatmu menelponku?”
Tak berapa lama kemudian, Seul sudah berada distudio dengan Manajer Oska.
“Sutradara yang susah payah kubujuk, tiba-tiba berhenti tanpa alasan.” cerita Manajer Oska.
“Benarkah?” Seul pura-pura kaget. “Kau pasti kecewa.”
“Choi Woo Young, si brengsek ini malah pergi ke Pulau Jeju. Aku baru tahu kemarin.”
“Pulau Jeju?!” seru Seul. “Kenapa dia ke Pulau Jeju?”
“Aku tidak tahu. Dia bilang ingin melatih seorang pemula, tapi anak itu mengerjainya. Jadi dia ingin mendapatkan anak itu, dia pergi mengejarnya. Jika dia sudah ngotot pada sesuatu, dia tidak akan perduli yang lainnya.”
“Anak orang kaya memang cenderung bertingkah seperti itu. Mereka tidak lapar dengan kesuksesan.”
“Kau tidak cocok mengatakan itu.(karena Seul juga anak orang kaya, maksudnya)” Manajer Oska bicara sambil nyengir.
“Karena itulah kau butuh sutradara seperti aku!” kata Seul sambil senyum. “Karena aku tahu bagaimana anak-anak orang kaya lebih dari yang lain!”
“Ngomong-ngomong, kalau kita akan merilis sebuah klip audio dan music video teaser sebelum pertunjukan, kita sudah harus memulai syuting minggu depan.”

“Cukup sulit. Tapi aku akan melakukannya. Dan lagi, sesuatu yang kau khawatirkan tak akan terjadi, jadi kau santai saja. Orang tuaku berkata padaku, bahwa aku harus siap-siap menjadi seorang isteri dan kemudian menikah. Tapi syukurlah, disamping aku lulus dari Universitas yang baik, aku juga cantik tanpa sentuhan operasi plastik. Jadi sebelum aku tinggal dengan calon suami konglomerat-ku, aku akan mulai melakukan ini, jadi aku bisa main-main dengan boneka dan bintang-bintang. Tapi karena sekarang aku tidak muda lagi untuk main boneka, jadi aku harus mendapatkan seorang suami konglomerat untuk menikah.(dengan kata lain, Seul memastikan dia gak akan main api lagi dengan Oska, kali ini beneran kerja.)” Seul menyudahi pertemuannya dengan Manajer Oska.
Selanjutnya, Seul menemui Sutradara aksi Im Jong Soo di sekolah aksi.
“Saya Yoon Seul, yang menelpon tadi.” Seul memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.
“Saya Im Jong Soo.” balas Jong Soo menyalami Seul dan mempersilahkan duduk.
“Saya sangat terkesan dengan karir anda. Anda juga punya pengalaman di Hollywood.” kata Seul sambil duduk disofa kantor Jong Soo.
“Saya hanya beruntung.” jawab Jong Soo merendah.
Ekspresi Seul berubah, dan tiba-tiba dia ngomong pake bahasa inggris. “I’m very disappointed that. It was just lucky. I like everything fabulous, the action and director’s profile.” aksennya aneh banget ha ha. (tapi diwawancaranya Kim Sa Rang bilang, kalau dia memang disuruh bicara dengan aksen seperti itu)

“Then I’m afraid you found the wrong person. My action style is more polished than flashy.” Jong Soo lalu membalas Yoon Seul dengan inggris pula, dan dengan aksen yang keren...hi hi
Yoon Seul terperangah dan kemudian tertawa sambil tepuk tangan. “Aha ha ha…good job! Kalau begitu, kita langsung saja. Kita tidak punya banyak waktu, tapi tetap ingin menyertakan banyak adegan aksi, jadi saya membutuhkan bantuan anda. Dengan kata lain, proyek ini akan memperlihatkan kemampuan kalian sebenarnya.”
“Menarik! Siapa bintangnya?”
“Oska! Kau mengenalnya, bukan?” jawab Seul dengan senyum.
Jong Soo tak menjawab, hanya menarik nafas.

Ra Im saat itu berada di pelataran atap rumahnya, sedang latihan lompat tali. Tubuhnya berkeringat dan bergerak cepat, tapi pikirannya tak ada disana. Pikirannya melayang pada kejadian di Dept. Store kemarin.
Sepeninggal Joo Won, Ra Im keluar dari kamar pas menenteng gaun yang dibawa Joo Won. Sesampainya diluar, dia melewati kaca gede dan memandang penampilannya disana. 
Dia lalu mematut diri dengan gaun yang dipegangnya. Ra Im lama memandangi dirinya dikaca.
Kembali ke keadaan semula diatas pelataran rumahnya, Ra Im berhenti meloncat dan membungkuk dengan nafas ngos-ngosan.


Ditempat lain, dikediaman Joo Won. Joo Won berdiri diperpustakaannya dengan beberapa orang, termasuk Sekertaris Kim. Seorang wanita sedang menjelaskan beberapa lukisan yang saat itu dibawa kerumah Joo Won. Tapi tampang Joo Won malah terlihat bengong seperti memikirkan sesuatu. 
Sama seperti Ra Im, dia juga teringat kejadian di Dept. Store, tepatnya kejadian dikamar pas...he he... Karena begitu mengganggu pikirannya, Joo Won sampai memejamkan mata erat. Saat Sekertaris Kim bertanya komentar tentang lukisan yang baru dijelaskan, Joo Won hanya menjawab ‘lanjut’ tanpa melihat lukisan itu.


Ra Im kembali ingin memulai latihan loncat talinya, saat Ah Young naik ke atas dengan kesusahan membopong kotak vacuum cleaner.
“Aahh!! Aku sudah mau mati!” keluh Ah Young dan meletakan kotak itu dilantai.
“Apa ini?” tanya Ra Im.
“Aku dengar kau datang dan pergi begitu saja. Mereka ingin memastikan, aku memberikan ini padamu. Sebenarnya aku membawa ini kemarin, tapi…”
“Siapa yang menyuruhmu? Siapa yang mengirimkan ini?” tanya Ra Im selidik.
“Siapa lagi? CEO kami. Aku dengar kau meminta ini.”
“Dia bilang apa lagi?”
“Dia bilang, vacuum cleaner seperti ini adalah level Gil Ra Im.”
Ra Im langsung mendengus kesal.
“Kenapa? Bukan ini?” tanya Ah Young ketika melihat reaksi Ra Im. “Jujur saja, aku pikir mereka akan memberi kita robot pembersih.”
“Bagaimana kau bisa menerimanya?!!!” teriak Ra Im emosi.
 “Kenapa kau membuatku takut?!” Ah Young juga jadi teriak saking kagetnya. “Tentu saja kau harus menerima ini. Ini adalah hadiah undian. Atau…apa aku harus bilang ‘Ya Tuhan, aku bukan wanita sebaik itu’?”
Ra Im kesal dan mengambil ponselnya dari saku, dia menghubungi Joo Won.

