Thursday, April 7, 2011

SHINOBI - Heart Under Blade


Destined to kill...
Fated to love...


Judul lain: Kouga Ninpouchou Basilisk-The Live Action
Genre: Action, Romance, History
Produser:
Sutradara: Ten Shimoyama
Length: 97 min
Release Date: 17 September 2005 (Japan), 6 Februari 2007 (USA)
Country: Japan

Cast:
Iga Tsubagakure
Yukie Nakama as Oboro
Kippei Shiina as Yukushiji Tenzen
Tak Sakaguchi as Yashamaru
Shun Ito as Mino Nenki
Erika Sawajiri as Hotarubi
Riri as Ogen

Koga Manjidani
Joe Odagiri as Gennosuke Koga
Takeshi Masu as Muroga Hyouma
Mitsuki Koga as Chikuma Koshirou
Tomoka Kurotani as Kagero
Houka Kinoshita as Kisaragi Saemon
Minoru Terada as Danjo Koga

Others
Masaki Nishina as Yagyu Jubei Mitsuyoshi
Toshiya Nagasawa as Yagyu Munenori
Yutaka Matsushige as Hattori Hanzo
Renji Ishibashi as Nankobo Tenkai
Kazuo Kitamura as Tokugawa Ieyasu


Prolog

Suatu hari ada orang-orang dari kegelapan, dan tak seorang pun yang bisa melawan mereka. Mereka hidup hanya untuk bertarung, para ‘Ksatria Bayangan’ ini…mereka disebut ‘Shinobi’.

Cerita tentang para ninja Shinobi, yang hidup pada pemerintahan awal era Tokugawa, tahun 1614. Setelah peperangan yang telah berlangsung berabad-abad, kedamaian pun datang. Disaat itulah seorang pria dari salah satu suku Shinobi, bertemu dengan seorang wanita dari suku lainnya. Dan ceritapun dimulai.

Pertemuan itu terjadi disebuah sungai dekat air terjun.
Gennosuke putra dari seorang pemimpin terkuat suku Koga, sedang menenangkan diri dipinggir sungai. Saat dia membuka mata, seketika terlihat sekejap kelebatan sinar merah dari matanya. Segala yang bergerak cepat ditempat itu jadi terlihat lambat dimatanya. Derasnya aliran sungai, dan ikan yang meloncat keluar dari air, serta percikan airnya tampak dalam gerakan lambat. Begitu pun saat seorang wanita melintas tak jauh darinya. Wanita itu terlihat bergerak perlahan menghampiri sungai dan menciduk air dengan tangannya sebelum diminum. Gerakan wanita itu tidak hanya terlihat lambat dimata Gennosuke, tapi juga indah. Namun wanita cantik itu menyadari kehadiran Gennosuke dan meloncat kebelakang dengan gerakan tubuh yang ringan, sementara tangannya siap menarik pedang.


‘Aku tak pernah menyesali pertemuan itu’
Wanita itu adalah Oboro, cucu dari seorang wanita yang sangat dihormati, pemimpin suku Iga. Walaupun sudah dengan posisi siaga, Oboro tak melakukan apa-apa, dia hanya terpaku memandang pria yang duduk bersila diatas sebuah batu diseberang sungai. Pria itu pun tak melakukan apa-apa, dia hanya memandang Oboro dengan pandangannya yang lembut. Tiba-tiba seekor burung gagak terbang berkaok-kaok dan berputar-putar di atas mereka. Burung itu kemudian terbang rendah dan meluncur cepat ke arah Oboro.

* * *

Manjidani dan Tsubagakure, Iga dan Koga, suku di dua desa yang tersembunyi dipegunungan, dimana tak seorangpun yang dapat mencapainya. Iga dari Tsubagakure dan Koga dari manjidani. Selama 400 tahun mereka telah melatih ninja dalam ilmu misterius yang sangat menakutkan, Shinobi. Dan mereka adalah musuh abadi. Bertahun-tahun yang lalu, untuk menghentikan pertarungan mereka, Hattori Hanzo(seorang samurai sekaligus ninja yang sangat terkenal di era sengoku), membuat mereka bersumpah dan disimbolkan oleh sebuah batu yang berdiri diperbatasan tanah mereka.

’Musuh yang kau kalahkan untuk menyatukan tanah air, akan memanfaatkanmu dan menunggu kesempatan untuk bangkit kembali memberontak.’

“Anda telah membawa kedamaian di tanah ini, tapi tinggalkan Shinobi pada keputusan mereka sendiri. Dan mereka akan meletuskan perang yang akan berkobar kembali.” Nankobo Tenkai(pendeta budha Tendai) berkata pada shogunnya, Tokugawa Ieyasu di puncak Istana Sumpu. (Tokugawa Ieyasu adalah shogun pertama dalam keshogunan Tokugawa, dia menjadi shogun pada tahun 1603 – 1605, tapi dia tetap berkuasa hingga meninggal ditahun 1616)

* * *

Pada siang hari yang cerah, Oboro meloncat dengan ringan diantara bebatuan sungai dan menunggu seseorang disana. Tak lama kemudian tampak sepasang kaki meloncat dengan lincah dari dahan kedahan dan akhirnya meloncat tepat dibelakang Oboro. 

Oboro tersenyum tanpa menoleh. Dibelakangnya Gennosuke berdiri dengan ekspresi yang sama.
Gennosuke mendekap erat tubuh Oboro dari belakang. Oboro hanya diam tapi memejamkan matanya dengan damai.

“Nenek dipanggil ke Istana Sumpu atas perintah Hattori. Dia disuruh membawa beberapa pejuang terbaiknya. Aku rasa, kepala suku Manjidani juga dipanggil....” kata Oboro, dia diam sebentar menunggu tanggapan Gennosuke. Tapi Gennosuke hanya diam tak bersuara sambil tetap memeluk Oboro. “Jadi ketua Danjo juga.” Oboro menjawab sendiri pertanyaannya.
“Aku akan segera memberitahu dia tentang kita.” kata Gennosuke. Gantian sekarang Oboro yang diam. “Tidak boleh?” tanya Gennosuke.
“Ayahmu adalah pemimpin Manjidani, dan nenekku memimpin….” kata Oboro gelisah.

Gennosuke mempererat pelukannya untuk menenangkan Oboro. “Tanah ini telah disatukan. Jadi tak ada alasan untuk terus saling membenci.” balas Gennosuke.
“Tapi walaupun tanah telah bersatu, kebencian dan pembunuhan selama 400 tahun…tak akan bisa dilupakan dengan mudah. Kau dan aku hanya akan bersatu…dalam mimpi.” kata Oboro sedih.
“Oboro, kita menikah saja sekarang.” kata Gennosuke lalu melepaskan pelukannya.
Oboro terperangah kaget dan membalikan badannya menghadap Gennosuke. Gennosuke lalu mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya dan memberikannya pada Oboro. Sebuah dompet kecil yang berisi sisir dengan pola melengkung seperti busur.
“Ini adalah milik mendiang ibuku.” Gennosuke menjelaskan asal-usul sisir itu. “Sekarang, tidak seorangpun yang akan memisahkan kita.”
“Gennosuke-sama…” desis Oboro dengan pandangan terharu sekaligus takut.
“Jangan khawatir. Suatu hari mereka akan mengerti.” kata Gennosuke lagi sambil tersenyum.
Seekor burung gagak datang ketempat itu. Burung itu bersuara dan hinggap didahan pohon yang berada diatas mereka.
“Hayate! Kau adalah saksi kami!” teriak Gennosuke pada burung itu. Sementara Oboro menggenggam erat sisir yang diberikan Gennosuke.

Setelah pertemuan rahasia mereka selesai, Oboro berjalan menyusuri sebuah gua dan berakhir dibagian sungai yang lain. Saat tiba disana, telah menanti seorang gadis remaja cantik tapi buta, yang sedang duduk dikelilingi kupu-kupu berwarna kuning.

* * *

Dipuncak pengunungan yang gersang tempat suku Koga Manjidani, terlihat Gennosuke tiba disana. Tempat tinggal suku Koga tepat berada dipinggiran gunung yang terjal. 

Bangunan mereka tebuat dari bilah-bilah bambu dan potongan-potongan kayu yang disusun sedemikian rupa. (orang biasa mungkin tak bisa tinggal disana, tapi tak heran kalau Shinobi sih..)

‘Gennosuke-sama…aku selalu menyesal terlahir sebagai seorang Shinobi. Tapi sekarang tidak lagi. Walaupun ini hanya seperti mimpi yang melayang, namun aku tetap bahagia.’

‘Sejak kecil, aku hanya tahu tentang bertarung. Tapi setelah bertemu denganmu, untuk pertamakali aku merasakan bahagia dan artinya hidup. Oboro…hari itu akan datang, dimana kita akan hidup bersama selamanya. Percayalah pada hari itu.’

Sebaliknya, tempat tinggal suku Iga Tsubagakure berada tepat didasar pegunungan. 

Rumah-rumah tempat tinggal mereka berderet dipesisir sungai. Terlihat beberapa perempuan sibuk memintal kain. Oboro pun telah tiba disana, dia turun dari perahu bersama gadis remaja buta tadi. Seorang pria dengan rambut panjang lurus seputih perak memperhatikan gerak-gerik Oboro.

‘Di Tsubagakure, daun-daun mulai berubah warna. Berubah menjadi warna apa daun-daun di Manjidani? Suatu hari aku ingin melihat desa dimana Gennosuke-sama tinggal...dengan mataku. Oh, seperti sayap Hayate, dengan itu aku akan terbang ketempat tinggalmu.’

Ditempat tinggal Gennosuke, para pria sibuk membuat pedang, dan anak-anak sibuk berlatih ilmu bela diri. Gennosuke melintasi beberepa rumah sampai bertemu dengan seorang pria. Pria itu tak bisa melihat. Dia mengenakan penutup kepala, dan memegang sebuah tongkat.
“Aku merasakan angin yang tidak enak.” kata pria itu.
Gennosuke kemudian menghampirinya.
“Aku berharap tak ada sesuatu yang menimpa Danjo-sama di istana Sumpu.” kata pria itu lagi.
Gennosuke jadi ikutan merasa tidak enak, dan akhirnya berdiri bersama pria itu memandang ke arah kejauhan.

