Saturday, August 13, 2011

Playful Kiss episode 1



Judul Asli: 장난스런 키스 / Jangnanseureon Kiss
Judul Lain: Mischievous Kiss, Naughty Kiss
Genre: Romance, Comedy, School
Based on: Japanese manga ‘Itazura Na Kiss’ by Tada Kaoru
Episode: 16 + 7 (special edition on YouTube)
Produksi: MBC
Tayang: Rabu & Kamis 21:55 (1 Sept 2010 – 21 Okt 2010)
Tayang special edition: senin – jumat 17.00 (start 2 Nov 2010)             
Produser: Song Byung Joon
Sutradara: Hwang In Roe, Kim Do Hyung
Screenwriter (Penulis Skenario): Go Eun Nim

Cast :
                                                  Kim Hyun Joong as Baek Seung Jo                                                                                       
                                                        Jung So Min as Oh Ha Ni                                                                                                                  
        Jang Ah Young as Hong Jang Mi






















Lee Tae Sung as Bong Joon Gu

Lee Si Young as Yoon He Ra
Jung Hye Young as Hwang Geum Hee (Seung Jo’s mother)
Oh Kyung Soo as Baek Soo Chang (Seung Jo’s father)
Choi Won Hong as Baek Eun Jo (Seung Jo’s brother)
Kang Nam Gil as Oh Ki Dong (Ha Ni’s father)
Hong Yoon Hwa as Jung Joo Ri (Ha Ni’s friend)
Yoon Seung Ah as Dok Go Min Ah (Ha Ni’s friend)
Choi Sung Joon as Kim Gi Tae
Bye Bye Sea as Bong Joon Gu’s followers
Hwang Hyo Eun as Song Kang Yi (Ha Ni’s homeroom teacher)
Song Yong Shik as Song Ji Oh (Seung Jo’s homeroom teacher)
Moon Hoe Won as Head Teacher Hwang
Choi Sung Gook as Wang Kyung Soo
Yoon Bo Hyun as Tennis team captain
Abigail Alderete as Chris



Disebuah taman yang indah…seperti taman Firdaus atau Eden, ada seorang pria tampan yang berkeliaran dengan pakaian putih. Pria itu lalu menyentuh bunga indah berwarna pink dan menghirup wanginya.

Disuatu tempat tak jauh dari situ, ada seorang gadis yang tertidur pulas beralaskan kain dan bersandar dibatang pohon yang rindang. 

Di atas pangkuan gadis itu tergeletak sebuah pensil dan buku sketsa yang terdapat gambar bunga, kalau diperhatikan bentuk bunga itu mirip dengan bunga pink yang disentuh pria tampan tadi, hanya saja bunga yang digambar itu belum diwarnai.

Sepertinya gadis itu tertidur selagi sedang menggambar.
Tiba-tiba saja, pria tampan tadi sudah berada ditempat gadis itu. Pria itu membungkuk dan mencium sang gadis. 

Dan saat gadis itu terbangun, pria itu telah berlalu pergi. Tapi gadis itu masih merasakan bekas ciuman dibibirnya, dia menoleh ketempat pria tampan tadi berlalu, yang ada hanya kuda putih gagah yang melangkah pelan.  

Kuda putih itu lalu menoleh ke gadis itu, dan sang gadis tersenyum senang. Gadis itu kemudian dengan genitnya mengedipkan sebelah matanya ke kuda itu, setelah itu dia iseng meleletkan lidahnya dengan gaya ngeledek. Dasar gadis aneh…ha ha… Kuda itu memalingkan kepalanya dan lalu melangkah pergi. Gadis itu kemudian meletakan buku sketsa dan pensilnya diatas kain dan bergegas mengikuti kuda putih tadi, hingga dia tiba disuatu taman yang indah. 

Kuda itu kemudian berubah menjadi pria tampan tadi dan tersenyum hangat ke gadis itu. 

Gadis itu terperangah dan mereka saling memandang seiring dengan tumbuhnya bunga-bunga indah disekitar tempat mereka berdiri. 
Pria itu lalu membungkuk dan mendekatkan wajahnya ke gadis itu, dan gadis itu langsung memonyongkan mulutnya untuk menyambut ciuman.



Adegan berpindah ke seorang gadis yang memakai seragam sekolah dan tertidur di bangku taman dengan mulut monyong kedepan.

Rupanya visual seorang gadis dan kuda putih tadi itu hanya gambaran dari mimpi gadis yang tertidur ini. Dia lalu terbangun dari tidur disaat bel masuk berbunyi. Segera dia buru-buru lari dan hampir saja meninggalkan buku sketsanya yang ada gambar yang persis sama dengan gambar pada buku sketsa yang ada di mimpinya.

Dikelas. Gadis yang bermimpi tadi senyum-senyum sambil ngeliatin gambar di buku sketsanya. Tanpa dia sadari, Ibu gurunya sedang memanggil namanya.
“Oh Ha Ni....Oh Ha Ni!!” seru Ibu Guru.
Oh Ha Ni, nama gadis itu. Dia kaget dan menjawab, “Ya!”
“Apa yang Oh Ha Ni sayangku pikirkan dihari yang masih begitu pagi ini?” ledek Ibu Guru dan semua murid tertawa.


Seorang murid pria dengan gaya rambut berjambul yang duduk dibelakang sibuk ngeliatin Oh Ha Ni sambil komat-kamit. Ibu Guru melihatnya dan mencoleknya dengan kesal sampai hampir jatuh dari tempat duduk.
“Anak-anak, belajar yang giat, ya!!” seru Ibu Guru.
“Iyaa…” jawab murid-murid serentak tapi tak bersemangat.
“Yang giat, ya!!!” seru Ibu Guru lagi lebih keras.
“Yaa!!!” jawab murid-murid lagi tapi kali ini dengan suara yang bersemangat.
Ibu Guru langsung terlihat senang. “Saya mengerti….kehidupan dikelas III SMU murid-murid di Korea…bisa begitu sepi dan tertekan.” Ibu Guru menepuk murid yang tertidur dimejanya dengan tangan terjulur kelantai sambil memegang buku. “Kalian bisa berhenti berlagak seakan-akan sedang mengacak-acak isi tas sekarang!” Kemudian Ibu Guru mendekati seorang murid yang memakai kacamata yang ada gambar mata melek kayak boneka. “Berhenti main-main!” katanya sambil mencopot gambar dari kacamata murid itu. Ibu Guru lalu jalan kedepan kelas. “Tapi tak perduli secapek apapun kalian, akankah kalian lebih capek daripada Kepala Sekolah di Sekolah Dasar, heh?! Apa kalian punya pendapat betapa melelahkannya jadi seorang guru?!”
Ibu Guru mulai lepas kendali ngomongnya. Murid-murid langsung pada diam dengan muka ditekuk.

Saat istirahat makan siang.
Oh Ha Ni duduk dikantin bareng dua orang teman ceweknya sambil ngeliatan teman-teman cowok mereka  yang lagi main musik.
“Sepertinya hasilnya akan keluar.” kata Ha Ni.
“Yah, aku pikir kita akan berada di urutan terbawah lagi.” kata teman Ha Ni yang berbadan gendut sambil mengunyah makanan dengan lahap. “Lagipula, ini bukan yang pertama. Lalu kenapa harus susah-susah belajar dengan giat setiap waktu?”
Ha Ni yang saat itu sedang belajar hanya tersenyum.
Teman Ha Ni yang satu lagi, yang berbadan kurus dan berkacamata, mengalihkan perhatian dari bacaannya dan bertanya pada Ha Ni. “Konstruksi rumah barumu sudah selesai, kan? Apa kau mau mengadakan pesta perayaan?”
Ha Ni bertopang dagu dan menarik nafas. 

“Aku bahkan belum bisa beres-beres. Karena ayahku selalu pulang larut malam setiap hari, jadi aku juga sampai rumah sudah malam.” keluh Ha Ni.
“Suruh saja Bong Joon Gu! Tadi aku lihat dia….” teman Ha Ni yang gendut menirukan gaya orang cengo’. “Dia memandangmu seperti ini.”
Teman Ha Ni yang kurus langsung ketawa.
Ha Ni pun mau gak mau tertawa melihat tingkah teman gendutnya itu. “Dia gak melakukannya!”
“Apa maksudmu dia gak melakukannya?! Bong Joon Gu bisa sebaik itu juga karena kau.” kata si gendut lalu meneruskan makannya, dan Ha Ni kembali belajar.

