Saturday, June 16, 2012

Secret Garden episode 9


Saat keluar dari kantor polisi dan menerobos derasnya hujan, tubuh Ra Won mengeluarkan sinar hijau, begitupun tubuh Joo Im yang berada didalam kantor polisi. Akhirnya Ra Won berlari masuk kedalam kantor polisi kembali dan berdiri berhadap-hadapan dengan Joo Im. Mereka sadar tubuh mereka telah kembali ketempat seharusnya, mereka pun senang dan sangat mensyukurinya.
So, sekarang kembali menggunakan nama Joo Won dan Ra Im. Karena tubuhnya telah kembali, Ra Im meloncat-loncat dan berputar. Sementara Joo Won mengepalkan jemarinya dan berseru ‘yes’ pelan. Kelakuan aneh mereka jadi tontonan orang. Terutama Sekertaris Kim, dia sampe cengo’ bingung.
Ra Im berhenti loncat-loncat dan berkata, “Kita benar-benar sudah kembali, kan?” 
Ra Im masih ingin memastikan.
“Sebelumnya aku memandang wajah yang tampan, tapi sekarang aku memandang wajahmu yang jelek, jadi sepertinya begitu.” jawab Joo Won dengan gaya dan nada angkuhnya.
“Mendengar kau bicara dengan tidak ada sopan santunnya dan menghina, sepertinya memang benar.” balas Ra Im sebal.
Sekertaris Kim menyeringai aneh mendengar percakapan mereka.
“Ngomong-ngomong....lama gak ketemu.” kata Joo Won.
“Ya!” balas Ra Im.
“Tapi, apa yang akan kau lakukan dengan ini?” Joo Won mengangkat tangannya yang diborgol.
“Ah, benar! Karena kita tertukar pada situasi ini, pasti Tuhan itu benar-benar ada.” Ra Im lega sekali setengah terharu.
“Apa maksudmu?” Joo Won menurunkan tangannya.
“Kemenangan yang baik atas yang jahat! Kau telah membuat tempat tidurmu dan kau harus berbaring diatasnya! Kata-kata bisa menjadi kenyataan. Kau pernah mendengar kalimat itu, kan? Kau sendiri yang bilang ‘Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini, jadi renungkanlah apa yang sudah kau lakukan!’, benar begitu kan?” (oho ho ho….Ra Im mengembalikan kalimat Joo Won.)
“Yaahh….aku berkata sambil menjerit dan berteriak, itu karena aku peduli padamu. Dengan mendengarkan suaraku, kau akan bisa lebih bersemangat.” Joo Won membela diri.
“Aku mengerti. Karena itulah aku telah cukup bersemangat untuk pulang ke rumah. Kau sudah menghabiskan semangkok sup ayam, jadi kau tidak akan kelaparan. Lalu….renungkanlah apa yang sudah kau lakukan!”
“Hey, tunggu!” seru Joo Won, tapi Ra Im tak mendengarkan ataupun membalikkan badannya.
Ra Im mendatangi si customer.

“Hey, orang maniak! Jangan bebaskan dia! Dia sudah memukulmu dengan keras, kan?” Ra Im melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Joo Won ha ha….kemudian Ra Im mengancam customer itu. “Kalau kau tidak mau lima ruas tulang belakangmu menjadi enam, sebaiknya kau meminta maaf pada pramuniaga Dept.Store itu. Kalau tidak, aku akan membunuhmu!”
“Hentikan! Hentikan!” teriak Joo Won.
“Emang kau siapa?!” seru si Customer ke Ra Im. “Kenapa kau datang dan membuatku marah?! Sepertinya kau tidak tahu siapa aku, tapi….aku adalah orang yang tidak akan pernah membiarkan siapapun ikut campur dalam hidupku!”
Polisi akhirnya marah-marah melerai pertengkaran mereka. Ra Im lalu membungkuk hormat pada polisi dan pamitan pada Joo Won. Setelah itu Ra Im menghambur keluar dari ruangan itu.

“Kau mau kemana?! Kau tidak bisa meninggalkan aku disini! Kau harus membebaskan aku!!” teriak Joo Won putus asa.
“Kau yang disana juga diam!!” polisi memarahi Joo Won.
Joo Won pun kemudian dimasukan dalam sel tahanan sambil nunggu pengacaranya datang. Didalam sel, ada dua orang pria yang sebelumnya sudah ada disitu. Yang satu tidur senderan, dan yang satu tidur rebahan telentang memakai selimut.

“Kenapa pengacara Park tidak ada? Apa yang mereka katakan?” rutuk Joo Won pada Sekertaris Kim yang menemaninya sambil berdiri diluar sel.
Sekertaris Kim membathin. “Cara bicaranya sudah berubah lagi.” Lalu dia berkata, “Anda tahu sudah jam berapa sekarang? Anda tidak bisa menelponnya. Lagipula, anda yang memintanya supaya jangan datang.”
“Iya aku bilang begitu, tapi....kenapa dia tidak datang walaupun dibilang jangan datang? Dia seharusnya berpikir, ‘Mungkin aku pergi saja...’. Bisa saja kan dia datang hanya untuk mengecekku lalu pulang!”
“Dia bilang dia sudah dijalan sekarang, jadi sebentar lagi sampai. Saya akan mengeceknya.” Sekertaris Kim lalu pergi.
“Bilang padanya cepat bereskan bagaimanapun caranya! Bilang aku akan membayar semuanya!!” teriak Joo Won.
“Ah, kau sangat berisiki! Kau bisa diam?!” protes tahanan yang tidur senderan.
“Kau berteriak padaku?!” balas Joo Won.
Joo Won lalu terpana melihat tahanan satunya yang lagi tidur telentang dan selimutan. 

Joo Won memperhatikan pakaian tahanan itu pada bagian yang tidak ditutupi selimut. Bahan pakaian itu mirip dengan tracksuit bling-bling biru miliknya. Karena penasaran, Joo Won ingin memeriksa lebih jelas. Dia membuka selimut tahanan itu dan taraaaa!!! 

Baju itu benaran sama. Belum puas, Joo Won ingin memeriksa merek baju itu. 

Dia menarik-narik kerah baju tahanan itu tapi susah sekali. Akhirnya Joo Won memutuskan untuk membangunkan tahanan itu.
“Hey, bangun! Biasanya aku tidak menanyakan hal-hal seperti ini, tapi….dimana kau membeli tracksuit ini? Ini bukan pakaian yang bisa kau perlakukan dengan buruk begini!” kata Joo Won, tapi tahanan itu diam tak bergerak. “Hey! Aku bertanya dimana kau membelinya? Kau tak bisa mengabaikan aku! Nanti kalau kau tahu, kau akan berkata, ‘Aah…aku pernah berada disel tahanan dengan orang terhormat.’”
Tahanan itu masih tak menjawab dan malah menggulingkan badannya membelakangi Joo Won. Saat itu tampaklah dibagian belakang jacket tracksuit tahanan itu ada tulisan gede ‘(panggil) Hyun Bin di pintu masuk’.
Tahanan itu lalu mengigau. “Selamat datang….di event special Secret Night Club! Ya, ini adalah night club yang itu! Kita akan memiliki malam yang special….Selamat datang di Secret Night Club!!”
Joo Won shock dan terduduk dengan wajah horror. Dia gak nyangka, tracksuit kebanggaannya ada tiruannya dan dipakai oleh orang yang bekerja di night club…ha ha ha….

Ra Im pulang kerumah. Dia langsung memeluk Ah Young sambil loncat-loncat saat Ah Young membukakan pintu untuknya.
“Kenapa kau hujan-hujanan?!” omel Ah Young melihat Ra Im basah dari kepala sampai kaki.

“Rasanya lama sekali. Apa kau baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu?” Ra Im mengabaikan pertanyaan Ah Young dan malah balik bertanya layaknya orang yang lama gak ketemu. “Aku sangat merindukanmu!!”
“Kau bicara apa? Kita kan ketemu beberapa saat yang lalu.” balas Ah Young dan Ra Im hanya senyum-senyum senang. Ah Young lalu melihat baju yang dipakai Ra Im. “Uuhh, kau merusak baju sebagus ini!”
“Brengsek! Apa aku kesana kemari dengan baju ini?”
“Hah?” Ah Young bingung.
“Ah, tidak, tidak! Ayo kita masuk. Banyak yang mau aku ceritakan padamu.” Ra Im melepas sepatunya dan melongo melihat isi flatnya.

Banyak perabotan baru diflat mereka sekarang. Ada lampu crystal besar yang sangat menyolok diruangan sekecil itu. Seprei dari bahan yang terlihat mahal, serta satu set meja makan dengan perlengkapan minum teh dan tempat lilin di atasnya.
“Apa  ini semua?” tanya Ra Im.

“Maksudmu apa? Kau yang membeli semua ini!” jawab Ah Young.
“Aku?” Ra Im menyadari ini pasti kerjaan Joo Won. “Tapi kenapa kau diam saja? Kau seharusnya menghentikanku!”
“Ada apa denganmu? Bagaimana caranya aku menghentikanmu?! Pagi ini saat aku pergi, semuanya masih seperti semula. Saat aku kembali, keadaan udah seperti ini!”
“Maksudmu aku melakukan ini tanpa sepengetahuanmu?!”
Ah Young mengamati Ra Im aneh. “Apa sebenarnya yang terjadi denganmu? Sekarang tak ada lagi tempat buat duduk-duduk! Tapi Chandelier diatas sana itu....benar-benar bagus!” Ah Young memandang kagum pada lampu crystal. Lalu menepuk meja makan didepannya. “Karena meja ini, aku jadi tidak bisa membuka lemari es!”
“Aku akan membereskannya. Jangan khawatir.” Ra Im menenangkan. Kemudian dia membuka resliting tracksuitnya dengan gemas. “Oooohhh….pria itu benar-benar!!”
“Hey, apa yang kau lakukan?” seru Ah Young.

“Kenapa?” tanya Ra Im bingung.
“Kita sudah sepakat untuk ganti pakaian diruangan tertutup. Kau mengatai aku gak punya sopan santun dan menyuruhku belajar sopan santun darimu!”
“Aku bilang begitu?”
“Aah, kau bahkan menyuruhku jangan meletakkan celana dalam dan bra-ku ditempat yang bisa kau lihat. Jadi….” 
Ah Young jadi pengen nangis. “….tiap malam aku harus mengeringkannya dengan hair dryer….kau juga tak mau menggosok punggungku! Bagaimana kau tidak bisa menggosok punggungku, apa karena….punggungku terlalu kotor untuk digosok?”
“Aku tidak bermaksud begitu! Aku beneran tidak melakukan…..aaahh, ini membuatku gila!” 

Ra Im pengen menjelaskan tapi gak tahu gimana. Ah Young ngambek dan masuk kamar mandi.

Dirumah kakek Joo Won, Tuan Park.Bong Hee. Tuan Park sedang membuat coklat ditemani istrinya, sembari menerima laporan dari kakak iparnya, GM Park.
“Apa?! Joo Won melakukan apa?!” seru kakek Joo Won.