* * *

Di istana Sumpu Ninomaru. Dua suku, Tsubagakure dan Manjidani telah di undang untuk mempertunjukan kemampuan seni bela diri mereka. Masing-masing pemimpin suku telah membawa orang pilihan mereka untuk ikut serta dalam pertunjukan itu. Ditempat itu hadir Yagyu Munenori(seorang ahli pedang legendaris) dan Hattori Hanzo yang memimpin pertandingan itu.
Aturan permainan pertunjukan hari itu adalah masing-masing orang yang dibawa kedua suku ini harus bertarung melawan para samurai yang telah dipersiapkan keshogunan. 

Pemimpin suku Koga Manjidani, Danjo Koga dan pemimpin suku Iga Tsubagakure, Ogen, duduk bersebelahan dan saling melempar pandangan dingin.
Pertunjukan dimulai. Giliran pertama adalah dari suku Manjidani. Utusan dari Manjidani maju ke arena, seorang pria dengan gaya urakan. Danjo berpesan agar gunakan kekuatan hanya jika harus. Dan orang itu menepati janji, saat lawannya mengeluarkan pedang, orang itu diam saja dan membalas pukulan tanpa menggunakan senjata tajam. Dia malah merebut pedang lawan dan mengembalikannya tanpa melukai. Para samurai yang lain langsung meloncat ke arena dan menyerang. 

Utusan Manjidani itu lalu meloncat dan melepaskan senjata semacam besi-besi kecil sebesar jari dan panjangnya hampir sepanjang telapak tangan orang dewasa, yang langsung merobohkan beberapa lawan. Sebelum kembali ketempatnya semula, dia terlebih dulu menarik cepol rambut orang yang pertama bertarung dengannya tadi dan memotong rambut orang itu.
Giliran kedua, dari suku Tsubagakure. Seorang pria berbaju hitam panjang dengan rambut yang hitam panjang pula maju ke arena. Lengan bajunya pun panjang menjuntai sampai ketanah, dan kulit wajahnya putih seperti tak di aliri darah. 

Para samurai langsung maju mengelilinginya. Mereka maju dengan pedang terhunus, tapi orang itu malah duduk bersila ditengah-tengah. Namun saat beberapa samurai maju menyerang, dari lengan baju orang itu tiba-tiba keluar seperti tali-tali hitam setipis kawat yang memanjang dan melilit beberapa samurai tadi. 

Orang itu lalu menarik mereka dan dihempaskan. Selanjutnya, orang itu lalu menghajar mereka semua hanya dengan lengan bajunya yang panjang itu. Ilmunya benar-benar hebat dan memukau. (Ih beneran keren ha ha) Pertarungannya pun diakhirinya dengan mengikat semua samurai itu tak berkutik dengan tali-tali dari lengan bajunya. Tapi serasa tak puas kalau tidak menumpahkan darah, orang itu menarik salah satu tali dan menyakiti seorang samurai yang diikat. (gak tau apanya yang kena, tapi yang pasti ada darah muncrat.) Yagyu Munenori langsung berteriak menghentikannya.
Dari tingkat atas istana Sumpu, sang shogun Tokugawa Ieyasu dan Nankobo Tenkai menyaksikan jalannya pertunjukan. Baik mereka berdua maupun orang-orang yang menyaksikan pertunjukan tadi, telah berhasil dibuat takut oleh ilmu beladiri dua suku itu.

Usai pertunjukan, terlihat Nankobo Tenkai memanggil Yagyu Munenori dan Hattori Hanzo menemuinya. Nankobo Tenkai membahas bagaimana menangani kedua suku ini. Demi ketenangan shogun, demi mengembalikan harga diri Yagyu Munenori sebagai ahli pedang, dan karena ketidakmampuan Hattori Hanzo mengatur para Shinobi, demi keselamatannya, maka dibuatlah rencana keji untuk mengakhiri riwayat kedua suku ini.

Malamnya, Hattori Hanzo menemui kedua pemimpin suku dihalaman istana. Dia mengumumkan mencabut gencatan senjata yang pernah disepakati dulu, dan keshogunan memberi mereka kehormatan dengan sebuah tugas khusus. Didepan kedua pemimpin suku itu kemudian masing-masing diletakkan alat tulis (alat tulis jaman itu).
Dan Hattori Hanzo berkata, “Kalian masing-masing akan mencatat nama dari lima petarung terbaik kalian. Dan dua hari dari sekarang, orang-orang tersebut akan melakukan pertarungan. Mereka yang hidup akan tiba disini, di istana Sumpu. Jika Iga Tsubagakure yang menang, Takechiyo putra tertua shogun akan menggantikan ayahnya. Jika Koga Manjidani yang menang, Kunichiyo putra kedua shogun yang akan menggantikan ayahnya. Jadi, hasil dari pertarungan ini akan menentukan siapa Shogun selanjutnya. Lakukan pertarungan demi kehormatan desamu!”

* * *

Kepala suku Iga Tsubagakure, Ogen tiba ditempat tinggalnya. Ada beberapa orang menyambut kedatangannya sambil menunduk hormat. Pria berbaju lengan panjang yang bertarung di istana tampak mengikutinya dibelakang. Ogen segera memerintahkan semuanya berkumpul. Dipintu masuk dia berpapasan dengan Oboro dan sempat memberikan cucunya itu tatapan tajam sebelum dia masuk kedalam.

Kepala suku Koga Manjidani pun tiba ditempat tinggalnya, dan dia pun segera memerintahkan orang-orangnya berkumpul.

Ogen dan Danjo sama-sama menyampaikan rencana pertarungan tersebut ditempat yang berbeda. Gennosuke dan Oboro ada ditempatnya masing-masing mendengarkan.

Lima orang yang terpilih dari suku Iga Tsubagakure: 

  1.  Yakushiji Tenzen - Pria berambut panjang silver dengan alis tebal yang pernah mengamati Oboro saat pulang setelah bertemu dengan Gennosuke.
  1. Yashamaru - Pria berbaju lengan panjang dan berwajah pucat yang bertarung mewakili Tsubagakure di istana Sumpu.
  1. Mino Nenki - Seorang pria bertubuh besar dan berjubah kulit binatang.
  1. Hotarubi - Gadis remaja yang cantik tapi tak bisa melihat yang sering pergi menemani Oboro.
  1. Oboro

Lima orang yang terpilih dari Koga Manjidani:
  1. Muroga Hyoma - Seorang pria buta yang pernah berbicara dengan Gennosuke waktu itu
  1. Chikuma Koshiro - Pria urakan yang bertarung mewakili Manjidani di istana Sumpu.
  1. Kagero - Seorang wanita cantik dengan dandanan yang sangat seksi.
  1. Kisaragi Saemon - Pria aneh yang menutupi seluruh badannya dengan jubah.
  1. Gennosuke
  
Mereka semua adalah petarung-petarung terbaik dari kedua suku itu. Kita sudah tahu bagaimana hebat dan menakutkannya ilmu dua orang yang telah mempertunjukannya di istana Sumpu. Bisa dibayangkan bagaimana yang lainnya.

Gennosuke dan Oboro ditunjuk untuk menjadi pimpinan pasukan mereka masing-masing. Gennosuke langsung bereaksi membangkang dan keluar dari ruangan pertemuan. Sedangkan Oboro, diam patuh dan tetap duduk ditempatnya. Kalau sudah begini, hidup itu kejam atau malah lucu ya?

Danjo Koga menemui putranya yang sedang mematung dipuncak gunung.

“Mengapa kita harus membahayakan hidup kita demi tingkah Shogun?” tanya Gennosuke.
“Kita ini adalah senjata. Jika kita tidak melayani sesorang, maka kita tidak ada gunanya lagi. Tanpa musuh, kita tidak bisa hidup. Itulah Shinobi.” kata Danjo Koga.

Ditempat lain, Oboro terlihat mematung dipinggir sungai tempat tinggalnya. 

Neneknya, Ogen, kemudian datang menghampirinya.
“Pandangan itu!” seru neneknya menyadarkan Oboro dari lamunan. “Kau bukan ahli pedang, kau juga tidak gesit. Tapi mata itu…dengan kemampuan itu, tak seorangpun dapat mengalahkanmu. Kau terlalu lembut. Milikilah hati dari baja dan jangan ragu akan kemampuanmu, ‘Mata Penghancur’.” kata Ogen, lalu meletakkan sebuah gelang atau rantai ketangan Oboro. “Sekarang kau harus mengemban beban dari Tsubagakure.”
Saat Oboro sendirian lagi disitu, Hayate terbang rendah dan bersuara diatasnya.

Ketua Koga Manjitani, Danjo Koga dan ketua Iga Tsubagakure, Ogen, melakukan pertemuan diam-diam di tanah perbatasan suku, dekat batu symbol perjanjian. Keduanya berdiri saling berhadapan dengan jarak yang tak jauh.
“Aku pikir kau tak akan pernah datang.” kata Danjo Koga memulai pembicaraan.
“Bagaimana kita berhadapan satu dengan lainnya?” balas Ogen.
“Dunia telah berubah…tetapi bintang yang memisahkan kita.”
Tiba-tiba saja entah siapa yang mulai, Ogen telah menggerakkan pedangnya kedepan dada, dan rantai Danjo telah melilit dipedang itu. Keduanya saling mempertahankan senjata masing-masing. Setelah itu pertarungan berlanjut. Tak tau siapa yang menang, dan siapa yang kalah. Batu symbol perjanjian menjadi saksi dimana perdamaian itu telah berakhir.

Malamnya, disaat bulan purnama bersinar lembut, Oboro dan Gennosuke bertemu disungai dekat air terjun tempat biasa mereka ketemu.
“Mengapa ini terjadi?” tanya Oboro.
“Aku tidak tahu.” jawab Gennosuke. “Tetapi kita harus menghentikan kegilaan ini.”
“Ini adalah takdir kita. Bintang kita telah bertemu.”
“Itu bukan takdir.” bantah Gennosuke.
“Ogen telah menjadikanku kepala dari desa kami. Aku tahu....aku akan bersatu denganmu, hanya dalam mimpi.” kata Oboro sedih lalu menghambur kepelukan Gennosuke.