Teman Ha Ni yang kurus merasa ngeri melihat cara makan si gendut. “Apa kau tidak sakit makan itu?” tanyanya sambil meringis.
Si gendut menghentikan makannya. “Apa? Maksudmu ini?” dia menunjuk pada ayam yang ada ditangannya. “Jika putri dari orang tua yang mempunyai restoran ayam sampai sakit gara-gara makan ayam, lalu siapa yang akan membeli ayam-ayam itu untuk dimakan?” Si kurus langsung terdiam, dan si gendut bicara pada Ha Ni, “Ha Ni, apa kau sakit makan mie? Sebagai putri dari pemilik restoran mie, apa kau sakit makan mie?”

Ha Ni langsung menggeleng sambil tersenyum, “Kau tak akan pernah sakit makan mie ayahku.”
Si gendut langsung tertawa. “Itu benar, mie kalian benar-benar enak. Aku setuju, aku setuju!” kata Si gendut sambil mengacungkan dua jempolnya.
“Aku juga setuju.” Si kurus ikutan mengangkat tangannya.
Seorang gadis cantik berambut panjang lewat dan memberi salam sambil lalu pada Ha Ni dan kawan-kawannya. Ha Ni reflek memberi salam balik, tapi lalu kaget begitu tahu siapa yang memberi salam tadi. Teman-teman Ha Ni juga merasa heran.
Cewek cantik tadi jalan lurus menuju vending machine minuman kaleng yang tak jauh dari tempat Ha Ni duduk. Dia memasukan uang tapi tak satupun minuman yang keluar. Dia akhirnya mengetok-ngetok mesin itu.
Ha Ni kemudian berdiri untuk membantu cewek cantik itu. Teman-teman cowok yang bermain musik tadi, menyemangatinya dan memainkan musik. Ha Ni menurunkan leggingnya dan jalan mendekati vending machine. Si cewek cantik langsung mundur. Ha Ni mengetuk pelan vending machine itu beberapa kali sambil menempelkan telinganya di mesin persegi panjang itu. Tak lama kemudian dia tersenyum dan berjalan menjauh sedikit. Ha Ni meregangkan badannya dan memasang kuda-kuda sambil menatap tajam ke arah vending machine. Dia lalu menunjuk mesin itu dengan gaya pistol dan mengedipkan matanya sebelum bergerak maju dan menendang tepat ke arah bagian depan mesin.  
Seketika langsung terdengar bunyi kaleng minuman menggelinding keluar. Semua teman-temannya langsung menyoraki Ha Ni. Sementara si cewek cantik tadi berterima kasih dengan gaya kaku. Teman-teman Ha Ni kembali merasa heran dengan ucapan terima kasih itu.
Si cewek cantik duduk bergabung dengan dua orang temannya yang duduk dimeja yang bersebelahan dengan meja Ha Ni. Jelas terlihat dua kelompok ini adalah dua kubu yang bertentangan. Kubu si cewek cantik adalah geng cewek-cewek sombong yang biasa ada di komik-komik atau novel-novel remaja. Sementara kubu Ha Ni, adalah geng cewek-cewek biasa yang tak dianggap.
Topik obrolan dimeja si cewek cantik adalah tentang cowok.
“Pada hasil ulangan bayangan kelas tiga, Baek Seung Jo oppa pasti berada diposisi pertama lagi!” kata teman si cewek cantik.
“Apa yang menjadi masalah utamanya? Jawabannya benar semua! Scorenya 500!” kata si cewek cantik.
Setelah itu mereka langsung seseruan khas cewek centil ngobrolin cowok. Ha Ni dan teman-temannya nguping pembicaraan cewek-cewek itu.
“Apaa? Baek Seung Jo scorenya 500 lagi?” seru si gendut. “Apa dia manusia?”
Ha Ni menerawang sambil bertopang dagu. “Dia pastilah bukan manusia.” gumamnya. Dua orang temannya langsung melongo. Ha Ni lalu meneruskan, “Dia adalah seorang peri, seorang peri dari hutan.” Ha Ni menerawang lagi. Teman-temannya geleng-geleng melihat ulahnya ini. Tapi Ha Ni belum berhenti, untuk meyakinkan teman-temannya dia bercerita, “Kejadiannya seperti ini….aku mengikuti seekor kuda putih sampai dia tiba-tiba menghilang.” 

Teman-temannya jadi serius dan tegang mendengarkan. “Lalu tiba-tiba dia muncul lagi didepanku. Bagaimana aku menyebutnya….itu sesuatu yang indah yang membuatku ingin menggigitnya.” cerita Ha Ni dengan gaya gemas.(dengar ceritanya aku kok jadi ngebayangin makanan ha ha)
“Kau bilang menggigitnya?” tanya si kurus.
“Ya.” jawab Ha Ni sambil tepuk tangan sekali. “Itulah pertamakali aku mengerti bagaimana perasaan seorang vampir.” cerita Ha Ni serius dengan pandangan menyipit. Dia kemudian menepuk tangannya sekali lagi. “Ah! Apakah pertamakalinya bagi vampir juga seperti itu? Karena leher kekasih wanitanya begitu putih dan indah, jadi mereka terpaksa mengigitnya.”
Kedua temannya geleng-geleng lagi dan menatap kasihan pada Ha Ni.
“Ck ck ck ck. Aigooo...Ha Ni, kau sebaiknya makan paha ayam. Ini paha ayam, kunyah ini!” si gendut langsung menjejalkan paha ayamnya kemulut Ha Ni dengan gemas.
“Hey! Ini tidak dikunyah!” protes Ha Ni.
“Apa maksudmu tidak?” tanya si kurus.
“Sudah! Makan ini! Kunyah ini!” si gendut masih terus nyosorin ayamnya ke mulut Ha Ni. Dan mereka bertiga akhirnya ketawa-ketawa geli.
Tiba-tiba ada keributan disekitar kantin itu.
“Itu Seung Jo oppa! Seung Jo oppa!”
Cewek-cewek pada jejerit kayak liat selebritis saat seorang cowok cakep datang ke tempat itu. Yah, si Baek Seung Jo yang terkenal jenius disekolah itu datang ke kantin. Ha Ni langsung mingkem diam kayak robot saat Seung Jo melewati tempat duduknya. Seung Jo menghampiri vending machine dan memasukan koin. Si cewek cantik tadi datang menghampiri dan mengulurkan minuman kalengnya. Tapi Seung Jo tak menggubrisnya. Si cewek cantik tetap mencoba menarik perhatian karena ibunya dan ibu Seung Jo ternyata kenal.
“Aku Jang Mi! Hong Jang Mi! Ibumu dan ibuku berteman.” kata si cewek cantik, Hong Jang Mi.
Seung Jo gak peduli dan sibuk dengan vending machine yang error itu. Bisa ditebak yang terjadi kemudian, Jang Mi memanggil Ha Ni.
“Ha Ni sunbae(senior)! Ini gak mau keluar lagi!” teriak Jang Mi.
Ha Ni kaget dan gugup. Seung Jo melirik ke arah Ha Ni.

“Aku mendapatkan minuman kalengku karena ditolong senior itu barusan.” kata Jang Mi ke Seung Jo dan kemudian kembali memanggil Ha Ni.
Seung Jo melirik ke Ha Ni lagi. Ha Ni meringis malu dan menelan ludah, glek! Ha Ni lalu berdiri dan bergerak kayak robot. Dua temannya mangap melihat reaksi Ha Ni. Ha Ni berjalan mendekati vending machine sambil memalingkan wajah tak mau melihat ke arah Seung Jo.  

Dan seperti tadi, Ha Ni kembali melakukan aksi akrobatiknya, tapi kali ini sambil nahan malu. Kaleng minuman itu dengan gampangnya menggelinding keluar, Baek Seung Jo pun mangap dengan cakepnya ha ha....

Wajah Ha Ni memerah menahan malu, apalagi Baek Seung Jo sekarang ngeliatin dia kayak lihat mahluk langka.

Jang Mi mengambilkan minuman kaleng yang baru keluar itu buat Seung Jo dan Seung Jo melangkah pergi tanpa bilang terima kasih ke Jang Mi ataupun Ha Ni. Ha Ni hanya bisa meringis tanpa berani berbalik.
“Oppa, nilai ulanganmu benar semua lagi kali ini! Kau benar-benar hebat!” seru Jang Mi sambil terus ngintilin langkah Seung Jo.
Teman-teman Ha Ni keberatan dengan kejadian ini.
“Ha Ni! Oh Ha Ni!” si gendut teriak-teriak nama Ha Ni supaya didengar Seung Jo. Si kurus melerai tapi si gendut gak peduli, dia terus saja teriak. “Oh Ha Ni! OH! HA! NI!!”
Ha Ni meringis menutup mata. 
Seung Jo berbalik dan mendekati Ha Ni. Ha Ni kaget hingga mundur selangkah. 