“Dia menonjok wajah seorang anggota VVIP. Dan dia sekarang sedang berada di kantor polisi.” lapor GM Park.
“Dikantor polisi? Dia ditangkap?!”
“Bukan itu saja. Dia bahkan merubah tanda-tangannya. Merubah tanda-tangan berarti....”
“Anak itu masih belum dewasa juga pikirannya! Ini saatnya dia memperbaiki kelakuannya. Tapi kenapa dia sampai memukul pelanggan itu?” kakek Joo Won tidak terlalu tertarik dengan masalah perubahan tanda-tangan.
“Yah...pelanggan itu melakukan pelecehan seksual pada salah seorang staff wanita kita. Tapi sepertinya kesalahan ada pada staff wanita itu karena….”
“Omong kosong apa yang sedang kau bicarakan?!” kakaknya memotong omongan GM Park. 

“Jika itu pelecehan seksual, dan korbannya tidak menginginkan perlakuan itu tanpa menghiraukan keadaan, maka itu dianggap pelecehan seksual. Mengapa kau menganggapnya berlebihan? Dan lagi, apa seorang pria hanya diam saja melihatnya? Walaupun aku memikirkannya seratus kali, kupikir PresDir Kim sudah melakukan perbuatan yang benar.”
“Kakak, itu tidak….” GM Park ingin mempertahankan pendapatnya.
“Kau berisik!” potong kakak GM Park lagi. “Kalau kau masih membicarakan yang omong kosong, sebaiknya kau pulang saja!” Dia lalu berkata pada suaminya, “Oh, dan suamiku silahkan teruskan apa yang sedang kau kerjakan.”
Kakek Joo Won langsung mengaduk-aduk lagi adonan yang sedang dia aduk tadi. Nenek tiri Joo Won tampaknya sangat kesal dengan tingkah adiknya.
“Tapi, apa yang sedang kau lakukan?” GM Park bertanya pada kakek Joo Won.
“Ini….besok adalah perayaan 300 hari pertemuan kami.” Kakek Joo Won menunjuk sayang pada isterinya. “Dia bilang dia ingin makan cokelat, jadi aku membuatnya sendiri.”
Nenek tiri Joo Won tersenyum geli dan berkata, “Dia membuatnya dihadapan orang yang akan menerima coklat itu.”
“Kita tidak punya waktu yang lama untuk hidup. Jika aku tak melihatmu saat membuat ini, maka tak akan ada artinya.” Kakek Joo Won membela diri, dia lalu mengangkat adonan coklat yang telah mengental  itu. “Lihat! Warnanya terlihat bagus, kan?!”
“Iya.” jawab Nenek tiri Joo Won senang.
Mereka bertiga lalu tertawa-tawa. Ibu Joo Won melihat mereka dan tak suka dengan apa yang dia lihat, dia langsung berbalik pengen pergi.

“Hey, sepertinya puteramu sedang berada di kantor polisi!” seru Kakek Joo Won pada anaknya.
Ibu Joo Won menoleh dengan panik. “Dimana? Kantor polisi? Joo Won? Kenapa?”

Joo Won keluar dari kantor polisi bersama pengacara dan Sekertaris Kim. Pengacara sedang berbicara ditelpon dengan Ibu Joo Won, melaporkan keadaan. Ibu Joo Won kemudian minta berbicara dengan anaknya, tapi Joo Won gak mau. Akhirnya si pengacara bohong kalau Joo Won sudah pulang duluan.
“Ibu sudah tahu?” Joo Won bertanya saat si pengacara menyudahi pembicaraannya di telpon.
“Sepertinya GM Park kerumah kakek anda dan menyampaikannya. Ibu anda tampaknya sangat marah sekarang.” kata pengacara.
“Pria itu, benar-benar....” rutuk Joo Won. Dia lalu menoleh pada Sekertaris Kim yang sibuk ngeliatin derasnya hujan. “Kenapa kau berdiri disebelahku? Kau seharusnya mengambil mobilku! Mana mobilku?!”
“Kita tidak punya mobil. Kita kesini ikut mobil polisi.” jawab Sekertaris Kim dengan wajah lucunya.
“Apa? Lalu apa yang kau tunggu dari tadi? Santa Claus? Kalau kita gak punya mobil, maka kau seharusnya pergi mencarinya!! Orang-orang ngeliatin kita!”
“Kalau anda tidak teriak, orang-orang pasti gak akan ngeliatin.”
“Lihat ini. Apa aku begitu baik padamu beberapa hari ini? Lalu sekarang saat aku marah, kau mau protes? Aku akan membunuhmu. Payung!” omel Joo Won.
“Saya tidak punya.”
Joo Won ngeliatin sekertarisnya udah mau marah-marah lagi. Sekertaris Kim lalu membuka jasnya dan mengangkatnya diatas kepala mereka berdua.

“Anda mau memakainya bersama?” Sekertaris Kim menawarkan.
Joo Won terlihat ogah dan berkata. “Kau lari ke toko dan beli payung yang paling mahal.dan paling bagus. Atau, kau mati.”
Sekertaris Kim langsung lari menerobos hujan.
Ra Im sedang menjemur baju tracksuit bling-bling birunya. Dia teringat kalimat Joo Won saat di kantor polisi.
‘Kau tidak berubah sedikitpun. Setelah kau muncul didepanku dengan tas yang bahkan lebih layak kantong plastik, dan sekarang.... Kau tidak pernah memikirkanku walau hanya 5 menit.’
Ra Im memejamkan mata sedih. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Joo Won langsung datang ke flat Ra Im setelah keluar dari kantor polisi, hujan-hujan pula.
“Kau keluar lebih cepat dari yang kuduga. Apa mungkin karena kau kaya?” kata Ra Im.

“Aku gak betah ada diruangan seperti itu dalam waktu lama. Thanks, karena kau aku mengalami culture shocks. Kau yang berbuat salah, tapi aku yang dihukum dan dikenai denda. Lalu, setelah tubuh kita tertukar kembali, kau malah kabur?” Joo Won ngomel dengan gaya khasnya, dan Ra Im hanya mengangkat kedua bahunya.
Ah Young tiba-tiba pulang dan kaget melihat Joo Won ada diflatnya. “PresDir!”

“Oh, kau sudah pulang?” kata Joo Won, dia lalu melihat kantong makanan yang dibawa Ah Young. “Kau ngemil malam-malam lagi, ya?”
Ah Young kaget lagi dan buru-buru menarik tangannya yang memegang kantong kebelakang.
Joo Won lalu mengajak Ra Im bicara diluar flat. Saat Ra Im memakai jacket, Ah Young bertanya kenapa PresDir ada diflat mereka.

Ah Young mengira Joo Won datang mencarinya. Ra Im tak menggubris pertanyaan Ah Young dan keluar menemui Joo Won. Sepeninggal Ra Im, Ah Young masih sibuk memikirkan ulah PresDirnya. Karena kebetulan tadi Joo Won bicara pada Ah Young menggunakan bahasa yang tidak formal, tapi bahasa yang digunakan untuk menyapa rekan selevel.
Ra Im datang menemui Joo Won yang menunggunya dibawah tangga flat. Saat itu masih hujan, Joo Won berteduh dibawah beton yang ada didasar tangga. 

Ra Im turun dan berdiri disebelah Joo Won.
“Katakanlah. Bagaimana perasaanmu setelah kabur seperti itu?” tanya Joo Won sambil ngeliatan Ra Im tajam.
Ra Im tak berani menghadap Joo Won, dia menjawab sambil terus memandang kedepan. “Aku minta maaf soal itu. Aku waktu itu sangat senang karena bisa kembali ke tubuhku. Aku takut kalau kita tetap bersama, kita akan tertukar lagi. Dan karena itu aku kabur. Aku minta maaf.”
“Kalau kita tetap bersama, tubuh kita akan tertukar lagi? Siapa yang bilang begitu?”
“Gak ada. Itu hanya pikiranku saja.”
“Kalau begitu, kita tidak akan ketemu untuk sementara?”
Ra Im menghadap Joo Won dan berkata, “Bukankah lebih baik kalau kita tidak ketemu lagi?” Joo Won diam tak menjawab, lalu Ra Im meneruskan, “Dan, aku juga minta maaf karena telah memukul seseorang dengan badanmu. Tapi bahkan jika kita bisa kembali ke saat kejadian itu, aku akan tetap melakukan hal yang sama. Karena hukum, tak akan berpengaruh pada orang kaya.” 
Ra Im diam sebentar menarik napas dan berkata lagi, “Ini akan makan waktu, tapi aku akan membayar uang dendamu, karena itu adalah salahku. Dan ambil kembali semua perabotan mahal yang ada di flatku.”
“Bagaimana itu bisa disebut perabotan mahal? Itu adalah kebutuhan mendasar. Kau punya kebiasaan buruk mengucapkan terima kasih dengan cara yang salah.” sanggah Joo Won.
“Kalau kau sudah selesai berdebat dengan segala hal yang ingin kau debatkan, kau bisa pergi.” Ra Im mulai emosi. Dia mengalihkan pandangan sebalnya ke hujan yang masih terus turun.
“Aku kesini bukan untuk itu.”
“Lalu kenapa kau kesini?” Ra Im membawa pandangannya ke Joo Won lagi.

Joo Won diam dan memandang Ra Im lama. Kemudian dengan sekali gerakan dia merengkuh tubuh Ra Im dan mendekapnya hangat. 

Ra Im shock, tapi diam tak menolak.

(That Woman – Baek Ji Young)
For how long, how long more
As I look onto you like this alone
Do I have to do this wind-like love, this beggar-like love
So that you would love me?

“Aku datang kesini untuk melakukan ini.” jawab Joo Won pendek sambil terus memeluk Ra Im.


Come just a bit closer, a bit closer
I, who loves you, and also has feet that run away when the foot approaches
And also loves you, am still here
That woman cries

“Selamat….untuk menjadi Gil Ra Im lagi.” kata Joo Won lembut ditengah pelukannya.
“Selamat untukmu juga.” balas Ra Im yang masih hanyut dalam kehangatan Joo Won.
“Mengenai uang denda yang ingin kau bayar, aku pikir itu ide yang sangat bagus. Sikap yang bertanggung jawab, aku sangat menyukai itu.” Joo Won mengakhiri sikap romantisnya dan melepaskan pelukan. Dia kembali menjadi Joo Won yang nyebelin. “Datang ke kantorku besok. Putuskan kau mau membayarnya bulanan atau mau melunasinya sekaligus. Aku pergi dulu.” Joo Won lalu pergi begitu saja ninggalin Ra Im yang masih berdiri bengong. Namun Joo Won balik lagi saat teringat sesuatu. “Ah, aku lupa. Payungku yang berkualitas tinggi dan mahal, ketinggalan didalam.” Joo Won menyuruh Ra Im mengambilkan payungnya dengan menggedikkan kepalanya.  
Ra Im kesal banget, tapi gak bisa ngapa-ngapain. Ha ha ha….

Oska kembali ke rumahnya, dan Tae Ssun masih ada disana, sendirian.

“Kenapa kau sendirian?” tanya Oska.
“Mereka pergi beberapa saat yang lalu.” jawab Tae Ssun.
“Kenapa kau tidak ikutan pergi juga?”
“Aku ingin membereskan masalah denganmu, kau tahu aku tidak bersalah. Jika masalah ini tidak diselesaikan, maka akan bertambah besar.”