Mereka lama saling berpelukan erat. Oboro menangis dan Gennosuke membelai kepalanya.
“Jangan menyerah. Takdir adalah apa yang kita buat.” kata Gennosuke.
Oboro melepaskan pelukannya dan memandang Gennosuke sedih. “Gennosuke-sama…” desis Oboro.
Gennosuke meyakinkan Oboro dengan pandangannya. Lalu bergegas pergi dari situ.
“Kau tidak dapat merubah takdir.” kata Oboro setelah Gennosuke pergi. Tak lama kemudian, Oboro pun meninggalkan tempat itu.
Dibalik pepohonan tanpa mereka sadari, Kagero menyaksikan pertemuan rahasia mereka itu.

Gennosuke kembali ke desanya. Disana tampak banyak orang duduk berkumpul didepan rumahnya. Mereka semua segera berdiri begitu melihat Gennosuke tiba disitu.
“Gennosuke-sama. Darimana saja kau?” tanya seorang pria.
Gennosuke lalu masuk kedalam rumah. Disana sudah berkumpul semua orang yang akan diutus untuk bertarung. Dan ditengah ruangan terbaring tubuh Danjo Koga yang telah ditutupi kain.
“Dia bertemu Ogen mantan ketua Tsubagakure, dan bertarung sampai mati.” kata Muroga Hyoma.
Gennosuke mendekati jasad ayahnya dan membuka penutupnya. Danjo Koga terbaring dengan luka didada yang dilumuri darah.
“Gila! Nyawa terbuang sia-sia dalam permainan orang yang berkuasa?” kata Gennosuke sambil menangis. “Ayo semua bersiap pergi! Aaaaahh!” teriak Gennosuke emosi. “Aku akan pergi ke Sumpu dan mencari tahu tentang apakah perang ini.”
“Apa?!” seru Chikuma Koshiro.
“Kau ikut denganku.” kata Gennosuke lagi.
“Ini kesempatan kita untuk bertarung!”
“Aku tidak berniat untuk...”
“Gennosuke-sama...kita telah berlatih selama hidup kita untuk melakukan ini. Jika kau mengambil pertarungan ini dari kami, apalagi yang kita punya?” protes Chikuma Koshiro.
Semua yang ada diam tak bersuara.
“Ini adalah masa kedamaian.” Gennosuke bersuara lagi. “Masa perang telah usai.”
“Yang paling aku takuti, adalah akan datangnya hari dimana semua tanah berada seutuhnya dalam damai!”
“Aku akan pergi ke Sumpu. Ikutlah denganku.” kali ini Gennosuke berbicara pada mereka semua. Tapi tak ada jawaban. “Aku adalah pemimpinmu!! Ikuti aku!!” teriak Gennosuke marah. (mmm...ini adalah upaya Gennosuke ingin bersatu dengan Oboro. Dia gakda dendam walaupun bapaknya sudah terbunuh. Bener-bener bikin terharu.)

Malam itu, Gennosuke membakar jasad ayahnya. Dia teringat kalimat terakhir ayahnya ketika berbicara padanya.
‘Kita ini adalah senjata. Jika kita tidak melayani sesorang, maka kita tidak ada gunanya lagi. Tanpa musuh, kita tidak bisa hidup. Itulah Shinobi.’

* * *

Esoknya dipagi hari. Semua orang suku Iga Tsubagakure berkumpul dipinggir sungai. Mereka sedang mengadakan upacara pelepasan jasad mantan pemimpinnya Ogen. Jasad Ogen dibaringkan di atas perahu dan dihanyutkan. Oboro sebagai ketua suku, menjadi orang yang mendorong perahu neneknya ketengah sungai.
Ditengah suasana sedih itu, seekor burung gagak melintas cepat di atas mereka dan menjatuhkan sebuah selongsong bambu kecil.(aku gak yakin burung itu Hayate, karena Hayate pembawa pesan cinta, bukan pesan untuk ngajak perang he he..) Yakushiji Tenzen dengan sigap menangkap selongsong bambu itu dan mengeluarkan isinya, sebuah gulungan surat.

“Dari Gennosuke Koga.” kata Yakushiji Tenzen.
Oboro kaget dan segera mendekati ikut menyimak surat itu.
‘Aku punya pemikiran sendiri dalam pertarungan antara kita. Jadi aku dengan keempat nama yang tertulis dalam gulungan surat perintah, akan pergi ke Sumpu. Aku kesana untuk mencari tahu langsung dari Hattori Hanzo, mengenai kebenaran masalah ini. Ini adalah sebuah pertarungan antara nama-nama yang ada dalam gulungan surat perintah, bukan pertarungan antara desa kita. Jika kau ingin mengadu pedang, ikuti kami.’
Setelah membaca surat itu, Oboro diam tak bersuara. Dia tahu itu adalah usaha Gennosuke untuk mimpi mereka berdua.
“Kau sekarang pemimpin Tsubagakure. Jadi apa yang harus kami lakukan?” tanya Yakushiji Tenzen.
Oboro bergerak tapi tetap diam. Matanya tampak sedih dan tak bisa memutuskan. Tapi semua orang menunggu keputusannya.
“Ikuti mereka. Segera bersiap untuk pergi.” kata Oboro akhirnya.

Oboro mempersiapkan diri dikamarnya, dia memakai rantai kalung simbol pemimpin suku yang diberi neneknya. Dia lalu menyelipkan sebuah katana (pedang ninja) dibalik ikat pinggangnya. Dan dia juga membawa sisir yang diberikan Gennosuke. Saat dia keluar, banyak orang telah berlutut menunggunya.

Yah, pertarungan sepertinya akan dimulai.

* * *

Gennosuke dan keempat orang yang dia bawa, berjalan cepat melintasi hutan. Kadang mereka berlari dan meloncat dengan ringan kesana-kemari. Istana Sumpu masih begitu jauh.

Oboro dan orang-orangnya pun telah memasuki hutan. Mino Nenki tak terlihat berjalan dengan mereka, tapi dia meloncat berpegangan dari pohon kepohon dengan lincahnya seeperti monyet.

Rombongan Gennosuke tiba di Ise Nasugahara. Muroga Hyoma memutar sebuah benda bulat dari kayu yang dipenuhi huruf kanji.

“Petarung dari Iga sedang mengikuti kita.” kata Muroga Hyoma. Walaupun tak bisa melihat, ia memiliki kemampuan seperti indera keenam yang bisa melihat keberadaan musuh.
“Benarkah?” tanya Gennosuke.
“Mereka dipimpin oleh...seorang wanita cantik.” kata Muroga Hyoma lagi.

Ekspresi Gennosuke langsung berubah antusias tapi pandangannya sedih. Sementara Kagero, wanita seksi itu mencibir dengan wajah iri.(nih cewek jelas suka ma Gennosuke) Dia tahu apa artinya wanita cantik pemimpin Iga itu bagi Gennosuke setelah mengintip pertemuan rahasia mereka.
“Dimana mereka?” tanya Chikuma Koshiro, sepertinya dia tak sabar ingin segera bertempur.
“Mereka sepertinya berpencar...” kata Muroga Hyoma sambil terus meraba benda bulat ditangannya. “Dua orang menuju kesini. Sementara tiga lainnya, sepertinya memutar kedepan.”
“Dan dimana dua orang tersebut yang mendekati kita?” tanya Chikuma Koshiro lagi.
Muroga Hyoma belum sempat menjawab. Tiba-tiba terdengar sesuatu diatas mereka, dan mereka semua langsung meloncat menghindar. Mino Nenki meluncur turun dengan kecepatan tinggi kearah mereka. Dia mendarat diatas batu dengan tampang geram. Matanya tertutup bulu binatang dan suaranya menderu dari antara gigi-giginya yang hitam seperti gigi binatang. Singkatnya Mino Nenki ini memang seperti binatang. Gabungan beruang, serigala, monyet dan binatang lainnya ha ha...

Kelompok Gennosuke pun jadinya terpencar. Chikuma Koshiro mendaratkan kakinya sendirian ditengah tanah yang agak luas karena pohonnya habis ditebangi. Menyadari kehadiran seseorang, dia segera mengedarkan pandangan. Yashamaru berdiri diatas pohon sedang mengamatinya. Keduanya langsung siap-siap bertarung.(Kalau dua orang ini, kayaknya emang udah panas-panasan semenjak dari istana Sumpu.)
Yashamaru meloncat kabur(atau sengaja). Chikuma Koshiro mencibir dan langsung melesat mengejarnya. Yashamaru gelantungan dengan tali-tali hitamnya dari pohon ke pohon (ini mengingatkan aku pada Spiderman), sementara Chikuma Koshiro meloncat sambil menjejakan kakinya pada batang pepohonan dan melepaskan senjata besi-besi kecilnya. 

Yashamaru berhasil menghindari besi-besi  itu dan balik melepaskan tali-tali hitam kearah Chikuma. Chikuma terdesak dan hampir kena. Yashamaru mengejarnya. Chikuma segera mengeluarkan kusarigama(senjata yang berupa rantai dengan besi pemberat pada ujungnya, dan sabit pada ujung satunya lagi) dan menyerang. Yashamaru meladeninya dengan kibasan lengan bajunya. Mereka kelahi dengan posisi setengah terbalik, karena menjejakan kaki mereka di batang pohon.(hebat!) Akhirnya tali-tali hitam Yashamaru berhasil mengenai Chikuma. Chikuma mental dan jatuh ketanah. Dia buru-buru berdiri dan mencari keberadaan Yashamaru. Saat Chikuma berbalik, Yashamaru terbang melewatinya dan mengenai kepalanya sedikit. Mereka kemudian berdiri berhadapan. Yashamaru sudah memegang segenggam rambut Chikuma ditangannya.

