Sunday, August 7, 2011

Secret Garden episode 7


Ra Won menyuruh Joo Im mandi, tapi Joo Im gak mau. Ra Won mulai mengangkat kaosnya dan menunjukan pada Joo Im memar-memar yang ada dikulit perutnya, sontak aja Joo Im teriak-teriak dan berusaha menurunkan kaos Ra Won. Mereka akhirnya tarik-tarikan kaos hingga terduduk di sofa. Posisi mereka jadi terlihat aneh, lengan Joo Im memeluk dan tangannya ada diujung kaos Ra Won, sementara kakinya membelit rapat kaki Ra Won. Disaat gak mengenakan itulah, Yoon Seul tiba-tiba muncul disitu dan terbelalak melihat posisi mereka. Yah, bisa dikira-kiralah apa yang ada dipikiran Seul ha ha....

“Sepertinya, kalian punya hubungan seperti ini. Tapi melakukannya disaat pemilik kamar(Oska) sedang pergi, apa itu tidak keterlaluan?” kata Yoon Seul sinis.
Ra Won menatap Seul tajam. “Hey, lihat sini. Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi…”

Joo Im segera membungkam mulut Ra Won. “Oh, Sutradara Yoon! Ini tidak seperti yang kau kira. Ini salah paham, ini benar-benar salah paham!” seru Joo Im sembari mati-matian membekap mulut Ra Won.
“Benarkah?” Seul sedikit melengos tak percaya.
Ra Won berhasil melepaskan tangan Joo Im dari mulutnya. “Yuck! Ah, rasanya asin!” seru Ra Won lalu ngomel ke Joo Im. “Apa yang kau lakukan? Kau memelukku sekarang?”
“Apa?” Joo Im terdiam sebentar lalu kaget setelah menyadari lengannya masih melingkar ditubuh Ra Won. Joo Im langsung melepaskan tangannya dengan setengah mendorong Ra Won. Ra Won pun nyungsep disisi bagian lain sofa dan berteriak kesakitan.
“Bukan seperti itu…. Itu hanya…” Joo Im masih berusaha menjelaskan ke Seul.
“Aku telah salah mengerti dirimu, Kim Joo Won. Aku tidak tahu kalau kau adalah orang yang mengabaikan latar belakang keluarga, pendidikan dan keahlian, saat memilih mencium seseorang yang tidak bisa mengerti dan tidak berada dilevel yang sama. Aku tahu kita biasanya tidak berada ditempat yang sama, dan kau berasal dari kelas berbeda yang lebih dariku, tapi aku tidak tahu kau adalah tipe yang bisa menggantikan semua itu dengan sex.” kata Seul.
“Ah, bukankah dia(Joo Im) sudah bilang ini salah paham?!” kata Ra Won yang sudah tidak tahan dengan ocehan Seul. “Lagipula darimana kau dapat kunci kamar ini?”
“Dengan situasi ini, kau masih bilang ini salah paham? Kalau aku percaya padamu, aku pasti seorang yang bodoh atau kau yang idiot!”
“Apa?!” wajah Ra Won jadi tambah kesal.
“Sudahlah. Ini pasti salahku karena mengharapkan kesempurnaan dari wanita sepertimu. Kau pasti bingung, tapi tak apa-apa. Itu hanyalah masalah hormon.” tambah Seul.
“Hah?” Joo Im jadi benar-benar bingung. Sementara tampang Ra Won sudah seperti kebakaran jenggot.
“Kim Joo Won, kau masih punya kesempatan denganku, jadi jangan sia-siakan itu.”
“Dari mana kau mendapatkan kunci itu? Aku bertanya padamu untuk kedua kalinya!” Ra Won masih penasaran menanyakan kunci.
“Syuting dibatalkan! Jadi apa yang bisa dilakukan seorang sutradara?!” Seul mendelik pada Ra Won. “Dimana Choi Woo Young?”
“Dia pulang ke Seoul.”
Seul shock. “Excuse me?!” (mmm…aksen anehnya keluar lagi ha ha)

Akhirnya semua kembali ke Seoul. Joo Im pulang bersama rombongan sekolah aksi. Jung Hwan ngeluh karena ini pertamakalinya dia balik dari lokasi syuting setelah kerja hanya lima menit. Ra Won ada ditengah-tengah rombongan dengan tampang kelelahan dan mandi keringat. Ha ha….Ra Won naik kelas ekonomi dipesawat, dan Joo Won seumur hidupnya selalu naik kelas eksekutif, jadi bisa kebayang. Para senior akhirnya menyadari keadaan  Ra Won dan bertanya khawatir.
“Apa kau mabuk?” tanya salah satu senior.
“Ahh, kau gadis yang kuat, jadi pasti akan baik-baik saja, OK!” Jung Hwan menyemangati.

“Aku memang biasanya sakit kalau naik pesawat, tapi ini lebih buruk karena ini pertama kalinya aku naik kelas ekonomi.” kata Ra Won dengan napas ngos-ngosan.
Semua jadi melongo mendengar omongan Ra Won.
Joo Im langsung mendekat dan bicara setengah berbisik. “Bagaimana bisa ini pertama kali kau naik kelas ekonomi?” Joo Im mengingatkan Ra Won yang udah kelepasan ngomong.
“Perhatian!” Jong Soo tiba-tiba berseru setelah melirik tak senang pada kedekatan Joo Im dan Ra Won. “Pertama, kita akan kembali kesekolah untuk memeriksa jadwal dan memindahkan peralatan.”
“Ya!” seru Joo Im reflek.
Semua ngeliatan Joo Im, karena hanya dia yang teriak.
Joo Im sadar dia udah keceplosan, dia lalu berusaha ngeles sambil cengengesan, “Aku….aku murid baru sekolah aksi.”
“Apa yang kau bicarakan? Kita harus bicara.” balas Ra Won yang keadaannya masih tampak kesusahan. Dia lalu nengok ke Jong Soo, “Kalian bisa pergi duluan. Gil Ra Im....oh, maksudku aku.... aku kasih tahu saja, aku tidak bisa hadir untuk sementara waktu.”
“Hey, apa kau gila? Apa maksudmu kau tidak bisa pergi?” cetus Joo Im ditelinga  Ra Won. Kemudian dia bicara pada Jong Soo, “Jangan khawatir, aku akan memastikan Gil Ra Im kembali kerja besok.”
Jong Soo tak menanggapi omongan Joo Im, dia malah bicara sambil memandangi Ra Won prihatin. “Kenapa kau terus seperti ini, hah? Kau ingin bicara dengannya(Joo Im) sekarang?”

“Ya! Hidupku tergantung pada ini!” jawab Ra Won sambil membalas pandangan Jong Soo tajam.
“Kau tahu kalau kau bicara seperti itu jadi kedengaran aneh!” seru Joo Im ke Ra Won.
“Lalu, apa kita terlihat normal sekarang? Ayo!” omel Ra Won lalu menarik tangan Joo Im ikut dengannya pergi dari situ.
Jong Soo memandang sedih kepergian Ra Won tanpa menghiraukan Joo Im yang mengangguk hormat padanya.
“Waah, Ra Im sungguh mengesankan! Dia benar-benar sudah nyambung dengan pria kaya itu! Aah, apa mungkin aku jadi supirnya saja ya?” oceh Jung Hwan yang memperdalam kesedihan Jong Soo.

Mobil sport putih Joo Won tiba dirumahnya, dikendarai Ra Won(yang nyetir) dan Joo Im.
“Kenapa kita datang kesini?” tanya Joo Im tak senang.
“Ini tempat teraman untuk menghindari orang-orang. Ayo turun.” kata Ra Won sambil membuka pintu mobil. “Kita harus membicarakan apa yang akan kita lakukan mulai sekarang.” Joo Im masih tak mau turun dari mobil, dan akhirnya Ra Won bicara padanya sambil menyenderkan tangan di atas kaca mobil yang tutupnya terbuka itu. “Solusi termudahnya adalah kau harus pindah tinggal disini.”

“Kau ingin kita tinggal bersama?” Joo Im kaget.
“Apa kau pikir aku gila? Aku akan menjadikanmu salah satu staff disini.”
“Kau ingin mati? Lalu bagaimana dengan sekolah aksi?”
“Tentu saja kau harus berhenti!” kata Ra Won tanpa beban. “Lalu, apa harus aku yang ninggalin Dept. Store?”
“Kenapa bukan kau saja yang berhenti? Emangnya hanya pekerjaanmu yang penting dan pekerjaanku tidak dianggap?” Joo Im gak terima dengan usul Ra Won.
Ra Won tertawa sinis mendengar protes Joo Im. “Itu(kerjaan Ra Won dan kerjaan Joo Im) tidak bisa dibandingkan. Kalau aku berhenti, maka perekonomian Korea…..oh!” kalimat Ra Won terhenti karena dia menyadari kehadiran seseorang. “Kapan kau tiba disini, ibu?” tanya Ra Won impuls.

Ibu Joo Won sudah berdiri tegak didepan rumah dengan melipat kedua tangannya didada. Joo Im pun kaget dan buru-buru turun dari mobil.

“Ibu? Siapa yang kau panggil ibu? Siapa?!” omel Ibu Joo Won ke Ra Won. Ra Won langsung menyadari kecerobohannya dan hanya bisa nunduk. “Apa setiap wanita parubaya adalah ibu untukmu?”
“Oh, ibu….tenanglah sebentar.” Joo Im berusaha menyelamatkan keadaan.
“Apa yang sudah dia lakukan padamu sehingga kau membelanya? Kenapa wanita ini keluar dari kursi pengemudi mobilmu?” Ibu Joo Won lalu kembali melontarkan hinaan ke Ra Won, “Bahkan, kalaupun kau tidak dibayar, kau tampaknya menerima pemberian mobil.” Lalu nengok lagi ke Joo Im, “Aku dengar kau pergi ke Pulau Jeju, apa kau pergi dengan gadis ini?”
“Maafkan aku, ib...maksudku Ny. Moon(ibu Joo Won, oke mulai sekarang kita sebut dia begitu saja yaa).” seru Ra Won. “Berapa kali kau mengatakannya....memanggilku ‘gadis ini’….bukankah itu kedengaran sedikit….”
“Apa? Apa? Kau mulai menegurku sekarang?”