Ha Ni udah tampak senang, tapi ternyata Seung Jo kembali hanya untuk mengambil koinnya yang ketinggalan di vending machine disebelah Ha Ni ha ha...
Ha Ni kecewa.


Di club seni. Ha Ni tampak depresi dengan kejadian tadi.
“Itulah kenapa aku bilang kau nyatakan saja perasaanmu padanya!” kata si gendut.
Ha Ni seperti tersadar. “Nyatakan?”
“Kita akan segera lulus. Kau mau tetap seperti ini?”
Ha Ni menepuk tangannya sekali dan berkata dengan wajah semangat, “Itu benar sekali! Karena aku tidak pernah menyatakan padanya, dia tidak tahu perasaanku, dan itulah kenapa dia tidak menunjukan perasaannya. Karena dia seorang pemalu.”
Si kurus langsung ngutak-ngutik ponselnya.
“Kau lihat apa?” tanya si gendut.
“Aku lagi nyari apa arti dari kata ‘malu’” jawab si kurus.(hadeeehh!)
Ha Ni gak peduli dengan percakapan teman-temannya, dia masih dengan imajinasinya. “Benar, aku harus menyatakan perasaanku padanya dengan jelas. Tapi bagaimana aku menyatakannya?” Ha Ni tampak bingung sebentar, kemudian semangat lagi. “Itu harus menjadi pernyataan yang akan meninggalkan kesan mendalam padanya.”
Tiba-tiba sigendut memakai topeng Gollum(mahluk aneh yang ada difilm ‘Lord of the Ring’) dan berkata dengan suara horror. “Seung Jo-ku yang paling berharga, aku mencintaimu!”

Dan bukannya takut, Ha Ni malah berkata serius, “Ohhh, ini gak buruk.”(maksudnya dia mempertimbangkan ide pake topeng itu ha ha ha)
Si gendut segera melepas topeng itu dengan kesal. “Kau bilang ini gak buruk? Kau bicara apa sih?”
Ha Ni kemudian melirik ke si kurus yang masih sibuk dengan ponselnya. “Kau sedang cari apa kali ini?” tanya Ha Ni sambil mendekat.
“Aku sedang mencari arti dari kata ‘tidak buruk’” jawab si kurus tanpa mengalihkan matanya dari ponsel.
Ha Ni lalu menempelkan dagunya dengan lemas di atas kotak. “Apa kau terpikirkan sesuatu? Bukankah kau pintar?”
Si kurus berpikir sebentar. “Mmmm….binatang menari saat mereka membuat pernyataan.”
“Menari?”
”Ya. Ikan, Burung, bahkan Penguin....dan bahkan lalat rumah pun melakukan ini. Saat binatang menyatakan cinta pada satu sama lain, mereka menarikan…..tarian berpasangan.”
“Tarian berpasangan?” Ha Ni kemudian berkhayal ngelantur.
Ha Ni sebagai balerina yang sedang menarikan ‘Swan Lake’. Dia menari ditengah penari-penari yang lain dengan berpakaian putih. Lalu Seung Jo datang, Ha Ni pun tersenyum. 

Seung Jo mengulurkan tangannya, dan Ha Ni mengulurkan tangannya juga. Saat tangan mereka akan bersentuhan, Ha Ni menjauh.  
Seung Jo mendekat lagi, kali ini Ha Ni meloncat dan Seung Jo menopangnya. Semuanya tampak begitu indah. Tapi wajah Ha Ni tiba-tiba berubah ketakutan, 
Seung Jo tidak menopang tubuhnya lagi, tapi melemparkannya. 

Ha Ni pun teriak horor dan jatuh terhempas dengan suara kecipak ayam serta bulu yang beterbangan.(ha ha)

Kembali kedunia nyata. Ha Ni sedang memegang kostum balet yang dipakainya dalam khayalan tadi sambil komat-kamit kesal. Tiba-tiba Hong Jang Mi dan kawan-kawannya datang.
“Kita ketemu lagi.” kata Jang Mi pongah sambil duduk dimeja yang ada didepan Ha Ni.
“Hari ini adalah hari menggambar ‘orang’.” jawab Ha Ni.
“Kau sudah duduk dikelas 3. Apa kau masih harus belajar(menggambar)?” tanya Jang Mi memojokkan.
Si gendut kemudian nimbrung sambil ketawa-ketawa menggeser temen-temen Jang Mi. “Kami tidak belajar kok.” kata si gendut.
Jang Mi tampak kesal.“Apa suaramu baik-baik saja? Mengingat kau berteriak kencang barusan.”
Si gendut panas pengen nyambangin Jang Mi tapi ditahan si kurus.
“Bukankah itu sedikiitt….itu?” Jang Mi menyindir Ha Ni sekarang, matanya tertuju ke bagian dada Ha Ni.

Ha Ni bingung dan mengangkat sebuah bulu ditangannya. “Apa?”
“Tidak ada apa-apa.” kata Jang Mi lagi lalu berdiri dan mengibaskan rambut panjangnya kebelakang. Dia kemudian memamerkan dadanya yang membusung.
Ha Ni langsung mengerti maksud perkataan Jang Mi tadi. “Ahhh....apa Seung Jo juga menyukai sesuatu yang di anugerahi lebih?”
“Kau masih mikirin? Dia kan laki-laki juga.” kata Jang Mi lalu menjauh.
Ha Ni terdiam dengan tampang sedih.
Murid-murid yang lain lalu mempertanyakan kehadiran Bong Joon Gu yang belum hadir disana. Bong Joon Gu akan menjadi model untuk mereka gambar hari itu.
Diluar ruangan club, tampak seorang pria berjambul dengan gaya norak menaikan kerahnya. Gak salah lagi, ini pasti Bong Joon Gu. Dia adalah cowok yang terus-terusan ngeliatin Ha Ni waktu dikelas. Bong Joon Gu ada bersama empat orang temannya, atau lebih tepat anak buahnya. Mereka melakukan gerakan norak berbarengan mengeluarkan sisir, menyisir rambut, dan dengan cepat memasukan kembali sisirnya kesaku celana, lalu berjalan lebay ke arah ruangan club.
Ha Ni masih berdiri terpekur ngeliatin sebatang bulu ditangannya. Tiba-tiba masuk empat cowok yang dorong-dorongan. Mereka teman-teman Bong Joon Gu. Ada yang rambutnya pirang keriting, rambut merah, rambut hitam kayak dora, dan rambut miring yang aneh. Bong Joon Gu menyusul masuk, dia langsung mengambil posisi berdiri didepan Ha Ni. Si rambut miring segera mengangkat sebuah koper ke atas meja Ha Ni dan membukanya. Isinya adalah sebuah panci makanan berwarna merah dan serbet pink.
“Apa itu?” tanya Ha Ni bingung.
Melihat ada makanan, si gendut langsung lari-lari mendekat dan mengangkat panci itu. “Apa ini?” tanyanya.
“Ayam.” jawab Joon Gu.
“Ayam? Ayam dimasak apa?” tanya Ha Ni.
“Hanya salah satu masakan ayam.”
Ha Ni mangap.
Si gendut berseru senang. “Apaaa!! Ini sup ginseng ayam, ginseng ayam....ha ha ha!”
Joon Gu langsung merebut panci merah itu dari tangan si gendut dan diberikan pada Ha Ni. “Habiskan ini, ini untukmu.”

“Kenapa kau memberikan aku ini?” tanya Ha Ni bingung.
“Lihat dirimu! Kau begitu kurus.”
Jang Mi lalu berteriak menginterupsi. “Joon Gu oppa! Ayo siap-siap! Kita gak punya waktu lagi!”
“Iya! Iya!” jawab Joon Gu lalu meletakan panci itu ditangan Ha Ni. Si gendut langsung bergerak pengen ngambil, tapi Joon Gu dengan sigap menghalanginya.

“Kau minum ini sendiri ya!” pesan Joon Gu pada Ha Ni.
Sesi menggambar dimulai. Jang Mi mengatur posisi berdiri Joon Gu(mmm...mungkin Jang Mi adalah ketua club seni yaa??).

Joon Gu disuruh berpose seperti orang lari dan berdiri dengan satu kaki. Pose yang sangat susah dan menyiksa untuk dilakukan dalam waktu lama, tapi Joon Gu semangat karena Ha Ni melukisnya. 

Teman-teman Joon Gu tampak kasihan melihat derita Joon Gu. Semua sibuk menggambar, begitupun Ha Ni. Pada lukisannya, Ha Ni menuliskan ‘pernyataan...tarian berpasangan....Gollum...’ (ha ha....kayaknya nih anak gak serius gambarnya.)