“Chikuma Koshiro dari Koga Manjidani.” Chikuma memperkenalkan diri.(penting gitu yaaa...haha lagi kelahi juga.)
“Yashamaru dari Iga Tsubagakure.” balas Yashamaru lalu dia melemparkan rambut Chikuma ketanah.
Mereka siap-siap bertarung lagi. Chikuma dengan cepat melepaskan besi-besi kecilnya, dan Yashamaru dengan sigap langsung menangkis dengan lengan bajunya. Chikuma kemudian kembali mengeluarkan kusarigama dan melesat dengan cepat mengincar Yashamaru.

Ditempat lain, terlihat Kisaragi Saemon main kucing-kucingan dengan Mino Nenki. Kisaragi Saemon memiliki kemampuan yang bisa menghilang seperti asap dan merubah dirinya seperti wujud orang lain sekaligus meniru suara orang itu, sedangkan Mino Nenki adalah manusia yang seperti binatang atau beastman yang memiliki penciuman tajam.
Kisaragi Saemon terus muncul dan hilang seperti bayangan. Mino Nenki mulai hilang kesabarannya, dia segera mengeluarkan shuriken atau senjata seperti 4 bilah pedang yang berjejer seperi kipas, masing-masing dipegang dikedua tangannya.(kalau ini ngingetin aku pada Wolverine) Dia lalu menyerang Kisaragi Saemon membabi buta, tapi wujud Kisaragi Saemon yang dia serang selalu menghilang seperti asap. Tiba-tiba seorang wanita cantik muncul disana dekat sebuah pohon dan berdiri dengan gaya yang menggoda. Wanita itu adalah Kagero.
Mino Nenki segera meloncat ke arah wanita itu dan mengunci tubuh Kagero dengan menancapkan dua shurikennya di batang pohon. 

Kagero terus menggoda dengan pandangannya dan Mino Nenki mulai terpengaruh. Sementara Kisaragi Saemon hanya memandang mereka tak jauh dari situ, sepertinya pertarungan diambil alih Kagero. Wajah Mino Nenki mendekat dan mencium Kagero. Kagero diam tak melakukan apa-apa. Namun sedetik kemudian tubuh Mino Nenki mental ketanah dan darah muncrat dari mulutnya. Kagero hanya memandanginya dengan dingin sambil memilin-milin rambutnya. Kagero adalah wanita beracun, racun mengaliri darahnya. Dia bisa membunuh musuh hanya dengan meniupkan racun, atau dengan mencium mereka.
Dari peristiwa ini, bisa diambil hikmah, bahwa sebuas apapun pria, ujung-ujungnya jatuh ditangan wanita...he he... :P

Gennosuke ada ditempat lain bersama Muroga Hyoma.
“Gennosuke-sama. Aku akan pergi lebih dulu untuk menyerang tiga lainnya.” kata Muroga Hyoma.
“Hyoma...” desis Gennosuke.
“Jika kau mengambil pertarungan ini dari kami. Maka tidak ada yang tersisa. Karena ini takdir kita.” kata Muroga Hyoma, lalu pergi dari situ.
“Hyoma!!” Gennosuke teriak memanggilnya.

Kembali ke pertarungan antara Chikuma Koshiro dan Yashamaru. Dua orang itu masih kejar-kejaran. Keduanya sama-sama kuat dan gesit. Dua sesi pertarungan telah dilalui dan belum ada yang tumbang. Kali ini sesi penentuan. 

Keduanya kembali berdiri berhadapan dan memasang kuda-kuda. Chikuma Koshiro melangkah pelan kebalik pohon, tali-tali hitam Yashamaru dalam sekejap melesat dan menghancurkan batang pohon itu. Chikuma Koshiro memanfaatkan ini dengan tiba-tiba muncul dan membabat putus tali-tali hitam yang masih menancap dibatang pohon dengan kusarigama. Setelah itu dia menyerang mendesak mundur Yashamaru hingga ke ujung jurang. Tapi keadaan kemudian berbalik, Yashamaru melancarkan serangan tali-tali hitamnya lagi, dia berhasil mengikat pinggang Chikuma Koshiro dan mengangkat lalu membanting keras tubuh Chikuma ketanah. Masih belum puas, Yashamaru meloncat dan menginjak perut Chikuma.
Chikuma masih hidup, tapi tubuhnya tak bisa digerakan. Dia hanya bisa menatap Yashamaru dengan kebencian saat Yashamaru perlahan mendekatinya lagi. Chikuma meraba kusarigama disamping kirinya, dia memegang senjata itu erat dan melemparnya terbang kearah Yashamaru. Yashamaru berkelit dan bersiap melepaskan tali-tali hitamnya. Chikuma dengan cepat melempar kusarigama satunya lagi yang ada disamping kanannya. Kedua kusarigama itu melesat dan menarik tubuh Yashamaru hingga terikat erat di sebatang pohon, Chikuma tambah mempereat ikatan itu dengan menarik dua ujung kusarigama yang ada dikedua tangannya. Dan kedua ujung kusarigama yang lain(ujung besinya ada ditangan Chikuma, berarti ujung yang lain ini adalah sabit), terus berputar mengeliling tubuh Yashamaru. Yashamaru berhasil menghindari sabit yang satu, tapi satunya lagi berhasil menancap didada kirinya.
Chikuma perlahan berdiri sambit terus menatap lawannya yang sudah tak berdaya sekarang. Yashamaru masih bernafas, sabit itu tidak terlalu dalam menancap didadanya. Tapi tiba-tiba Kisaragi Saemon muncul didepannya dan mendorong sabit itu lebih dalam dan mencabutnya. Yashamaru langsung tak bernyawa.
“Dia punya wajah yang baik.” kata Kisaragi Saemon sambil memegang sabit ditangannya. “Aku akan memilikinya.”

Kagero pun muncul disitu, dia berdiri bersama Chikuma menyaksikan aksi Kisaragi Saemon mengambil wajah Yashamaru. Kisaragi Saemon berlutut disamping jasad Yashamaru dan mulai membuka tutup kepalanya. Begitu tutup kepalanya dibuka, ternyata didalamnya Kisaragi Saemon masih memakai topeng lagi. Kepalanya botak, dan diatas kedua bahunya tersusun bilah-bilah bambu kecil yang diikat hingga mencapai telinga.(gak tahu nih buat apa, mungkin buat nahan kepalanya kali yaa) 

Dia kemudian membuka topengnya, dan nampak sebuah wajah yang bersih dan tidak bisa dibilang jelek. Setelah itu dia bersuara aneh seperti mengeluarkan roh dari mulutnya lalu meletakan tangannya yang memakai sarung tangan hitam diatas wajah Yashamaru dan meremas-remas. Selanjutnya tangan yang tadi dia taruh diwajahnya dan mengusap-usap. Ketika tangannya diturunkan, tampaklah wajah Yashamaru yang tersenyum sinis.(Ya elaaah segitu doang ngambil wajahnya, ternyata cuma di copy, aku pikir bakal ada darah-darahnya lagi ha ha...)

Hasil pertarungan sejauh ini:
Petarung Iga Tsubagakure tinggal tiga orang.(udah gitu yang mati ilmunya serem-serem lagi)  Sedangkan petarung Koga Manjidani masih komplit lima orang.

* * *

Di Ise Matsuzaka, tampak tiga orang petarung yang tersisa dari Iga Tsubagakure. Oboro, Hotarubi dan Yakushiji Tenzen. Yakushiji Tenzen sibuk memahat sebuah patung kayu sambil duduk dipinggir air terjun, sementara Oboro duduk tak jauh darinya sedang melamun. Hotarubi kemudian mendekati Oboro.
“Oboro-sama, aku membuat ini. Ini adalah manisan silverberry.” Hotarubi mengulurkan sebuah tempat seperti anyaman kecil yang berisi permen warna-warni.
Oboro mengambil permen dan mengucapkan terima kasih dengan mata penuh kasih pada Hotarubi. Sepertinya Oboro sayang banget pada gadis remaja itu. Oboro makan permen dan tersenyum.
“Enak.” kata Oboro.
Hotarubi tersenyum senang dan agak malu-malu berkata, “Tidak seenak buatanmu.”
“Aku membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajarinya. Nenek duduk denganku selama berjam-jam didepan api. Sampai akhirnya aku berhasil mempelajarinya.” kenang Oboro.
Wajah Hotarubi jadi tampak sedih. “Musim semi berikutnya…ajari aku, ketika pohon sedang berbuah.”
Oboro tersenyum dan mengajak Hotarubi duduk disampingnya.
“Aku tidak memiliki orang tua, kakak, ataupun adik. Kaulah satu-satunya yang selalu peduli padaku.” kata Hotarubi.
“Aku juga, kehilangan orang tuaku.” kata Oboro lalu berdiri. “Jika ada seseorang yang tidak ku inginkan dalam pertarungan ini, itu adalah kau.”

“Oboro-sama, mengapa Iga dan Koga harus bertarung? Aku tak mengerti.”
“Aku juga. Aku juga tidak mengerti.” balas Oboro dengan mata menerawang.

Chikuma Koshiro dan Kagero datang menemui Gennosuke.
“Gennosuke! Kenapa kau tidak bertarung?!” kata Chikuma protes.
“Aku tidak punya alasan untuk itu.” jawab Gennosuke.
“Alasan?” Chikuma bingung dengan kata-kata Gennosuke.
“Aku hidup hanya untuk membunuh. Jadi apa yang harus aku lakukan?” timpal Kagero.
“Ada kehidupan tanpa pembunuhan!” seru Gennosuke pada Kagero.
“Aku akan bertarung! Aku tidak akan pergi ke Sumpu! Hanya ini jalan yang aku bisa.” Chikuma berkeras.
“Aku akan pergi sendiri.” kata Gennosuke lalu pergi.
“Kau seharusnya ikut.” kata Chikuma pada Kagero.
Mata Kagero tampak sedih dan menunduk.
Dan tak jauh dari situ, ada seorang ninja yang mengamati mereka dari atas pohon.(mungkin itu orang dari shogun)

Terlihat sepasang kaki dan sebuah tongkat mengendap perlahan di air sungai, sepertinya mendekati tempat dimana Oboro dan kelompoknya berada. Disana Oboro masih berbincang-bincang dengan Hotarubi.
“Sekarang aku tahu. Kita bertarung....” Hotarubi tiba-tiba berdiri dengan bersemangat. “....untuk menyerang kembali mereka yang menyerang kita. Kemampuan kita melawan mereka....membayar satu kematian dengan lainnya....”
Oboro tercengang menatap Hotarubi yang tiba-tiba seperti itu.
Sementara itu ada seseorang yang mengangkat tongkatnya dan seketika berubah menjadi sebilah pedang panjang.
“....satu hal yang aku pegang lebih sayang dan lebih dari yang lainnya, adalah kau Oboro-sama.” usai berkata ini, Hotarubi lalu mengambil debu kuning dari kantong kecilnya dan memercikkannya kedepan. 
Debu itu bersinar seperti serbuk peri. Debu milik Hotarubi ini bisa memanipulasi kupu-kupu dan ngengat.
Yakushiji Tenzen yang saat itu masih sibuk memahat kayu, tak menyadari munculnya seseorang dibelakangnya. Seseorang itu menusukan pedangnya dari punggung Yakushiji hingga tembus kedepan. Yakushiji terpaku dengan mata membelalak dan tak bisa bernafas. Orang yang menusukan pedang muncul dari belakang Yakushiji, dia Muroga Hyoma.