Sementara itu, Joo Won masih berada diruang perpustakaannya. Wanita yang ada didepannya masih menjelaskan lukisan. Kali ini sebuah lukisan dengan nuansa suram. Gambarnya sebuah rumah tua ditengah hutan dimalam hari. Tapi Joo Won masih bengong, dan ketika Sekertaris Kim menegurnya, Joo Won kembali berkata ‘lanjut’.
“Bukan lukisan....tapi ponsel anda bunyi.” kata Sekertaris Kim sambil mengulurkan ponsel Joo Won.
Joo Won menerima ponselnya dan kaget.
Dilayar ponselnya, tampil photo Ra Im, Gil Ra Im menelponnya. Joo Won menempelkan ponselnya dikuping tapi tak menjawab, dia malah hanya dengerin suara Ra Im memanggil-manggil.
‘Hallo! Hallo! Hallo...!! Kau tidak dengar suaraku?! Hallo…!!’ teriak Ra Im ditelpon.
Joo Won tersenyum senang dan menjawab kalem, “Aku mendengarmu. Bicaralah.”
“Kenapa kau tidak menjawabku tadi? Apa maksudnya dengan vacuum cleaner ini? Apa?! Datang dan ambil sekarang juga!”
“Kau pikir siapa kau, menyuruhku datang dan pergi? Kalau kau tidak mau, lempar saja atau kau kembalikan sendiri.” balas Joo Won lalu mematikan ponselnya sekaligus melepas baterenya dan dilempar begitu saja di atas meja. “Lanjut.” serunya ingin meneruskan lihat lukisan.
Seorang staff pria ingin mengangkat lukisan suram tadi dan menggantinya dengan yang lain. Tapi Joo Won melarangnya.
“Apa itu lukisan yang sama dengan yang tadi?” tanya Joo Won.
“Hah?” tanya Sekertaris Kim bingung.
“Bukan? Yang sebelumnya, tampak ada sinar dari dalam rumah itu(rumah dalam gambar).”
“Sinar?” tanya Sekertaris Kim lagi.
“Tadi disana jelas-jelas ada sinar dari jendela rumah yang dilukisan.” Joo Won kekeuh sambil menunjuk lukisan didepannya itu.
Sekertaris Kim tertawa kecil dan menjawab, “Lukisan itu judulnya ‘Dark House’.” Maksudnya, dari judulnya aja sudah ketahuan tak mungkin ada sinar dilukisan itu.
Joo Won menarik nafas heran dan berkata, “Aku pasti salah lihat. Kita udahan. Semua lukisan-lukisan itu tampak menakutkan.” Joo Won lalu meninggalkan ruangan itu.
Semua orang langsung beberes. Dan lukisan yang tadi disorot, anehnya tiba-tiba ada sinar yang memancar dan bersinar terang dari semua jendela dalam lukisan itu.
Joo Won memang tidak sedang berhalusinasi hi hi…

Ra Im terus mencoba menelpon ponsel Joo Won, tapi ponsel Joo Won tidak aktif.(ya iyalahhhh, ponselnya dilepas baterenya kok.)
“Dia benar-benar tidak mau mengangkatnya.”oceh Ra Im yang sudah dengan pakaian kasual pengen jalan.
“Kamu mau pergi kemana? CEO kami tidak masuk kerja hari ini.” kata Ah Young langsung menebak kalau Ra Im mau ke Dept.Store.
Ra Im langsung berbalik kaget. “Dia tidak masuk kerja? Dia tidak ada di Dept.Store?"

Ra Im benar-benar kesal dan menelpon seseorang. “Ya, ini aku. Tolong carikan alamat di aplikasi data anak-anak baru.” Ra Im ternyata menghubungi sekolah aksi. “Kim Joo Won!” serunya.
Dan disekolah aksi di ruang kantor Jong Soo, terlihat Jung Hwan sedang berbicara ditelpon, dia sedang bicara dengan Ra Im.
“Kim Joo Won?” seru Jung Hwan sampai semua orang yang ada menoleh padanya. Apalagi Jong Soo, dia malah udah pasang telinga buat nguping. “Kenapa kau ingin alamatnya si ‘aku menghasilkan banyak uang’? Apa kau sudah menerima undangan? Yaa…Gil Ra Im! Kau bersikap seolah-olah tak tertarik padanya, tapi ternyata kau menemuinya diam-diam? Ya Tuhan!!” Jung Hwan menjauhkan ponselnya sebentar dari telinga, Ra Im pasti udah teriak marah-marah…ha ha…. “Aku akan mencarinya sekarang juga. Apa kau  sedang buru-buru, nyonya?”
Jong Soo terlihat bengong setelahnya….cemburu mode on he he…