Diruangan guru, tampak ibu guru sekaligus wali kelas Ha Ni ketawa-ketawa cekikikan melihat video diponselnya. Dia melirik sebentar ke guru pria dan guru wanita yang duduk sambil serius membahas sesuatu dibelakangnya. Dia mencibir dan kembali ketawa-ketawa melihat video. Tiba-tiba ada yang merebut ponselnya.
Dengan emosi ibu guru itu berbalik.” Siapa yang....” dia tak jadi meneruskan kalimatnya karena yang merebut ponselnya adalah wakil kepala sekolah.
Wakil kepsek lalu menggelar tabel hasil nilai murid-murid kelas tiga dimeja.
“Masih bisakah kau ketawa setelah lihat ini? Ibu guru Song Kang Yi?!” seru wakil kepsek. “Semua nomor-nomor yang diberi sticker putih ini adalah murid-murid dari kelas guru Song Ji Oh.” guru pria yang sedang ngobrol tadi langsung nengok dengan wajah cerah. Semua sticker putih berada pada table nilai pertengahan hingga nilai tertinggi. Wakil kepsek meneruskan, “Dan yang diberi sticker warna biru ini adalah murid-murid dari kelas Song Kang Yi.” sticker biru berada pada tabel nilai pertengahan dan mendominsi nilai terendah. “Jadi, bukankah ini biru?” sindir wakil kepsek pada bu guru Kang Yi.

Bu guru Kang Yi hanya tersenyum tanpa tertekan sambil menjawab, “Yah, benar. Seperti lautan.”(ha ha)
“Guru Song!!” teriak wakil kepsek sangat-sangat emosi.

Guru pria tadi yang kebetulan bernama Song juga, Song Ji Oh, menengok kaget, “Apa?”
“Ha ha….bukan kau, guru Song. Tapi guru Song yang ini! Kelas guru Song Kang Yi mengisi seluruh table nilai terendah. Khususnya anak-anak ini.” Di zoom empat nama pada table terendah. “Oh Ha Ni, Dok Go Min Ah, Jung Joo Ri, dan Bong Joon Gu.(ha ha ha….4 tokoh utama difilm ini bego semua ha ha) Bisakah kau pikirkan sesuatu untuk menangani empat orang ini?”

“Kenapa kita tidak membebaskan mereka saja dari ujian?” kata guru Kang Yi bego.
Wakil kepsek ngomel lagi. “Ini benar-benar sulit! Benar-benar sulit!”
Baek Seung Jo masuk keruangan guru membawa setumpuk buku ke meja guru Song Ji Oh.

Wakil kepsek terdiam melihatnya dan bergumam, “Sungguh kehormatan buat sekolah kita, Baek Seung Jo mau masuk kesekolah ini.”
Guru Kang Yi langsung melirik ke Baek Seung Jo dari atas ke bawah dengan pandangan tak senang.

Kembali keruangan club seni. Kegiatan menggambar selesai. Badan Joon Gu telah kebas, dia bahkan tak bisa lagi menurunkan kakinya. Teman-temannya lalu datang membantu. Jang Mi selaku ketua club, keliling memeriksa gambar-gambar orang-orang. Dia menghampiri gambar si kurus, gambarnya bagus, Jang Mi tak berkomentar dan berlalu. Kemudian gambar Ha Ni. Ha Ni ada dalam pose bengong tak menyadari kehadiran Jang Mi dibelakangnya.

“Senior Ha Ni!!” seru Jang Mi marah.
Ha Ni kaget. “Ya?”
Si gendut, si kurus dan Jang Mi melongo melihat gambar Ha Ni. Joon Gu penasaran dan datang mendekat, dia merebut gambar Ha Ni. Joon Gu pun ikutan cengo’. Yah, Ha Ni memang menggambar pose yang dilakukan Joon Gu, tapi wajah yang ada digambarnya berbeda sekali dengan wajah Joon Gu. 

Ha Ni menggambar wajah Baek Seung Jo dengan sangat baik....ha ha ha....

Direstoran Mie milik ayah Ha Ni yang bernama So Pal Bok, tampak mie warna-warni bergelantungan. Didapur terlihat kesibukan para stafnya membuat mie. Ayah Ha Ni pun terlihat sibuk kesana-kemari. Ha Ni ikutan membantu disana mengantarkan makanan kemeja customer, sekaligus menjadi cashier.
Setelah jam-jam sibuk berlalu, Ha Ni berada bersama ayahya ditempat pengeringan mie. Ha Ni tampak sibuk memikirkan sesuatu.
“Aku masih belum bisa punya petunjuk, bagaimanapun aku melihatnya, walaupun aku sudah melihatnya sejak aku kecil.” gumam Ha Ni.
“Ahhh....tak ada loteng saat kau masih kecil. Itu ada baru saat restoran digedein.” timpal ayahnya salah ngerti. “Orang-orang sekarang tidak suka kalau dikeringkan diluar ruangan. Mereka bilang udaranya kotor.”
Tak ada jawaban dari Ha Ni. Ayahnya pun diam ngeliatin Ha Ni bengong.
Ha Ni kemudian tersadar dan berkata, “Biasanya dikeringkan diluar saat aku kecil, kan?”
“Apa?” tanya Ayah Ha Ni sambil masih ngeliatin anaknya dengan mimik lucu.
“Kau barusan bilang begitu, kan?”
“Iya. Ha ha ha….”
“Aku tidak memperhatikan tadi.” Ha Ni merenung lagi. “Ayah...bagaimana kau melamar ibu?”
“Melamar?” Ayah Ha Ni agak kaget.
“Ah, bukan! Menyatakan.”
“Apa?”
“Ah, bukan. Ayah, kau kenal…temanku Joo Ri, bukan?” kata Ha Ni gugup.
“Ya.”
“Dia menyukai seseorang. Tapi dia punya masalah bagaimana harus menyampaikannya.” Ha Ni bercerita tanpa memandang ke ayahnya.
“Ah, saat itu mobilku benar-benar jelek. Aku mengendarainya dengan ibumu pada kecepatan tinggi.” Ayah Ha Ni bercerita. “Mobilnya sudah seperti mau terbang. Roda-rodanya terasa bisa lepas kapan saja. Ibumu berkata, ‘Kau gila ya?’ Dia mulai berteriak padaku.”
“Lalu?”
“Lalu...aku mulai berteriak sambil nyetir tanpa berhenti. Aku bilang, ‘Kau mau menciumku, atau kau mau pacaran denganku? Kau mau pergi denganku? Kau mau pacaran denganku? Kau mau bersama denganku, atau kau mau mati bersamaku?’”

“Jadi....dia bilang dia mau bersama denganmu?” tanya Ha Ni semangat.
“Tidak. Dia bertanya kalau aku sudah mencari dimana kuburanku. Dia bilang padaku untuk jangan bermimpi.” kata ayah Ha Ni lemas.
Ha Ni cemberut dan membelakangi ayahnya. “Apa itu?”
Ayahnya tertawa dan berkata, “Tapi Ha Ni, sejak saat itu, aku sudah memenangkan setengah hatinya.”
“Benarkah?” Ha Ni semangat lagi dan berkhayal lagi.
Dalam imajinasi Ha Ni, tampak Seung Jo lari-lari diantara gang gudang-gudang tua. Dia lalu dicegat beberapa preman bermotor. Seung Jo lalu lari masuk kedalam gudang yang bangunannya sudah jebol sana-sini. 

Para preman tadi ikut masuk kedalam dan mengepungnya. Disana ada Ha Ni dengan dandanan preman gothic sambil mengunyah permen karet. Seung Jo terkepung dan tak bisa kemana-mana. Ha Ni pun datang menghampiri dengan gaya. Dua orang teman setianya juga ada dibelakangnya. Ha Ni mengulurkan tangannya, tapi Seung Jo terdesak mundur. Saat akhirnya Seung Jo tak bisa kabur kemana-mana lagi, Ha Ni lalu ngeliatin Seung Jo dengan intens, Seung Jo gugup dan menunduk(ha ha gak Seung Jo banget). 

Ha Ni mengulurkan jarinya menyentuh wajah Seung Jo dan mendorong kepala Seung Jo dengan kasar. Semuapun lalu ngetawain Seung Jo.
Ha Ni kemudian menarik-narik pelan dasi seragam sekolah yang dipakai Seung Jo dan berkata, “Hey, Baek Seung Jo! Kau ingin menciumku, atau kau ingin pacaran denganku? Kau ingin pergi denganku? Kau ingin pergi denganku? Kau ingin bersamaku, atau disana.....terkubur didalamnya?” Ha Ni menunjuk pada peti mati yang terbuka dan lubang tanah disebelah peti yang baru digali.
Tanpa pikir panjang, Baek Seung Jo dengan dramatisnya lalu melangkah ke arah peti dan berbaring membujur pasrah didalamnya. 