Oska duduk dengan letihnya di sofa. “Melihat kau begitu tahu luar dan dalam masalah hukum, kau pasti sudah sering berada di kantor polisi.”
Tae Ssun hanya tertawa mendengar omongan asal Oska. “Bagaimana dengan orang yang membocorkan lagumu? Apa kau sudah menangkapnya?” Oska tak menjawab, dia terpekur dan menghembuskan napas berat. Tae Ssun bertanya lagi, “Kenapa kau tidak coba mencari pencipta lagu itu?”
“Apa gunanya mencari dia? Aku hanya akan dituduh mengcopy lagunya.”
Tae Ssun nyengir sekilas. “Kalau begitu, aku pikir aku sudah selesai disini. Aku akan pergi.“ kata Tae Ssun dan membalikkan badannya.
“Kau mau kemana? Kau masih orang yang dicurigai!” seru Oska menghentikan langkah Tae Ssun.
Tae Ssun nyengir geli. “Apa yang salah dengan pria ini? Aku bisa menebaknya kalau kau sudah tahu siapa orang yang telah membocorkan lagumu! Kau tahu siapa dia tapi tak bisa menangkapnya, maka kau menginginkan seseorang yang bisa disalahkan dalam hal ini. Kau mau menjadikan aku kambing hitam?”
“Apa kau mau?” Oska menantang Tae Ssun. 

Tae Ssun terdiam dan Oska mendengus. “Dasar kucing penakut! Diluar hujan lebat. Nginap disini saja. Lagipula kau juga tidak punya kendaraan. Aku capek dan tidak punya tenaga untuk nganterin kau pulang. Jadi tinggalah disini, kau bisa pulang besok pagi.” Oska tampaknya capek banget.
Seorang staff perempuan datang menanyakan menu untuk makan malam. Oska tak mau makan, tapi dia menyuruh untuk menyiapkan makanan dan kamar tamu buat Tae Ssun. Tae Ssun sepertinya gak nyangka Oska bisa sebaik ini…he he…

Seul membawa dua orang ahli musik ke studionya dan diperdengarkan lagu Oska. Dia ingin mereka menilai kalau lagu itu adalah murni plagiat atau bukan.

“Tak diragukan lagi. Ini bisa disebut plagiat.” kata salah seorang ahli.
“Pendapat saya juga begitu. Dengan begitu banyaknya jiplakan, kita juga tak bisa menyebutya hanya sebagai ‘referensi’. Ada beberapa penyanyi yang juga punya masalah yang sama dengan pencipta lagu ini, tapi tidak pernah ketahuan karena dia tidak terkenal.” kata ahli yang satunya lagi.
“Lalu bagaimana?” tanya Seul putus asa. “Apa tak ada solusi lain?”
“Kecuali penciptanya mengakui kalau ini adalah karya plagiat dengan mulutnya sendiri. Selain itu tak ada cara lain lagi. Semua artikel di media cetak akan membicarakan hal ini besok.”
“Sepertinya Oska akan sangat disalahkan. Tapi, dia benar-benar tidak tahu tentang masalah ini kan?”
“Apa maksudmu? Kau mau bilang dia sebenarnya tahu, tapi tetap melakukannya?” Seul membela Oska. “Woo Young bukanlah orang yang seperti itu! Tapi, apakah bisa mencari tahu siapa penulis asli lagu itu?”

Joo Won berdiri didepan rumahnya sambil memegang payung hujan-hujanan dan sibuk memasukan passcode untuk membuka pintu. 

Passcode sudah dimasukan, tapi tak mau terbuka. Joo Won ngomel, Ra Im pasti telah mengganti passcode pintu rumahnya. Dia langsung mengeluarkan ponsel untuk menelpon Ra Im. Dan begitu ponsel dikeluarkan, ternyata Joo Won masih membawa ponsel Ra Im, mereka belum sempat tukeran ponsel. Dan lebih gondoknya lagi, wallpaper ponsel Ra Im adalah gambar wajah Oska.(ha ha…) Joo Won menekan nomor ponselnya sambil ngedumel. Tak lama kemudian ID yang ngelink dengan nomor yang dia masukan langsung nampil dilayar ponsel. Mata Joo Won terbelalak.
“Do…Do-Chul(Si Bodoh)?!” Joo Won udah pengen meledak, dan dengan susah payah dia menelan amarahnya. (ha ha ha….Ra Im memasang nama Si Bodoh pada nomor Joo Won di ponselnya!! LOL!!)
“Hallo!” jawab Ra Im di ponsel.
“Ini Kim Do-Chul! Aku rasa ponsel kita tertukar.” kata Joo Won dengan nada disabar-sabarin.

Ra Im nahan ketawa, karena dia tahu Joo Won sekarang pasti sedang sangat gondok. “Ya, sepertinya begitu.”
“Kembalikan ponselku besok. Apa passcodenya? Cepat katakan!”
“Aaahh….passcodenya? Passcodenya adalahh…..” Ra Im menjauhkan ponsel dari mulutnya, seolah-olah sinyalnya jelek. 

“Oh! Sepertinya ponselku mau mati!” Ra Im lalu mencopot batere ponselnya tanpa perlu dimatikan lagi. (dasaaaarr!!)
“Hallo! Hallo…!” Joo Won memanggil tapi sambungan sudah terputus. Yang ada hanya jawaban ‘Nomor yang ada tuju sedang tidak aktif’. Kekesalan Joo Won tambah naik.
Akhirnya Joo Won coba menebak passcodenya. Dulu Joo Won memasang passcode dengan ukuran tubuh wanita idealnya, jadi dia mengira Ra Im mengganti passcode dengan ukuran tubuhnya sendiri. Maka Joo Won mulai mengira-ngira ukuran tubuh Ra Im. Dia membuat gambaran tubuh Ra Im dengan kedua tangannya, sambil tetap mengepit payung. Setelah mendapatkan angka yang kira-kira pas, Joo Won coba memasukan angkanya.
“32-27-32.” Passcodenya gak cocok. Joo Won pun mencak-mencak. “Ah, apa!! Itu ukuran tubuhnya!!”
Ada sms masuk dari Ra Im.
‘Aku memberimu petunjuk. Passcodenya adalah konstelasi (perbintangan).’
“Konstelasi? Bintang?” gumam Joo Won.
Joo Won kemudian teringat pada peristiwa saat makan di pulau Jeju. Dimana saat itu Oska dan Ra Im melakukan gombal-gombalan yang sangat lebay.
‘Mungkinkah alasan kenapa mataku begitu cantik adalah karena ada bintang yang turun dari surga dan duduk didepanku?’ kata Ra Im dengan gaya malu-malu ke Oska.

Joo Won mengambil kesimpulan tentang passcode yang dimaksud Ra Im.
“Jika benar itu, maka kau benar-benar akan mati….” gerutu Joo Won. Dia lalu memasukan angka kelahiran Oska. “76-08-18” Angkanya cocok. “Brengsek! Kau benar-benar tidak akan bisa lolos!”
Joo Won lalu masuk kedalam rumah dan menyalakan lampu. Dia menuruni tangga dengan lega. Senang rasanya pasti bisa kembali kerumah. Dia menyalakan tv dengan gembira dan melepas sepatu.  
Tapi saat memakai slippers, Joo Won terhenti dan melihat ke arah kakinya. Dia memakai kaus kaki yang ada gambar Oska. (ha ha….padahal kan dia sebal banget sama kaus kaki itu. Ingat waktu dia melepaskan kaus kaki dikaki Ra Im saat di RS dan dilemparkan ke tempat sampah. Mmm…bisa kebayang gondoknya sekarang.) Joo Won langsung melepas kaus kaki itu dan dihempaskan ke lantai. Dan kejutan buat Joo Won masih ada lagi. 

Dia menengok ke balkon atas kamarnya, disana berderet celana boxernya dalam berbagai warna  aha ha ha….Ra Im menjemur celana dalam ruangan. Saking shocknya, Joo Won sampai mundur jatuh dan pegangan dikursi.

Lain halnya dengan kejadian di flat Ra Im. Ra Im pun sangat senang bisa tidur rebahan ditempat tidurnya lagi. Dia berisik banget sambil guling-gulingan ditempat tidur.

“Tempat tidurku adalah yang paling baik!” seru Ra Im. Dia terdiam saat Ah Young ngeliatin dia aneh.  
“Ah, tapi itu….tidak terjadi apa-apa kan diantara kita beberapa hari ini? Apa aku melakukan sesuatu yang gak normal atau aneh?” Ra Im bertanya dengan nada pelan pada Ah Young yang sedang sisiran didepan kaca. “Misalnya, aku membuatmu gak nyaman saat tidur....atau aku mengagetkanmu dan membuatmu malu?”

Bukannya menjawab baik-baik, Ah Young malah terlihat marah dan membentak Ra Im. “Apa yang mau kau lakukan sekarang?! Kau membuat hidupku sangat menderita! Tempat tidur juga! Kau bilang itu milikmu, dan kau menyuruhku tidur dilantai!”
“Aku membuatmu tidur dilantai?” Ra Im kaget. 

“Woow…kau benar-benar berubah! Dari mana kau dapatkan uang untuk membeli barang-barang itu? Kau pikir aku akan mengira PresDir yang membelikannya? Bahkan saat aku memintamu memberikan kelonggaran 3 hari untuk bayar uang sewa, kau menolaknya!”

“Aku….aku tidak memberikan kelonggaran?”
“Bukankah kau bilang, ‘pencuri jarum akhirnya akan menjadi pencuri sapi’(artinya sekali pencuri akan tetap menjadi pencuri). Kau memastikannya! Kau bilang bahwa kepribadianmu setajam pisau! Ciiihhh….!!” Ah Young lalu berbaring selimutan dilantai.
“Ah, orang itu benar-benar!” desis Ra Im kesal pada ulah Joo Won. Kemudian dia berkata pada Ah Young, “Ah Young, aku benar-benar tidak bermaksud begitu, sungguh! Beneraaaannn!” bujuk Ra Im.
Tapi Ah Young tetap ngambek sambil selimutan sampai kepala. “Ah, aku gak perduli! Aku harus bangun pagi-pagi besok, jadi setelkan alarmku!”
“Oh, baik! Jangan khawatir, aku akan membangunkanmu!” kata Ra Im senang. Setidaknya Ah Young masih mau ngomong.
Ra Im lalu mengeluarkan ponsel Joo Won untuk menyetel alarm. Tiba-tiba dia iseng pengen liat ada foto-foto apa yang tersimpan diponsel itu.(Yah tahulan cowok….kali aja ada foto-foto mesum ha ha ha....) 
Tapi Ra Im kaget saat melihat hanya ada dua foto disana, dan foto itu adalah foto Ra Im yang dipotret Joo Won di loker Ra Im disekolah aksi. Ra Im terdiam dan teringat saat dipeluk Joo Won tadi dibawah tangga, Joo Won bilang dia datang hanya untuk melakukan itu.

Dirumah Oska.
Oska berbaring di atas tempat tidurnya dan menerawang. Dia teringat pertanyaan Seul dilapangan golf beberapa waktu lalu.
‘Seperti apa aku dalam kenanganmu? Tiba-tiba aku merasa penasaran. Seperti apa aku dulu bagimu?’

Oska berguling mengambil kotak cincin dilaci meja sebelah tempat tidurnya.  

Dia mengeluarkan cincin berlian itu dan dipakai dijari kelingkingnya. Dia teringat lagi peristiwa lamaran itu.

Oska berlutut didepan Seul sambil mengulurkan kotak cincin yang terbuka.
‘Apa yang harus kulakukan? Maaf.’ jawab Seul.  