Joo Won terlihat duduk diteras rumahnya menghadap kolam. Terasnya dihias dengan kain-kain warna putih yang beterbangan ditiup angin. Joo Won meletakan kursi dan meja diterasnya.
Mejanya dihiasi kembang dan dipenuhi banyak hidangan kecil kue-kue yang tampak yummy dan teko beserta cangkirnya yang sudah pasti di isi dengan Teh berkualitas tinggi. Joo Won seperti sedang menunggu seseorang sambil baca novel. Judul novel yang dia baca adalah ‘Mengapa setengah dari (populasi) dunia kelaparan?’...mmm bacaannya ck ck...
Dan benar saja….Ra Im datang kekediaman Joo Won dengan motor dan kotak vacuum cleaner yang di ikat dijoknya. Dua orang penjaga menghentikan Ra Im dipintu masuk kawasan tempat istana Joo Won berada. Ra Im menengok ke atas pohon, disana ada kamera cctv segala.
“Anda bisa meninggalkan paket kirimannya disini.” kata salah satu penjaga. Hi hi....Ra Im dikira lagi mau anter barang kiriman.
“Saya bukan pengantar paket. Saya datang untuk menemui Kim Joo Won” jawab Ra Im.
“Kau sudah buat janji?!” tanya penjaga yang satunya lagi dengan nada galak.
Ra Im diam sebentar lalu berkata, “Sepertinya begitu, karena dia memintaku untuk mengembalikan barang ini sendiri.”
“Kalau begitu tinggalkan kartu identitasmu disini, dan isi namamu didaftar tamu.” kata penjaga yang pertama kali bicara tadi.
“Kartu identitas?” Ra Im bingung dan kaget.(ribet banget masuk rumahnya, udah kayak mau masuk gedung apaan)
Akhirnya Ra Im diizinkan masuk. Tapi….karena kawasan itu gede banget, Ra Im gak tahu yang mana rumah Joo Won…ha ha…dia jadinya malah ngiter-ngiter sambil celingak-celinguk.(lumayanlah liat pemandangan) Ra Im kemudian bertemu dua orang staff wanita yang bekerja disitu dan bertanya.
“Permisi….apakah anda tahu dimana alamat rumah Kim Joo Won?” tanya Ra Im.
Dua orang staff itu liat-liatan dan salah satunya menjawab. “Ini adalah tempat tinggalnya Kim Joo Won.”
“Iya. Tapi, rumahnya sangat banyak. Yang mana rumah miliknya?” Ra Im nanya lagi.
“Semuaaaaaa…. rumah dan gedung disini adalah miliknya.” jawab staff itu lagi.
“Haa??” Ra Im kaget dan melihat sekelilingnya. “Semuanya?”
Setelah itu, Ra Im pun  tiba dirumah Joo Won. Yang punya rumah kaget liat Ra Im muncul disana dengan motor. Mungkin dia emang sudah menduga atau merasa Ra Im akan datang, tapi setelah Ra Im benar-benar muncul pun, tetap saja dia kaget…he he…
Ra Im membuka helm-nya dan melemparkan pandangan ‘menantang’ siap perang ke arah Joo Won.
Dia mengangkat kotak vacuum cleaner, membawanya ke depan Joo Won dan dihempaskan ke lantai.(waduuuhh, ada yang patah ato hancur gak yaa itu vacuum cleaner)
“Apa ini?!” tanya Ra Im.
“Kau yang memintanya.” jawab Joo Won santai.
“Dan kau harus memberikannya padaku ketika aku memintanya? Kenapa kau menyuruhku datang kesini? Apa maksudmu dengan mengirimkannya padaku?”
Joo Won gak ngedengerin omongan Ra Im, dia malah sibuk nuangin Teh di cangkirnya dan nawarin Ra Im minum. “Kau mau Teh? Atau kopi?” (ha ha)
“Aku bertanya kenapa kau mengirimkan ini padaku?!” Ra Im makin kesal.
“Supaya kau kembali pada akal sehatmu.” kata Joo Won tanpa menolah, dia masih sibuk dengan Teh-nya.
“Apa?!”
Joo Won meletakan novel dipangkuannya dan berkata, “Tentu saja kau tidak melakukan sesuatu yang salah. Aku tahu ini tak masuk akal buatmu. Aku yang pertama mendekatimu dan marah karena kau tidak sesuai dengan meja yang kusiapkan, kau malah merasa bingung dengan bunga dan lilin. Ini seperti aku mengeluh tentang kenapa kau bukan wanita yang bisa sesuai dengan mejaku.” jelas Joo Won. Ra Im mendengus mendengarnya. Dan Joo Won terus bicara, “Apa kau ingat hari pertama saat kita ketemu? Karena ingin berbuat baik, aku membawamu ke Rumah Sakit. Seharusnya kita berhenti disana. Saat perasaanku hanya diliputi oleh rasa peduli dan rasa ingin tahu pada orang miskin dan terasingkan. Bagiku, Gil Ra Im...kau hanyalah seorang tetangga yang miskin dan terasingkan. Jadi, kau bawa pulang ini dan gunakan!” kata Joo Won sambil melirik sebentar pada kotak vacuum cleaner yang ngegeletak di depannya.
Tampang Ra Im udah gondok sangat. Dia ngoceh-ngoceh gak jelas. “xxxxx….semua yang kau katakan benar-benar menggelikan.” Ra Im lalu melengos dan tertawa sumbang.
“Apa?” tanya Joo Won.
“Benar-benar membuatku tak bisa ngomong.” Ra Im lalu mengangkat kotak vacuum cleaner dan siap dipukulkan ke wajah Joo Won saking kesalnya, tapi Ra Im akhirnya hanya menjatuhkan kotak itu kembali ke lantai. “Terima kasih untukmu. Aku menantikan datangnya akhir tahun dan tahun baru. Baiklah…memang benar aku miskin. Tapi kenapa aku jadi tetanggamu? Apa kau tahu betapa jauhnya dari tempat tinggalku sampai kesini? Aku tidak butuh seorang tetangga sepertimu, jadi kau pakai saja rumah itu sendiri.” Ra Im lalu melangkah pergi ke arah motornya.
“Bawa ini bersamamu!!” teriak Joo Won.
Tapi Ra Im tak mendengarkannya dan terus melangkah hingga sampai dekat motornya. Kemudian dia tiba-tiba mendengar bunyi sesuatu dan berbalik.
Ternyata Joo Won telah melempar kotak vacuum cleaner ke danau dan dengan santainya kembali duduk minum Teh dan baca novel.
“Apa yang kau lakukan?!” seru Ra Im.
“Kau tidak mau menerimanya. Aku juga tidak membutuhkannya. Kalau kau berubah pikiran, ambil saja sendiri.” kata Joo Won tanpa menoleh.
Dan Ra Im pun benar-benar turun ke danau tanpa capek-capek lepas sepatu atau menggulung celana. Joo Won mangap melihatnya.
“Apa yang kau lakukan?!! Keluar dari sana!!” teriak Joo Won, tapi gak ngefek karena Ra Im tetap mengambil kotak itu dan membawanya ketempat kering.
Akhirnya Joo Won hanya bisa terbelalak tak habis pikir. Dia lalu bergegas menghampiri Ra Im.
“Jangan lakukan itu!” omel Joo Won  sambil menarik lengan Ra Im. Kotak Vacuum Cleaner lepas dari tangan Ra Im dan jatuh ketanah.(deehhh makin ancur aja tuh dalemnya)
“Lepaskan!!” seru Ra Im sambil menarik tangannya dari pegangan Joo Won dan kembali mengangkat kotak itu untuk dinaikkan ke motor.
Joo Won buru-buru mengambil kunci motor yang masih ngegantung dan melemparkannya jauh-jauh ke kolam.
“Apa yang kau lakukaaann!!!” teriak Ra Im histeris dan kembali menjatuhkan kotak ketanah.(ha ha ha…bener-bener ancur udah tuh vacuum cleaner)
“Apa yang salah denganmu?!” balas Joo Won tak kalah emosi. “Kau wanita yang keras kepala! Kalau aku melemparkan kotak, kau seharusnya memintaku mengambilnya atau meminta maaf padamu! Berikan aku kesempatan untuk memperbaikinya! Bagaimana bisa kau malah masuk ke air sendiri? Bagaimana bisa kau sejauh itu?!!!”
“Bukannya kau melemparkannya supaya aku kesana dan mengambilnya?!”
“Aku tidak mengira kau akan benar-benar melakukannya!!” (seneng deh liat kalo pasangan betengkar kayak gini, uneg-uneg jadi keluar walopun dengan cara yang salah..he he)
“Jadi karena itu kau melempar kunci motorku juga?! Sekarang ambil kembali kunci motorku! Kau bilang padaku untuk memintamu mengambilnya!!” teriak Ra Im dengan mata udah berkaca-kaca.
“Tak bisakah aku hanya minta maaf?!” balas Joo Won.
Ra Im kesal dan kembali berjalan mau masuk kekolam. Joo Won mengejarnya.
“Kau mau ngapain lagi masuk kesana, wanita ini!!” Joo Won menarik tangan Ra Im menjauhi kolam. “Aku akan membelikanmu 100 biji seperti itu(motor). Sekarang bersihkan dirimu.”
Joo Won membawa Ra Im masuk kedalam rumahnya. Ra Im terpaksa ngikut sambil menarik-narik tangannya minta dilepas. Tapi sesampainya didalam rumah, langkah mereka terhenti.
Ditengah ruangan, ibu Joo Won berdiri angkuh dengan tangan dilipat didada memandang ke arah mereka berdua tajam. Ra Im menarik tangannya lepas dari pegangan Joo Won dan menunduk tak mau memandang wanita yang ada didepannya. Joo Won pun terpaksa melepaskan tangan Ra Im.
“Kenapa kau ada disini? Kapan kau datang?” tanya Joo Won ke ibunya.
“Aku dengar Menteri Yoon mengirimkanmu hadiah. Jadi aku datang kesini untuk membicarakan itu. Sepertinya waktunya tidak tepat, ya?” balas Ibu Joo Won, kemudian dia mengalihkan pandangannya ke Ra Im. “Kau siapa, nona?” katanya dengan senyum ramah yang palsu.
“Ahh...kami belum lama kenal, nanti saja aku cerita.” Joo Won menjawab pertanyaan ibunya ke Ra Im.
“Kau tidak bisa memperkenalkan dirimu sendiri? Apa kau tidak percaya diri?” kata Ibu Joo Won tajam.
Ra Im mendongak kaget dengan nada suara itu, lalu menunduk lagi.