“Perang antara Shinobi....adalah neraka darah.” desis Muroga Hyoma dengan suara keji.
Yakushiji Tenzen menggeram dan roboh ketanah. Oboro tersentak dan menoleh kebelakang. Muroga Hyoma berjalan mendekati tempat Oboro dan Hotarubi berada. Tiba-tiba kabut kuning diikuti sekumpulan burung kuning datang menyelubungi Muroga Hyoma. Dia kalang kabut menghalau kumpulan burung-burung itu. Oboro dan Hotarubi diam ditempatnya dengan perasaan puas.
Disaat kewalahan menghalau burung-burung itu, tiba-tiba ada yang menusuk punggung Muroga Hyoma dari belakang dengan pedang yang masih terbungkus sarungnya. Muroga Hyoma meregang nyawa dengan mulut menganga lebar. Dari belakangnya Yakushiji Tenzen muncul sambil tertawa seram.

“He he he….ya, benar-benar neraka darah.” kata Yakushiji.
Muroga Hyoma mendelik kearah Yakushiji dan mendesis, “Sialan kau! Kau abadi?”
“Tidak! Tidak ada untungnya mati.” jawab Yakushiji. Yakushiji Tenzen memiliki tubuh yang menjadi rumah bagi para cacing parasit. Cacing parasit inilah yang membuatnya abadi dan menyembuhkan luka apapun yang dideritanya.
Saat itu, Gennosuki pun muncul disana. Dia tertegun melihat peristiwa itu. Yakushiji langsung siap-siap menyambutnya. Dia mencabut pedang dari dada Muroga tapi masih membiarkan sarungnya menancap dan menebas kepala Muroga hingga putus. Akhirnya Gennosuke melihat kehadiran Oboro disana. Mereka sama-sama terkejut. Tapi kagetnya Oboro hanya sekejap, wajahnya langsung berubah dengan ekspresi siap bertarung.
“Gennosuke dari Koga.” sapa Yakushiji sambil mengangkat pedangnya ke arah Gennosuke. 

“Aku ingin sekali bertemu denganmu.” setelah itu Yakushiji mencabut sarung pedangnya yang masih menancap didada Muroga. Moroga Hyoma langsung roboh ketanah.
Tiba-tiba Kagero muncul diantara Gennosuke dan Yakushiji Tenzen. Dia melindungi Gennosuke sambil meniupkan kabut racun ke arah Yakushiji. Yakushiji buru-buru menutupi hidungnya dengan lengan baju.
“Kabut racun.” ujar Yakushiji.
Kagero kabur bersama Gennosuke. Dan wajah Oboro langsung terlihat lega sekaligus sedih.

Gennosuke meneruskan perjalanannya menuju istana Sumpu. Kagero datang mencegatnya. Gennosuke tak menghiraukan, tapi Kagero lalu menarik lengan Gennosuke dan menguncinya dengan lengan baju hingga terdesak kedinding batu.

“Gennosuke-sama....aku tahu alasannya kenapa kau tidak ingin bertarung. Mengapa ini harus terjadi dengan seorang perempuan dari musuh kita? Mengapa kepala suku kami...memilih Oboro musuh kita? Katakan!” Kagero berkata sambil memandang tajam mata Gennosuke. Saking emosinya, perlahan urat-urat dileher dan wajahnya mulai tampak. Dia ingin mencium Gennosuke.
“Apa kau ingin membunuhku?” tanya Gennosuke.
“Aku seorang wanita yang menggunakan racun seumur hidupnya. Dan aku belum pernah tidur dengan seorang pria, kecuali alasan tugas sebagai seorang Shinobi. Disini dan sekarang, aku harap bisa mati bersamamu.” bisik Kagero sedih. Dia lalu perlahan mendekatkan wajahnya lagi. Gennosuke pun diam tanpa penolakan. Namun akhirnya Kagero tak bisa melakukannya dan menangis.(mmm...dia jelas mencintai Gennosuke)

“Aku tak bisa....aku tak bisa membunuhmu.” Kagero menangis sambil memeluk Gennosuke.
Gennosuke menarik nafas lega dan memegang pundak Kagero. “Kagero. Mati tidak mencapai apapun.” kata Gennosuke.
Kagero tiba-tiba menjauh melepaskan pelukan dan berdiri tegak menghadap Gennosuke.
“Ingat! Kau adalah kepala suku Manjidani.” kata Kagero mengingatkan Gennosuke.

Hasil pertarungan:
Kali ini menjadi 3 untuk Iga dan 4 untuk Koga.

Malam pun tiba. Di istana Sumpu, Hattori Hanzo dan Nankobo Tenkai sama-sama menghadap sebuah peta. Mereka sedang memperkirakan sampai dimana para petarung Iga dan Koga saat ini.
“Kemungkinan mereka mengambil kapal di Ise Matsuzaka....dan menuju Atsumi. Apa yang harus kita lakukan?” tanya Hattori Hanzo.
“Hanzo. Kau tahu apa yang harus dilakukan.” kata Nankobo Tenkai.
“Aku tidak akan gagal. Untuk kehormatanku.”
Dan diluar tempat itu, tampak seorang ninja jongkok dalam kegelapan menyimak pembicaraan mereka.

* * *

Keesokan harinya, saat matahari muncul dari peraduannya, Oboro dan kelompoknya sudah melanjutkan perjalanan. Tapi ada yang aneh. Yashamaru terlihat berjalan bersama mereka. Sedangkan Yashamaru yang sebenarnya sudah meninggal. Jadi jelas siapa yang sedang bersama mereka, Kisaragi Saemon.
Mereka tiba di Mikawa Atsumi, sebuah desa atau kota(aku udah gak bisa ngebedain) yang agak sepi. Tiba-tiba mereka diserang dengan senjata rahasia seperti besi-besi kecil yang entah datang darimana. Yakushiji Tenzen dengan sigap menghalau serangan senjata rahasia itu dengan pedangnya. Setelah itu mereka berempat langsung siaga dan berdiri saling membelakangi agar bisa mengawasi kesegala arah. Dari atas sebuah menara, kemudian terlihat seorang pria yang melemparkan senjata rahasia tadi, dia Chikuma Koshiro(gak heran sih, itu emang senjatanya), dan dia mulai melancarkan serangan lagi. Yakushiji menghalaunya lagi dengan pedangnya. Oboro melindungi Hotarubi dengan mendorongnya dan ikutan menangkis senjata yang datang dengan pedangnya. Melihat itu, penduduk yang tadi pada berkeliaran langsung lari menyembunyikan diri.
Yakushiji kemudian membalik gerobak yang ada disitu untuk dijadikan tameng agar Oboro dan yang lainnya bisa lari sembunyi. Mereka akhirnya berlindung disebuah gang. Yashamaru ‘jadi-jadian’ tiba-tiba menghunuskan pedangnya. Hotarubi melihat gelagat aneh itu dan bergerak melindungi Oboro dengan lengannya. Alhasil pedang Yashamaru langsung mengenai lengan Hotarubi. Hotarubi lalu mendorong Yashamaru keluar dari gang itu dan sama-sama jatuh ketanah. Oboro mengejar mereka, tapi yakushiji menahannya. Dan ketika Yashamaru bangkit berdiri, Yakushiji langsung menebasnya dengan pedang. Yashamaru kembali jatuh ketanah dan tergeletak. Lalu perlahan, wajahnya berubah kembali ke wajah asli Kisaragi Saemon. Saat mereka masih kaget melihat perubahan wajah jasad Yashamaru ‘jadi-jadian’, Chikuma kembali melepaskan besi-besinya. Hotarubi yang saat itu terluka dan masih ada ditempat terbuka, segera berguling menyelamatkan diri. 