“Aku akan membawanya pergi, aku akan membawanya pergi dari sini. Jadi tenanglah.” Joo Im menenangkan Ny. Moon. Lalu masuk kembali ke mobil sambil teriak ke Ra Won, “Ayo masuk.”
“Kau harus duduk disini dan mengendarainya.” Ra Won mengajak Joo Im tukeran tempat duduk. “Ini adalah mobilmu, dan jelas bukan mobil yang kau berikan padaku.” ngomongnya sengaja dikenceng-kencengin didepan Ny. Moon.
Ny. Moon langsung agak shock. “Aku rasa kau benar-benar tidak biasa. Saat pertamakali kita bertemu, itu bukanlah yang pertama, kan? Sudah berapa kali? Sejak kapan kau datang kesini?!!” Ny. Moon mulai teriak agak histeris.
Ra Won mulai tak tahan dan tak habis pikir dengan kelakuan ‘ibunya’.

“Bukan seperti itu. Benar-benar bukan seperti itu. Dia(Ra Won) tidak sering datang kesini.” Joo Im membela Ra Won.
“Kau, tutup mulutmu! Alasan aku menjadi sangat marah adalah kau, bukan dia! Kalau dia belum pernah kesini, lalu kenapa lemari penuh dengan bajunya?!”
Ra Won terkesiap dan agak panik. Sepertinya Ny. Moon sudah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya diketahui Joo Im(Ra Im).
Akhirnya mereka masuk kedalam rumah dan berdiri menunggu sesuatu di ruang tamu. Joo Im agak terkesima dengan interior ruangan.
“Apa? Ayo pergi ke atas(ke kamar Joo Won). Aku tidak bisa kesana.” tegur Ra Won ke Joo Im.
Joo Im menghentikan aksi noraknya dan nengok ke Ra Won. “Aku naik ke atas sana lalu bilang apa?” jawabnya.
Ny. Moon tiba-tiba menuruni tangga dengan membopong baju-baju ditangannya.

‘Oh, ibu itu….’ seru Ra Won(Joo Won) dalam hati saat melihat baju-baju yang ada ditangan Ny. Moon. Itu adalah baju-baju yang dibawa Joo Won dari Dept.Store saat kejadian dengan Ra Im waktu itu.
Ny. Moon membawa baju-baju itu kedepan Ra Won dan melemparkannya dikaki Ra Won. 

“Kau masih mau bilang kau belum pernah kesini?! Apa aku sudah salah paham? Apa aku mengada-ada?” omelnya ke Ra Won.
‘Aku bisa gila!’ seru Ra Won(Joo Won) dalam hati sambil mengernyit.
Ra Won lalu mengambil baju-baju itu dari lantai.  Tapi Joo Im mengenali baju-baju itu dan mengambilnya dari tangan Ra Won. Joo Im(Ra Im) lalu teringat peristiwa di Dept. Store itu saat Joo Won menjambak baju-baju dari gantungan dan dilemparkan kedepannya.

“Kenapa ini ada disini?” tanya Joo Im dengan wajah polos.

“Kau tak perlu tahu!” seru Ra Won tengsin.
“Dia menggantungkannya disana tanpa sepengetahuanmu? Kau benar-benar tidak membelikan itu untuknya?” tanya Ny. Moon setelah mendengar percakapan mereka.
“Aigooo…tidak. Dia pasti telah membelinya sendiri.” jawab Joo Im sambil senyum dan Ra Won jelas tidak suka dengan jawaban itu.
“Itulah kenapa kau tidak boleh menunjukan simpati pada orang miskin. Khususnya mereka yang ingin naik kelas sosial dengan menggunakan tubuhnya.” Ny. Moon menekankan kalimat terakhirnya sambil ngeliatin Ra Won.

“Bagaimana kau bisa mengatakan itu?” protes Ra Won.
“Kalau kau tidak mau mendengarkannya lagi, maka dengar baik-baik. Apa ada alasan kita ketemu lagi? Atau mungkin, aku harus bertemu denganmu ditempat terpisah untuk memberimu uang dan melemparkan air ke wajahmu?”
Ra Won hanya bisa menarik dan menghembuskan nafas sedih tanpa bisa menjawab. 

Namun, Joo Im tampak lebih sedih lagi.

Mereka naik mobil sport putih itu lagi meninggalkan kediaman Joo Won. Ra Won menyetir dan Joo Im duduk disampingnya sambil mendekap baju-baju tadi masih dengan tampang sedih. 

Adegan mengabur sebentar dan menempatkan posisi mereka ditempat seharusnya. 

Joo Won terlihat mengendarai mobil, dan Ra Im duduk disampingnya sambil mendekap baju-baju dengan wajah sedih.(adegan seperti ini akan sering terjadi, dan hanya bisa dilihat pemirsa. Jadi tubuh mereka belum benar-benar kembali seperti semula.)
Joo Won berkali-kali melirik Ra Im sebelum akhirnya berkata, “Itulah kenapa kau harus memakainya saat aku memintamu memakainya. Aku minta maaf atas apa yang terjadi dengan ibuku. Dia memang orang yang agresif dengan kata-kata kasarnya, bahkan akupun sering terluka karenanya.”
Ra Im menghembuskan nafas berat dan berkata sambil terus melihat kejalanan, “Kenapa ada orang seperti itu?”

Joo Won menengok, “Tapi tetap saja, kata-katamu kasar….”
“Aku membicarakan tentangmu, kok.” Ra Im menoleh ke Joo Won. Joo Won juga menoleh dengan pandangan gak ngerti. Ra Im kemudian berkata lagi, “Jika dibandingkan, apa yang ibumu katakan dengan segala yang kau katakan padaku, kata-katamu lebih menyakitkan tiga kali lipat. Jadi kau melakukannya lebih baik.”
“Tapi itu melegakan. Kau tidak harus terluka. Untuk pertamakalinya, aku senang tubuh kita tertukar.” (maksudnya, walaupun Ny. Moon tadi marah-marah ke Ra Im, tapi sebenarnya yang sedang dia marahi itu didalamnya adalah Joo Won.) Ra Im menoleh sedih ke arah Joo Won. 


Joo Won pun balas menoleh. “Kau tak perlu terharu seperti itu. Ini disebut kesadaran sosial kelas atas.”
“Dasar brengsek!” desis Ra Im.
“Apa?!” Joo Won kaget dikatai brengsek.
“Menyegarkan, bukan? Itu disebut pemberontakan sosial kelas bawah.”
“Aku selalu merasakan ini, tapi aku tak pernah menyadari seberapa besar perbedaan bahasa kita.”
“Anggap saja itu perbedaan budaya.” Ra Im capek ngobrol dan menyandarkan kepalanya disandaran kursi mobil.

Adegannya mengabur lagi, Gil Ra Im dan Kim Joo Won kembali keposisi tertukar.(Hebat banget nih aktingnya Hyun Bin & Ha Ji Won, dari gaya dan ekspresi mereka, kita langsung jadi tahu siapa yang ada didalam tubuh siapa.)

Ra Won dan Joo Im ngobrol disebuah tempat sepi untuk membahas masalah mereka. Mereka duduk disebuah bangku kayu yang dinaungi sebuah pohon yang cukup teduh.
“Karena kita punya kehidupan sendiri-sendiri, maka tak ada pilihan lain, kita harus hidup tertukar seperti ini tanpa ketahuan. Pertama, ayo kita saling tukar informasi yang mendasar.” kata Ra Won sambil nengok ke Joo Im yang duduk bersandar pada batang pohon.
“Kau duluan.” balas Joo Im.
Ra Won lalu merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan HP-nya(Joo Won). Dia mengutak-ngatik sebentar untuk mencari silsilah keluarganya di internet. Dan nampaklah gambar kayak pohon keluarga yang lengkap dengan foto-fotonya. 
Itu pohon keluarga kakek Joo Won. Ra Won kemudian menunjukannya pada Joo Im.
“Hari ini, ingatlah wajah-wajah ini. Orang yang berada ditempat paling atas....” Ra Won mulai menjelaskan, tapi di interupsi oleh Joo Im.
“Kau bisa mencari silsilah keluargamu di internet?” tanya Joo Im heran.
“Aku kan sudah sering bilang kalau keluargaku itu berbeda! Ayo, konsentrasi!” Ra Won mulai menjelaskan pohon keluarganya lagi, disertai ilustrasi yang hanya bisa dilihat penonton he he…
Nampak kakek Joo Won, Moon Chang Soo, beserta seorang wanita parubaya. Mereka tampak mesra seperti pengantin baru. Dan terdengar suara Joo Won.
‘Orang ini adalah kakekku dari sebelah ibu. Dia adalah pemilik LOEL Dept.Store, resort dan toko-toko yang ada di Doeksan dan Jaechan, serta proyek-proyek baru yang sedang berkembang. Dia adalah orang yang membangun semua hotel ‘The Royal Group Co’, sekaligus pemiliknya. Baru-baru ini dia menikahi isteri ke-empatnya, tapi semua orang penasaran akan berapa lama yang ini bertahan.’
Berikutnya, ibu Joo Won, Ny. Moon Boon Hong dan Ibu Oska, Ny. Moon Yeon Hong, terlihat sedang manicure dan pedicure di sebuah SPA exclusive.
‘Kau sudah bertemu ibuku, dan ini adalah bibiku, ibu Woo Young hyung.’
‘Waahh, dia sangat cantik!!’ terdengar suara Ra Im mengagumi ibu Oska.
‘Hais, dia sudah memperbaikinya sana-sini(maksudnya operasi plastik), tapi ibuku masih alami! Bagaimanapun, terima kasih untuk gaya hidup berlebihan kakekku, bibiku itu adalah anak dari pernikahan kedua kakek dan ibuku anak dari pernikahan ketiganya. Jadi, hubungan mereka(ibu dan bibinya) berdua sangat buruk.’
Saat melakukan perawatan kaki dan tangan di Spa, Ibu Joo Won dan Ibu Oska diminta untuk melepaskan perhiasan yang mereka pakai. Perhiasan mereka diletakan berdekatan, saat cincin dilepas, Ibu Oska kaget karena cincinnya kalah gede dan kalah glamour. Akhirnya Ibu Oska melepas sekaligus kalung, gelang dan antingnya. Tapi saat Ibu Joo Won ikutan melepas semua perhiasannya, Ibu Oska tetap kalah...ha ha.... Untuk menutupi kekalahannya, Ibu Oska meminta agar perhiasannya jangan diletakan berdekatan dengan perhiasan murahan karena warnanya bisa pudar. Ibu Joo Won gak terima, dia bilang gini ke kakaknya,  ‘Apa kau tidak tahu, perhiasanku dibuat oleh seorang seniman Itali yang menatanya bagian demi bagian.’ ha ha ....jelas Joo Won banget! Ibu Oska masih belum puas juga, dia nantangin Ibu Joo Won untuk membuktikan perhiasan siapa yang lebih mahal. Duuuhhh!
Adegan selanjutnya, terlihat GM Park dan kakaknya(isteri keempat kakek Joo Won) sedang berada disebuah kedai. GM Park membawakan minuman kesuburan untuk kakaknya.
‘Nah sekarang, ini klimaksnya.’ terdengar suara Joo Won lagi. ‘Ini adalah orang yang paling  harus kau waspadai. Dia adalah GM di perusahaan kami, Park Bong Ho. Dia staff-ku sekaligus Paman Kakek-ku, orang yang menyedihkan dan serakah.’
“Kakek….kakek apa?” tanya Joo Im yang bingung dengan penjelasan Ra Won mengenai GM Park.
“Paman Kakek. Isteri baru kakekku adalah kakak perempuan GM Park. Dan karena itulah aku akan memberimu pesan khusus.” Ra Won mengangkat foto GM Park yang ada di HPnya tepat didepan wajah Joo Im. 
 