“Ibu...” tegur Joo Won.
“Melihat kau datang kerumah ini, walaupun kalian baru kenal….apa itu berarti kalian cukup dekat? Berapa kali? Sudah berapa kali kau datang kesini?” Ibu Joo Won terus bicara pada Ra Im.
“Ini baru yang pertama kali.” Jawab Ra Im.
“Apa kau dibayar?”
“Apa?” Ra Im bingung.
“Ibu!” seru Joo Won menegur ibunya lagi.
“Jangan berlagak polos didepanku!! Kau tidak mengerti maksudku?” Ibu Joo Won memandang Ra Im tajam.
Ra Im menunduk dan menjawab, “Saya mengerti, maksud anda. Saya juga baru tahu, tapi saya hanyalah orang miskin dan terasingkan. Yang hanya menerima belas kasihan dan perhatian Kim Joo Won.” kata Ra Im setengah nyindir Joo Won.(hi hi Ra Im menjawab dengan nyontek kata-kata Joo Won tadi)
“Apa?” tanya Ibu Joo Won gak gitu ngerti dengan perkataan Ra Im.
“Hentikan!” Joo Won menegur Ra Im kali ini. Kemudian dia berkata pada ibunya, “Ibu...”
Tapi ibu Joo Won tetap nyerocos, “Kau mau mengecewakan aku seperti ini? Bagaimana bisa kau membawa gadis semacam ini kedalam rumah? Walaupun kau hanya main-main, tapi tolong! Kim Joo Won, jangan membuatku terkejut, jaga levelmu, pastikan kau memilih wanita dari kelas atas.”
“Ibuu…!!” seru Joo Won lagi.
“Anda tidak perlu khawatir soal itu.” Ra Im bersuara. “Seorang pria yang beruntung lahir ditengah keluarga berada dan hidup nyaman….tidak akan memilih bermain-main dengan saya. Kalau begitu, saya permisi.” Ra Im membungkuk hormat dan berbalik pergi.
Ibu Joo Won shock dengan kalimat Ra Im dan terbata-bata berkata, “Ap, ap, apa yang baru saja dia katakan?! Bagaimana bisa gadis itu…!! Bagaimana bisa kau bertindak seperti ini?”
Joo Won gak ngedengerin ibunya, matanya ngikutin sosok Ra Im yang melangkah pergi diluar rumah. Ra Im jalan kaki, tak membawa motornya.(ya iyalah, kuncinya kagak ada)
“Dan lagi, kenapa kau membiarkan GM Park melakukan pekerjaanmu? Apa yang terjadi dengan putri Menteri Yoon? Aku tidak percaya dia menolakmu!” Ibu Joo Won masih terus ngomel.
Ponsel Joo Won bunyi.
“Kita bicara nanti saja.” kata Joo Won pada ibunya dan menjawab telpon. “Hallo. Ada apa Dong Kyu-hyung?” rupanya Manajer Oska menelpon.

Joo Won lalu datang menemui Manajer Oska ditemani Sekertaris Kim.
“Jadi, dimana Choi Woo Young?” tanya Joo Won.

“Di pulau Jeju. Aku ingin kesana, mencari, menangkap dan menyumpahinya. Tapi kita tidak punya cukup waktu untuk menerbangkannya ke Thailand. Aku menelponmu untuk membatalkan rencana syuting di Thailand dan memindahkannya ke Pulau Jeju.”
“Lalu apa masalahnya? Event Dept. Store untuk lucky draw kan mengambil tempat di Pulau Jeju juga.” kata Joo Won.
“Jadwalnya jadi kacau! Aku sudah mau gila! Jadwal perilisan album sudah dekat, jadi aku harus mengatur jadwal dengan staff baru, sutradara baru, dan lokasi baru!!”
“Tidak bisa! Aku tidak bisa merubah jadwal event Dept.Store.”
“Karena itu aku mau meminta tolong padamu. Mundurkan jadwal event-mu sepuluh hari.”
Sekertaris Kim menimpali. “Karena tanggalnya sudah tercetak dengan jelas di poster, kami akan punya masalah kalau pemenangnya menggugat. Jadwal dengan stasiun TV juga sudah di atur.”
“Haruskah aku memohon? Aku mohon padamu....” bujuk Manajer Oska.
“Pertama, harus bicara dengan pemenangnya apa kita bisa memundurkan jadwal. Kalau mereka tidak bisa, kita tidak punya pilihan, kita akan membayar mereka.” kata Joo Won pada sekertaris Kim.(wajah Manajer Oska udah seneng banget) “Juga, lihat apa kita bisa merubah jadwal dengan stasiun TV.”
“CEO Kim...ha ha ha...” seru Manajer Oska senang.
“Dan terakhir…. Gugat Oska Entertainment! Pastikan menjadi berita di acara siaran berita jam 9 nanti!” setelah berkata itu, Joo Won lalu pergi....COOLLL...ha ha ha...
Manajer Oska shock dan teriak-teriak memanggil Joo Won.