Dia bersandar disebuah tiang dan mengeluarkan debu kuningnya dengan tangan gemetar. Oboro melihatnya dengan khawatir.
Yakushiji bergerak lagi menghadapi Chikuma. Kali ini dia melempar dua chakram atau chakkar (senjata yang berbentuk cincin seperti senjata milik Xena-The warrior princess) 

Senjata cincin yang setajam pedang itu melayang dan berputar hingga memotong tiang menara tempat Chikuma berada. Ketika tempat berdirinya oleng, Chikuma segera meloncat menyelamatkan diri, tapi chakram-chakram itu berhasil menghantamnya hingga jatuh berdebam mengenai sebuah rumah. Menara itu roboh dan cincin-cincin maut itu pun kembali ke tuannya.
Hotarubi masih belum berhasil melepas debu-debunya dan tangannya masih dalam posisi terulur. Oboro menghambur kedekatnya dengan panik.
“Luka ini tidak dalam.” kata Hotarubi dengan napas agak sesak ingin menenangkan Oboro.
Tiba-tiba Chikuma keluar dari bangunan tempat dia jatuh tadi. Hotarubi buru-buru berdiri, entah untuk apa. Dan secepat itu pula Chikuma melepaskan besi-besinya. Tiga besi akhirnya menancap di punggung Hotarubi. Kejadian itu berlangsung cepat dan tepat didepan mata Oboro. Hotarubi roboh kepelukan Oboro dan Chikuma kabur dengan merampas kuda salah seorang penduduk tempat itu.
“Hotarubi!” seru Oboro panik.
Hotarubi terbaring tak berdaya dan memandang Oboro. “Oboro-sama…” panggil Hotarubi sebelum kepalanya terkulai tak bernyawa.
“Hotarubi…. Hotarubi!!!” jerit Oboro sambil mengguncang-guncang tubuh Hotarubi. Tapi Hotarubi diam tak bergerak lagi. Oboro pun menangis. “Sekarang…untuk pertama kali, aku benci nenekku! Kenapa anak ini? Kenapa Hotarubi…?” tangis Oboro.
“Tentu saja. Karena dia tahu Hotarubi...akan menyerahkan nyawanya untukmu.” kata Yakushiji. “Kita semua lahir dibawah bintang yang mengatur takdir kita. Dan Hotarubi telah menjalani takdirnya untuk mati mempertahankan dirimu. Apa ada yang lainnya disana yang bisa melakukan itu?”
“Jangan berkata seperti itu!” bentak Oboro.
Yakushiji lalu berjalan mendekati Oboro. “Kematian mereka tidak boleh disia-siakan.” katanya sambil menunduk pada Oboro.
Oboro diam menahan emosi, kemudian berkata, “Jangan. Jangan berkata lagi.” dengan mata dipenuhi kebencian dan dendam.
Oboro lalu menunggangi kuda mengejar Chikuma Koshiro. Dia melarikan kuda itu dengan kecepatan tinggi, hingga berhasil menyusul Chikuma. Chikuma melihat Oboro dibelakangnya dan pindah posisi duduk terbalik untuk melepaskan senjata besi-besinya. Chikuma melakukan itu dengan kesusahan, karena dia sendiri juga sudah terluka. Tapi Oboro bisa menangkis serangan besi-besi itu dengan pedangnya.
Akhirnya Oboro berhasil mensejajarkan kudanya dengan kuda Chikuma. Setelah sejajar, dia tidak melakukan apa-apa dalam bentuk menyerang. Dia hanya menjaga posisi hingga benar-benar pas disamping Chikuma, kemudian dia memejamkan matanya dalam. Chikuma bingung mengamati aksi Oboro, dan tidak melakukan serangan apa-apa. Tapi saat mata Oboro terbuka, mata itu berubah warna dan memancarkan sinar seperti radiasi yang menembus mata Chikuma hingga kesegala organ tubuhnya. 

Otak Chikuma pecah, begitupun pembuluh-pembuluh darah penting ditubuhnya. Dan tubuh Chikuma pun jatuh dari kudanya. Itulah kekuatan ‘Mata Penghancur’ Oboro, yang bisa langsung melumpuhkan lawan hanya dalam sekali pandang.
Chikuma masih bernafas walaupun tubuhnya sudah bisa dibilang hancur dan tergeletak dengan posisi tak wajar. Oboro lalu turun dari kuda mendekatinya. Yakushiji Tenzen pun tiba disitu, tapi hanya sebentar. Dia langsung pergi dan tak mau mengganggu Oboro.
“Gennosuke.....aku bertarung....aku tidak menyesal untuk mati.” kata Chikuma terbata. Tapi Oboro hanya diam memandangnya dengan penuh kebencian. Chikuma berkata lagi, “Lakukan. Bunuh akuuuu!!!!” teriaknya.

Oboro kemudian mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan menghujamkannya ketubuh Chikuma. Dia terlihat puas setelahnya, itu pembayaran atas nyawa Hotarubi.

Gennosuke menemukan sebuah patung kayu kecil(bentuknya seperti wujud Dewi Kwan Im) dibawah pohon. Ukuran patung itu mirip dengan patung yang dipahat Yakushiji Tenzen. Ketika patung dibalik, dibelakangnya ada tulisan yang di ukir.
‘Kuil yang terlupakan dibarat, jam babi hutan’ (tahu deh nih penulisanku bener ato gak)
“Yakushiji Tenzen.” kata Gennosuke. “Dia ingin berhadapan denganku seorang diri.”
“Tenzen…” desis Kagero. “Kata orang dia sudah hidup selama 300 tahun. Ini pasti jebakan.” Kagero memperingatkan.
“Aku akan baik-baik saja.” kata Gennosuke lalu meneruskan perjalanan.
Di atas pohon tak jauh dari mereka, kembali terlihat seorang ninja melesat pergi setelah mengawasi.

Hasil pertarungan:
Sekarang menjadi 2 : 2 sama.
Dari Koga, tinggal Gennosuke dan Kagero. Sedangkan Iga, tinggal Oboro dan Yakushiji Tenzen.

* * *

Malam hari, di daerah Totomi Sayononakayama. Gennosuke dan Kagero tiba dikaki sebuah tangga yang (mungkin) menuju kuil. Saat akan naik, Gennosuke menyuruh Kagero menunggunya disitu. Kagero pun diam patuh dan mengamati orang yang dicintainya pergi dengan sedih.
Sesampainya di atas, benar saja ada bangunan tua yang terpencil.(tapi masih belum tau itu kuil atau tidak) Tapi tak ada siapa-siapa disana. Gennosuke maju perlahan mendekati bangunan itu. Dan tiba-tiba terdengar suara.
“Sang pemberani kepala Suku Manjidani. Kau kesini sendirian.” kata seseorang dari dalam bangunan itu yang sedang memahat patung kayu kecil. Gak salah lagi, pasti Yakushiji Tenzen. Dia mengamati Gennosuke yang ada diluar dari sela-sela dinding bangunan.
“Apa yang kau inginkan?!” seru Gennosuke.
“Hanya tersisa dua nyawa yang selamat dari masing-masing suku.”
“Aku tak ingin bertarung!” seru Gennosuke lagi.
Mendengar itu, Yakushiji membuka pintu bangunan itu dan bicara, “Gennosuke Koga. Katamu…kau akan berangkat ke Sumpu, untuk mengetahui kebenaran. Dalam kasus ini, aku akan mengatakan kebenaran padamu.” Yakushiji mulai melangkah keluar dari bangunan dan berjalan lurus ke arah Gennosuke. 
“Selama bertahun-tahun, aku menyaksikan shinobi datang dan pergi. Itu sebabnya aku tahu…zaman ini tidak membutuhkan kita. Sementara negeri ini dalam peperangan, kita berada dalam kegelapan. Melayang dari bayangan, dan mengangkat shogun ke tahta mereka. Tapi sekarang kedamaian datang. Tak perlu lagi ada desa-desa yang tersembunyi dari petarung-petarung shinobi yang perkasa. Untuk mengakhiri sebuah pengembaraan tanpa tujuan? Untuk pergi jauh ke pegunungan dan kelaparan disana? Jika ada pilihan, apa kau tidak mau....masuk dalam kisah mulia dengan kedua desa kita?” saat ini Yakushiji sudah berdiri tepat dibelakang Gennosuke. “Bagaimana, Gennosuke?”
“Hidup kita lebih berarti daripada membunuh.” jawab Gennosuke.
“Kalau begitu apa jalan yang kau pilih?” Yakushiji berdiri didekat Gennosuke. “Mencintai musuhmu?” sindir Yakushiji. Gennosuke menoleh kaget, dan Yakushiji tertawa terbahak-bahak. Kemudian Yakushiji bicara lagi, “Tapi Oboro yang sekarang…telah menjadi kepala suku Tsubagakure sejati. Dalam kesedihan saat kematian kawan-kawannya, hatinya telah berubah menjadi besi. Dia bukan lagi Oboro yang kau cintai! Kau seharusnya tak pernah meninggalkan desamu.”
“Kenapa tidak?” tanya Gennosuke.
“Sebuah pasukan tentara dibawah pimpinan Yagyu....bergerak ke arah dua desa itu. Mereka akan tiba besok. Pada saat kau tiba di Sumpu, kau tidak akan punya tempat tinggal untuk kembali!” suara Yakushiji menggelegar. Sekilas terlihat sebuah pasukan tentara berbaris beriringan dalam perjalanan.
“Kau memberikan mereka petanya?” Gennosuke memandang Yakushiji tajam.
Tapi Yakushiji membelakanginya dan berkata, “Sang penguasa...memancarkan sinarnya keseluruh bumi.” Yakushiji mengangkat kedua tangannya seperti ingin memberi berkat. “Bagaimana orang tidak tahu ada desa-desa yang tersembunyi dan tidak dapat dicapai? Takdir kita adalah hidup dalam kegelapan dan mati didalamnya. Jadi biarlah kita menghilang, tak diketahui, dalam bayang-bayang usia ini....haruskah kita?!!” teriak Yakushiji yang tiba-tiba telah melepaskan chakram ke arah Gennosuke. Tapi secepat chakram itu pergi, lebih cepat lagi chakram itu kembali dan menembus tubuh pemiliknya. Dua bilah chakram berlumuran darah itu menancap dibatang pohon, dan Yakushiji roboh ketanah.
Tak tau apa yang telah dilakukan Gennosuke. Yang pasti setelah itu, dia mengeluarkan patung kayu dari balik bajunya dan meleparkannya ketubuh Yakushiji, lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Yakushiji Tenzen tergeletak tak bernyawa diatas tanah yang dipenuhi daun-daun kering. Bulan purnama bersinar tepat diatasnya, dan terdengar samar suara burung disekitarnya. Yakushiji menggerakan matanya.
“Aku masih tak bisa mati” katanya. Tampak dua luka menganga di dadanya. Luka itu merah dan bergerak-gerak. Merahnya bukan daging, tapi sekumpulan ulat-ulat parasit yang membuatnya tetap hidup.(yucks, gak banget liatnya) “Pria terbaik Koga, memiliki kemampuan yang luar biasa. Tapi tetap saja, aku tak bisa mati.” Yakushiji Tenzen tersenyum penuh kemenangan seiring lukanya sembuh, atau mungkin senyum kecewa karena masih tak bisa mati.
Tapi kemudian tiba-tiba Kagero muncul disitu dan menyerang membabi-buta dengan pedang.
“Monster!” geram Kagero sambil berusaha menancapkan pedangnya.
Yakushiji menahan tangan Kagero(ngapain ditahan, toh kenapun dia gak bisa mati), dan mendorongnya. Kagero mental tapi buru-buru berdiri tegak dengan pedang pendek ditangan(mirip sword cane Shikomizue).