“Orang ini….kau bisa memperlakukannya sesukamu. Jangan menelpon ataupun menjawab telponnya. Jangan ketemu siapapun, terutama Choi Woo Young, jangan bergaul dengannya.” kata Ra Won  dengan pandangan tegas memperingatkan.
“Oh, kenapa?” Joo Im langsung tampak sedih dan pengen protes. “Kenapa kau seperti itu pada Oppa-ku?”
“Hey!! Jangan membuat ekspresi itu dengan wajahku!!”
“Jujur saja. Kau merasa rendah diri didepannya, kan?”
“Aku bersumpah pada langit, jika beneran seperti itu, aku akan menerima hukuman ribuan kali!” Ra Won tampak emosi.
Joo Im menarik nafas dan berkata, “Jadi, karena itu kenapa ini terjadi pada kita. Aku tidak tahu kenapa aku juga harus menerima Hukuman Ribuan kali-mu.” sindir Joo Im.
“Tetaplah bertingkah seperti itu. Aku juga bisa menemui sutradara-mu dan berkata, ‘Apa kau mau pergi denganku ke Misari?’” ancam Ra Won. (Misari adalah tempat kencan populer di Seoul)
“Kau mau mati?” desis Joo Im kesal.
“Karena itu fokuslah! Segitu aja dulu tentangku. Sekarang giliranmu.” Ra Won lalu pasang tampang diam dan siap mendengarkan.
Joo Im masih dengan posisi duduk santai bersandar dibatang pohon. “Kau kenal Ah Young. Kau juga kenal Sutradara Im. Kau kenal orang-orang yang ada di sekolah aksi.” Joo Im terdiam cukup lama, hingga Ra Won nengok dengan pandangan minta penjelasan lainnya, dan Joo Im meneruskan, “Itu saja.”
“Tidak mungkin itu saja. Bagaimana dengan keluargamu?” Ra Won gak percaya.
“Aku tidak punya satupun.” jawab Joo Im tanpa membalas pandangan heran Ra Won.
“Kau tidak punya keluarga?!”
Merasa didesak, Joo Im pun nengok ke Ra Won. “Aku sudah bilang aku tak punya satupun! Apa ini pertamakalinya kau ketemu orang yang tidak punya keluarga? Bagaimana dengan ponsel kita?”
“Kita harus tukeran handphone.” kata Ra Won dengan berat. “Kita hanya menelpon satu sama lain, kalau ke orang lain cukup lewat SMS. Dengan begitu seharusnya tak ada masalah. Jadi perhatikan!”
“Kau pasti lupa ya kalau aku bisa berakting dengan baik. Aku seorang stuntwoman.”
“Sepertinya kau juga lupa kalau kau bukan seorang stuntwoman. Sekarang kau adalah seorang CEO Dept.Store.”
Menyadari keadaan itu, Joo Im dan Ra Im kembali kalut. 

Yah, berbagai kekacauan menanti.

Yoon Seul dan Manejer Oska, Dong Kyu, tiba dibandara. Mereka jalan bersebelahan sambil sibuk bicara ditelpon. Sepertinya masalah Oska kabur dari lokasi syuting sudah sampai ke media, dan sekarang mereka menelpon Seul dan Dong Kyu untuk konfirmasi. Dong Kyu berusaha membantah rumor itu, begitupun Seul. Tampang mereka sama-sama terlihat sangat kesal dan marah. Dong Kyu tetap dengan sabar masih melayani para penelpon, tapi tidak dengan Seul. Saat Dong Kyu masih berbicara ditelpon, Seul datang merebut ponselnya dan dimatikan.
“Apa yang kau lakukan ditengah-tengah pembicaraan?!” jerit Dong Kyu.
“Telpon Choi Woo Young!” kata Seul sambil mendelik marah. “Bilang padanya, kalau dia tidak syuting secepat mungkin, tempat berikutnya dia bertemu denganku adalah ditempat pernikahanku. Jika dia tidak mau bertemu secara dramatis sebagai keluarga, maka selesaikan masalah ini!” Seul menyudahi kata-katanya dengan melemparkan kembali ponsel Dong Kyu dan berjalan pergi dengan para crew-nya.
Setelah dengan ketakutan menangkap ponselnya yang dilempar Seul, Dong Kyu malah lalu membanting Ponselnya kelantai sambil ngomel. Yaaahh, semua orang kayaknya lagi pada emosi dan darah tinggi ha ha….

Tiba dirumah Oska, Dong Kyu langsung geratak-geratak semua lemari dan laci. Dia mencari sesuatu sambil ngeberantakin. Oska dan asistennya hanya bisa ngeliatin tanpa berbuat apa-apa.
“Aahh, ada apa?! Aku tanya ada apa?! Apa yang kau cari?!” tanya Oska sambil setengah teriak. Tapi matanya segera membesar setelah melihat apa yang diambil manajernya dari lacinya. “Apa yang akan kau lakukan dengan passport-ku?! Itu punyaku!”

“Aku akan menyimpan ini mulai sekarang!” kata Dong Kyu dengan wajah galak ke Oska. “Mana kunci mobilmu?!”
“Kenapa dengan kunci mobilku?!”
Dong Kyu tak menggubris pertanyaan Oska, dia lalu kembali mencari dan menemukan kunci mobil di atas meja dan segera mengambilnya.
“Aku tanya padamu kenapa?!” teriak Oska.
“Aku dengar kau memesan tiket ke Asia Tenggara besok malam!” kata Dong Kyu.
“Kapan aku melakukannya?!” bantah Oska. “Joo Won….yang melakukannya.” Oska ngeles.

Asisten Oska langsung geleng-geleng kepala melihat kelakuan Oska, tapi dia memilih diam dan tak mau ikut campur dalam perdebatan itu.
“Aku bahkan sudah tidak punya kekuatan lagi, ataupun kepedulian untuk memarahimu! Besok mulai syuting! Atau aku akan menjual saham Oska Entertainment dan cuci tangan dari semuanya!” Dong Kyu memberi ultimatum.
“Heyyy, kalau kau menjualnya, kau akan menyesal nanti.” jawab Oska.
“Kalau aku menunggu lebih lama, itu akan terbuang sia-sia, dan aku akan jadi pengemis kalau kelakuanmu tetap seperti ini! Artikel tentang kau yang membatalkan syuting akan segera dirilis, dan aku tak bisa menghentikannya. Tidak, aku bahkan TIDAK AKAN menghentikannya!” Dong Kyu lalu nengok ke asisten Oska. “Berikan padaku kunci mobil Van!”
“Mobil Van juga?! Kau sudah keterlaluan!” teriak Oska gak terima. Dia lalu mengancam asistennya, “Coba saja kau berikan kunci itu padanya!”
“Cepat berikan padaku sekarang!!” Dong Kyu juga ikut mengancam.
Asisten Oska bingung dan ketakutan ha ha....
“Kuncinya ada didalam mobil.” kata asisten Oska sambil melirik keluar.(pinteeerr....setidaknya dia tidak memberikan langsung kuncinya ha ha)
Dong Kyu langsung keluar menuju mobil. Oska tak bisa mencegahnya, dan melampiaskan marahnya ke asistennya.
“Kau mau mati? Pergi dan ambil kunci itu darinya, sekarang!” Oska ngomel dan pengen nendang asistennya yang langsung ngibrit keluar ruangan.

Ra Won dan Joo Im berdiri diluar rumah Ra Im. Ra Won ngeliatan suasana sekitar rumah itu yang diluar standarnya.
“Kau gak ada rencana untuk pindah?” tanya Ra Won sambil melipat tangannya didada.
Joo Im nengok ke Ra Won dan dengan mantap menjawab, “Tidak. Dan, kalau kau mulai melakukan yang tidak-tidak ke Ah Young….”
“Kau pikir aku cowok apaan?!” omel Ra Won. Lalu dia memposisikan diri menghadap Joo Im. “Tapi kau juga didepan Choi Woo Young tidak boleh melakukan ini….” 