Joo Won mencoba menelpon Oska tapi tak bisa dihubungi. Akhirnya Joo Won meninggalkan pesan suara.
“Apa kau mau mati? Kau anak kecil? Kapan kau mau tumbuh dewasa? Kalau kau tidak mau menutup Oska Entertainment, telpon aku sekarang juga!”
Langkah Joo Won terhenti didepan motor Ra Im. Wajahnya langsung terlihat sedih. Dia lalu memandang ke arah kolam. Tak lama kemudian dia sudah berjalan ke arah kolam, seperti Ra Im, dia begitu saja melangkah masuk ke dalam air tanpa perlu membuka cepatu atau menggulung celana. 
Joo Won hendak mencari kunci motor yang dia lempar tadi. Heyy, kenapa Joo Won gak membelikan motor baru aja seperti katanya tadi?? Mungkin Joo Won udah sadar arti ‘memiliki sesuatu’ dan tidak menggampangkan semua hal. Seribu motor baru tidak akan membuat Ra Im tersenyum dan berpaling dengan mudah padanya. Benar kan ya?

Ditempat lain, Ra Im berdiri bengong memandang sunset dipelataran atap sekolah aksi.

Dibelakangnya tampak berjejer bajunya yang dijemur, plus cepatu boot-nya yang diletakkan dilantai. Itu baju dan cepatu yang dipakai Ra Im tadi saat nyebur ke kolam rumah Joo Won. Ra Im kelihatan sedih dan menderita, pasti dia sedang memikirkan kejadian di rumah Joo Won tadi. Yaaahhh, aku yakin banget Ra Im udah suka dan cinta sama Joo Won...he he...


Malam hari di Pulau Jeju. Han Tae Ssun berpapasan dengan Oska dan asistennya dijalan.
Atau memang Oska yang sengaja datang menemui Tae Ssun, yah kelihatannya emang gitu sih… Tae Ssun melepas earphone ditelinganya dan Oska melepas kacamata hitamnya. Mereka siap debat lagi.
“Bagaimana kau bisa membuntutiku?” protes Tae Ssun.
“Kau tahu hal apa yang paling tidak bisa kuterima di dunia? Orang yang tidak mengenalku, aku masih bisa mengerti. Orang yang tahu tentang aku, tapi memanggilku Oscal, aku bisa memaafkannya. Tapi untuk orang yang mengabaikan aku, padahal orang itu tahu tentang aku dan mengenalku dengan baik, aku tak bisa menerimanya.” jelas Oska.
“Jadi apa yang harus aku lakukan?” tantang Tae Ssun.
“Aku tahu kau mendapatkan banyak tawaran, jadi kau pikir kau hebat. Tapi…”
“Kenapa kau tidak memberikan saja nasehatmu pada orang yang pengen jadi artis?” balas Tae Ssun.
“Baik. Waktu itu aku bernyanyi padamu ditelpon, yah itu…aku tahu itu sedikit memalukan dan kedengaran tidak bagus. Itu karena, mood-ku sedang tidak baik saat itu.”
“Kalau begitu lakukan lagi!(nyanyi lagi maksudnya)”
“Apa?!” wajah Oska berubah bingung plus kaget.
“Jika perasaanmu sedang tidak baik saat itu, maka menyanyi saja lagi sekarang!”
Oska tertawa sumbang. “Ha ha ha ha…..apa yang kau katakan? Kau pikir aku siapa? Aku seorang bintang Hallyu! Aku Oska! Jadi….! Aku akan menyanyikannya dengan pelan.” Oska mengakhiri kalimatnya dengan suara pelan. “Benar-benar bikin kesal!” omelnya lalu memakai kacamata hitamnya lagi dan mulai nyanyi dengan gaya ha ha… “I Love you…oh my darling!”
Asistennya lalu buru-buru menginterupsi. “Hyung!” teriaknya sambil menjawil lengan Oska. Oska langsung berhenti nyanyi.
“Pastikan dia berhenti melakukan ini.(ngintilin orang)” kata Tae Ssun pada asisten Oska dan berjalan pergi.
Oska gak terima gitu aja, dia langsung menarik lengan Tae Ssun. “Hey! Jika aku melakukan ini, setidaknya kau mendengarkan aku sampai selesai!”
Tae Ssun menarik tangannya dari cekalan Oska dan berkata, “Aku sudah tahu. Kenapa aku harus mendengarkannya lagi? Kau ingin melatihku? Tapi kau bukan orang yang bisa melatih orang lain. Kau adalah orang yang hanya ingin bersinar sendiri. Jadi, karena aku ingin kau mendapatkan perhatian, aku tidak akan menjadi pendampingmu. Kata-kataku jelas?” kata Tae Ssun lalu pergi.
Oska agak shock. Dia mangap dan membuka kacamatanya mengamati Tae Ssun. “Dia seperti media.” desis Oska, lalu bicara pada asistennya, “Kau tunggu disini!” Oska ingin mengejar Tae Ssun.
“Hyung!” panggil asistennya.
Oska berbalik kesal. “Apa?!”
“Sebenarnya, aku bisa menyanyi sedikit!” (ha ha...asisten Oska pengen nawarin diri untuk dilatih, karena dia kasian liat Oska ngebet banget pengen ngelatih tapi ditolak-tolak orang)
“Kalau begitu, tunggu aku disini sambil nyanyi!” balas Oska.(ha ha)

Oska duduk disebuah resto dengan suasana garden. Dia menunggu Tae Ssun yang lagi nyanyi di resto itu. Selagi duduk mengawasi Tae Ssun, tiba-tiba ada seorang wanita cantik mendatangi meja Oska dan menyapa. Tadinya Oska tidak terlalu menanggapi dan ogah-ogahan bicara tanpa nengok. Tapi begitu dia nengok dan melihat cewek yang lagi ngedeketin dia cantik, Oska langsung jadi ramah dan minum-minum bareng cewek itu. Dan Tae Ssun yang lagi nyanyi, jadinya gantian mengamati Oska.