“Seorang wanita yang memiliki nafas beracun menyebutku monster?” kata Yakushiji sambil bangkit berdiri. “Aku sudah melihat kemampuanmu.”
Mereka kemudian berdiri sambil berputar-putar, saling mencari kesempatan dan bertahan.

“Saat kita sudah selesai. Kau Kagero, bukan? Bisakah kau membunuhku?” tanya Yakushiji. Luka diwajahnya bekas sayatan pedang Kagero tadi perlahan menghilang.
Kagero mundur perlahan, Yakushiji melangkah mendekatinya. Kagero lalu meloncat mundur sambil melepaskan kabut beracun-nya, namun Yakushiji berhasil menghalaunya dengan kibasan lengan bajunya sambil berputar-putar hingga mencapai Kagero dan menusukkan pedang ketubuh wanita itu. Saat Yakushiji menarik kembali pedangnya, Kagero roboh tapi Yakushiji menopangnya.

Saat itu, Gennosuke telah tiba dibawah. Dia celingak-celinguk, sepertinya sedang mencari Kagero. Dan dikejauhan tampak beberapa ninja berkelebatan meloncat diantara kegelapan malam dengan cepatnya.

Yakushiji menopang tubuh Kagero yang masih bernafas.
“Jangan terlahir kembali….sebagai seorang shinobi.” kata Yakushiji sambil memandang wajah Kagero. “Akhirilah pada diriku.”
Kagero terlihat sedih menatap Yakushiji. Dan Yakusihiji pun mencium Kagero. Saat ciuman itu usai, wajah Yakushiji mulai berwarna kebiruan. Nafasnya mulai sesak, dan ulat-ulat merah berloncatan keluar dari pori-pori tangannya (yucks! >.<). Tubuh Yakushiji mulai kaku, dia melepaskan tubuh Kagero dan jatuh. Kagero masih berdiri dengan lunglai.
Gennosuke tiba disana. Dia kaget melihat keadaan Kagero. “Kagero!!” teriaknya.
Kagero memandangnya sedih dan tersenyum, sebelum kemudian roboh ketanah. Gennosuke berlari mendekati tubuh Kagero, tapi Kagero sudah tak bernyawa lagi. Gennosuke lalu melirik tubuh Yakushiji Tenzen yang membiru dan tergeletak tak jauh dari situ sambil menghadap patung kayu buatannya. Gennosuke lalu menangis. Tiba-tiba, empat senjata berbentuk bintang(senjata khas ninja) terbang perlahan, dan kemudian melesat cepat ke arah Gennosuke. Gennosuke menyadari itu, matanya tiba-tiba bersinar merah dan dia meloncat.
Keempat senjata bintang itu gagal mengenai sasaran dan menancap pada batang pohon. Gennosuke kembali mendarat ditanah. Beberapa orang ninja dengan pakaian serba hitam(khas ninja) bergerak perlahan dibelakangnya, mereka semua menghunus pedang untuk menghabisi Gennosuke.

Gennosuke hanya diam membelakangi mereka. Ini memudahkan mereka untuk menyerangnya. Tapi baru saja orang yang paling dekat dengan Gennosuke mengayunkan pedangnya, pedang Gennosuke lebih cepat lagi terayun memenggal perutnya hingga terbelah dua.(Ihh!)
Ninja yang lain langsung bersiaga dan menyerang.  

Mata Gennosuke kembali memerah, dan semua jadi tampak lambat dimatanya. Para ninja yang menyerangnya jadi terlihat slow motion, padahal siapa yang tak tahu kecepatan tubuh ninja. Inilah kemampuan khusus Gennosuke, dia bisa melihat, bereaksi dan bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi. Saking cepatnya, lawan tidak bisa melihat kapan dia bergerak. 

Dan akhirnya ninja yang ada lebih dari duapuluh orang itu, jatuh berserakan tak bernyawa disekeliling Gennosuke. Walaupun begitu, Gennosuke tak suka melihat hasil dari pertempuran itu. Dia berlutut dan berteriak kencang. Gennosuke menangis lagi.

Dan akhirnya, yang tersisa tinggal pasangan kekasih kita…Gennosuke dan Oboro.

* * *

Keesokan paginya, Gennosuke tiba dipadang gurun. Oboro telah menunggunya disana. Gennosuke menghentikan langkahnya dan memandang kekasihnya yang berdiri membelakanginya dikejauhan. Gennosuke meneruskan langkahnya mendekati Oboro, Oboro kemudian berbalik berdiri menghadap kekasihnya. 

Angin bertiup sangat kencang saat itu, hingga menerbangkan baju dan rambut mereka. Tapi mereka tetap berdiri tegak saling berhadapan.
“Jadi….tampaknya kita harus bertarung.” kata Gennosuke.
“Itu harus. Tapi cinta kita hanyalah mimpi. Bintang kita sudah diseberangi, dengan begitu banyak kematian.... Tidak ada jalan untuk kembali.” balas Oboro dengan pandangan tajam.
“Mendekatlah padaku.” kata Gennosuke menanggapi penolakan Oboro.(dia tetap pada pendiriannya ingin damai)
Oboro tak menjawab, dia malah memejamkan matanya untuk menyerang Gennosuke. Tapi saat matanya terbuka kembali....sinar mata itu berubah tapi tak bertahan lama, dia tak mampu melukai Gennosuke. Oboro kembali mencobanya dan sama saja. Matanya malah digenangi air mata.
Gennosuke diam menunggu Oboro duluan menyerangnya, di berteriak, “Ayo!”
Mereka terlihat sama-sama ingin menangis. Oboro lalu menarik pedang pendeknya, memejamkan matanya, dan kemudian berlari menghunuskannya ke arah Gennosuke. Gennosuke melihat gerakan kekasihnya dalam gerakan lambat. Dia bisa menghindar....dia bisa bergerak menyerang duluan....tapi yang ada dia hanya diam dan menerima pedang Oboro menembus tubuhnya.

Waktu seperti berhenti. Oboro terpaku menatap Gennosuke. Gennosuke diam setengah memeluk Oboro dan membalas lembut tatapan kekasihnya. Nafas Gennosuke tersendat, Oboro menunduk melihat kearah tangannya, pisaunya tepat mengenai jantung Gennosuke. Oboro langsung bergerak ingin menjauh, dia tampak ketakutan dan ingin nangis, tapi Gennosuke menahannya.(percaya gak sih, aku ngetik adegan ini sambil nangis…sediiihh)

“Aku senang kita bertemu…aku sangat bersyukur.” kata Gennosuke terbata, lalu memeluk Oboro. “Tolong....para warga desa.”
Oboro terpaku sambil meneteskan airmata, dia tak membalas pelukan Gennosuke ataupun menjawabnya. Gennosuke lalu lemas dan jatuh terbaring dipasir, sementara Oboro terpaku diam ditempatnya.(adegan ini indah banget disyuting dipadang gurun dengan latar sunrise)


* * *

Dikediaman suku Koga Manjidani dan Iga Tsubagakure….kedamaian terlihat, anak-anak bermain dan berlatih beladiri serta mempergunakan senjata. Tapi tak jauh dari kedua desa itu, ada pasukan yang sedang berjaga-jaga dan siap menyerang.

Oboro tiba di istana Sumpu. Kedatangannya langsung diwaspadai dengan menyiapkan pasukan penembak yang siap menggempurnya.(terlalu berlebihan,yang datang juga cuma satu orang)

Senjata api dan meriam disiapkan. Pasukan bersiaga. Tak lama kemudian sang pemimpin pasukan Yagyu Munenori, meneriakan aba-aba untuk menyerang. Gempuran meriam segera berbunyi bersahutan menghancurkan kedua desa. Kehancuran dan kekacauan langsung terlihat dimana-mana. Orang-orang berlari tunggang-langgang menyelamatkan diri.

Di istana Sumpu, Hattori Hanzo melaporkan kedatangan Oboro pada sang shogun Tokugawa Ieyasu dan pendeta Nankobo Tenkai.
“Aku akan akan menemuinya.” kata Tokugawa Ieyasu setelah berpikir sebentar.
“Kau tidak boleh! Dia hanya gadis biasa!” larang Nankobo Tenkai.(iya gadis biasa, tapi sekali dia ngedip, lo langsung koit)

Oboro kemudian dipersilahkan masuk. Dia melangkah melewati gerbang dengan langkah tegak dan kepala terangkat. Pasukan dengan tombak terulur langsung mengiringi langkahnya, siap menyerang kapan saja. 

Sampai ditengah halaman luas, Oboro duduk dan berlutut. Sang shogun beneran datang menemuinya, tapi duduk dibalik tirai. Hanya Hattori Hanzo yang duduk tak jauh dari Oboro.
“Kepala suku Tsubagakure….Oboro, benar?” tanya Hattori Hanzo.
“Begitulah.” jawab Oboro tanpa mengangkat kepalanya. Sekarang dia berlutut sambil membungkuk dalam.
“Dalam kesempatan pertarungan ini, kau telah melakukannya dengan baik. Kau sudah bertarung keras untuk sampai kesini.”(iyah, sampai harus bunuh pacarnya)
“Dari Iga: Yashamaru terbunuh di gunung Ise, Mino Nenki terbunuh di gunung Ise, Hotarubi terbunuh di pelabuhan Mikawa Atsumi, Yakushiji Tenzen terbunuh di pegunungan Totomi. Dari Koga: Muroga Hyoma terbunuh di Ise Matsuzaka, Kisaragi Saemon terbunuh di pelabuhan Mikawa Atsumi, Chikuma Koshiro terbunuh di pegunungan Atsumi, Kagero terbunuh di pegunungan Totomi, dan Gennosuke Koga  kepala suku Manjidani....terbunuh di pesisir Suruga. Sembilan ninja telah mati.” lapor Oboro sambil terus membungkuk. Tapi tadi saat dia harus mengucapkan nama tempat Gennosuke meninggal, dia berhenti sebentar. Kemudian dia meneruskan dengan mata berkilat tajam, “Sekarang saya ingin mengajukan permintaan pada pemimpin.”
Hattori Hanzo menoleh. “Apa?!”
Oboro tak menjawab, dia malah mengangkat tubuh perlahan hingga duduk.
“Betapa beraninya kau!” teriak Hattori Hanzo marah melihat sikap kurang ajar Oboro.(karena rakyat jelata dilarang mengangkat tubuh saat berhadapan dengan shogun)
Tokugawa Ieyasu melihat itu dan berseru, “Bicaralah!” Nankobo Tenkai langsung menoleh tak senang, tapi Ieyasu terus berbicara. “Apa permintaanmu?”
Oboro lalu menunduk. “Aku memintamu untuk membiarkan Manjidani dan Tsubagakure dalam damai!” serunya kemudian kembali membungkuk dalam. 