Dia lalu mengambil cincin itu dari kotak yang dipegang Oska dan mengamatinya. ‘Kau adalah bintang yang gagal dimataku, tapi....kau ingin menikah denganku? Ternyata kau lebih naĂŻf dari yang kukira.’ Seul lalu mengembalikan cincin itu kekotaknya yang masih berada ditangan Oska. ‘Sungguh mengecewakan!’
Oska mematung dengan wajah yang sangat terluka.
Seul masih meneruskan, ‘Aku sakit dan lelah karenamu. Kenapa kau tidak menunggu sedikit lagi? Kemudian kita bisa berpisah baik-baik.’ Seul mengakhiri kalimatnya dengan menoleh dan memandang Oska angkuh.

Oska duduk di sofa sambil menengak minuman kaleng. Dia masih memikirkan Seul. 
Kali ini kenangan yang melintas adalah saat mereka berbicara di atas tebing yang menghadap laut di pulau Jeju.
‘Tentu saja hubungan kita tidak berakhir baik-baik, tapi kita tidak mengakhirinya dengan begitu buruk sehingga tidak ada masa depan buat kita. Kita tidak saling mencintai, bukan? Itu yang kutahu.’
Oska terdiam dan matanya berkeliaran seolah tak ada tempat untuk menyembunyikan emosinya.
‘Siapa wanita tadi? Gadis yang ada dibawah standar yang bersama Kim Joo Won tadi.’
‘Hati-hati dengan ucapanmu!’ seru Oska. ‘Dia bukan tamu Joo Won. Dia tamuku. Apa kau tidak tahu artinya itu?! Dia wanita yang sedang kukencani.’
‘Kau bohong.’ desis Seul. ‘Gadis itu bukan tipemu.’
‘Dan kau pikir kau adalah tipeku?’ kata Oska lalu pergi ninggalin Seul.

Oska pun teringat kata-kata Seul saat dimobil, sebelum Oska menurunkannya dijalan Tol.

‘Jangan berani berbohong dengan mengatakan karena kau dulu ingin melindungiku. Kau hanya ingin melindungi....dirimu sendiri, benar kan?’

(Here I Am – 4Men Feat. Mi)
Even if you think it’s not enough, it’s fine
It’s fine I’ll show
How much I really love you
You may never know but, here I am.

Oska sedih memikirkan Seul. Dia masih terus duduk terpekur di sofa, hingga seorang pengganggu datang. Orang lama yang sempat ‘menghilang’ tak mengganggunya, sekarang datang lagi. Joo Won nyelonong masuk kerumah Oska dan datang berdiri didepan Oska sambil nyengir.

“Lama tak ketemu, ya.” kata Joo Won.
Oska yang sebel banget saat-saat menyendirinya diganggu, menjawab Joo Won dengan senga’. “Aku sedang gak mood untuk bercanda.”

“Aku tidak sedang bercanda. Aku baru saja kembali dari tempat yang sangat, sangat jauh. Tempat yang bahkan tak bisa kau bayangkan.”
“Apa kau sedang mabuk?” Oska gak ngerti dengan omongan aneh Joo Won.
“Kau mungkin tak akan percaya, tapi diriku yang kau lihat belakangan ini, bukanlah diriku yang sebenarnya.”
“Apa mungkin, kau habis minum obat(ngedrugs)?” pertanyaan Oska tambah ngaco, dia bahkan mulai ngeliatin Joo Won dengan pandangan prihatin.
Joo Won terus nyerocos mengabaikan pertayaan Oska. “Belakangan ini aku sangat akrab denganmu. Tapi aku tidak dengan sungguh-sungguh melakukannya, jadi lupakan saja.”
“Aku sudah bilang aku sedang tidak mood untuk bercanda!” seru Oska mulai kesal lagi. “Kalau kau hanya sedang bosan, tinggalkan aku!”
“Apa karena lagu-lagu yang bocor? Kau sudah menghentikannya?” kali ini gantian Joo Won yang prihatin.
Oska terdiam sebentar dan menjawab serius, “Bagaimana aku bisa menghentikan internet? Kalau masalah lagu plagiat diketahui public….”
“Apa yang akan terjadi?”
“Aku akan dicap sebagai penyanyi tukang jiplak, itu saja!”

Ponsel Oska bunyi, ada sms masuk dari Ra Im.
‘Hallo, ini Gil Ra Im. Apa kau sudah membereskan masalahmu? Jangan terlalu dipikirkan, segalanya akan baik-baik saja.’
“Bagaimana dia tahu nomor telponku?” Oska bingung, tapi tampak senang.
“Siapa itu?” tanya Joo Won.
“Kau tak perlu tahu.” jawab Oska pendek. Kemudian dia mengetik sms untuk Ra Im.
‘Tak apa-apa. Aku juga percaya, semua akan baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku! ^^’
Oska lalu menekan ‘send’ dengan wajah gembira. Tak lama kemudian ponsel Joo Won bunyi, ada sms masuk. Sms Oska masuk ke ponsel Ra Im yang ada di Joo Won.
(Aneh nih disini, gak sinkron. Seperti penjelasan mba Tirza dikadorama: ‘Tadi Oska heran kenapa Ra Im bisa punya nomornya, tp kenapa tdk curiga kalau Ra Im sms dari ponsel milik Joo Won, dan bukannya membalas ke no Joo Won, kenapa bisa membalas ke nomor Ra im??’. Tapi sudahlaaahhh! Biarin aja!)
“Oh, jadi dia menemukan nomornya di ponselku!” oceh Joo Won saat membaca sms Oska.
“Apa?” Oska bingung.
“Itu tadi Gil Ra Im, kan?” tanya Joo Won.
Oska memandang Joo Won aneh dan berkata, “Kau memang terlihat aneh akhir-akhir ini….kau punya kemampuan telepathy sekarang?!”
“Aku mengerti perasaan wanita dengan lebih baik sekarang. Tapi ada sesuatu yang kurasa aneh. Kenapa penggemarmu memakai kaus kaki dengan gambar wajahmu di atasnya? Apa kau suka saat wajahmu ada dikaus kaki yang bau saat kau melepaskan kakimu dari sepatu?”
“Kenapa? Apa Ra Im memakai kaus kaki-ku?” tebak Oska.

Joo Won langsung ngelak. “Apa kau gila?! Kenapa Gil Ra Im harus melakukan hal seperti itu? Dia tidak serius menyukaimu. Kalau kau bertanya padanya siapa artis favoritnya, dia akan berpikir selama tiga detik dan menjawab, ‘Os…ka?’” Puas gangguin Oska, Joo Won pamit. “Aku pergi.”
Tapi saat Joo Won berbalik, Oska bertanya, “Oh yaa…kenapa kau tidak memakai track suit bling-bling lagi akhir-akhir ini?”
“Jangan menyebut-nyebut tentang tracksuit lagi.” balas Joo Won dengan nada emosi. “Aku akan mengganti merek yang belum dijual di korea. Tapi apapun yang aku pakai, pasti akan dijual di Dong Dae Mun.” Joo Won lalu berjalan pergi.
Oska berseru lagi, “Kau harus menelpon Ji Yeon! Kelakuanmu benar-benar aneh!”

Keesokan paginya, Oska datang ke kantornya. Disana sudah ada manajernya dan asistennya yang sibuk menjawab telepon tentang masalah lagu plagiat. Oska melirik ke atas meja, semua tabloid dan koran edisi hari ini memuat wajahnya. 

Karena kesal, Oska lalu merebut ponsel asistennya dan dimatikan, dia juga segera mencabut kabel telepon, dan terakhir, dia juga merebut ponsel manajernya dan dimatikan.
“Kenapa kau menjawab panggilan telepon yang seperti ini?” omel Oska.
“Lalu apa kita hanya mau menunggu dan melihat media membicarakan tentang penjiplakan lagumu?” balas Dong Kyu tak kalah emosi.
“Kau tahu sendiri ini akan terjadi cepat atau lambat.” kata Oska pelan.
“Jadi akan baik-baik saja karena kita tahu ini akan terjadi? Kau mau duduk saja dan dimanfaatkan?”
“Ada untungnya juga, setidaknya namaku akan berada dipuncak topik pencarian di internet.....untuk pertamakalinya.”
“Kau bener-bener!! Apa kata Seul? Kenapa dia melakukan ini padamu?!”
“Aku juga penasaran, kenapa dia melakukan itu?”
“Apa maksudmu? Kau belum ketemu dengannya?”

Asisten Oska, Jong Heon menyela pembicaraan. “Apa yang akan kita lakukan dengan acara tanda-tangan?”
“Tentu saja tetap dijalankan!” bentak Dong Kyu.
“Bagaimana kau bisa bicara tentang acara tanda tangan dalam situasi ini?” protes Oska.
“Kita harus mengadakannya karena justru sekaranglah saatnya. Kalau kita membatalkannya, itu sama saja kau mengaku bersalah! Aku akan menangani media, yang kau lakukan hanya berpakaianlah yang keren dan lakukan sesi tanda tangan. Aku akan memberikan sanggahan bahwa ‘Kita adalah korban’, kita tak bersalah.”
“Siapa yang akan percaya?”
“Apakah mereka yang menulis artikel di internet yakin orang-orang akan percaya? Setelah ketahuan lagu itu dijiplak, kita menghentikan pembuatan video musicnya dan lagu itu tidak di rilis secara resmi. Lalu apa masalahnya?”
“Orang tak akan perduli dengan fakta sebenarnya, jika media sudah menulis seperti ini, aku tetaplah seorang penyanyi tukang jiplak.” kata Oska lemes sambil memegang koran yang ada dimeja. “Batalkan acaranya.” Oska lalu berjalan keluar kantornya.
Dong Kyu berteriak memanggil tapi Oska tak perduli.  

Akhirnya Dong Kyu beralih meneriaki Jong Heon. “Hey, kalau kau tidak mau dipecat bulan ini, pastikan Oska mengikuti jadwalnya. Kau mengerti?!”
Jong Heon ikutan keluar ruangan sambil ngedumel. Akhirnya tinggal Dong Kyu sendirian yang sibuk mencari dimana Oska melempar ponselnya tadi.

Peristiwa Joo Im(Ra Im) menonjok customer yang maniak itu menjadi topic pembicaraan hangat di antara para karyawan Dept. Store. Para staff wanita memuji tindakan PresDir mereka yang cool itu. Ah Young ada diantara teman-temannya dan mendengar obrolan mereka. Ah Young jadi teringat sikap aneh Joo Im yang memegang tangannya waktu itu.
“Seung Mi tidak masuk hari ini?” tanya salah seorang teman Ah Young.

“PresDir kita menyuruhnya libur beberapa hari dan bahkan mengirimi anaknya hadiah.” jawab Ah Young.
“Benarkah??! Bagaimana bisa seseorang bisa berubah dalam semalam seperti itu?”
“Mungkin karena dia mulai mengerti kesulitan karyawan-karyawannya, dikarenakan kekuatan cintanya pada seseorang?” Ah Young mulai bicara lebay.
“Kekuatan cinta? Siapa orang itu?”
“Siapa yang tahu?” Ah Young mengucapkannya sambil senyum-senyum penuh arti...ha ha...
Tiba-tiba ada seorang staff datang memberitahukan bahwa PresDir sudah tiba, dan mereka semua disuruh siap-siap.
Joo Won masuk ke Dept. Store pakai eskalator seperti biasa. 