Ra Won menaruh tangannya dibawah dagu menampilkan ekspresi cemberut imut menggoda yang suka dilakukan Ra Im kalau didepan Oska…ha ha. “Jangan coba-coba lakukan itu!”
“Itu tergantung bagaimana kelakuanmu!” jawab Joo Im lalu mengulurkan tangannya ke Ra Won. “Berikan kunci mobilmu.”
Ra Won lalu memberikan kunci mobilnya dengan cemberut. “Aku harap kau ingat betapa mahalnya mobil ini, dan jangan membuatnya lecet.” pesan Ra Won.
“Kalaupun aku mau, tapi sayangnya aku punya ingatan yang buruk(untuk mengingat pesanmu).” balas Joo Im dengan wajah jahil.
Ra Won dengan kesal ngeliatin Joo Im jalan ke mobilnya. Dia lalu teriak, “Itu mobil yang paling aku sukai!”

“Aku juga menyukai mobil ini!” jawab Joo Im santai sambil masuk ke mobil. “Aku pergi!” Dan Joo Im langsung melarikan mobil, ngebut!
“Heyyy!!! Aku bilang hati-hati!!!” teriak Ra Won panik ha ha.
Setelah itu Ra Won masuk kedalam flat sempit Ra Im, sambil setengah memanggul tas-tas bawaannya. Tiba didalam dia berhenti dengan wajah ngeri dan langsung mengedarkan pandangan keseluruh ruangan. 

Didalam ada alat-alat olahraga sederhana Ra Im, serta bra dan celana dalam yang dijemur. Ra Won lalu melepaskan bawaannya dan masih ngeliatan tidak suka pada isi flat. Tiba-tiba Ah Young keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah kaget.
“Oh?! Kau pulang?! Aku merindukanmu!” seru Ah Young sambil menghambur memeluk Ra Won.

Ra Won langsung bersuara terhenyak saat Ah Young memeluknya. Dan ketika Ah Young melepaskan pelukannya, mata Ra Won langsung tertuju pada dada padat Ah Young yang barusan membuatnya tak bisa bernafas tadi.

“Oooh….oh, aku juga….” kata Ra Won pelan tanpa melepaskan matanya dari dada Ah Young.(ha ha....dasar Joo Won)
Ah Young tak menyadari sikap aneh temannya dan sibuk melihat-lihat bawaan Ra Won. “Baju apa semua ini?” Ah Young lalu merogoh sebuah baju dan berseru kaget. “Oh!! Merek ini hanya dijual di Dept.Store kami!” dan luapan kagetnya, Ah Young lalu memukul bahu Ra Won. “Dasar kau! Pasti CEO kami yang membelikanmu ini semua, benar kan?!” seru Ah Young dengan wajah senang.

Tapi tampang Ra Won jelas terlihat tak senang dengan pukulan impuls Ah Young. “Kau barusan memukulku?” tanya Ra Won dengan mata mendelik.
“Ah, jangan mengalihkan pembicaraan! Aku dengar ada kejadian besar di toko merek ini, jadi ternyata dia membelikan ini semua untukmu. Oh, unnie...ini sangat cantik!!” Ah Young sibuk mengagumi baju yang dipegangnya.
“Maksudmu, aku telah membuat rumor?” pikiran Ra Won jadi teralihkan dari masalah ‘pukulan’ Ah Young.
“Tentu saja! Kau pikir ada berapa banyak mata dan mulut di Dept.Store?” kata Ah Young sambil membuka restliting roknya hingga menampakan sedikit bagian kulit dan celana dalam yang dipakainya.
“Ohh...ohhh!” Ra Won langsung bereaksi lebay melihat rok Ah Young. Dia berseru dan nunjuk-nunjuk panik.
“Apa! Apa!” Ah Young jadi ikutan panik dan menghentikan kegiatannya.
“Kau…kau mau melepaskan bajumu?” tanya Ra Won dengan wajah kocak banget.
“Tentu saja! Aku mau mandi. Kenapa? Kau mau mandi juga? Kalau begitu, tolong gosokkan punggungku!” jelas Ah Young dengan wajah santai dan ceria.

“Pung…punggungmu?!” seru Ra Won kaget. Tapi setelah itu dia menyadari sesuatu dan berkata pelan, “Baiklah....kalau kau mau.” (waaahhh, Joo Won....ha ha)
“Ayolah! Bawa cucianmu sekalian.” Ah Young sudah melangkah ke arah kamar mandi, tapi dia berhenti dan berbalik kembali menghadap Ra Won. “Oh ya, tak ada yang terjadi di Pulau Jeju kan?” tanya Ah Young serius.
Wajah Ra Won langsung waspada. “Tak ada. Kenapa?”

“Aku bermimpi semalam. Kau tahu kan bagaimana mimpiku hampir selalu benar? Tapi dalam mimpiku, kau dan CEO....ada dalam sebuah mobil dan menuju kesuatu tempat. Langitnya begitu gelap, dan CEO menangis, sementara kau sedang tertidur.(Oh MY….ini terjadi di epsd 17, mimpi Ah Young bener-bener jadi kenyataan. Pas nulis ini, aku baru sadar kalau sebelumnya Ah Young sudah pernah bermimpi tentang kejadian menyedihkan itu. Jadi aku nonton ngapain aja gitu yaahh -__-!) Tapi kau tahu, paman(ayah Ra Im) menyaksikan semuanya sambil memegang setangkai mawar merah.”
“Paman?” tanya Ra Won sambil kembali melirik ke resliting Ah Young yang terbuka. 

“Won Bin?” cetus Ra Won ngaco.(Ini merujuk pada film Won Bin yang judulnya Ahjussi = Paman)
“Berhenti bercanda!” Ah Young kesal karena Ra Won gak serius diajak ngomong. “Maksudku ayahmu….tapi menurut pendapatku, tak perduli bagaiamana caramu melihatnya(mimpi Ah Young), aku rasa kau akan membuat CEO kami menangis. Kau akan bermain-main dengannya, lalu kemudian mencampakkannya! Itulah yang memang harus kau lakukan jika benar-benar ingin mendapatkan seorang pria.”
Ra Won sangat kesal mendengarnya dan berkata, “Kenapa kau tidak mandi saja?”
Saat itu, ada yang mengetuk pintu.
“Itu siapa?” kata Ah Young sambil menarik kembali restliting roknya.

Joo Im sedang melaju dengan mobil dijalanan saat dia teringat sesuatu.
“Ahhh….sangat mengkhawatirkan!” serunya lalu memutar balik arah mobilnya.

Dan kembali di flat Ra Im dan Ah Young. Ternyata tamu yang datang adalah Sekertaris Kim.
‘Apa? Katamu kalian tidak sedang berkencan!?’ pikir Ra Won sambil ngeliatin Sekertaris Kim dengan pandangan ‘kena kau’.
“Saat aku di Pulau Jeju, aku sangat merindukanmu.” kata Sekertaris Kim dengan suara manja pada Ah Young. “Aku coba membelikanmu minuman Lidah Buaya yang asli dari pulau Jeju, tapi……aku mendapatkan sesuatu yang lebih baik!” Sekertaris Kim berlagak sedih, tapi lalu tiba-tiba mengangkat kantong di kedua tangannya dengan wajah sumringah. 
“Ini adalah minuman Lidah Buaya yang juga diminum CEO. Dia selalu minum minuman terbaik untuk dirinya sendiri. Maksudku, emangnya dia doang yang punya mulut?”
Ra Won(Joo Won) kesal banget mendengar dirinya di omongin. Dia lalu mulai mengetik sms.
Karena gak enak diliatin Ra Won terus, Sekertaris Kim mulai ngomong sambil berbisik pada Ah Young.

“Kata orang, minuman ini bagus untuk kulitmu. Minum ini semua sendirian ya! Semuanya sendirian!” (ohhh, maksudnya jangan dibagi ke Ra Im...ha ha)
“Lalu bagaimana kalau aku jadi lebih cantik daripada sekarang?” kata Ah Young sambil memasang ‘cemberut cute’nya.
“Jangan bicara seperti itu lagi! Kau jadi semakin cantik!” (halah, dua orang ini!)
Ah Young lalu tersenyum dan mengambil kantong minuman itu dari tangan Sekertaris Kim. Disaat bersamaan, ponsel Sekertaris Kim berbunyi, ada sms masuk dari CEO-nya. Itu sms yang dikirim Ra Won(Joo Won).
Isi sms-nya ‘Kau pacaran dengan staff Lounge Im Ah Young, ya?’

Sekertaris Kim shock ampe mundur selangkah! “Bagaimana dia tahu?” desisnya panik.
“Ada apa? Siapa itu?” tanya Ah Young.
“Siapa? Siapa lagi? Ini dari CEO!”
Ra Won ngeliatin mereka dengan tampang puas.
“Kalau dia sudah tahu, kenapa tidak tunggu sampai besok baru ngomong? Dia selalu membuatku stress!” oceh Sekertaris Kim sambil ngetik membalas sms.
Ra Won menerima balasan sms, isinya ‘Jangan bilang begitu! Pacaran dengan rekan kerja berarti mati! Yah, dia(Ah Young) mungkin tertarik padaku!’
“Ha ha....!” Ra Won tertawa sumbang setelah membaca sms. Sekertaris Kim dan Ah Young langsung menoleh heran mendengar tawanya, tapi setelah itu mereka sibuk ngobrol berdua lagi.
“Apa? Apa yang CEO katakan?” tanya Ah Young ke Sekertaris Kim.
“Oh, yaaah….yah, masih bisa ditangani. Dia membutuhkan dukunganku untuk proyek tahun depan.” Sekertaris Kim berdalih. Ra Won mulai kesal lagi mendengarnya, tapi Sekertaris Kim tak menyadarinya. “Jujur saja, aku mulai sedikit capek dengan ketergantugannya ini.”
“HA HA HA HA…..!!!” Ra Won kembali tertawa, kali ini sangat keras dan sangat kegelian. Sekertaris Kim dan Ah Young menoleh heran ke arahnya lagi.
Kembali terdengar ada yang mengetuk pintu.
“Siapa kira-kira?” tanya Sekertaris Kim.
“Kami tidak menunggu siapapun.” jawab Ah Young sebelum dia teriak ke arah pintu, “Siapa itu?!”
Orang itu tak menjawab tapi langsung masuk. Ternyata sang CEO, Kim Joo Won(Joo Im).