“Selama 400 tahun, mereka sudah ketakutan sebagai desa yang tersembunyi. Tapi kami adalah rakyat, kami adalah orang tua dan anak-anak....yang mencintai tanah kami. Dia yang menyatukan tanah ini akan mengerti ini!”
“Oboro!” Hattori Hanzo kembali memperingatkan.
Tapi Oboro tak menghiraukannya, dia terus berseru. “Tolong...tolong!!” Oboro membungkuk dengan meletakan kepalanya pada telapak tangannya yang menelungkup ditanah.
Suasana berubah hening sejenak, sampai Ieyasu berkata, “Aku tidak bisa melakukan itu. Kau bukan manusia biasa. Kau adalah shinobi. Kau berlatih ilmu yang menyeramkan. Kau sekali menjadi manusia dan tidak, kau adalah dirimu sendiri... Menguasai ilmu menyeramkan yang disebut ‘Mata Penghancur’. Damai abadi....tidak akan datang pada manusia sepertimu.”
Permohonannya ditolak, Oboro lalu perlahan mengangkat kepalanya. Dia terlihat sedih dan memejamkan matanya. Seketika matanya berubah warna. Hattori Hanzo yang tahu apa yang akan Oboro lakukan, langsung  meneriaki Oboro. Tapi Oboro malah mengangkat telapak tangan menghadap wajahnya. Dia kemudian dengan berani menusuk kedua matanya didepan semua orang yang ada. Darah langsung menetes ketanah. Semua orang tercengang, terutama Hattori Hanzo dan Tokugawa Ieyasu. Oboro telah memusnahkan apa yang menjadi sumber kekuatannya. Mata Oboro kini berlumuran darah.
“Tolong!” mohon Oboro lagi. “Hanya ini yang bisa kulakukan.”
Nankobo Tenkai komat-kamit tanpa bisa berkata apa, dia melirik shogun-nya.
“Angkat layarnya.” perintah Tokugawa Ieyasu.
Dua orang pengawal kemudian mengangkat layar yang menutupi tandu tempat duduk Ieyasu. Sang shogun itupun kemudian berjalan mendekati Oboro.
“Oboro.” panggilnya ketika berada didepan Oboro. “Angkat kepalamu.”

Oboro mengangkat kepalanya, darah masih mengalir dari kedua matanya. Ieyasu tambah mendekati Oboro dengan wajah prihatin, dia ingin melihat kedua mata Oboro dari dekat. Oboro membuka kedua matanya sedikit, tak ada bayangan disana, tampak gelap.

Sebuah surat kemudian sampai ditempat Yagyu Minenori. Surat itu berisi perintah untuk segera menghentikan serangan, dari Tokugawa Ieyasu. Rupanya usaha dan pengorbanan Oboro berhasil. Namun tetap saja kehancuran dan korban di kedua desa itu tidak bisa dibilang sedikit.

Untuk memulihkan kehancuran, kedua desa itu dibantu atas perintah Ieyasu. Mereka kemudian hidup damai selama 260 tahun dalam pemerintahan keshogunan Tokugawa. Dan keturunan mereka hidup sampai saat ini.

* * *

Epilog.
Suasana damai ditengah hutan. Disaat dedaunan berwarna merah, coklat kekuningan….air sungai mengalir jernih dan menghanyutkan daun-daun kering yang jatuh keatasnya. Tetesan embun bergelantungan pada ranting-ranting pohon. Terdengar kicau burung diantara suara derasnya air sungai yang mengalir. Segalanya tampak indah.
Kemudian waktu berlalu, musim dingin tiba. Salju menutupi keindahan warna hutan itu menjadi putih, dingin dan kaku. Sebuah tangan terlihat menciduk air disungai. Jemari lembut dan ramping itu membawa air kemulutnya untuk diminum. Dia seorang wanita berambut panjang dan cantik. Wanita itu, Oboro. 

Matanya yang tak bisa melihat terarah pada sebuah batu dimana tempat Gennosuke duduk bersila dulu, saat mereka pertama kali bertemu. Oboro pun tersenyum. Setelah itu dia mengeluarkan dompet berisi sisir pemberian Gennosuke dari balik bajunya. Dia mengelus permukaan dompet itu perlahan, mengenang wujud dompet itu dalam ingatannya. Kemudian matanya terlihat tegang, seekor burung gagak datang dan hinggap pada sebuah dahan yang ditutupi salju. 

Oboro menyadarinya, burung itu Hayate. Wajah Oboro terlihat sedih. Perlahan dia bangkit berdiri dan menoleh ketempat dimana Hayate berada. Burung gagak itu lalu terbang lagi meninggalkan Oboro, seperti hanya datang sebentar membawa pesan Gennosuke.
Oboro tetap berdiri ditempatnya dan mengangkat sebelah tangan ke atas, merespon kicauan Hayate. Dan salju terus turun......


S E L E S A I


Source: Wikipedia


Jagoan Favoritku di film ini, Yashamaru....ha ha....walopun orangnya serem.


Sama cewek cute ini.....Hotarubi. Erika Sawajiri itu imut n cantik banget.

Tapi aku tetep suka kok sama sepasang kekasih tragis ini.
Oboro
Gennosuke


Film ini diangkat dari manga/komik, anime n game. Judulnya Basilisk. Yak, kita banding kan gambar-gambarnya
Gennosuke dan Oboro dalam anime


Gennosuke dan Oboro difilm
He he...hampir mirip. Nah ini ada gambar-gambar tokoh lainnya tapi gak lengkap.


digedein supaya tulisannya kebaca.(tapi tetep aja cengo' liat huruf kanjinya ha ha)
Pemandangan dalam film ini juga bagusss....ada gunung Fuji-nya.


Ini photo-photo pas premiere-nya
Dari kiri ke kanan: Chikuma, Kagero, Gennosuke, Oboro, Yashamaru, Yakushiji
Gennosuke dan Oboro dalam kehidupan nyata...he he...
Trailernya


Ini yang ada ost. Heaven Ayumi Hamasaki
(Sayang gambarnya kurang gede)



MV Heaven - Ayumi Hamasaki

Suka banget ma soundtracknya ini. Waktu premier film ini, Ayumi juga hadir.
 nih Ayumi pose ma dua bintang utamanya, Joe Odagiri & Nakama Yukie

Lyiric 'Heaven'
Saigo ni kimi ga hohoende
Massugu ni sashidashita mono wa
Tada amarini kirei sugite
Koraekirezu namida afureta
Ano hi kitto futari wa
Ai ni fureta
 Watashitachi wa sagashiatte
Tokini jibun o miushinatte
Yagate mitsukeatta no nara
Donna ketsumatsu ga matte ite mo
Unmei to iu igai
Hoka ni wa nai
la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la
Kimi ga tabidatta ano sora ni
Yasashiku watashi o terasu hoshi ga hikatte
Soba ni ite aisuru hito
Toki o koete katachi o kaete
Futari mada minu mirai ga koko ni
Nee konnanimo nokotteru kara
Soba ni ite aisuru hito
Toki o koete katachi o kaete
Futari mada minu mirai ga koko ni
Nokotteru kara
Shinjite aisuru hito
Watashi no naka de kimi wa ikiru
Dakara kore kara saki mo zutto
Sayonara nante iwanai
Ano hi kitto futari wa
Ai ni fureta

english translate:
What you offered straight to me
With a smile for the last time
Was just so beautiful
That I gave way to tears
Surely, that day
The two of us touched love
We sought for each other
Lost ourselves at times
And found each other at last
So whatever result may be waiting for us
It's nothing but
Destiny
la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la
In the sky you set out for 
Stars are shining tenderly upon me
Stay by my side, my love
Crossing over time and changing your shape
You see? The future we haven't yet seen
Remains here like this
Stay by my side, my love
Crossing over time and changing your shape
The future we haven't yet seen
Remains here
Trust me, my love
You live within me
So I'll never
Say good-bye to you
Surely, that day
The two of us touched love

Note:
Lamaaa ngerjain ini. Walaupun dialog-nya sedikit, tapi pertarungannya itu looohhh. Terus harus nyari info-info tentang ninja/shinobi, senjata-senjata yang dipakai....karena semua itu gak ada penjelasannya dalam film.(karena kalau nonton kita langsung tahu itu apa, beda kan kalau dalam bentuk cerita)
Aku suka banget sama film ini....suka karakter tokoh Oboro n Gennosuke, suka sama ilmu mereka...ha ha... :D
Oh yaaa...untuk penceritaan adegan perkelahiannya, maaf kalau gak gitu menggambarkan, soalnya aku gak ahli masalah kelahi-kelahi, ini mah nekat aja bikin ceritanya.
Mmmm....dan semoga ceritanya bisa dinikmati. Thank you....

4 comments:

  1. Sugoiiiiiiiiii.....neechan..... ^_^.v

    ReplyDelete
  2. Keren, keren, keren.. Komplit banget resensi filmnya.. Btw, request foto ketika Gennosuke memberi mahar sisir ke Oboro, dong. Itu so sweet banget scene tsb..

    ReplyDelete
  3. Keren, thanks yeah buat yang tulis artikel ini, kisah percintaan tragis ini memberikan aku inspirasi, dan menurut ku film ini cukup menarik, dan sountracknya juga bagus, I love it!!

    ReplyDelete