Saat semua staff menunduk, Ah Young malah dengan pedenya mengangkat kepala siap-siap untuk melemparkan senyum kalau-kalau sang PresDir melirik ke arahnya. Tapi Joo Won hanya berjalan melewati para staffnya dengan angkuhnya. Malah Sekertaris Kim yang menoleh dan tersenyum ke Ah Young. Ah Young kecewa dan bingung.
Suasana penyambutan pagi itu tak seperti biasanya, Joo Won merasa aneh. “Kenapa mereka seperti itu?” tanyanya ke Sekertaris Kim. Karena para staff ada yang sambil senyum-senyum dan berbisik-bisik.
“Anda menjadi pahlawan setelah anda menonjok pria maniak itu kemarin.” jawab Sekertaris Kim semangat.
“Orang-orang terlalu menyukai kekerasan.” balas Joo Won tak senang.
“Apaa?” Sekertaris Kim gak terima komentar PresDirnya.

Manajer Choi langsung melaporkan berita kedatangan Joo Won yang tidak menggunakan lift kepada GM Park.
“Dia menggunakan Escalator lagi?” GM Park tak percaya.

“Ya. Dia juga tidak memberi salam sedikitpun pada para staff.” jawab Manajer Choi.
“Apa sebenarnya rencananya? Kenapa dia berubah kembali?”
“Mungkin terjadi peperangan Psikologis dalam dirinya.”
“Peperangan Psikologis? Lalu apa rencana kita untuk menghadapinya?” GM Park jadi waspada.
“Dia meminta kita semua untuk berkumpul diruangannya. Karena itu, sebaiknya kita kesana untuk untuk melihat keadaan.”

“Tentu kita harus kesana. Tapi, komentar paling agresif seperti apa yang akan kuberikan padanya? Aku akan menuliskan beberapa.” (ha ha....GM Park niat banget!)

Joo Won masuk kekantornya dengan senyum mengembang, sementara sekertarisnya mengikuti dibelakang sambil mengamati Joo Won aneh. Tiba ditengah ruangan, Joo Won berbalik ke arah Sekertaris Kim. 
Dia memandangi sekertaris setianya itu penuh selidik.
“Kenapa anda melihatku dengan pandangan seperti itu? Apa ada yang salah?” Sekertaris Kim mulai ketakutan.
Joo Won berjalan mendekati Sekertaris Kim. “Apa ada sesuatu yang tidak kau sukai dariku?” tanya Joo Won dengan nada horror.
“Heh?” Sekertaris Kim bingung.
“Aku ingin berbicara denganmu setelah kerja. Ini sebenarnya tentang rahasia umum di DeptStore kita.”
“Dengan…saya?” Sekertaris Kim mulai panik.
“Kenapa? Apa kau capek karena aku merepotkanmu sepanjang waktu?”
Sekertaris Kim langsung batuk. “Uhuk, bagaimana bisa?”
“Aku berpikir untuk memecat Im Ah Young staff yang ada di VVIP Lounge.” Joo Won mulai ngerjain sekertarisnya.
“PresDir….!!” rengek Sekertaris Kim.
“Kenapa?!” Joo Won pura-pura gak ngeh. “Kau pacaran dengannya? Nggak kan? Kau hanya kebetulan ketemu dengannya sekali duakali. Begitu kan, lalu apa masalahnya?”

“Yah, memang begitu. Tapii...” Sekertaris Kim bingung mau bicara apa sampai garuk-garuk kepala. “Baiklah alasannya karena….seperti yang anda tahu…”

“Terserahlah, kita akan membicarakannya lagi nanti. Ayo kita kerjakan kerjaan yang sudah menumpuk.” Joo Won memotong omongan sekertarisnya, lalu berjalan kebalik meja kerjanya. “Bawa kemari semua dokumen yang harus ditandatangani.”
“Gak ada lagi yang harus ditandatangani. Anda telah menandatangani semuanya.” kata Sekertaris Kim.
“Aku?” Joo Won bingung. “Kau bilang aku sudah menandatangani semuanya?”
“Itu ada disitu.” jawab Sekertaris Kim menunjukan susunan map yang ada dimeja Joo Won.
Joo Won langsung membuka map-map itu dengan tergesa. 

Dia shock melihat tandatangan Ra Im yang lengkap dengan gambar hati tertera disana. “Kenapa kau tidak menghentikanku menandatangani ini semua?!! Apa susahnya bilang ‘Jangan’??!! Ini gambar hati!!! HATIII!!!”
“Saya juga kaget melihatnya. Saya pikir anda merubahnya dengan tandatangan baru yang cute.” LOL :D
Joo Won kesal banget sampai ingin melempar map itu ke sekertarisnya.

Saat meeting tiba, Joo Won masih terpekur ngeliatin tandatangan cute itu. Masalahnya bukan hanya terletak di cute-nya, tapi Ra Im sudah menandatangani proposal acara yang tidak disukai Joo Won.
“Bisakah aku bertanya…ide siapa Christmas event ini?” Joo Won akhirnya bersuara membuka meeting itu.
“Itu ide dari tim Dept.Store kita.” jawab GM Park.
“Jika turun salju dimalam Natal, Dept.Store kita akan menghujani hadiah untuk pasangan yang datang. Apakah ide-idenya selalu klise seperti ini dan tidak ada ide lain lagi?”
“Sulit jika anda ingin membatalkannya sekarang, anda sudah menandatanganinya.” GM Park sudah bisa menduga arah omongan PresDirnya.
“Karena itu aku bertanya dengan ragu, ‘apa mungkin’.... Apa anda tidak merasa aku mencoba berbicara dengan sopan?” Joo Won ngeles, dan seperti biasa GM Park langsung mingkem. Lalu Joo Won melanjutkan, “Jika turun salju di hari Natal, maka dengan mudahnya bisa memenangkan hadiah. Tapi haruskah kita mengadakan event seperti yang diadakan Dept.Store lain? Kenapa kita harus selalu mengadakan event untuk yang berpasangan? Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak punya pacar, sehingga mereka hanya menonton TV sendiri dirumah? Kenapa kita tidak menargetkan para singel-singel ini daripada yang berpasangan?!”
“Hari gini....tak ada lagi yang tidak punya pasangan.”jawab GM Park sambil mengulum senyum.
“Anda punya pasangan, Tuan Park?”

“Saya....punya seorang isteri.” GM Park agak gelagapan.
“Tentu. Aku mengenal seorang gadis yang mengagumkan, tapi dia masih single. Maka untuk menyemangati para single ini, bagaimana kalau kita menghujani mereka dengan hadiah? Jika hujan pada hari Natal, kita akan memberikan hadiah yang banyak untuk para single.” Semua orang langsung kasak-kusuk, GM Park bahkan menyeringai sinis. Tapi Joo Won tetap nyerocos. “Jika hujan di hari Natal, kita akan memberikan hadiah utamanya berupa Bisong Resort. Itu belum pernah ada.”
“Apa?!” semua orang kaget.

“PresDir, bujet untuk itu bisa sampai $70,000.” Sekertaris Kim mengingatkan.
“Sekarang bukan saatnya kau ikut campur seperti ini.” balas Joo Won. Kemudian dia berbicara lagi pada peserta meeting. “Apa yang kemungkinan besar akan terjadi saat Natal? Salju atau hujan?”
“Yah…lebih besar kemungkinan turun salju.” tebak GM Park.
“Salah. Lebih besar kemungkinan tak akan terjadi apa-apa. Jika kemungkinannya salju, lalu hujan es, lalu hujan. Maka kemungkinan hujan adalah yang paling kecil. Orang biasanya akan lebih tertarik pada kecilnya kemungkinan untuk menang. Kenapa? Karena makin kecil kemungkinan, maka hadiahnya akan semakin besar.” Joo Won lalu melempar map proposal itu kedepan GM Park. “Kelihatannya kau harus menghabiskan satu malam untuk merevisinya.”
Semua diam. GM Park hanya bisa menatap Joo Won dengan pandangan pengen makan orang. Tapi Joo Won membalasnya dengan senyum puas.

Seul membaca Koran dengan Headline ‘Kebocoran lagu Oska – diikuti kontroversi Plagiat’ dikantornya. Tiba-tiba para staff menemuinya. Mereka  bingung kapan Seul pulang, karena sebelumnya Seul memberitahukan kalau tidak akan pulang beberapa hari.
“Aku merasa pengap. Tak ada yang terjadi, kan (selama aku pergi)?” tanya Seul.
“Kemarin, Oska datang kesini.” cerita salah seorang staffnya.
“Kenapa?” Seul penasaran.
“Kami juga tidak tahu. Dia sangat marah dan mencari anda.”
“Dia marah?”
 Baru saja Seul meraih ponselnya untuk menelpon, Oska tiba-tiba masuk keruangannya dan berjalan lurus sampai kedepan Seul.
“Aku kira kau tidak akan pulang beberapa hari.” kata Oska sambil menatap Seul dalam.
Seorang staff pengen meluruskan tapi dipotong Seul. “Aku pikir juga begitu. Tapi ada sesuatu yang harus kulakukan, jadi aku kembali. Ada apa?”
“Bisakah kalian meninggalkan kami?” pinta Oska pada staff Seul.
Setelah semua staff pergi Oska hanya memandang Seul tanpa bicara. Seul bingung.

“Ada apa?”  tanya Seul lagi. “Beritanya sudah keluar. Kau masih punya waktu datang kesini?”
“Apa kau orangnya?” tanya Oska.
“Apa?”
“IP Address orang yang menyebarkan laguku adalah disini. Jadi aku bertanya padamu, apakah kau orang yang telah membocorkan laguku?”
“Apa kau….mencurigaiku sekarang?”
“Setidaknya kau jujur padaku. Kenapa kau melakukannya? Apa kau marah karena aku menghentikan pembuatan music video? Atau….karena aku cuek padamu, maka kau ingin menarik perhatianku?”

“Sepertinya kau tidak datang kesini untuk mengkonfirmasi. Kau datang kesini karena percaya aku yang melakukannya. Tapi aku…tidak akan serendah itu” Seul membela diri.
“Tidak. Kau adalah tipe orang yang bisa melakukan apapun. Kau bisa mengkhianatiku, dan pergi keluar negeri dengan pria yang sangat kubenci. Kau bisa menikahi sepupuku untuk membuatku kesal. Kau orang yang seperti itu. Lalu kau... melakukan hal seperti ini, bukankah terlalu mudah buatmu?” kata Oska dengan rahang kaku, dia berusaha mati-matian menjaga emosinya.

Seul terluka. “Karena kau sudah menganggapku seperti itu, terima kasih. Silahkan gugat aku. Tidak ada lagi yang harus aku katakan, gugat saja aku. Apapun yang aku katakan, kau tak akan percaya. Seperti yang terjadi dulu. Daripada mendengar kejujuranku, kau lebih mempercayai omongan orang lain.”