Oh Ha Ni dan teman-temannya mangap dengan mulut yang hampir jatuh...ha ha...

Di dunia nyata, Ha Ni pun mangap dengan tangan mengantung didepan wajah. Ayahnya lalu memasukan makanan kemulutnya yang mangap itu.
“Aku mengerti, kalau kau ingin menyatakan….sebuah surat yang tulus akan lebih baik.” kata ayahnya.

“Surat?” ulang Ha Ni dengan makanan dimulut.
“Ya. Ada surat yang dikenal dengan surat cinta, Love Letter.”
Ha Ni tiba-tiba berdiri dan berkata, “Ayah, sampai ketemu.” Ha Ni lalu buru-buru keluar restoran sampai nabrak sebuah sepeda yang lewat dan minta maaf.
Ayah Ha Ni tertawa dan teriak mengingatkan anaknya untuk jangan lupa merapikan kamar. “Sepertinya, ada seseorang yang dia sukai.” gumam ayah Ha Ni.

Disekolah keesokan harinya. 

 Baek Seung Jo membuka lemari lokernya dan ada amplop surat berwarna kuning yang jatuh. Seung Jo diam dan menimang-nimang surat itu ditangannya.
Tabel nilai kelas tiga sudah ditempel. Banyak anak-anak berkerumun ingin melihat. Tak jauh dari situ,  Ha Ni dan dua orang temannya duduk-duduk membaca di sofa.

“Kau belum mengontaknya?” tanya Joo Ri, si gendut.
“Apa kau menuliskan namamu?” tanya Min Ah, si kurus.
“Ya.” jawab Ha Ni lemas.
“Apa kau meninggalkan nomor ponselmu?” tanya Joo Ri lagi.
“Ya. Tapi rasanya dia tak akan menelponku, benarkan?” Ha Ni gundah.
“Ini sudah bagus. Setidaknya ada kata-katanya.”
“Mungkin, dia belum melihatnya?” kata Min Ah yang lalu bengong menatap lurus ke satu arah.

Ha Ni dan Joo Ri ikutan melihat. Tampak Seung Jo berjalan dibawah tangga menuju ke arah mereka. Dibelakangnya seperti biasa ada kerumunan cewek-cewek yang pecicilan.
“Dia datang ketempat kita!” bisik Joo Ri.
Ha Ni gugup. “Aku harus gimana?” bisiknya tanpa berani melihat.
“Ini tergantung padamu. Sepertinya dia sudah membacanya.”
Tapi Seung Jo hanya melirik ke arah Ha Ni sekilas dan berbelok naik ketangga.
Joo Ri malu karena prediksinya salah. “Ahhh...apa ini karena dia belum melihat surat itu?”
“Bisa jadi. Dan mungkin dia tidak melihat Ha Ni barusan?” kata Min Ah.
Joo Ri langsung mendapat ide. Dia teriak-teriak lagi memanggil nama Ha Ni.
“Ha Ni!!!! OH HA NI!!!! OH HA NIIII!!!” teriak Joo Ri.

Ha Ni malu dan membekap mulut Joo Ri, tapi Joo Ri terus saja berteriak. Dan teriakan Joo Ri ngefek, Seung Jo menghentikan langkahnya dan menengok ke arah mereka. Ha Ni malu, dan duduk balik belakang. Bukannya berhenti, Joo Ri malah kembali meneriakan nama Ha Ni lagi. Tapi Seung Jo hanya kembali meneruskan langkahnya naik ke atas.
“Dia hanya pergi begitu saja.” kata Joo Ri pelan.
Ha Ni merengut sedih. Min Ah, tak suka melihat temannya merana, dia lalu mengambil alih giliran teriak. Semua orang jadi pada ngeliatin sekarang.
“Cukup, berhenti teriak.” ujar Ha Ni malu.
“Oh Ha Ni?” tiba-tiba terdengar suara cowok dari atas. 

Baek Seung Jo berdiri disana bersandar pada pagar pembatas. “Kau Oh Ha Ni?”

Ha Ni mengangguk dan Seung Joo turun kebawah. Saat menuruni tangga, Seung Jo papasan dengan Jang Mi. Jang Mi menyapa tapi tak dipedulikan. Seung Jo datang dan mengulurkan sebuah kertas yang dilipat pada Ha Ni.  
 
Ha Ni lalu berdiri dan menerima kertas itu.

“Aku tak pernah mengira kau akan membalas suratku. Terima kasih.” kata Ha Ni sambil senyum malu-malu. “Bolehkah aku membacanya sekarang? Disini?” Seung Jo mengangguk, dan Ha Ni membuka lipatan surat itu. Seketika dia tertegun, itu bukan surat balasan, tapi Seung Jo mengembalikan suratnya.

Belum lagi lepas kagetnya Ha Ni, Jang Mi datang merebut surat itu. Teman-teman Ha Ni berteriak marah, tapi Jang Mi tak perduli.
“Apa ini? Kau menulis surat cinta pada Seung Jo Oppa?” kata Jang Mi yang langsung disambut tawa murid-murid yang berkumpul.
“Hong Jang Mi! Kembalikan sekarang!” Min Ah datang merebut tapi Jang Mi lebih cepat berkelit.
“Apa ini? Ya Tuhan, dia(Seung Jo) mengoreksi kata-kata yang salah! Surat cinta macam apa ini? Ini terlihat seperti sebuah kertas ujian. Dan scorenya adalah ‘D-‘(D min)” Jang Mi memperlihatkan kertas itu pada orang-orang. 

Semuanya tertawa. Tidak hanya itu, Jang Mi pun membacakan isi surat itu keras-keras. “Sebenarnya, aku tidak memanggilmu dengan Seung Jo. Aku menyebutmu peri dari hutan. Ha ha ha......dia bilang peri dari hutan!” Ha Ni sudah mulai menangis, dan Seung Jo tampak cuek namun mungkin dia kasihan juga ke Ha Ni. Jang Mi masih membaca isi surat Ha Ni. “Kalau kau tidak meminta alasannya.....”

“Apa yang kau lakukan??!!!” tiba-tiba Bong Joon Gu berdiri dibawah tangga dan meneriaki Jang Mi. Dia lalu datang mendekat dan merebut surat itu.
“Sayangnya menjadi seperti ini, tapi....” Seung Jo bersuara.
“Tapi?” tanya Min Ah.
Seung Jo masih diam.
Joo Ri pun berseru, “Tapi apa?!”
Seung Jo memandang Ha Ni dan berkata, “Aku sangat membenci gadis bodoh.”

Kalimat itu jelas langsung menembus nancep dihati Ha Ni.
“Hey! Kau mau kemana?!” teriak Joon Gu saat dia melihat Seung Jo berjalan pergi. “Minta maaf.” kata Joon Gu sambil menunjuk Ha Ni. Seung Jo hanya tersenyum sinis. “Apa? Kau tersenyum?”

“Kau bisa minggir?” tanya Seung Jo.
Joon Gu menahan bahu Seung Jo. “Kau tuli, ya? Aku ingin kau minta maaf!”
“Kau ingin aku minta maaf untuk apa?” tanya Seung Jo menantang. “Karena mengoreksi kesalahannya?”

“Ah, si brengsek ini….” Joon Gu tertawa menahan emosi. “Kau…!! Kau hanya melihat kesalahan dalam surat ini?” Joon Gu mengangkat surat itu didepan wajah Seung Jo. “Jangan hanya melihat kata-katanya, lihat juga isinya. Kau akan melihat perasaan didalamnya!” Seung Jo hanya tertawa. Joon  Gu makin emosi, “Ah, dasar brengsek….kau masih tetap seperti ini….” Joon Gu sudah siap kelahi, dia menyerahkan surat itu pada Min Ah. Joon Gu lalu mengayunkan tinjunya tanpa mengenai Seung Ju. “Ayo, siapa takut! Jangan berpura-pura, ayo lawan saja!” Joon Gu mengayunkan tinjunya beneran dan semua orang bersuara menahan nafas. Waktu seperti terhenti, pukulan Joon Gu tak mengenai apa-apa, karena Seung Ju dengan cepatnya berkelit kesamping. Joon Gu kaget dan tertawa. “Ha ha ha….lihat tadi?” katanya pada teman-temannya. Lalu marah lagi ke Seung Jo, “Apa? Kau takut? Kau takut?! Ayo, ayo kelahi! Apa yang kau takutkan?”
Tiba-tiba suara wakil kepsek menggema diruangan itu. “APA YANG KAU LAKUKAN?!!!” wakil kepsek datang mendekat dengan penggaris besar ditangannya. “Bong Joon Gu, kau bangsat! Datang keruanganku sekarang!!”
Joon Gu membela diri. “Pak, ini tidak seperti apa yang terlihat! Tolong dengarkan aku!”
“Apa yang harus aku dengarkan?!” bentak wakil kepsek. Tapi saat melihat Seung Jo dia berkata manis, “He he…Seung Jo, tolong jangan dimasukan ke hati. Ayo kembali ke kelas dan belajar. Jangan bergaul dengan orang macam ini.” katanya sambil mengetuk badan Joon Gu dengan penggaris.
Seung Jo mengulurkan tangan menunjuk pada tabel yang ada dipapan pengumuman. “Warna merah menunjukan tempat teratas 4%. Warna orange sampai dengan 31%. Warna kuning adalah kemungkinan akan menyelesaikan SMU dalam 4 tahun. Warna hijau adalah murid-murid yang kelebihan atau kurang jalan-jalan.”