“Ya Tuhan! CEO!” Sekertaris Kim langsung shock dan roboh ha ha….tapi dia langsung berdiri lagi walau dengan wajah pucat ngeliatin Joo Im.
Joo Im hanya tersenyum ramah ke Sekertaris Kim dan berkata, “Aku hanya lewat, dan aku melihat mobilmu.”
Ah Young langsung menimpali, “Aahh…bohong. Kau pasti datang untuk melihat Ra Im kan! Gak usah malu. Ayo masuk!”
Joo Im sudah bergerak pengen masuk tapi diinterupsi oleh seruan Ra Won. “Kau mau kemana?” tanya Ra Won dingin. Dia lalu berkata ke Ah Young, “Apa kau biasanya mengundang pria datang ketempat dimana perempuan tinggal?”
“Kenapa kau seperti itu? Dia datang kesini untuk menemuimu.” balas Ah Young.
“Tidak….aku rasa dia kesini menemuiku.” kata Sekertaris Kim dengan wajah melas. Dia lalu berlutut menghadap Joo Im. “CEO, ini hanya salah paham. Tentu saja, isi sms-saya tidak sesuai dengan keadaan ini….”
“Maaf, aku menginterupsimu....tapi aku sedang buru-buru.” kata Joo Im dengan suara yang sangat ramah memotong omongan Sekertaris Kim. Setelah itu dia menoleh ke Ah Young. “Nona Ah Young, bisa kita bicara diluar?”
“Hahh? Aku?” seru Ah Young kaget.
Sekertaris Kim jadi tambah ketakutan, dia pikir atasannya pengen marahin Ah Young. “CEO! Ah Young tidak bersalah dalam hal ini!” suara Sekertaris Kim makin melas.

“Jadi begitu? Kesalahan ada pada orang lain?” timpal Ra Won dan mencebikan bibirnya dengan kesal pada Sekertaris Kim yang sedang berlutut dan memohon.

Joo Im duduk memandangi Ah Young disuatu tempat diluar flat. Sementara Ah Young senyum-senyum campur bingung.

“Kalau ada sesuatu, bilang saja.” kata Ah Young. “Oh, apa mungkin anda mendengar komplain lain lagi(di Lounge)?”
Joo Im reflek memegang kedua tangan Ah Young. “Aku sangat merindukanmu!” seru Joo Im dengan suara sedih khas cewek.
“Haaaaa!!!” Ah Young langsung bereaksi shock lebay yang sangat kocak ha ha….ya iyalah!! Ah Young menarik tangannya dari genggaman Joo Im dan menjauhkannya waspada.

Joo Im menyadari tindakan kelirunya dan berkata, “Maafkan aku. Sangat banyak yang ingin aku katakan padamu, tapi aku bisa gila karena aku tidak bisa mengatakannya.” (kasian banget liat muka Joo Im)
“Padaku?” tanya Ah Young sambil meletakan tangannya didada.
“Ini mungkin akan membingungkan, tapi dengarkan apa yang akan aku katakan. Karena aku sangat peduli padamu lebih dari siapapun.” lanjut Joo Im dengan nada suara yang hopeless banget.
“Aku, aku…..kau peduli padaku?” tanya Ah Young lagi dengan tampang bingungnya dan dijawab Joo Im dengan anggukan pelan. “Sejak kapan?”
“Sudah dari dulu. Karena itu kau harus percaya semua yang aku katakan.” Kalimat-kalimat Joo Im semakin membuat Ah Young kaget dan mungkin ketakutan. Tapi Joo Im tak perduli, dia sayang Ah Young, jadi dia harus memperingatkan sahabatnya itu. “Nona Ah Young, kau mungkin akan menemukan keanehan-keanehan pada temanmu Gil Ra Im untuk sementara waktu. Jadi kau jangan sering-sering bicara dengannya, jangan dekat-dekat dengannya, menyentuhnya atau memeluknya! Terutama, jangan berbagi selimut dengannya dimalam hari! Dan jangan berkeliaran hanya dengan pakaian dalam seperti yang sering kau lakukan. Jangan pernah!”
Kening Ah Young mengkerut dengan pandangan tak percaya. “Apa Ra Im…..menceritakan padamu kalau aku berkeliaran dengan pakaian dalamku?!”
“Dia tak pernah menceritakannya padaku! Itu sesuatu dimana hanya kita yang tahu.” Joo Im berusaha mengoreksi kata-katanya tapi kayaknya jadi tambah aneh ha ha…
“Kau CEO dan aku?” Ah Young nanya lagi membeo.(tuh, jadi ribet kan! Ha ha)

“Aku tahu ini kedengarannya aneh, tapi itu bukan hal yang penting sekarang, jadi berjanjilah padaku, kau akan mendengarkan dan melakukan apa yang aku katakan tadi.” pandangan Joo Im penuh harap ke Ah Young.
Ah Young terpaksa mengangguk walau masih bingung, shock dan ketakutan. Dan Joo Im pun tersenyum lega.
Sementara itu didalam flat, hanya ada Ra Won dan Sekertaris Kim.  

Ra Won duduk ditempat tidur sambil memasang senyum khas Joo Won ngeliatin Sekertaris Kim yang sibuk mondar-mandir gelisah.
“Kenapa kau ngeliatin aku seperti itu? Kau tidak suka padaku?” tanya Sekertaris Kim saat menyadari pandangan aneh Ra Won.
“Lalu apa kau suka padaku?” balas Ra Won.
“Hah?” Sekertaris Kim jadi bingung pertanyaannya dibalikin.
“Kata orang gak ada yang bisa dipercaya di dunia ini.” lanjut Ra Won.

“Begitukah?” Sekertaris Kim masih bingung, jelas dari tampang kocaknya ha ha.... Tapi kemudian dia mikir sebentar dan berkata, “CEO orangnya seperti itu. Dia datang begitu saja dan mengajak Ah Young keluar. Benarkan?”
“Apa kau berpikir CEO keluar(ngedate) dengan Ah Young?”
“Apa?” Sekertaris Kim tambah bingung, tapi dia lebih merasa aneh dengan ekspresi Ra Won yang terus memandanginya. “Aku telah memikirkan ini dari tadi….pandanganmu itu….sangat familiar.”
“Tentu saja! Sekarang....kau mati!” desis Ra Won horor.
Sekertaris Kim tak sempat menanggapi ancaman Ra Won karena perhatiannya teralihkan saat Ah Young masuk dengan tampang lemas.
“Kau sendirian? Apa CEO sudah pergi?” Sekertaris Kim bertanya pada Ah Young dan nengok keluar sebentar untuk ngecek. Setelah masuk lagi dia melancarkan pertanyaan mendesak ke Ah Young. “Apa yang dia(CEO) katakan? Apa dia menanyakan tentang hubungan kita?”
Ah Young bukannya menjawab, malah ngoceh gak jelas. “Benar…itu yang seharusnya dia lakukan….tapi CEO….”
“Apa?! Apa yang dia katakan?!” rengek Sekertaris Kim dengan suara pengen nangis.
“Pasti dia sudah gila. Dia bilang padaku untuk berhati-hati padamu.” Ah Young bicara sembari melirik ke Ra Won. Ra Won hanya mencibir dan Ah Young meneruskan, “Dia bahkan bilang jangan berbagi selimut denganmu. Apa yang  tiba-tiba terjadi pada kalian? Apa benar-benar tak terjadi sesuatu di Pulau Jeju?”
“Dia pasti cemburu. Dia takut kau akan menggodaku.” kata Ra Won dengan sikap aneh dan beranjak keluar melewati Sekertaris Kim dan Ah Young yang bengong mendengar kata-katanya tadi. “Aku mau jalan-jalan disekitar sini sebentar.”
“Apa yang Ra Im katakan barusan? Kenapa kau mau menggodanya?!” rengek Sekertaris Kim lagi setelah Ra Won pergi.
“Aku tahu. Mungkin saja aku menggoda CEO.” Ah Young bicara tanpa memikirkan reaksi yang mendengarnya.
“Ya Tuhan!” Sekertaris Kim mundur selangkah sambil menutup mulutnya supaya tidak teriak. Yeah, definitely shock!

Hari sudah gelap dan Ra Won duduk dibawah pohon yang daunnya mulai berguguran. Dia menarik dan menghembuskan nafas dengan berat, sepertinya sangat bosan. Tiba-tiba ponselnya bunyi.
“Kenapa?!” serunya di ponsel.
“Apa passcode pintu rumahmu?” tanya Joo Im dari seberang yang saat itu sudah berdiri didepan pintu rumah Joo Won.
“Ahhh...aku lupa.” jawab Ra Won jahil sengaja mo ngerjain Joo Im. “Tapi, kau membuatku jadi terlihat seperti maniak didepan temanmu(Ah Young).”
“Karena itu jaga kelakuanmu. Atau aku akan jadi maniak didepan teman-temanmu!” ancam Joo Im. “Apa kodenya? Aku sudah kedinginan.”
“Ah…passcode. Passcodenya adalah…..” Ra Won mematikan ponselnya dengan sengaja. “Ah, sambungan terputus saat udara dingin diluar.” Ra Won kemudian sekaligus melepas batere ponselnya. (Jahat ih!!!) Setelah itu Ra Won pergi dari tempat itu.
Sementara dirumah Joo Won, Joo Im masih menunggu jawaban di ponselnya. “Hallo. Hallo….hallo! Ah, orang ini benar-benar!” seru Joo Im kesal.
Joo Im akhirnya ngebungkuk ngutak-ngutik sendiri tombol yang ada dipintu. Dia mencoba memasukan nomor acak tapi pintunya tetap tidak kebuka. “Aaah, aku bisa gila! Itu bukan passcodenya? Mungkin, apa ada finger scanner-nya?” 
Joo Im ngiterin pandangannya disekitar tombol-tombol dipintu sambil ngacungin jempol. “Atau, apa mungkin ada scanner retina mata?” Joo Im membuka mata kanannya lebar-lebar sambil tetap ngebungkuk ngiter-ngiterin pandangannya disekitar tombol-tombol tadi. 
Namun seketika Joo Im melonjak kaget. Dua orang staff wanita muncul dibelakangnya dan memberi salam. “Aku....aku mau keluar.” Joo Im ngeles sambil pura-pura coba membuka pintu rumah buat ngecek sudah terkunci atau belum. “Ini sudah terkunci dengan benar.” katanya lagi dengan senyum ramah. Dua orang staff itu lalu pamitan dengan wajah bingung.(tumben-tumbennya bos mereka ramah ha ha) “Permisi!” seru Joo Im lumayan kencang. Dua staff wanita itu kembali berbalik. “Oska....maksudku, Hyung-ku.....ada dimana dia sekarang?” tanya Joo Im sambil senyum.