“Kebohongan orang lain lebih akurat daripada kejujuranmu. Walaupun kau berlagak tak bersalah, polisi menemukan IP Address berasal dari sini.” Oska menghembuskan nafas yang menggumpal didada. Matanya merah menahan tangis. “Aku mohon padamu…..jangan pernah bertemu aku lagi.” Oska lalu pergi. Seul terdiam ditempatnya dengan mata berkaca-kaca.
Melihat kejadian itu, staff Seul ngebahas. Rupanya beberapa hari sebelumnya, salah satu staff Seul ada yang meng-upload file menggunakan komputer Seul. Dan lagu baru Oska yang ada di computer Seul ikut ke-upload. Tapi mereka sepakat untuk tutup mulut.

Seul mendekati jendela ruangannya dan menangis sedih. Dia sakit hati dengan kata-kata Oska barusan.
Love changes a lot of things
Even things you think that could never change
It’s changed even my little habits

In the end I hope it will be you
The person will be with me, that person will be you

Sementara itu diluar kantor Seul, Oska berjalan linglung dan terduduk ditangga gedung. Orang-orang mengenalinya dan membicarakan beritanya yang ada dikoran. 

Asistennya mengajaknya pergi dari situ untuk acara tandatangan, tapi Oska tak bergerak sedikitpun. Matanya terus memandang sedih kedepan.

You can lean on me
I know it’s been hard
You waited a long time
It took too long to come back to you
It’s not just a coincident, right…my heart recognizes you first
And tells me it’s been waiting for you
It’s been love for a long time


I will shout to the world that I love you
I will protect you from now on
Even if my body changes, my heart is still here
My heart recognizes you first


Disekolah aksi, tampak para junior dan senior berlatih bersama. Tiba-tiba Ra Im masuk kedalam dan berteriak-teriak senang.
“Oh, senior!! Seniooorrr!!!” Ra Im teriak sambil berlari mendekati para seniornya dengan gaya kesenangan yang berlebihan. Dia langsung merangkul pundak dua seniornya dan mengajak mereka loncat-loncat. Kocak :D
“Ada apa denganmu? Apa yang  terjadi?” tanya Jung Hwan sambil ngeliatin Ra Im aneh.

Ra Im cengengesan dan berkata dengan wajah terharu, “Apa kalian baik-baik saja? Aku sangat merindukan kalian.”
“Ada apa denganmu? Apa kita melakukan sesuatu yang salah padanya?” Jung Hwan tambah heran.
“Bukan begitu. Bagaimanapun, kalian sangat mengkhawatirkan aku, kan? Kalian tak perlu khawatir lagi. Aku tak ada masalah lagi sekarang.” Ra Im menenangkan.
“Kau kelihatannya malah seperti punya masalah.” kata seorang senior.
Ra Im menaruh telunjuknya dibibir. “Ssstt, aku akan pergi menemui Sutradara.” Lalu dia berjalan pergi dengan senang.
“Dia sering marah-marah akhir-akhir ini. Tapi mengapa mood-nya begitu baik hari ini? Sangat menakutkan! Apa mungkin dia mengidap Bipolar Disorder(penyakit kejiwaan yang ditandai dengan perubahan emosi yang sangat ekstrim)? Aku khawatir padanya.” oceh salah satu senior sambil ngeliatin Ra Im pergi. Senior yang lain pun langsung menarik nafas dengan tampang khawatir.

Saat itu Jong Soo sedang mandi mengguyur tubuhnya dibawah shower. Dia teringat percakapannya dengan Ra Won saat di pulau Jeju.

‘Sutradara….kau ketahuan! Ketahuan menyukaiku.’
Kemudian kata-kata Ra Won saat menemuinya dikantornya.

‘Kalau begitu aku akan mengajukan sebuah permintaan. Aku akan bersikap seolah-olah tidak tahu kalau kau menyukaiku. Tapi sampai aku mati, jangan pernah menyatakannya padaku.’

Jong Soo lama terpekur memikirkan masalah Ra Won/Ra Im dikamar mandi. Stress. Tapi saat dia keluar kamar mandi, orang yang menyebabkannya stress itu lagi mondar-mandir senang diruangannya. Dan begitu menyadari kehadiran Jong Soo, Ra Im langsung menghambur dan menggengam kedua tangan Jong Soo.

“Sutradara! Aku kembali! Aku benar-benar kembali, Sutradara!!” seru Ra Im senang sambil loncat-loncat.
Jong Soo diam kaku ngeliatin Ra Im. Akhirnya Ra Im jadi salting dan segera melepas jemari Jong Soo.
“Apa maksudmu dengan ‘kembali’?” tanya Jong Soo dingin.
“Susah untuk dijelaskan. Tapi yang  terpenting adalah aku tidak akan bertingkah aneh lagi. Mulai sekarang, aku tidak akan bertingkah aneh. Aku minta maaf untuk yang  telah terjadi. Aku sudah melihat skenario yang anda berikan padaku. Tapi, itu semua dalam bahasa Inggris. Jadi kupikir, aku akan membutuhkan pertolongan Sutradara.”
“Apa maksudmu? Aku cukup kaget saat tahu English-mu lebih baik dari yang aku kira.”
“Aku?” Ra Im bingung sebentar dan menyadari itu pasti kerjaan Joo Won. “Ah, anggap saja saat itu aku lagi tidak sadar. Sekali mengerti isi skenario, aku selalu ingin langsung mendemonstrasikan adegannya. Jika sudah selesai, aku ingin Sutradara melihatnya(Video demo audisi). Kalau begitu, aku akan pergi berlatih.” Ra Im pamit. Tapi setelah beberapa langkah dia berhenti dan berbalik. “Oh iya, terima kasih banyak.” Ra Im membungkuk hormat.

“Untuk apa?”
“Karena sudah mendaftarkan aku untuk ikut audisi.”
Jong Soo bengong. Ra Im tertawa kecil dan berbalik pergi. 

Jong Soo bener-bener gak habis pikir dengan sifat Ra Im. Ha ha ha… :D

Dikediaman ibu Joo Won. Dia sedang menerima laporan dari orang suruhannya, mengenai aktifitas Joo Won.

“PresDir bekerja seperti biasa.” lapor pria suruhannya.
“Dari rumah, atau dari tempat lain?” tanya ibu joo Won.
“Dari rumah.”
“Bagus.” Ibu Joo Won lalu membuka amplop yang dibawa suruhannya. Isinya adalah foto-foto Ra Won saat berbelanja perabotan mahal untuk flat Ra Im. “Apa….apa ini?!” serunya tertahan.

“Pada saat anda memberinya uang waktu itu, sepertinya dia telah membelanjakannya semua.”

“Apa?!! Perempuan itu benar-benar tahu menggunakan uang. Tapi, seleranya (dalam memilih perabotan) terlalu bagus untuk seorang stuntwoman. Dia bukan gadis biasa…. Pergi cari tahu secara detil siapa orang tuanya, bagaimana dan dimana dia dibesarkan?” ibu Joo Won memberi titah selanjutnya.

Disekolah aksi, Ra Im berlatih dengan semangat hingga para senior yang menjadi partnernya berlatih mengeluh kelelahan.

“Kenapa kau berlatih terlalu keras? Aku gak kuat lagi!” keluh salah satu senior.
“Gak bisa. Aku harus membuat video demo untuk audisi. Aku sudah kehilangan otot-ototku dan merasa kaku. Posturku jadi jelek sekali. Jadi bantu aku.” jawab Ra Im.
“Kenapa kau membuat kami bingung? Apa mungkin kau sudah dicampakan oleh si ‘Aku menghasilkan banyak uang’? Dia gak men-support kau lagi kan, makanya kau kembali kesini? Kau bilang bahwa kau gak mau kerja seperti ini lagi. Kau bilang pekerjaan ini hanya untuk orang-orang yang telah dicampakan dan karena itulah kami menggunakan tubuh kami. Jadi, apa kau telah dicampakan lagi?” cecar Jung Hwan.
Ra Im shock mendengarnya. “Haa, kau membiarkan saja aku berkata seperti itu padamu?! Kau seharusnya membunuhku!”
“Bisakah aku membunuhmu sekarang?” tantang Jung Hwan.
“Sudah terlambat sekarang!” sanggah Ra Im. LOL
Mereka lalu berlatih lagi. Sementara itu Jong Soo mengamati Ra Im dari jauh. Tiba-tiba adik Joo Won, Hee Won muncul ditempat itu dan celingukan seperti mencari sesuatu.

“Ada yang bisa kubantu?” tanya Jong Soo heran melihat gadis itu. “Apa kau seorang artis?”
“Tidak. Aku bukan datang kesini untuk belajar.” jawab Hee Won. (Dalam bahasa korea, actress/actor terdengar sepeti kata ‘belajar’)
“Actress, kau seorang artis?” ulang Jong Soo dengan menggunakan bahasa inggris untuk kata artis.
“Heh? Aaahh….aku tidak secantik itu.” kata Hee Won sambil tersipu malu. “Tapi aku sering mendengar orang berkata begitu.”

Jong Soo langsung diam.
“Apa kau bekerja disini?” tanya Hee Won. “Apa mungkin kau mengenal Gil Ra Im?”
“Kenapa dengan Gil Ra Im?” Jong Soo jadi waspada.
Tiba-tiba ada yang berteriak ‘Awaaas’ diiringi sebuah pedang yang berkelebat cepat menuju kearah Hee Won dan Jong Soo. Jong Soo reflek mendorong kepala Hee Won dan dia sendiri mendorong badannya kebelakang menghindari sabetan pedang itu. 

Hee Won berteriak saat tubuhnya terduduk kelantai.
Ra Im dan para senior langsung berlari mendekat.

“Kalian tidak apa-apa?” tanya Ra Im.
“Siapa yang melempar pedang itu?!” tanya Jong Soo dengan suara tegas. “Siapa dari kalian yang tidak berhati-hati seperti itu?!” seru Jong Soo, tapi semua diam.
“Apa kau baru saja menyelamatkanku?” tanya Hee Won yang masih terduduk dilantai sambil memegang kepalanya yang didorong Jong Soo tadi.
“Aku tak bisa membiarkanmu terluka.”jawab Jong Soo datar.
“Ah, aku tak bisa percaya!” dengus Hee Won lalu berdiri. “Dalam situasi seperti ini, saat seorang pria menyelamatkan seorang gadis.....dia akan menarik gadis itu kepelukannya, atau dia akan terluka karena melindungi gadis itu, atau dia akan terbang dan dengan cepat menangkap sang gadis.” cerita Hee Won bersemangat sambil menggunakan gerakan.
Semua melirik Hee Won sambil mengulum senyum, kecuali Jong Soo tentunya.

“Apaa….?” kata Hee Won lagi dengan ngeliatin Jong Soo sinis. “Bukankah seharusnya kau melakukan hal seperti itu? Bagaimana bisa kau menekan kepala seorang wanita dan mendorongnya kelantai?”
“Aku terdesak. Jadi apa yang harus kulakukan? Jika kau terkena pedang itu, maka tulang kepalamu akan patah.” jawab Jong Soo.
Jung Hwan langsung melerai. “Aku minta maaf mewakilinya. Direktur kami tidak punya sisi romantis.” Jong Soo pengen protes mendengarnya, tapi Jung Hwan tak perduli, dia malah meneruskannya dengan memperkenalkan diri. “Namaku Hwang Jung Hwan.”
“Sepertinya kita pernah ketemu sebelumnya, kan?” tanya Ra Im ke Hee Won.