Seung Jo lalu melihat pada Joon Gu. “Kau berada pada warna ungu, yang berarti kau mempermalukan sekolah….itu maksud Pak Guru.”
Wakil kepsek langsung celingak-celinguk dengan ekspresi ‘bukan itu maksud saya’.
Seung Joo berkata lagi. “Bulan ini, 50 orang akan diterima pada kelas khusus. Walaupun ini hanyalah sebuah angka, kau harus tahu angka itu adalah dari 1 sampai 50, benar kan?” Seung Jo melirik pada daftar nama 50 orang yang ada pada papan pengumuman. “Walaupun tanda seperti itu sudah ditempelkan, beberapa dari kalian tertawa didepannya, itu menghasilkan satu pertanyaan....” kali ini Seung Jo melirik pada Ha Ni dan teman-temannya.

“Otak kalian memang kurang atau kalian yang malas? Bukan kebetulan seorang gadis bodoh, atau gadis ceroboh itu…..terlihat menjijikan buatku.” Seung Jo lalu berjalan pergi naik tangga.
Semua terdiam, Joon Gu pun tampak kehabisan kata. Ha Ni apalagi, matanya masih merah habis nangis. 

Dia lalu menggigit bibir dan melihat ke arah tabel nilai. Namanya berada pada warna ungu, paling belakang.

Ha Ni lari-lari keliling area tempat duduk kayu tempatnya bermimpi kemarin. Entah dia sudah berlari berapa putaran, karena tampangya sudah sangat kecapekan dan berkeringat lemas. Joo Ri dan Min Ah meneriakinya supaya berhenti, tapi Ha Ni tak mendengarkan. Dia berlari dan jatuh.

“Hey, ada apa denganmu? Kau sudah lari keliling 34 putaran!” teriak Joo Ri.
“Dua putaran. Tinggal dua putaran lagi....” kata Ha Ni dan mencoba berlari lagi dengan tertatih.
“Apa yang dia lakukan? Apa dia mau mencoba mengambil bagian dalam lari marathon? Kenapa dia lari seperti itu?”
“Kau tahu, Ha Ni memang suka lari.” balas Min Ah.
“Yah, itu benar. Kalau ada cara masuk kuliah lewat lari jarak jauh, Oh Ha Ni akan menjadi orang nomor satu!!” Joo Ri sengaja teriak supaya didengar Ha Ni.

Ha Ni berhenti dan berbalik sambil tertawa dengan wajah kecapekan. “Kau benar. Kau juga pintar bernyanyi.” Ha Ni balas memuji temannya dan kembali berlari.
Setelah satu putaran Ha Ni terjatuh lagi, dia membathin. “Aku akan tetap berlari, sekalipun aku harus merangkak.” 

Dan benar saja, kali ini Ha Ni kesusahan berdiri tegak lagi. Teman-temannya merasa kasihan dan datang mengulurkan tangan membantunya berdiri.

Akhirnya mereka lari bergandengan menyelesaikan putaran terakhir. (terharu...)

Gara-gara peristiwa suratnya itu, Ha Ni menjadi omongan disekolahnya. Dimana-mana gadis-gadis berbagi cerita yang buruk-buruk tentang Ha Ni. Bahkan para staff wanita yang suka bebersih di toilet pun membicarakannya.

Di rumah baru Ha Ni. Dia sibuk membenahi barang-barangnya. Sementara ayahnya sibuk mengatur ruangan. Tampang Ha Ni masih kusut dan ayahnya berusaha menghibur dengan kenangan-kenangan lama dan sejarah perabotan mereka.

“Ada apa? Kau baik-baik saja?” tanya Ayahnya.
“Apa?”
“Itu lohh…” jari ayahnya membentuk pola segi empat yang merujuk pada surat.
Ha Ni memandang ayahnya bingung campur sedih.
“Ah, tak apa-apa.” Ayahnya tak jadi membahas.
Saat membongkar barang, ayahnya menemukan sebuah pajangan yang ada tanda kaki dan tangan saat Ha Ni umur setahun.

Ha Ni lalu memasang pajangan itu di atas meja.
Tak lama kemudian tiga orang pengintil Ha Ni datang. Joo Ri, Min Ah, dan Joon Gu.

Mereka bertiga langsung keliling-keliling rumah. Joon Gu lalu melihat pajangan yang ada tapak kaki tangan Ha Ni kecil, Joon Gu menyukainya dan menciumnya. Ha Ni dan teman-temannya reflek teriak dan memukuli Joon Gu.
Ayah Ha Ni sangat senang dan memasakan mereka banyak makanan. Merekapun makan dengan senang dan lahap. Ha Ni cerita ke ayahnya kalau Joon Gu juga pinter masak.

“Tapi, kenapa nama restonya ‘So Pal Bok’?” tanya Min Ah.
“Aaah, nenek Ha Ni dulu dipanggilnya So Pal Bok. Itulah kenapa aku menamainya itu.” jelas ayah Ha Ni.
“Apa itu resto turun temurun?” tanya Joon Gu.
“Benar. Ibu mertuaku menjalankannya selama 40 tahun, dan aku sudah menjalankannya selama 20 tahun. Akan sangat bagus kalau Ha Ni juga sukses menjalankannya. Tapi Ha Ni sepertinya tidak punya bakat.”
Tiba-tiba Joon Gu membanting sumpit dan berdiri. “Jangan khawatir ayah, Ha Ni dan aku akan bekerja keras bersama-sama.” Joon Gu gelayutan pada Ha Ni sampai dipukulin Min Ah.
“Hey! Apa yang kau lakukan?” kata Min Ah.
“Bisnis keluarga yang telah berjalan selama 60 tahun tak boleh berhenti. Kau setuju kan, ayah?”
Ayah Ha Ni hanya mengiyakan saja. “Akan sangat baik kalau itu bisa didonasikan pada suatu lembaga(sosial).” kata ayah Ha Ni yang langsung disambut tawa oleh Min Ah dan Joo Ri.
Joon Gu kecewa. “Anda benar-benar orang yang bisa ‘meludah’ pada wajah orang lain hanya dengan tersenyum.” Joon Gu minta pembelaan Ha Ni tapi Ha Ni malah memberinya leletan lidah. Joon Gu lalu berlagak stress dan membentur-benturkan kepalanya pada dinding.
Tiba-tiba ada bunyi aneh. Minuman digelaspun jadi miring.
“Hey, Bong Joon Gu! Kau mau merobohkan rumahku?” seru Ha Ni.
“Kau bilang apa? Rumah kita ini sangat kuat!” balas Ayah Ha Ni.
Tapi bunyi itu terdengar lagi. Semua menengok keatas dan tampaklah retakan yang semakin melebar disekitar lampu.

Dibagian lainpun debu mulai berjatuhan.
“Apa itu?” seru Joo Ri.
“Apa ini gempa bumi?” tanya Min Ah ketakutan.
“Gempa bumi? Ayah, apa yang harus kita lakukan sekarang?!” seru Ha Ni.
“Semuanya akan baik-baik saja.” Ayah Ha Ni masih bicara sambil tersenyum. “Ini adalah rumah yang akan kita tinggali. Rumah yang kuat dan nyaman.”
Tiba-tiba lampu rumah jatuh dan gelantungan. Ayah Ha Ni terdiam. Gempa bumi terasa, dan rumah bergoyang. Semua orang jadi merunduk dilantai. Pajangan-pajangan mulai jatuh dari tempatnya. Lampu yang lain jatuh dan hampir mengenai Ha Ni. Joon Gu langsung datang melindungi gadis yang dicintainya itu.
Melihat hal ini, ayah Ha Ni mulai teriak panik. “Cepat lari! Cepat!!”
Mereka lalu lari keluar rumah ditengah hujan debu dan kaca-kaca jendela yang pecah berjatuhan. Sebuah lampu jatuh lagi dan hampir mengenai ayah Ha Ni.
Akhirnya mereka semua sampai dipagar rumah.
“Ha Ni, apa kau terluka?! Apa semua baik-baik saja?!” tanya ayah Ha Ni. Lalu dia memandang rumahnya yang sedang roboh pelan-pelan. 