Di sekolah aksi, Ra Im memasuki ruangan Jong Soo. Disana sudah ada Jung Hwan dan rekan-rekan senior yang lain. Mereka sedang membahas adegan aksi menggunakan mobil-mobilan dimeja. Ra Im langsung tertarik dan nimbrung.
“Ohh…ohh! Itu adegan stunt mobil?!” seru Ra Im antusias.
Orang-orang yang lagi ngebahas langsung nengok semua ke Ra Im.
“Jung Hwan, kau yang melakukan adegan aksi mobilnya!” kata Jong Soo, tapi matanya memandang Ra Im, seolah memperjelas kalau Ra Im tidak disertakan diproyek kali ini. “Dan Joo Man, kau yang mengemudikan mobil pengejar!”
Jung Hwan dan Joo Man langsung ngangguk-ngangguk.
“Bagaimana jalan ceritanya? Apa ada peran wanita?” tanya Ra Im semangat.
“Gil Ra Im, ini bagus untukmu! Ini untuk musik video Oska. Dan lagi, seluruh syutingnya dilakukan di Pulau Jeju!” kata salah satu senior.
“Oska??! Yang benar??!” seru Ra Im. “Kapan?!”
“Perhatian!” sela Jong Soo tak menghiraukan ocehan Ra Im. “Karena kita akan segera berangkat besok, jadi kita tidak punya banyak waktu. Selesaikan persiapan peralatannya hari ini. Dan besok kita ketemu di Airport jam 9 pagi. Jangan telat! Paham?!”
Lalu meeting mereka selesai, semua pada beranjak dari tempat duduk.
“Sutradara, apa yang harus kulakukan?” tanya Ra Im penuh harap.
“Kamu tidak ikut syuting kali ini.” kata Jong Soo.
Ra Im terlihat kecewa. “Apa? Kenapa?!”
“Apa aku harus pakai wig lagi?” tanya Jung Hwan.(berarti emang ada peran cewek buat Ra Im, tapi Jong Soo-nya aja yang gak pengen Ra Im pergi) “Kenapa kau tidak bawa saja dia(Ra Im)?” Jung Hwan mencoba melobby supaya Ra Im ikut he he. Yang lain juga langsung pada ngangguk mengiyakan, mereka tahu Ra Im nge-fans banget ma Oska.
“Kalian juga mau tinggal? Bilang padaku sekarang!” Jong Soo memberi ultimatum.
“Dimana wig-nya?” teriak Jung Hwan pura-pura gak dengar kalimat Jong Soo barusan. Yang lain pun langsung terlihat sibuk dan pada keluar ruangan semua.
Ra Im mendekati Jong Soo. “Kenapa aku tidak bisa ikut?” tanya Ra Im.
“Paling utama, stunt mobil membutuhkan banyak pengalaman. Dan kau tidak punya.” jawab Jong Soo singkat.
“Karena itu aku ingin mencobanya. Aku sudah banyak berlatih. Aku yakin bisa melakukannya dengan baik. Kau sudah lihat ‘Death Proof’ kan? Aku bisa melakukannya sebaik Zoe Bell.”
“Kalau begitu, kenapa kau tidak pergi saja ke Hollywood? Aku tidak bisa membiarkanmu melakukan stunt mobil.” Jong Soo menjawab agak emosi.
“Kenapa??!!” rengek Ra Im.
“Karena terlalu berbahaya untukmu melakukan itu! Andai bisa, aku akan membuatmu berhenti dari pekerjaan ini. Tapi karena aku menghormati keputusanmu, aku menahan diri. Sekarang pergi! Aku mau siap-siap.” tegas Jong Soo.
Poor Ra Im....wajahnya langsung jadi sedih banget.

Jong Soo membereskan pekerjaannya dengan gak konsen. Dia kepikiran Ra Im. Akhirnya dia menelpon Ah Young minta tolong. Dibawah mejanya disorot, ada paperbag dengan logo LOEL Dept.Store, sepertinya isinya tas. Jong Soo meminta Ah Young membohongi Ra Im untuk suatu hal.

Ra Im makan bersama Ah Young ditempat tinggal mereka. Ra Im makan dengan tidak bersemangat. Ah Young melirik paperbag dibelakangnya.
Kayaknya itu paperbag yang sama dengan yang ada dibawah meja Jong Soo.
“Ahh…hampir lupa!” seru Ah Young sambil mengambil paperbag itu dan memberikannya pada Ra Im. “Ini tidak mahal. Aku membeli satu lagi saat aku membeli punyaku. Aku lihat tas-mu sudah sobek.”
“Ini tas?! Aku sudah berencana mau beli satu.” kata Ra Im lalu membuka paperbag itu. “Kau yakin ini tidak mahal?”
“Gak mahal. Karena karyawan kan bisa dapat diskon atau semacam itu. Kau tahu, hidup seorang wanita tergantung dari level tas yang dia pakai.”
“Bagaimana kau tahu itu? Aku baru mendengarnya.” Ra Im tak yakin. Dia lalu mengeluarkan tas dari kantongnya dan berseru.
“Wahh…cantik sekali!! Aku kira aku akan pingsan! Terima kasih banyak!” Ra Im tersenyum pada Ah Young.
“Gak masalah.” Ah Young merasa gak enak diterimakasiin karena bukan dia yang beli tas itu. “Ah, apa kau sudah mengembalikan vacuum cleaner-nya?”
Ra Im mengalihkan pandangannya dari tas barunya dan berkata serius, “Mulai sekarang, jangan ngomongin vacuum cleaner lagi, oke? Bagaimana bisa aku begitu sial beberapa hari ini?”
“Itu karena tiga musibah(nasib sial) itu!”
“Hari ini, aku kehilangan kesempatan untuk melakukan stunt mobil. Dan itu untuk video musik Oska. Sutradara tidak mengijinkan aku pergi.” Ra Im curhat.
“Siapa? Oska?” seru Ah Young. Saat itu tiba-tiba ponsel Ah Young bunyi dan dia segera mengambil ponselnya.
“Jika saja aku punya uang untuk beli tiket, aku akan terbang ke Pulau Jeju!” kata Ra Im stress dan mengacak-ngacak rambutnya.
Ah Young menjawab telpon. “Sekertaris Kim, Kenapa kau menelponku? Apa?!! Ra Im??!” teriak Ah Young sambil menengok kaget ke Ra Im.
Ra Im juga kaget dan bingung. “Kenapa? Kenapa aku?” bisik Ra Im komat-kamit.