Hee Won bingung. “Hee? Benarkah? Apa kau pernah sekolah di New York?”
“Haa? Tidak.” Ra Im jadi malu.
“Lalu kapan?” Hee Won jadi ngeliatin Ra Im serius. “Ahhh….aku ingat! Garosu-Gil di ShinSaDong (Daerah Trendy di Seoul). Aku Kim Hee Won, adik Joo Won.”
Ra Im langsung kediam dan memberi salam dengan menundukan kepala.
“Kim Joo Won?” Jong Soo agak kaget.
“Jika ini adalah adik dari si ‘Aku menghasilkan banyak uang’, jadi wanita ini juga....” seru Jung Hwan, tapi langsung terhenti karena kakinya di injak Ra Im.
“Tapi....apa yang kau lakukan disini?” tanya Ra Im.
“Apa mungkin....kau Gil Ra Im?” tanya Hee Won.
Ra Im kaget. “Kau mencariku?”
“Ya. Aku tak bisa bicara disini, bisakah kita keluar? Sebentar…” 

Hee Won melirik Jong Soo dan berkata, “Aku tidak biasa mengajukan pertanyaan ini, tapi apa kau sudah menikah?”
“Ooooohhhh.....!!!” para senior langsung berisik ngeledek Jong Soo. “Kalian berdua terlihat cocok.”
Hee Won tersipu, sedangkan Ra Im Cuma bisa menarik napas. Dan Jong Soo….gak disorot, tapi paling juga pasang tampang datar doang ha ha ha :D

Hee Won dan Ra Im memilih ngobrol disebuah café. Dan rupanya Hee Won sedang melancarkan pertanyaan-pertanyaan seputar Jong Soo pada Ra Im.
“Apa golongan darahnya?” tanya Hee Won.
“A.” jawab Ra Im.
“Apa zodiaknya?”
Ra Im mulai terlihat bete. “Karena ulang tahunnya pertengahan april….”

“Aries!” tebak Hee Won senang. “Jika dia seorang Aries dengan golongan darah A, berarti dia adalah orang yang serius dan tenang, menyukai petualangan dan kompetisi! Dia pasti sangat menyukai pekerjaannya. Apa itu benar?”
“Ya. Mendekati.”
“Jadi begituuu!!” Hee Won senang sekali. “Orang-orang memanggilnya Direktur tadi.”
“Ya. Dia seorang sutradara aksi.”
“Benarkah?! Dia seorang sutradara?!”
“Tapi....apa kau datang kesini untuk menanyakan itu?” Ra Im mengingatkan.
“Ah, iya. Aku memang seperti ini. Aku penasaran tentang sesuatu dan aku ingin memperingatkan kau akan satu hal. Pertama, apa hubunganmu dengan Oppaku, dan apa hubunganmu dengan Woo Young oppa?”
Ra Im bengong bentar dan menjawab, “Aku tidak punya hubungan apapun dengan mereka berdua. Jika kau datang kesini untuk mengajukan pertanyaan yang bodoh seperti itu….maka jangan datang lagi…”
“Sebentar. Kau benar-benar tidak punya hubungan apapun dengan Oppaku? Lalu kenapa kau menerima uang yang diberikan ibuku padamu?”

“Uang?!” Ra Im kaget.
“Aku dengar kau telah bertemu dengan ibuku. Dia memberikan kau amplop berisi uang, dan kau langsung menghabiskannya dalam satu hari.”
Ra Im langsung ngeh ini ulah Joo Won. “Kau bilang kalau aku menerima amplop? Maaf, tapi berapa uang yang telah aku terima?”
“Jadi kau tidak tahu berapa yang kau terima dan kau langsung menghabiskannya? Kau sangat keren!!” puji Hee Won ha ha. “Tapi ngomong-ngomong, ibuku sedang mengecek latar belakangmu. Aku kesini karena ingin memberitahumu.”
“Kenapa?”
“Karena aku yang paling normal dikeluargaku. Oppa seperti ibu, dan aku seperti ayahku.”
Ponsel Ra Im bunyi dan dia segera melihat caller id-nya. Tertera disana, Gil Ra Im. Ha ha...rupanya mereka belum tukeran ponsel lagi setelah tubuh mereka balik.
“Hallo.” jawab Ra Im.
“Jam berapa sekarang? Aku sudah bilang padamu untuk datang menukar ponsel kita. Kenapa kau belum datang?!” omel Joo Won diseberang.

Ra Im terlihat kesal banget. “Baik, aku akan kesana sekarang. Jadi jangan kemana-mana dan tunggu disana!” kata Ra Im dengen nada pengen bunuh orang.

Ra Im datang menemui Joo Won di Dept.Store. Saat bertemu, dia memberikan Joo Won pandangan yang mematikan.

“Kau melotot padaku? Kenapa? Kau bukan orang yang seharusnya marah. Kau tahu betapa aku menderita karena masalah passcode itu? Terus apa? Kim Do-Chul? Apa artinya? Itu bukan berarti ‘pria tracksuit psikopat’ kan?” omel Joo Won, tapi Ra Im semakin melotot padanya. “Aisshh….kenapa kau tidak memandangku secara wajar? Kenapa kau memandangku dengan cara seperti itu? Kau memeriksa ponselku ya? Siapa yang menyuruh kau mengutak-ngutik ponselku? Kau mau ketemu pengacaraku?!”
“Ya, aku pengen ketemu dia. Aku benar-benar pengen ketemu dengannya sekarang. Aku ingin menggunakan pengacaramu dan bertemu dengan ibumu. Aku pikir, aku harus berkata pada ibumu, ‘Orang yang kau beri uang bukan diriku.’. Bagaimana menurutmu?” balas Ra Im.
“Kau sudah bertemu ibuku?” tanya Joo Won dengan suara yang lebih pelan.
“Apa penting jika aku sudah bertemu ibumu? Aku baru tahu kalau ibumu memberiku uang untuk menyingkirkanku! Tapi kau malah menerima uang itu!”
“Kau pasti akan mengetahuinya cepat atau lambat. Ya, aku menerimanya. Lalu kenapa?”
“Apa??!!” seru Ra Im kesal dengan jawaban Joo Won. Dia lalu mendekat dan menendang dengkul cowok itu.

Joo Won langsung jejerit kesakitan. “Ah!! Perempuan ini, benar-benar! Gunakan kata-kata! Kata-kata!! Buat apa menurutmu Tuhan memberi manuasia bahasa? Itu karena Tuhan ingin kita berbicara satu sama lain dengan bahasa, bukan dengan pukulan!”

“Apa kau punya otak? Bagaimana bisa kau terima uang itu? Hanya karena aku tidak punya apa-apa, bukan berarti aku tidak punya harga diri! Kalau kau terima uang itu, akan seperti apa aku jadinya? Kenapa kau terima uang itu??! Kau pikir seberapa rendah diriku hingga mau menerima uang itu?!!” kata Ra Im dengan mata berkaca-kaca.
“Tentu saja aku akan menerima uang itu!” Joo Won berkeras. “Daripada mengatakan ‘Aku tak bisa menerima uang ini.’, dengan mengatakan ‘Uang ini terlalu sedikit, beri aku lebih.’ akan membuat dia (ibuku) tidak berkutik.”
“Apa?!”
“Aku melakukan itu untuk menekan ibuku, demi kau. Jadi ibuku akan berpikir kalau kau bukan wanita yang bisa di ancam. Daripada kau, aku pikir akan lebih baik kalau aku yang pergi menemuinya dengan tubuhmu. Kalau kau yang kesana, kau hanya akan mengatakan kata-kata permintaan maaf sampai beratus-ratus kali. Dengan tidak menerima uang itu, menjaga harga dirimu dan pergi, kau pikir ibuku akan memujimu? Tidak akan. Kau mau menerima uang itu atau tidak, hasilnya akan sama. Kita akan tetap bertemu.”
“Atas dasar apa?”
“Karena aku bilang begitu.” tandas Joo Won. LOL

Ra Im speechless sebentar. “Kelihatannya kau salah. Tapi aku tidak akan pernah mau melihat wajahmu lagi. Aku tidak tahu berapa banyak uang yang telah kau terima, tapi pastikan bilang pada ibumu kalau aku minta maaf.” Ra Im lalu mengambil ponselnya dan melempar ponsel Joo Won ke sofa. Kemudian dia berkata pada Joo Won lagi, “Dan juga, pastikan bilang padanya kalau kita tidak punya hubungan apapun. Bilang padanya jangan khawatir.” walau berkata tega seperti itu, tapi jelas kesedihan nampak dimata Ra Im.
“Kenapa kita tidak punya hubungan apapun? Ada sesuatu yang terjadi diantara kita.” sanggah Joo Won.
“Aahh, ya ada. Satu-satunya yang kau suka adalah Little Mermaid. Kau pernah bilang padaku untuk memikirkan hal itu, jadi aku memikirkannya. Tapi….aku tidak memenuhi syarat. Kau tahu kenapa? Karena Little Mermaid….mencintai pria itu (dan aku tidak).”

Joo Won terpana, kalimat Ra Im sampai kedasar hatinya. Ra Im pun membalas pandangan Joo Won intens, seolah ingin meyakinkan bahwa ucapannya itu sungguhan. Setelah itu Ra Im buru-buru pergi ninggalin Joo Won yang sedih memandanginya.

For how long, how long more
As I look onto you like this alone
Do I have to do this wind-like love, this beggar-like love
So that you would love me?

Tiba-tiba Joo Won menyusul Ra Im hingga ke lift. 

Ra Im kaget, Joo Won menahan pintu lift yang akan tertutup.

Come just a bit closer, a bit closer
I, who loves you, and also has feet that run away when the foot approaches
And also loves you, am still here
That woman cries

Joo Won berniat ikut masuk kedalam lift tapi langkahnya terhenti, claustrophobia-nya, Joo Won tak bisa dan akhirnya hanya pandang-pandangan dengan Ra Im.

“Keluar.” kata Joo Won, tapi Ra Im bergeming. “Aku bilang keluar!” ulang Joo Won.

Ra Im tetap diam, dan malah mengulurkan tangan menekan tombol untuk menutup pintu lift. 

Dan pintu pun menutup didepan Joo Won. Tak kehilangan akal, Joo Won nekat turun lewat tangga darurat. 
Buru-buru, tergopoh-gopoh, sampai tersengal-sengal kehabisan nafas. Sementara Ra Im yang tadinya dengan tega ninggalin Joo Won, menampakan wajah aslinya sedih terpekur didalam lift.

So that woman
Loved you because you were the same
Another idiot again, another idiot
Can’t you give me a hug, then go?


Tiba dilantai dasar, Joo Won keliling mencari sosok Ra Im. Tapi Ra Im sudah tak ada didalam Dept.Store itu.

Malamnya di flat Ra Im, dia sibuk mengumpulkan perabotan yang dibeli Joo Won dan dimasukan kedalam kotak.
“Kau benar-benar akan mengembalikan ini semua?” tanya Ah Young.
“Ya. Aku akan mengirimkan barang-barang yang bisa muat dalam kotak pertama.” jawab Ra Im.
“Kenapa tiba-tiba? Apa kau bertengkar dengan PresDir?”
“Ya, kira-kira begitu. Bisakah kau memasukan ini kedalam kotak?” Ra Im meletakan baju yang dibeli Joo Won keatas kasur.
“Beneran? Kenapa? Apa karena aku?” Ah Young memasang tampang bersalah banget.