“Kenapa ini terjadi? Oh ya, itu...itu...” ayah Ha Ni teringat sesuatu dan berlari masuk lagi kedalam. Semua meneriakinya.
Kali ini yang jatuh bukan lagi debu tapi kayu-kayu beton. 

Ayah Ha Ni tetap menerobos kedalam. Tak lama kemudian rumah itu hancur didepan mata Ha Ni dan teman-temannya. 
Semuanya roboh tak bersisa. Ha Ni lemas dan menangis memanggil ayahnya.

Setelah semuanya reda, banyak orang berkumpul diarea rumah Ha Ni. Disanapun ada reporter tv yang meliput berita secara langsung.
“Sore ini sekitar pukul 05:30 telah terjadi gempa kecil yang berkekuatan sekitar 2 skala richter. Getarannya kecil, tapi seperti yang bisa dilihat disini satu dari rumah yang ada di Yon Hee Dong roboh dan bahkan tak bisa dikenali lagi.” kata sang reporter didepan kamera.
Didepan rumah terlihat Ha Ni yang masih menangisi ayahnya. Teman-temannya berusaha memeganginya.
Ayahku masih ada didalam sana!!” teriak Ha Ni.
Sang reporter kembali memberitakan. “Dilaporkan, seseorang masih terperangkap didalam sana. Tim emergency sudah dipanggil untuk menangani musibah ini. Mereka sepertinya sudah menemukan orang yang selamat berlindung dibawah meja yang ada diruang tamu. Kita sudah bisa melihat orangnya!”
Ayah Ha Ni berhasil diselamatkan dan dibawa keluar. Semua orang bersorak senang. Ha Ni langsung menghambur memeluk ayahnya. Ayahnya lalu mengeluarkan pajangan yang ada tapak kaki tangan Ha Ni kecil yang berhasil diselamatkannya dari dalam sana.
“Apa yang kau lakukan ayah?!” omel Ha Ni sambil nangis.
“Aigooo….kau baik-baik sajaaa!!” teriak ayah Ha Ni ikutan nangis.
Dan dua orang bodoh itu kemudian lompat-lompat sambil nangis.(ha ha)

Di suatu tempat disebuah rumah, seorang pria setengah botak menyaksikan berita itu melalui tv. Dia melihat dengan seksama saat kamera tv menyorot wajah ayah Ha Ni yang sedang menangis memeluk anaknya.

“Oh Gi Dong?!” seru pria botak itu mengenali ayah Ha Ni.

Kembali kelokasi rumah Ha Ni yang roboh. Setelah acara tangis-tangisan selesai, ayah Ha Ni jadi celingak-celinguk melihat kiri-kanan ke rumah-rumah disekitarnya.
“Apa ini? Kenapa hanya rumah kita yang roboh?” ayah Ha Ni bingung.

Keesokan harinya. Ha Ni berjalan kesekolah bersama dua orang teman setianya. Murid-murid pada ngenalin Ha Ni dan langsung bisik-bisik mentertawakan. Joo Ri pun berteriak marah pada mereka.(aku gak ngerti deh, ada yaa orang ngetawain orang lain yang kena musibah)
“Tapi, kau tinggal di hotel?” tanya Joo Ri.
“Iya.” jawab Ha Ni sedih sambil senderan dibahu Min Ah.
“Pasti akan sangat mahal.”
“Gak kok. Kami akan tinggal dirumah teman ayah, sampai rumah baru kami dibangun lagi. Atau sampai kami beli rumah baru. Mereka menelpon ayahku setelah melihatnya diberita.” cerita Ha Ni senang.
“Benarkah? Ini benar-benar hebat Ha Ni!” seru Joo Ri sambil mengguncang-guncang tangan Ha Ni.
Kembali ada orang mendekat dan ngetawain Ha Ni. Joo Ri meneriaki mereka lagi. Saat itu tiba-tiba Joo Ri melihat seorang wanita aneh berbaju hitam, memakai scarf merah dikepala dan berkaca mata sedang memotret mereka. 

Wanita aneh itu kaget setelah menyadari Joo Ri melihatnya. Dia lalu kabur tapi tetap sambil memotret.
“Apa itu?” tanya Joo Ri. “Dia bahkan lari sambil ngambil foto!” Ha Ni dan Min Ah hanya menggeleng tak tahu. Joo Ri berkata lagi, “Benar-benar sudah menjadi bintang.”

“Maafkan aku....” kata Ha Ni sedih sambil menangkupkan kedua telapak tangannya. “Karena seorang teman sepertiku, kalian jadi menderita.”
“Ayo jalan.” kata Min Ah sambil menggandeng Ha Ni.
Ha Ni jalan dengan gontai tapi sesekali menengok kebelakang ngecek kalau-kalau wanita aneh tadi masih ngintilin.
Saat tiba didalam sekolah. 

Joon Gu sedang mengadakan aksi amal. Dia memegang pengeras suara dan berkata, “Ayo semuanya, bagi cinta dan harapan kalian! Aku yakin, semua orang sudah tahu dan melihatnya di tv. Karena gempa yang tak terduga itu, dia kehilangan rumahnya. Tahun ke 3, kelas 7, siswi Oh Ha Ni. Ini dilaksanakan untuknya....”
Ha Ni dan teman-temannya kaget dan tak senang dengan tindakan Joon Gu ini.
“Apa yang dia lakukan? Apa yang Bong Joon Gu sedang coba lakukan?” Ha Ni menunjuk ke arah Joon Gu.
“Sebuah pengumpulan donasi kepedulian. Ah, si pngecut itu benar-benar!” omel Joo Ri.
Ha Ni lalu menutup mukanya dengan tangan saking malu. Joo Ri dan Min Ah ikutan nutupin muka pak tangan dan mereka bertiga jalan melewati Joon Gu.
“Semuanya tolong Ha Ni! Bukankan dia adalah teman semua orang? Biar orang lain lihat kekuatan dari kebaikan kita! Terima kasih banyak!” Joon Gu lalu melihat Ha Ni dan dua temannya yang jalan mengendap-endap melewatinya.  

“Ha Ni! Oh Ha Ni!” teriak Joon Gu dan menarik Ha Ni supaya berdiri didepan orang-orang. “Ayo semuanya beri tepukan! Setelah pengalaman yang sangat mengejutkan kemarin, dia tetap bersikeras untuk datang ke sekolah. Dia adalah teman yang bisa kita banggakan, dia adalah Oh Ha Ni! Ayo tepuk tangan!” dan semua pun tepuk tangan.

Min Ah dan Joo Ri berdiri sambil nutupin muka dibelakang Ha Ni. Karena tak tahan, Ha Ni melepaskan diri dari Joon Gu dan lari sembunyi dibalik tembok.
“Apa yang kau lakukan? Kau benar-benar merusak!” omel Joo Ri ke Joon Gu.

Saat itu Ha Ni melihat Baek Seung Jo lewat. Ha Ni berusaha tetap sembunyi, tapi Joon Gu malah berteriak ke Seung Jo dengan memakai pengeras suara.
“Hey, hey! Orang yang ada disana! Tunjukan sedikit kebaikanmu, Baek Seung Jo!” Seung Jo menoleh dan Joon Gu kembali teriak, “Apa kau tidak nonton berita kemarin? Bukankah dirumahmu ada tv? Salah siapa itu sampai Ha Ni kami menderita sekarang? Bagaimana kau bisa lewat saja seperti itu?”
“Bukankah itu hanya gempa kecil?” tanya Seung Jo.
“Ya, benar. Itu benar.” suara Joon Gu jadi kecil. “Tapi bagaimanapun, karena gempa kecil itu, rumah yang baru saja dibangun sampai roboh, apa pendapatmu tentang itu?”
“Apa aku orang yang menyebabkan gempa bumi?”
“Lalu apa yang lebih besar, gempa bumi atau hati? Karena kau terus memberi luka dihatinya(Ha Ni), makanya luka itu jadi tambah besar.”
“Baiklah. Akan baik-baik saja kalau aku memberikan uang, kan?” Seung Jo membuka dompetnya, mengambil uang banyak dan akan memasukan kekotak amal ketika Ha Ni teriak.