Oska sedang main piano sambil nyanyi dirumahnya. Sepertinya lagi galau, dia menyanyikan lagu ‘Here I Am’ dengan penuh penghayatan. 
Tak lama kemudian Joo Im tiba ditempat itu.

Dia berdiri sebentar diluar dan mengamati Oska nyanyi dari balik kaca. Joo Im lalu masuk kedalam dan jalan menghampiri piano Oska. Oska melihatnya, tapi terus bernyanyi.

Mmmm, agak aneh memang melihat cara Joo Im ngeliatin Oska....ha ha...tapi bayangkanlah itu Ra Im.
“Kapan kau tiba(dari Pulau Jeju)?” tanya Oska ke Joo Im saat lagunya selesai.
“Waktu makan siang.” jawab Joo Im.
“Pulau Jeju….pasti kacau kan?” Oska tanya lagi, dan Joo Im hanya mengangguk. “Manajerku, dia bilang dia mau menjual Oska Entertainment….dan membersihkan tangannya dari segala hal tentangku. Aku sedang dalam masalah besar, bukan?” Oska lalu terdiam karena Joo Im hanya mengangguk lagi sambil terus memandanginya aneh.
“Album ke 3, lagu ke 4!” cetus Joo Im tiba-tiba menebak lagu yang barusan dinyanyikan Oska. “Itu lagu favoritku.” kali ini Joo Im tersenyum agak malu ha ha.
“Kau?” Oska tak percaya, kemudian dia bercanda, “Lalu kenapa? Haruskah aku memberimu tanda tanganku?”
Dan tak disangka, Joo Im justru menjawab, “Benarkah?”
“Apa?!” Oska berseru kaget.
“Hah?!” Joo Im juga kaget…ha ha, lalu dia mengalihkan pembicaraan. “Oh, uh....aku benar-benar lapar. Apa kau sudah makan?”
Oska membawa Joo Im masuk kebagian lain rumahnya. Joo Im mangap melihat isinya. Jelaslaaah….dia masuk kerumah idolanya. Oska menegur kelakuan aneh Joo Im itu dan menyuruh seorang staffnya untuk menyiapkan makanan. Tapi Joo Im buru-buru mencegah staff itu dan mengajukan diri untuk memasak. 


Kali ini gantian Oska yang mangap, mangapnya lamaaa…dari dengar Joo Im ngomong mo masak, ampe selama ngeliatin Joo Im masak ha ha ha…! Selama hidup Oska, dia gak pernah ngebayangin bakal melihat ‘Joo Won’ ada didapur, memakai celemek dan dengan mahirnya mengiris wortel. 

Wajah Oska tambah meringis seram saat Joo Im sesekali nengok ke arahnya sambil senyum(ha ha ha, parah! Aku ngakak terus liat scene ini.)
Dan akhirnya sesi masak selesai, lalu makanan pun dihidangkan. Oh ya, koreksi….Oska masih mangap ampe Joo Im menghidangkan masakannya(hi hi). Tak cuma masakannya yang kelihatan enak, cara penyajian dipiring pun tampak menarik. 
Joo Im lalu mengajak Oska duduk untuk makan. Oska agak ketakutan dengan kelakuan Joo Im dan duduk dengan setengah hati.
“Aku tidak yakin apa ini semua sesuai dengan seleramu.” kata Joo Im. Oska tetap masih mangap gak bisa jawab ha ha ha.... Dan Joo Im ngomong lagi, “Kenapa kau tidak makan?”
“Kau makan duluan!” jawab Oska cepat, matanya menatap lurus ke Joo Im. “Kau pasti menaruh racun, benarkan? Apa Dong Kyu-hyung(Manajer Oska) menyuruhmu membunuhku?” Oska parno ha ha…
Joo Im tertawa kecil. “Aahh…kenapa dia mau menyuruhku melakukan sesuatu yang penting?”

“Lalu apa ini semacam The Last Supper? Kau memberiku makan kemudian menuntutku, begitu bukan?”
“Menuntut?”
“Ha ha ha….kau bisa jadi seorang aktor! Tentu saja, aku minta maaf karena tidak menyelesaikan event ‘Liburan Romantis’ atau apapun itu. Sebenarnya aku senang melakukannya. Pemandangannya bagus, dan aku suka dengan Gil Ra Im! Tapi….”
“Benarkah?!” sela Joo Im dengan pandangan tak percaya.
“Apa?” Oska bingung bagian mana dari omongannya yang ditanyakan Joo Im.
“Kau baru saja bilang kalau kau suka Gil Ra Im.”
“Apa yang tidak disukai darinya? Dia pintar, manis dan punya badan yang bagus. Dan juga, dia menyukaiku.”
Joo Im langsung menyeringai lebar dan berkata, “Tentu saja.”

Setelah itu Joo Im jadi tak berhenti senyum-senyum.
“Apa? Kau sudah bosan dengannya? Aku rasa, kau akan bertahan lebih lama dengan gadis yang hanya menyewa flat 300.000 won. Lagipula, terlepas dari hubunganmu dengannya, taruhan tetap taruhan. Apapun yang terjadi antara aku dan dia, itu bukan urusanmu!”
“Taruhan?” senyum Joo Im hilang.

“Hey!! Aku gak bisa dibegoin! Jangan main-main, dan cepatlah kau makan duluan!” Oska pikir Joo Im(Joo Won) pura-pura lupa dengan taruhan mereka. Joo Im terpaksa mengulurkan tangan untuk menjepit makanan dengan sumpitnya, tapi Oska kembali teriak. “Bukan yang itu!” Oska masih parno, untuk berjaga-jaga kalau beneran ada makanan yang diracuni, dia memilih sendiri apa yang akan dimakan Joo Im. Dan Joo Im dengan patuhnya mengambil makanan yang disodorkan Oska dan memakannya pelan. Oska mengamati reaksi makan Joo Im dengan seksama ha ha...
Setelah makan, Oska ngutak-ngutik laptopnya, dia lalu memanggil Joo Im yang segera menghampirinya sambil membawakan minuman kaleng dan makanan kecil. Ketika Joo Im sudah duduk disampingnya, Oska segera memindahkan headset yang dipakainya ke kepala Joo Im. 

Joo Im jadi sedikit gak enak karenanya, dia sempet bilang kalau dia bisa memakainya sendiri. Oska ingin Joo Im mendengarkan sebuah lagu dan mengamati Joo Im lama. Joo Im jelas jadi panas dingin gelisah diliatin gitu...ha ha...

“Apa pendapatmu?” tanya Oska.
“Aku menyukainya.” jawab Joo Im kalem.(hi hi...gayanya itu lhooo) “Rasanya seperti mimpi.” Joo Im tak sadar menyuarakan apa yang dia pikirkan.
“Apa?”
Joo Im melepas headsetnya. “Maksudku...aku suka, lagu ini…”
“Kau menyukainya?Lagu itu bagus, bukan? Tapi lagu itu mirip dengan lagu yang ada di album ke 7-ku, walaupun lagu itu ditulis tiga tahun yang lalu.” kata Oska.
“Ooohhh….” Joo Im mendesah ngerti, tapi setelah itu dia bersuara kaget, “Hah?!”
“Aku tak bisa menghubungi penulis lagu itu. Dia sudah pergi ke Amerika.”
“Lalu bagaimana dengan syuting video musik-mu?” Joo Im jadi ngomongin lain.
“Dalam situasi ini, kau masih ngurusin musik video? Rencana rilis album ke 7-ku jadi kacau!” Oska tiba-tiba emosi. “Balik ke rumahmu sana! Kepalaku sakit, aku tak ingin minum-minum.” katanya lagi sambil bersandar tiduran di sofa.
“Oke.” jawab Joo Im lemas sambil menarik nafas.

Sepeninggal Joo Im, Oska lalu berdiri sendirian diluar rumahnya. Dia teringat sesuatu.
Flashback.
Saat mau balik ke Seoul dari Pulau Jeju, Oska bertemu dengan Han Tae Ssun dibandara, dan Tae Ssun sengaja mencegat langkah Oska.
“Kenapa kau ada disini?” Oska cukup kaget dan membuka kacamatanya. “Bagaimana kau tahu aku ada disini?”
“Aku dengar kau membatalkan syuting dan check out dari hotel. Karena kau sudah mengepak barang-barangmu, aku pikir pasti kau akan datang kesini untuk naik pesawat.” kata Tae Ssun sebelum mengeluarkan sebuah MP3 player dari saku jaketnya dan diberikan ke Oska. “Ini milikmu, kan?”