Ra Im berhenti beberes dan ngeliatin Ah Young. “Kau ngomong apa sih? Kenapa kami bertengkar karena kau?”
Begitu Ra Im berbalik, Ah Young langsung komat-kamit ngedumel. “Duuhh, gimana ini?”
Ra Im meraih tanggalan Oska kesayangannya yang sudah dicoret-coret dan dirusak. “Oh, apa ini? Kerjaan siapa ini?”

“Apa maksudmu dengan siapa? Itu kan kau yang melakukannya.” jelas Ah Young. “Kau mengerok bagian matanya sampai gak tidur. Ingat kan?”
“Pria itu benar-benar aneh!!” geram Ra Im. Sementara Ah Young memandanginya bingung dari belakang. Ha ha….

Sementara itu, dirumahnya, Joo Won pulang dari kantor dengan kesal. Dia membuka jasnya dengan kasar dan membantingnya diatas sofa. 

Tiba-tiba dia melihat secarik kertas yang ditempeli post-it. Isi post-it itu: ‘Kertas ini ada disaku anda, saya mengambilnya sebelum dicuci’. Ketika kertas itu dibuka, isinya adalah denah komplek rumah Joo Won yang dibuat Ra Im. 
 
Disana Ra Im menggambarkan rumah-rumah serta jalannya. Dan ada juga penjelasan dan gambar emoticon dibeberapa bagian. Contohnya: ‘Tempat dimana aku bisa melihat Oskaku tanpa ketahuan’, ‘Studio dance Oska’, dan ditempat-tempat yang ada hubungan dengan Oska pasti ditandai emoticon love. Diujung kiri atas kertas, Joo Won menemukan gambar rumahnya dengan tulisan ‘Rumah Kim Do-chul’ lengkap dengan gambar tengkorak. LOL :D Akhirnya dengan kesal Joo Won merobek-robek kertas itu.

Pagi itu dibuka dengan teriakan Oska yang marah-marah pada manajernya.
“Apa kau gila?!! Ditengah kebocoran laguku dan orang-orang menyebutku plagiat sampai popularitasku menurun….bagaimana mungkin aku melakukan ‘comeback’?!! Kau pikir ini masuk akal?!”
“Ya, tidak masuk akal. Tapi tak ada yang masuk akal saat ini. Lalu kenapa kau membatalkan acara tanda-tangan untuk fans?! Kalau kau terus berbuat seperti ini, kita tak akan bisa mendapatkan uang!! Semua biaya yang telah dikeluarkan untuk pencipta lagu, sewa studio rekaman dan choreography untuk dance, untuk lain-lain, dan untuk membuat musik video, semua investasi itu akan sia-sia!!” Manajer Choi balik marah.
“Ok, bukan berarti aku tidak tahu perasaanmu. Tapi, apa orang-orang bisa dengan mudah dipengaruhi? Pertama yang harus dilakukan adalah menemukan pencipta lagu yang mengaku lagunya sudah kucuri!!”
“Orang itu akan kembali ke korea dalam minggu ini. Untuk saat ini, kau bekerja saja sesuai jadwal. Kita tidak bersalah! Dan karena kita tidak bersalah, kita harus menunjukan pada orang-orang bahwa kita bisa tampil seperti biasanya!!”
“Walaupun kita tidak bersalah, tapi kita begitu bego sampai tidak tahu kalau lagu baruku itu adalah hasil plagiat! Dan lagi, tanpa lagu utama, bagaimana aku bisa melakukan ‘comeback’?”
“Kau kan punya lagu lain yang sudah kau latih. Choreographer kita sudah siap, dan kau sudah cukup berlatih. Jadi apa masalahnya? Kita akan membuat digital single untuk lagu itu.”

“Digital single?!” Oska tak suka dengan ide manajernya. “Kau menyuruhku membuat digital single? Hyung…aku seorang Hallyu Star. Bagaimana aku bisa begitu memalukan membuat digital single?!!”
“Lalu apa yang akan kau lakukan kalau begitu? Kalau kita tidak melakukan apapun sekarang, Christmas Concert akan gagal. Kita sudah membayar sewa stadium, dan bagaimana kau akan mengisinya dengan penonton??! Jika kita gagal dengan album dan concert ini, kita akan bangkrut! Kau bisa hidup dengan warisanmu. Lalu bagaimana denganku? Dan dia juga??” Manajer Choi meraih kerah baju asisten Oska, Jong Heon, yang sedari tadi mendengarkan mereka berdebat.
Oska tak tahan lagi dan berdiri sambil mengerang stress. 

“Wartawan pasti akan berkumpul seperti tawon.” keluh Oska.

Concert ‘Comeback’ Oska pun akhirnya digelar. 

Para penggemarnya memenuhi arena concert sambil berteriak-teriak memanggil nama Oska. 

Diantaranya terlihat Ra Im yang sangat antusias berteriak memanggil ‘Oppa, Oppa....!!!’. Saat itu Oska tampil dengan gaya rambut keriwil dan menari di iringi dancer. Dia membawakan lagu berjudul ‘Liar’.
Usai concert, fans Oska tetap menunggunya keluar dari gedung pertunjukan. Mereka berdesak-desakan dengan wartawan pemburu berita. 

Disana juga ada Ra Im, dia ingin mendekat, tapi langsung mengurungkan niatnya begitu melihat suasana ramai saat itu.
Asistennya memperingatkan Oska agar jangan berkata apapun saat wartawan mengajukan pertanyaan. Keadaan saat itu berisik sekali, suara wartawan terdengar bersahut-sahutan dengan suara fans.
“Walaupun masalah plagiat lagu belum selesai, mengapa anda tanpa alasan tetap melakukan ‘comeback’?”
“Oppa, kami percaya padamu!!”
“Semangat, Oppa!!”
“Oska Oppa, i love you!!”
“Dengan tetap meneruskan aktivitas anda, apa itu berarti anda telah mengakui bahwa masalah plagiat itu benar?”
“Bagaimana anda menangani penulis lagu asli tersebut?”
“Tolong katakan sesuatu, sekata saja....”
“Oska, tolong bicara, mengapa anda seperti ini?”

Dan ditengah hiruk pikuk itu, Oska melihat Ra Im yang berjalan pergi.

Ra Im berjalan ditengah hujan salju sepulang dari concert Oska. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. 

Telpon dari Oska. Ra Im ragu plus kaget sejenak sebelum menjawabnya. Rupanya Oska mengajak Ra Im ketemuan disebuah café. Oska datang kesana memakai atasan dengan hood yang menutupi kepalanya dan kacamata..
“Bukankah kau sibuk?” tanya Ra Im.
“Aku tidak sibuk sejak orang-orang sangat tidak menyukaiku belakangan ini. Kau pasti sangat senang karena aku mengadakan fan meeting special hanya untukmu.” gurau Oska.
“Oska pasti sangat bahagia juga,  karena fan-nya sangat manis.” balas Ra Im ha ha....

Oska tertawa mendengar jawaban Ra Im. “Ha ha ha….semakin aku mengenalmu, kau jadi semakin manis.”
“Ya, tentu.” jawab Ra Im dengan gaya cute.
“Kau menonton pertunjukanku?”
“Tadinya aku khawatir.....dan aku ingin mendengar kau bernyanyi. Pertunjukan tadi bagus sekali!! Tak ada kesalahan satupun.”
“Benarkah?” Oska antusias. Kemudian dia berlagak resah. “Ahh....aku selalu jatuh hati pada orang yang mengerti aku seperti ini.”
“Selamat untuk album ke 7-mu. Pasti sekarang adalah saat-saat sulit untukmu, tapi aku senang kau bisa ‘comeback’ dengan berani dan kuat. Kau lihat kan….para fans tetap mendukungmu. Jadi tetap semangat….!!” kata Ra Im tulus. 

Oska pun tertawa senang. Ra Im kemudian melanjutkan, “Dibandingkan fans artis lain, fans Oska tahu bagaimana caranya bersabar menghadapi scandal.”
Oska lalu melepaskan kacamatanya dan berbicara sambil mendekat ke Ra Im. “Benarkah? Scandal apa yang membuat kalian para fans harus bersabar?”

“Karena semua scandal-mu pasti berhubungan dengan wanita.”
“Aaahhh....” Oska agak kaget dengan yang dia dengar. “Tapi itu lebih baik daripada memiliki scandal dengan pria, kan?” Oska bercanda lagi. Dia lalu meneguk minumannya tapi ternyata masih panas, minuman itu keluar lagi dari mulutnya. Ra Im pun tertawa geli melihat tingkah Oska.
Pulangnya, Oska mengantarkan Ra Im sampai didepan flatnya. Oska turun dari mobil dan menikmati pemandangan sekitarnya.

“Tempat yang tinggi seperti ini adalah yang paling bagus, karena pemandangannya dimalam hari  adalah yang paling keren. Tempat ini memiliki suasana yang bagus.” kata Oska.
“Terima kasih sudah mengantarkan aku pulang.” kata Ra Im sambil membungkuk hormat.
“Masuklah.”
“Baik.” Saat akan pergi Ra Im mengurungkan niatnya dan berkata lagi pada Oska. “Apakah baik-baik saja antara kau dan Sutradara Yoon(Seul)?” tanya Ra Im pelan. 

Wajah Oska berubah muram. Dan Ra Im berkata lagi, “Setelah kau meninggalkannya dijalan tol, dia menangis sepanjang jalan saat pulang. Aku tahu aku tidak seharusnya ikut campur, tapi seorang pria yang membuat wanita menangis bukanlah pria yang baik. Maaf, tidak seharusnya aku berkata ini...”
Oska memotong omongan Ra Im, “25 tahun yang lalu, aku berumur 10 tahun. 15 tahun yang lalu, aku berumur 20 tahun. 5 tahun yang lalu, aku berumur 30 tahun. Dan 5 tahun lebih telah terlewati, tapi aku tetap merasa seperti berumur 10 tahun. Kenapa aku seperti anak kecil?” kata Oska sambil menerawang.
Awalnya Ra Im bingung mendengar ocehan aneh Oska. Dan saat mengerti dia tersenyum maklum. “Kau bukan anak kecil. Anak kecil yang sebenarnya selalu berkeras kalau mereka yang paling tua.”
Oska tersentuh dengan omongan Ra Im, dia tersenyum dengan pandangan teduh. “Kau benar-benar lebih keren dari yang aku kira.” puji Oska.
Ra Im langsung merasa di awan-awan. 

Tanpa sadar dia menarik sebelah kakinya kebelakang dan diketuk-ketukan seperti biasa kalau dia sedang merasa sangat senang. 

Ha ha…. Oska tertawa melihat kelakuan Ra Im, dan akhirnya mereka pandang-pandangan sambil tertawa. 
Tiba-tiba ada suara yang mengganggu kesenangan itu.
“Pemandangan yang sangat bagus!!” kata suara itu.
Ra Im dan Oska kaget hingga menoleh. 

Tadaaa….Joo Won berdiri tak jauh dari mereka, mengenakan training suit baru dan memandangi mereka sambil bersandar dipagar dengan nyaman.

 
Adegan favorit.....


Notes: 
Hampir setahun baru diterusin....ha ha ha.... :D
Semoga aku bisa tetap nerusin...Semangat!!!

Source: Kadorama, Withs2, Dramacrazy, dan beberapa imagenya masih nyomot, tapiii....kali ini sebagian besar aku udah bisa printscreen sendiri. ^^