“Hentikan!” Ha Ni keluar dari balik tembok dan jalan ke arah Seung Jo. “Siapa yang membutuhkan uangmu? Bahkan kalaupun aku harus meminta-minta makanan dibawah jembatan, aku tak akan menerima pertolonganmu!” kata Ha Ni.
“Jadi begitu? Baik. Terserah kau saja.” Seung Jo lalu memasukan kembali uangnya kedompet dan berbalik pergi.
Merasa belum puas, Ha Ni berteriak, “Hey, Baek Seung Jo! Kau pikir kau siapa, sampai memandang orang rendah begitu! Dimatamu, semua orang yang ada disini idiot, benar bukan? Kau memandang rendah orang dan menganggap semuanya idiot, begitu kan? Apa kau sesempurna itu?”
Seung Jo kembali menghadap Ha Ni.

“Apa? Karena kau memiliki IQ tertinggi? Kau rajin belajar? Hanya karena kau punya wajah tampan dan tubuh tinggi!” Ha Ni terdiam sebentar karena menyadari dia keceplosan bilang Seung Jo tampan. “Apa hebatnya dengan menjadi orang sempurna?!”
Teman-teman Ha Ni langsung meringis melihat ulah Ha Ni. 

Ha Ni pun terdiam lagi dan berpikir. “Hey! Bukankah ini hanya masalah belajar? Siapa yang tidak tahu ini hanya masalah belajar? Aku tidak mendapatkan nilai yang bagus karena aku tidak belajar, bukan karena aku tak bisa!”
“Begitu?” Seung Jo mendekati Ha Ni.
“Ya!”
“Kalau begitu tunjukan padaku!”
“Apa? Tunjukan padamu?”
“Ya.”
“Baik, aku akan menunjukkannya padamu. Aku akan menujukkannya pada saat ulangan bayangan, bagaimana?” tantang Ha Ni. Joon Gu pun mangap.
“Berapa?(peringkat maksudnya)”
“Berapa?” ulang Ha Ni.
“Bulan ini, ada 50 orang yang akan diterima di kelas special.”
Ha Ni teringat kata-kata Seung Jo waktu ada kepala sekolah itu.
‘Walaupun tanda seperti itu sudah ditempelkan, beberapa dari kalian tertawa didepannya, itu menghasilkan satu pertanyaan. Otak kalian kurang atau kalian malas?’
“Baik, kelas special.”

“Kelas spesial? Kelas special bulan ini?” Seung Jo tak percaya.
“Benar. Kelas special bulan ini! Aku akan masuk dibulan berikutnya!” Seung Jo tersenyum sinis, dan Ha Ni tak suka melihatnya. “Kau mentertawakan aku lagi? Bagaimana kalau aku berhasil? Apa yang akan kau lakukan kalau aku berhasil?”
“Kalau kau berhasil?”
“Ya!”
“Kalau kau berhasil, aku akan menggendongmu dibelakangku keliling sekolah.” janji Seung Jo.
Ha Ni tersenyum dan membathin. “Kau akan menggendongku dibelakangmu?” Ha Ni senang sekali. Dia lalu berkata, “Baik, aku akan menunggunya!”
Seung Jo dan Ha Ni liat-liatan dengan tatapan ‘lihat saja nanti’ satu sama lain.

Malamnya, Ha Ni berada dalam mobil bersama ayahnya. Mereka sedang menuju kerumah teman ayahnya itu.
“Apakah hubungan pertemanan kalian baik?” tanya Ha Ni penasaran.
“Oh tentu!” jawab ayahnya. “Sejak aku lahir sampai aku lulus dari SMP, kami tinggal bersama seperti keluarga. Tapi kemudian kami pindah ke Seoul dan kami kehilangan kontak setelah itu. Kalau aku teringat lagi pada rumah itu(rumah yang roboh), aku sangat marah sampai aku meloncat saat sedang tidur.” Ha Ni mengelus pudak ayahnya menenangkan. Ayahnya tersenyum dan berkata, “Bagaimanapun, karena kejadian ini aku menemukan teman lamaku yang hilang. Aku sangat bahagia.”
Ayahnya lalu mencoba menyalakan radio tapi tak mau hidup. Dan Ha Ni menghidupkan radio itu dengan mengetoknya. Ayahnya tertawa senang lagi.
“Ayah terlihat kayak orang bego, kan?” kata ayahnya. Ha Ni menggeleng tulus dan ayahnya berterima kasih.

Dua orang bodoh itu lalu nyanyi-nyanyi sepanjang perjalanan.

Ha Ni dan ayahnya tiba ditempat tujuan mereka. Mobil mereka berhenti didepan sebuah rumah besar. Ayahnya turun dari mobil dan memeriksa nama yang tertera di tembok rumah.
“Baek Soo Chang. Yah ini tempatnya.” kata ayahnya senang.

“Wah, teman ayah sepertinya sangat kaya.” timpal Ha Ni.
“Ha ha….sepertinya begitu.”
Ayah Ha Ni lalu menekan bell. Terdengar suara wanita bertanya. Ayah Ha Ni pun mengatakan identitasnya.
“Saya temannya Soo Chang, Oh Gi Dong!”
“Oh ya! Ayo cepat masuk!” sang tuan rumah mempersilahkan.
Pintu pagar terbuka otomatis dan merekapun masuk. 

Dua orang sahabat lama itu langsung peluk-pelukan dengan bahagia. Soo Chang lalu memperkenalkan istrinya yang cantik, dan Oh Gi Dong memperkenalkan putrinya, Oh Ha Ni.
“Ini putrimu? Dia lebih manis kalau dilihat langsung.” kata Soo Chang.

Ha Ni dan ayahnya bingung.
Istri Soo Chang langsung tertawa dan berkata, “Oh ha ha ha….sebenarnya aku tidak tahan menunggu malam, jadi aku diam-diam pergi melihatmu tadi pagi.”
“Ah, itu....” Ha Ni lalu teringat wanita aneh yang memotretnya diam-diam tadi pagi.
“Ya, orang itu adalah aku.”
“Ayo pindahkan barang-barang dulu.” kata Soo Chang yang sudah mau jalan keluar rumah.
Ayah Ha Ni menahannya. “Tak usah, kita tidak punya banyak barang kok. Ha Ni dan aku bisa mengangkatnya sendiri.”
“Ya, kita tidak perlu dibantu.” kata Ha Ni.
“Tidak, aku akan meminta anakku untuk membantu.” kata isteri Soo Chang. Dia lalu lari kebawah tangga dan memanggil. “Nak! Turun kebawah dan buat dirimu berguna!” setelah itu dia menoleh dan tersenyum sangat manis pada Ha Ni. Tampaknya dia sangat menyukai Ha Ni.
Ha Ni keluar rumah dengan wajah berseri-seri. Dia datang mau membantu ayahnya, tapi sama ayahnya dia hanya disuruh tutup pintu mobil. Ha Ni lalu mengambil bonekanya dari kursi mobil.
“Aku merasa hanya hal-hal baik yang akan terjadi pada kami mulai sekarang. Benar kan?” Ha Ni bicara pada bonekanya. Setelah itu dia mengeluarkan beberapa tas dari dalam mobil, tanpa menyadari seseorang yang datang menghampiri dibelakangnya.
“Kau butuh bantuan?” terdengar suara cowok.
“Tidak. Aku bisa kok.” jawab Ha Ni dan melihat ke arah cowok yang barusan ngomong padanya.

“OOOOHHHH!” Ha Ni shock sampai mundur nempel dimobil. Baek Seung Jo berdiri tegak didepannya.

Ha Ni membathin sambil menggoyang-goyangkan kepalanya. “Ini mimpi? Ya pasti begitu! Ayo bangun, Oh Ha Ni!” karena keadaan didepannya tak berubah, Ha Ni kini mukul-mukulin wajahnya, tapi Baek Seung Jo tetap berdiri dengan gaya senga’ didepannya. Ha Ni kemudian menunjuk-nunjuk. “Kau! Kau!”

~Bersambung~


Gambar boneka di episode 1





Ost. Kiss Me - by. G.NA



Nonton streaming 'Playful Kiss' episode 1----> Dramacrazy

Note:
Ini diaaa yang aku bilang kemaren....ha ha....
Kenapa 'Playful Kiss'?? Gakda maksud apa-apa....ini cuma iseng pas i-net gak connect, aku gakbisa ngerjain SG dan jadilah aku nyetel dvd trus bikin ini. Tapi tetep prioritas nyelesein SG....yang ini nanti berikutnya. Tapi ini termasuk serial favoritku juga.

Kali ini untuk adegan2 favorit udah diwakilin sama boneka2 beruang lucu itu ha ha....dan disetiap epsd ada loohhh!!


Source: Dramawiki, Wikipedia,(untuk gambar2nya dari blog2 ini: kadorama, zoladiaries, oppa-saranghe, hyunniespexers dan kaedejun )

No comments:

Post a Comment