“Bagaimana ini ada padamu?!” seru Oska.
“Saat aku bebersih, aku menemukannya dibawah meja. Pada hari kau dipukul sampai hampir mati karena seorang wanita, kau pasti telah menjatuhkannya.”
“Hey, kau…!” seru Oska lagi sambil liat kiri-kanan. Jelas dia takut orang-orang mendengar kasus memalukannya itu he he....
“Aku pengen tahu, musik seperti apa yang didengarkan oleh seorang bintang Hallyu. Jadi aku mendengarkan beberapa lagu. Kali-kali aja ada lagu buat album yang bakal keluar nanti.”
“Hey!! Siapa yang memberimu ijin mendengarkan MP3 playerku?! Apa kau tidak belajar tentang itu saat di TK? Jika kau mendengarkan MP3 orang lain tanpa seijin pemiliknya, maka kau akan masuk penjara maksimal 3 tahun atau kau akan dipukuli sampai mati!” Oska ngomel dengan emosi.
“Itu Oska! Oska!!” tiba-tiba orang disekeliling pada teriak nama Oska.
Menyadari itu para fansnya, Oska langsung berhenti ngomel dan memakai kembali kacamatanya, lalu berseru ke fansnya yang lagi berkerumun, “Ya, aku Oska! Ha ha….” Oska melambaikan tangan dan pasang senyum tebar pesona.
“Oppa, kau sangat tampan!” teriak seorang fansnya.
“Ya, aku tahu itu!” balas Oska.
“Oppa, aku sangat menyukaimu!” teriak yang lainnya.
“Ya, aku juga sangat menyukai diriku! Ha ha ha....” balas Oska lagi.(ha ha….dia ini emang orang paling narsis)
Tae Ssun jengah liat tingkah narsis Oska dan berkata, “Aku heran kenapa kau begitu terkenal padahal kau tidak bisa bernyanyi dengan baik? Ternyata itu karena kau cute.”
“Apa? Cute?” Oska tersinggung.

Tapi Tae Ssun tidak perduli dengan reaksi Oska, dia berkata lagi, “Aku memasukan beberapa lagu(dalam MP3 player), kau harus mendengarnya. Pastikan kau mendengarnya!”
“Omong kosong! Apa kau memasukan lagu-lagu aneh?!”
Tae Ssun menarik nafas nahan emosi. “Kau punya imajinasi yang hebat dan wajah tampan. Haruskah kau jadi seorang penyanyi? Jadi aktor saja. Musik tidak cocok untukmu.” kata Tae Ssun lalu berjalan pergi ninggalin Oska.
“Hey! Hey!!!” Oska teriak tapi Tae Ssun menoleh pun tidak. “Ah, benar-benar menyebalkan! Aku juga tidak bagus dalam berakting! Fans-ku tidak semua menyukai aktingku!” oceh Oska kesal.
Flashback selesai.
Oska sekarang duduk ditempat tidurnya sambil mangap mengingat kejadian itu.
“Ah, sangat memalukan! Aaahh….aku seharusnya tak mengatakan yang bagian akhir itu! Aku seharusnya tak menyalahkan para anti-fansku, karena anti-fans terbesarku adalah diriku sendiri! Aaahhh!!” rutuknya.
Ponselnya tiba-tiba bunyi, ada sms dari manajernya.
‘Besok, sutradara Yoon(Seul) akan datang. Aku akan kerumahmu dengannya jam 10 pagi. Jadi siapkan kopi dan tunggu kami.’
Jelaslah Oska tak mau bertemu dengan Seul. Dia langsung menyiapkan koper dan beberes pakaian pengen kabur lagi.

Joo Im masih berkutat didepan pintu rumah Joo Won. Dia masih belum berhasil menemukan passcode pintu itu. Hari makin malam dan makin dingin. Joo Im akhirnya nyerah dan jongkok didepan pintu.
“Bener-bener brengsek!” rutuk Joo Im.
Tiba-tiba saja pintu terbuka dari dalam, sehingga Joo Im jatuh kedorong pintu. Oska keluar dan kaget menemukan Joo Im jongkok diluar.
“Apa yang kau lakukan disini?!” tanya Oska.
“Bagaimana kau bisa keluar dari sana?!” seru Joo Im bingung. Karena sebelumnya kan Oska ada dirumahnya, jadi Oska masuk ke rumah Joo Won lewat mana?
“Ada apa denganmu? Aku lewat jembatan dan masuk lewat pintu sebelah sana!” kata Oska lalu menutup pintu.
“Jangaaannn.....!!!” teriak Joo Im dengan suara desperate saat menggapai pintu, tapi telat pintu itu sudah tertutup lagi. Joo Im udah pengen nangis ha ha...
“Ada apa?” tanya Oska.
“Sebenarnya, aku sangat stress akhir-akhir ini, trus tiba-tiba aku lupa passcode-nya. Apa kau tahu?” tanya Joo Im takut-takut.
Oska melirik Joo Im curiga. “Sejak kapan kau seperti ini? Apa ini sering terjadi? Kau sudah cerita ke Ji Hyun masalah ini?”
“Ji Hyun?”
“Selain passcode, apa ada sesuatu yang  tidak bisa kau ingat, atau teringat sesuatu yang lain?” tanya Oska selidik.
“Tidak.” Joo Im menggeleng.
“Kalau kejadiannya seperti ini, sebaiknya kau hubungi Ji Hyun.” Oska lalu melirik mobil yang ada dihalaman dan nengok ke Joo Im sambil senyum penuh maksud. “Dimana kunci mobilnya?”
“Kunci mobil?” Joo Im membeo.
“Cepat! Aku tidak punya waktu!” Dan tanpa menunggu jawaban Joo Im, Oska sudah menggerayangi badan Joo Im untuk nyari kunci mobil.
Awalnya Joo Im kaget, tapi setelah itu dia malah kesenangan sambil nahan geli. 

(Ih amit-amit deh, ekspresinya ituuu…. ha ha ha!)
Oska akhirnya menemukan kunci itu disalah satu saku Joo Im. “Aku akan memakainya beberapa hari. 362434! Itu passcode pintu!” Oska udah pengen pergi, tapi Joo Im bertanya.
“362...apa?”
Oska mengulangnya dengan kesal. “36, 24, 34! Kau bilang itu ukuran tubuh(wanita) idamanmu!” Oska lalu bergegas ke mobil.
“Aaahh!! 36, 24....36, 36!” Joo Im teringat sesuatu. “Ah Young! Bagaimana dengannya?!(Joo Im panik karena itu ukuran tubuh Ah Young, dan sekarang Joo Won(Ra Won) sedang bersama Ah Young)” Joo Im juga teringat pesan Ra Won soal mobilnya, Joo Im lalu teriak, “Ah! Tapi mobil itu…..” telat, Oska sudah melaju pergi. “Dia(Ra Won) pasti bakalan marah.” kata Joo Im pelan.
Joo Im akhirnya bisa masuk ke dalam rumah. Dia menyalakan lampu dan mengganti sepatunya dengan sandal rumah. Joo Im tampak menikmati nyamannya sandal rumah Joo Won. Joo Im masuk ke kamar mandi dan mengagumi interiornya. 
Setelah itu dia keliling keruangan lain, ke kamar dan ngiter-ngiter diruang tamu yang luas. Joo Im mecoba semua perabotan mahal dirumah Joo Won.
‘Rumah dengan banyak jendela seperti ini, pasti terasa sejuk dan jelas telah menghabiskan uang yang tak sedikit.’ terdengar suara Ra Im membatin.
Joo Im kemudian mendatangi bagian dapur. Dia membuka lemari es dan mengambil sebotol susu yang biasa diminum Joo Won.
‘Dia hanya minum minuman yang terbaik.’
Selanjutnya ruangan pakaian Joo Won. Woww…disana berderet setelan-setelan jas mahal yang digantung berderet rapi. Begitupun sepatu, dasi dan jam tangan. Cara pengaturan yang hanya bisa kita lihat di toko-toko barang bermerek mahal. Rapi, berkelas dan elegan. Joo Im terkagum-kagum melihatnya.
‘Apa aku jual saja semuanya trus kabur ya?’ pikir Ra Im(Joo Im) ha ha….
Puas keliling-keliling didalam rumah, Joo Im pun keluar dan duduk-duduk dipinggir kolam.

‘Dia pria yang benar-benar kaya. Baginya, dunia pasti seperti dalam dongeng.’ Ra Im(Joo Im) kembali membatin.
Joo Im mengeluarkan ponselnya dan mengetik sms ke Jong Soo.
‘Sutradara, aku minta maaf atas apa yang terjadi di airport kemarin.’
Setelah itu Joo Im menghela nafas dan kembali menikmati suasana malam diluar rumah Joo Won.

Sementara itu, di flat Ra Im dan Ah Young. Ah Young sedang mengoleskan cream malam diwajahnya, sementara Ra Won sudah berbaring sambil memunggungi Ah Young pada salah satu sisi tempat tidur.
“Kau sudah tidur?” tanya Ah Young.
Ra Won belum tidur tapi tak mau menjawab pertanyaan Ah Young. 

Dia hanya diam dengan mata yang jelalatan ngeliatan isi kamar itu, tampaknya benar-benar merasa tidak nyaman.
“Apa yang harus kulakukan?” keluh Ah Young setelah menghembuskan nafas berat. “Pasti dari dulu itu adalah aku. Untuk mendapatkan aku, dia menggunakanmu….”
Ra Won merengut mendengar ocehan Ah Young. Ha ha….dia pasti udah nyumpah-nyumpahin Joo Im dalam hati.
Ah Young kembali meneruskan memakai cream malam-nya. “Kau seharusnya memakai ini juga.” kata Ah Young.
Saat tidur, Ah Young dan Ra Won berbagi selimut sambil saling memunggungi. Waahhh, pesan Joo Im gak diturutin nih! Ah Young tertidur pulas, tapi Ra Won tidak. Ra Won tampaknya gak bisa tidur karena keadaan kasurnya. Dari tadi dia sibuk nekan-nekan kasur dengan jarinya. Dilain waktu, dia mencium sesuatu dan mengendus-endus bantal yang dipakainya. Tiba-tiba Ah Young berbalik tidur menghadap Ra Won sambil memeluk. Ra Won tambah bete campur kesal, dia berbalik menghadap Ah Young  untuk ngomel-ngomel. Tapi Ra Won langsung terdiam karena wajah Ah Young ada begitu dekat, ditambah tangan dan kaki Ah Young yang melingkari tubuhnya(Ra Won). Karena jengah, Ra Won mengalihkan pandangannya dari wajah Ah Young kebawah. 