* * *

Keesokan harinya di LOEL Dept.Store. Joo Won bersama sekertarisnya duduk diruang rapat. Sekertaris Kim memberikan beberapa berkas laporan ke bos-nya.
“Ini jadwal promosi penjualan Resort di Be-song, Je-cheon dan brosur-brosur yang akan diserahkan ke bagian promosi. Konstruksinya hampir selesai, dan akan selesai kira-kira awal December.” jelas Sekertaris Kim.
“Bagus.” jawab Joo Won sambil melihat berkasnya. “Aku akan menangani masalah konstruksi ini, beritahu mereka untuk melaporkan semua informasi padaku, jadi GM Park tidak akan ikut campur. Aku ingin mengambil hati kakek dan akan mempesentasikannya dalam meeting, jadi buat jadwalnya.”
“Saya mengerti.”
“Apa kau sudah bertemu dengan pemenang undian?” tanya Joo Won.
“Ya, saya baru mau melaporkannya.” jawab Sekertaris Kim sambil tersenyum.
Ponsel Joo Won bunyi, dan dia menjawabnya. Itu telpon dari Oska.
“Choi Woo Young! Kau ingin mati?” ini salam pembuka Joo Won ha ha…
Terdengar suara Oska, ‘Aku tahu kau ingin membunuhku. Tapi yang paling penting, keluarkan aku dulu! Aku sedang berada dikantor polisi!’
“Dimana?!” seru Joo Won.
Dan di Pulau Jeju, tampak Oska bicara ditelpon sambil nutupin muka dengan majalah.
“Aku ketemu seseorang kemarin karena masalah bisnis.” cerita Oska.
Dan flashback kejadian semalam.
Oska mencegat Tae Ssun, saat pulang dari Resto.
‘Kau benar! Kau tidak seharusnya ada bersamaku. Iri pada murid sendiri itu terlihat bodoh, bukan? Jadi, teruslah bernyanyi! Sebaiknya, kau tidak dilatih siapapun. Kalau begitu....aku pergi.’ Oska lalu dengan coolnya berbalik sambil mengenakan kacamata.
“Saat aku berbalik, aku terlihat sangat keren!” Oska masih bercerita pada Joo Won ditelpon.
Tiba-tiba didepan Oska berdiri sekelompok pria dengan wajah sangar.
“Awalnya, aku pikir mereka mau meminta tanda-tanganku. Tapi kau tahu kan, aku tidak dengan begitu saja memberikan tanda-tanganku pada setiap orang.”
‘Dimana aku harus memberikan tanda-tanganku?’ tanya Oska sambil membuka kacamatanya kembali.
Para pria sangar itu ketawa, malah salah satu dari mereka ada yang membuka bajunya sampai menunjukan kulit dadanya. Maksudnya dia ngeledek Oska minta tanda-tangan didadanya. Tampang Oska mulai panik.
“Jadi, aku memilih mengabaikan mereka tanpa takut. Tapi mereka tidak mau minggir.”
Orang yang memperlihatkan dadanya tadi, sekarang sudah membuka bajunya menunjukan tato-nya yang banyak.
“Kemudian aku bilang pada mereka untuk memastikan lagi...”
‘Kau ingin aku tanda-tangan dipunggungmu?’
Pemimpin mereka ketawa. ‘Tanda tangan? Itu bagus! Kau ingin tanda-tangan kontrak untuk menghabisi dirimu? Kami adalah gangster kejam yang disebut ’Silver Hairtail’’
‘Hairtail...apa itu nama ikan?’ tanya Oska dengan suara mulai gemetar. Sementara Tae Ssun mengamati Oska dengan sedikit senyum.
“Singkatnya, mereka menuntut-ku karena aku telah mengganggu pacar bos mereka. Tapi kau tahu aku kan? Kalau aku tidur dengan seorang wanita…!” Oska gak sadar ngomong kekencengan hingga diliatin orang-orang dikantor polisi, dia malu dan memelankan suaranya. “Jika aku tidur dengan seorang wanita, aku akan tidur dengannya. Bukannya malah mengganggu atau melecehkannya. Benar kan?”
“Tentu saja aku tahu!” jawab Joo Won agak kesal. “Aku juga tahu kalau ini tidak boleh sampai ke media dan aku juga tahu kalau kau tidak suka makan makanan dipenjara. Dan terlebih lagi, aku tahu kau sudah membuat event Dept.Store dalam masalah. Bagaimanapun, kau juga tahu aku tidak akan membiarkanmu dibebaskan tanpa syarat apapun.” kata Joo Won dengan nada ramah tapi penuh maksud.(hi hi)
“Kau benar-benar akan melakukannya?” Oska memastikan.
“Apa aku tidak harus melakukannya? Kalau begitu, kau pasti sudah mengira apa yang akan kau lakukan untukku?”
“Sejak kapan kau pernah menanyakan pendapatku?! Katakan saja apa yang kau mau!!” Oska teriak lagi dan malu lagi…ha ha…
“Nanti! Seperti biasa, lihat saja nanti.” Joo Won mengakhiri pembicaraan dengan senyum kemenangan. Lalu dia berkata pada sekertarisnya, “Bilang pada pengacara Park untuk membebaskan Choi Woo Young! Dia sedang berada dikantor polisi di Pulau Jeju!”
Karena Joo Won bicara dengan wajah sumringah, Sekertaris Kim bertanya, “Kau begitu bersemangat?”
Joo Won tak menanggapi dan balik bertanya, “Apa yang kau katakan tadi tentang pertemuanmu dengan pemenang undian?”
“Itu bukan masalah besar. Hanya berbicara dengan pemenang pertama ditelpon beberapa kali, dan kemarin aku bertemu dengannya untuk pertama kalinya.”
Sekertaris Kim bercerita. Dia bertemu dengan pemenang pertama undian yang ternyata adalah seorang wanita dengan perut besar yang hamil tua. 
‘Aku tidak percaya aku yang menang....aku sudah mengidolakan Oska-oppa selama delapan tahun....’ wanita itu bicara sambil nangis-nangis.
‘Oppa...kau terlihat lebih tua dari dia(Oska).’ kata Sekertaris Kim gak percaya wanita seumur itu menganggap Oska oppa-nya..
Wanita itu lalu menjawab emosi. ‘Jika dia ganteng, tinggi dan punya banyak uang, dia adalah Oppa!’ lalu wanita itu nangis lagi. ‘Huuu....Oska-oppa....’
Sekertaris Kim berbisik pada staffnya. ‘Telpon pemenang kedua.’
Dan pemenang kedua pun muncul, kali ini seorang kakek tua. Kakek itu hanya diam duduk depan-depanan dengan sekertaris Kim.
‘Apa kau kenal Oska?’ tanya Sekertaris Kim gak yakin.
Si kakek bengong sebentar dan menjawab. ‘Apa itu nama vitamin kalsium?’
Sekertaris Kim akhirnya hanya bisa nyengir...ha ha...
“Akhirnya....” Sekertaris Kim meneruskan ceritanya pada Joo Won yang sibuk ngeliatin tangannya. “Karena pemenang pertama adalah wanita yang hamil tua, dan pemenang kedua adalah si kakek. Jadi kami memutuskan untuk menerbangkan pemenang ketiga ke Pulau Jeju.”
.Joo Won menoleh pada Sekertaris Kim. “Apa? Pemenang keberapa? Siapa?” tanya Joo Won penasaran.
“Ya, wanita itu. Karena dia bilang dengan hanya mengirimkannya ke Pulau Jeju, dia akan menerima apapun yang kita inginkan....(Gil Ra Im).”
“Tidak bisa!” teriak Joo Won. “Kirimkan pemenang ke empat, pemenang ke empat!! Tidak, tidak! Cari orang yang selalu meng-upload rekaman music lagu-lagu Oska di club anti-fan dan katakan padanya kita akan menerbangkannya untuk liburan!”
Sekertaris Kim dengan wajah melas menjawab, “Gil Ra Im sudah berangkat kesana.”
“Apa?!” Joo Won cengo’…ha ha…

Di airport Pulau Jeju. Ra Im keluar dengan koper dan wajah sumringah.

Dia membuka buku agendanya untuk melihat beberapa alamat di Pulau Jeju.(sepertinya itu alamat tempat syuting video musik Oska) Dan disitu juga ada tulisan ‘Aku juga pergi ke Pulau Jeju!’. Ra Im lalu celingak-celinguk sambil senyum-senyum.

“Kenapa dia sudah pergi aja? Jadwal event-nya kan baru minggu depan!” Joo Won masih meneriaki sekertarisnya.
“Aaahh…tim stunt-nya Nona Gil Ra Im mengambil bagian di video musik Oska. Karena itu dia ingin pergi cepat-cepat kesana.” jelas Sekertaris Kim.
“Jadi...artinya adalah...aku telah mengirimkan Oska dan Gil Ra Im dalam satu perjalanan liburan dengan uangku, benarkan?”(ha ha)

Di Pulau Jeju, terlihat Yoon Seul dan timnya sedang meninjau lokasi syuting. Seul meminta agar semuanya disiapkan dengan baik. Dan Seul juga mengumumkan kalau aktris utamanya adalah Park Chae Rin, dan meminta salah satu crewnya untuk menghubungi Chae Rin secepatnya. Karena bintang utamanya adalah Oska, Seul yakin, walaupun ditelpon dadakan, Chae Rin pasti mau-mau aja. Setelah itu, Seul mengunjungi anak-anak sekolah aksi yang baru tiba dilobby hotel.
“Kalian semua pasti capek jauh-jauh datang kesini. Aku tahu akan sangat tidak nyaman tinggal satu hotel dengan para aktor. Tapi aku rasa karena kita tinggal sama-sama, jadi akan lebih mudah dengan jadwal syuting.” kata Seul sambil senyum.
“Kalau begitu, Oska juga akan menginap di hotel ini?” tanya Jong Soo memastikan.
“Dia sudah ada disini sejak beberapa hari lalu. Silahkan bereskan barang-barang kalian, dan kita akan ketemu disini sejam lagi. Kita akan membicarakan tentang jadwal sambil makan siang.”
Anak-anak tim sekolah aksi langsung menjawab ‘iya’ dan bergerak menuju kamar mereka. Ra Im yang sudah berada disana melihat rekan-rekannya dan sembunyi dibalik pohon, yang sebenarnya gak ngaruh karena pohonnya pendek dan daunnya jarang-jarang.(hi hi)
Tiba-tiba Oska telah berdiri dibelakang Ra Im dan mengejutkan Ra Im.
“Kamu!” seru Oska dengan mulut penuh makanan. “Kenapa kita bisa ketemu disini? Kau datang kesini untuk liburan?”
“Yah bisa dibilang begitu.” jawab Ra Im sopan dan malu-malu. “Aku memenangkan hadiah pada event ‘Perjalanan romantis dengan Oska’”
“Siapa?!! Kau Gil Ra Im? Benarkah?!” Oska kaget.
“Itu aneh kan ya?”
“Ya, aneh!!” kata Oska lalu tertegun dan komat-kamit.
“Benar kan?”
“Ini tidak mungkin!”
“Kenapa??!!”
“Karena aku percaya pada takdir atau semacam itu. Sepertinya kita berdua jodoh!” kata Oska sambil menggoda Ra Im.
Ra Im tersenyum berkata, “Terima Kasih karena sudah menyambutku!”
“Kau kira aku hanya menyambutmu, selain itu, aku akan mentraktirmu makan siang. Apa kau sudah makan siang? Aku lapar, soalnya.” kata Oska sambil menggigit kuenya, lalu bicara lagi sambil ngunyah, “Aku baru keluar dari kantor Polisi.”
Ra Im kaget, “Kantor polisi?”
“Karena aku mencuri sesuatu.” kata Oska santai.
“Apa (yang kau curi)?”
“Mungkin....hati seorang wanita?”
Ra Im langsung tertawa ngakak, Oska pun demikian.
“Lalu, kau akan pergi kesana lagi cepat atau lambat?” Ra Im menanggapi candaan Oska.
“Ya Tuhan! Kalau begitu aku akan mendapatkan hukuman tambahan! Baiklah, aku akan siap-siap kesana. Kau mau makan apa?”
Mereka berdua lalu jalan bareng kesebuah restoran yang ada dipinggir kolam. Mereka terlihat bercanda dan tertawa-tawa sepanjang jalan. Tapi belum juga memilih meja, mereka sudah dikejutkan sesosok pria yang sangat mereka berdua kenali.
Pria itu telah lebih dulu duduk direstorant itu dan memandang tajam pada mereka berdua. Pria itu Kim Joo Won.
“Kau telat sepuluh menit!” kata Joo Won pada Oska.
Dan Joo Won lalu liat-liatan lagi sama Ra Im…he he…


Adegan favoritku di epsd 4 adalah.....

Dan kabarnya saat syuting adegan ini, suhu udara di korea lagi dingin-dinginnya. Tapi dua bintang ini melakukannya dengan sangat profesional. Cool!! ^^


Note: Sibuk kerjaaaa...tiap pulang kerja teler, gak bisa online lama-lama lagi. Tapi aku akan berusaha ngerjain kalo weekend. Jadi walaupun lama, serial ini bakal aku selesaikan. Bagi yang baca, makasih yaaa...dan maaf kalo lama nunggu.

Source: kadorama, withs2, dramacrazy