Tapi yang dilihat jadi lebih parah, saat itu Ah Young memakai baju tidur dengan belahan dada cukup rendah yang memperlihatkan dada padatnya sedikit menyembul disana. Ra Won susah payah mengontrol diri dan mengatur nafas. 
Perlahan dia lalu menggesar kaki Ah Young yang membelitnya sambil setengah mendorong tubuh Ah Young. Ra Won terbebas sejenak, karena setelah itu Ah Young berbalik kembali dengan cepat memeluk tubuh Ra Won. 

Dan sempurnanya lagi, kali ini dada padat Ah Young menempel ditubuh Ra Won….ha ha….Ra Won tambah stress. 

Maka untuk mengalihkan pikirannya, dia melafalkan kalimat terapinya yang biasa.
“Kim Soo Han Moo, kura-kura dan angsa 180 tahun, Dong Bang Sak, Chichikapo, Sarisarisenta, Woriwori, Seprika……woa, woa, woaaa!!” Ra Won tersiksa banget karena Ah Young memeluknya erat.
Dan bagaimana dengan keadaan Joo Im? Saat itu, Joo Im sudah berbaring dengan damainya diatas tempat tidur yang luks milik Joo Won. Tapi pikirannya melayang pada kalimat Oska tadi.
‘Aku rasa, kau akan bertahan lebih lama dengan gadis yang hanya menyewa flat 300.000 won.’
Joo Im kesal dengan kalimat itu. Dia menyingkirkan selimut dan bangun duduk. Saat itu dia melihat uang 45.000 won(itu uang Ra Im yang dibayar ke Joo Won untuk ganti biaya pengobatan di RS) dan kunci motor di atas meja kecil yang ada disamping tempat tidur. Joo Im menyadari itu kunci motornya yang dilempar Joo Won ke kolam, dia tak menyangka Joo Won beneran mencari kembali kunci motor itu.
Ada sms masuk, dari Ra Won(Joo Won). ‘Aku akan memberimu petunjuk. Passcode-nya adalah empat angka.’

“Benar-benar brengsek!” desis Joo Im kesal dan kembali selimutan tidur. Empat angka apa?? Jelas-jelas tadi passcode-nya ada 6 angka. Joo Won emang keterlaluan ha ha.....

Keesokan paginya, Joo Im datang ketempat Ra Won dengan motornya. 

Ra Won memandanginya tak senang.
“Apa yang kau lakukan pada mobilku? Kenapa kau datang kesini dengan ini(motor)?” tanya Ra Won.
Joo Im tersenyum dan berkata, “Kuncinya. Bagaimana kau bisa menemukannya kembali dalam air? Kau benar-benar mencarinya sendiri?”
“Apa aku kelihatan seperti orang yang mau melakukan hal itu?” Ra Won ngeles.
“Lalu, bagaimana kau mendapatkannya?”

“Aku yang bertanya duluan tadi! Dimana mobilku? Apa yang kau lakukan dengan mobilku?!”
“Gasnya habis.” jawab Joo Im pendek.
“Tiga-tiganya?!” Ra Won sampai mangap.
“Tiga mobil itu milikmu semua?! Itu bukan mobil para staff?” Joo Im malah kaget.
“Staff mana yang berani-beraninya memarkir mobil didepan rumahku?! Lagipula kenapa kau berpakaian seperti ini? Dasi-nya tidak cocok dengan kemeja. Dan kenapa kau tidak memakai jam tangan? Itu penting bagi seorang pria.”
“Iya, iyaa! Sekarang ayo kita pergi. Kita udah telat.” kata Joo Im sambil mengambil secarik kertas dari saku jas-nya dan diberikan ke Ra Won. “Ini! Daftar latihan untuk anak-anak baru.”
Ra Won menampik kertas itu hingga mental jatuh. “Apa kau gila? Kau menyuruhku ke sekolah aksi sekarang?”
“Kalau kau tidak mau kesana, tidakkah kau pikir aku tak akan mau ke Dept.Store juga? Karena kau yang akan paling banyak mengalami kerugian,  maka bersikaplah yang pantas!” ancam Joo Im dan memungut kembali kertas yang ditampik Ra Won.
Ra Won tak punya pilihan. “Tunggu aku. Aku mau ganti baju.” Dia sudah berjalan mau masuk ke flat ketika dia teringat sesuatu dan berbalik bicara pada Joo Im, “Lalu, bagaimana kau menemukan passcode-nya?”
Joo Won menjawab dengan wajah sumringah yang dilebay-lebayin. “Semuanya terjadi begitu tiba-tiba, sebuah bintang yang bersinar menyilaukan jatuh dari langit.” Kemudian dia marah ke Ra Won, “Oh apaa? Katamu empat angka? Itu bukan empat angka tapi angka ‘forepaly’! 36 adalah….” Joo Im mengangkat kedua tangannya didepan dada, menunjukkan bahwa yang dia maksud adalah ukuran dada wanita. “Dasar maniak!”
Tapi bukannya marah atau tersinggung dikatai maniak, Ra Won malah menarik bagian leher kaosnya dan melihat kebalik bajunya. 
“Aku mengerti kenapa kau begitu sensitive(Ra Won menyindir kalau dada Ra Im/Joo Im kecil ha ha). Haruskah aku membawamu untuk di operasi(operasi plastic)?”
“Hey!!!!” Joo Im murka ha ha ha…
Tak lama kemudian Ra Won sudah ganti pakaian dan berdiri dihadapan Joo Im.
“Kau mau mati?! Sekarang juga, lepaskan itu!” seru Joo Im.
“Tidak. Aku suka gaya ini.” Ra Won berkeras. Saat itu Ra Won memakai daleman hitam berenda dan blazer panjang warna merah, serta bawahan rok hitam. Mmm, dandanan yang gak Ra Im banget.
“Baik. Karena aku masih bicara baik-baik, sebaiknya kau nurut!” Joo Im lalu mengangkat tangannya pengen mukul untuk nakut-nakutin Ra Won.
“Toloooong! Tolong akuuuu!!” Ra Won langsung teriak-teriak minta tolong pada orang-orang yang lewat dijalan, padahal dia gak di apa-apain. “Pria tampan dan tinggi ini mau mencoba memukul seorang perempuan lemah sepertiku! Oh, kumohon tolong aku!!!” 

Ra Won teriak tambah lebay sambil berlagak menahan tangan Joo Im yang mau memukulnya.
“Pukul? Tidak, aku tidak!” bantah Joo Im dan menarik kepala Ra Won kedadanya. Joo Im memeluk Ra Won dan menahan kepala Ra Won agar gak teriak-teriak lagi. Rawon kesusahan untuk bernapas, apalagi untuk melepaskan diri. 
Joo Im lalu berkata pada orang-orang yang lewat, “Ini karena dia sangat cantik! Dari kepala sampai kaki, dia begitu sempurna!” Kemudian Joo Im memberikan kode pada orang-orang itu sambil berkata tanpa suara, “Ayo pergi! Jangan ikut campur urusan orang lain!” dan setelah orang-orang pergi, Joo Im masih terus memeluk dan menahan kepala Ra Won sambil mengancamnya. 

“Kalau kau mau pergi ke sekolah aksi, angkat tangan kananmu. Dan kalau kau mau mati seperti ini, angkat tangan kirimu!”
Ra Won buru-buru mengangkat tangan kanannya....ha ha…
Joo Im naik ke atas motor dan mengajak Ra Won pergi.

“Kau!! Aku akan membalasmu!” umpat Ra Won dengan napas tersengal-sengal setelah berhasil melepaskan diri. Setelah itu dia berkata bangga sambil melihat ke dada Joo Im, “Ngomong-ngomong, dadaku lebar juga yaaa…”(ha ha…soalnya tadi dia telah merasakan nyungsep didada lebarnya itu)

Sutradara aksi Im Jong Soo berdiri dipelataran atas atap gedung sekolah aksi. Dia memegang naskah film ‘Dark Blood’, sambil membaca sms Ra Won semalam.
‘Sutradara, aku minta maaf atas apa yang terjadi di airport kemarin. Aku tahu kau pasti bingung pada kelakuanku kemarin dan hari ini, tapi itu bukanlah aku yang sebenarnya. Kumohon percayalah padaku, sutradara.’
Jong Soo menarik nafas dan menuliskan pesan diatas naskah yang dia pegang.
‘Ini adalah naskah yang sudah kau tunggu-tunggu. Jangan pikirkan yang lain-lain, dan fokus saja pada audisi, seperti Gil Ra Im(yang biasanya).’

Ra Won muncul disekolah aksi tetap dengan dandanannya tadi. Dia berdiri sambil berkacak pinggang ala Paris Hilton didepan para seniornya yang ngeliatin dia aneh.

“Oooh! Mengagumkan! Lihat siapa ini!” kata Jung Hwan.

“Hey, Gil Ra Im. Kau mau pergi kencan buta?” kata yang lainnya.

“Ini saatnya untukku merubah penampilanku.” kata Ra Won dengan gaya angkuh khas Joo Won.
“Apa yang terjadi? Kau mau pergi ikut audisi dengan gaya seperti itu?”
“Audisi?” Ra Won bingung.
“Audisi untuk film ‘Dark Blood’ akhirnya dibuka.”
“Banyak orang yang akan ikut. Dan kesempatan lolosnya adalah satu banding seribu.” kata senior yang lainnya lagi.
“Terlebih lagi, semua orang berusaha mencoba mendapatkan naskahnya. Bahkan sutradara Jung Do Han tidak mendapatkan satupun.” kata Jung Hwan.
“Tidak mendapatkan, lalu kenapa?” balas Ra Won dengan nada tak tertarik.
“Apa?!” Jung Hwan shock dengan reaksi Ra Won. Dia lalu nengok ke Jong Soo yang lagi ngeliatin mereka dari atas. “Sutradara, lihat dia(Ra Won)! Dia mulai sombong setelah pacaran dengan si ‘Tuan aku menghasilkan banyak uang’!”
Ra Won pun ikutan melihat ke atas dan hanya mengangkat sebelah tangannya ke arah Jong Soo....mm, gayanya cowok banget ha ha! Para senior langsung komat-kamit bingung dan menganggap Ra Won keterlaluan. Jong Soo juga merasa aneh, dia menyuruh Ra Won datang keruangannya.
“Kenapa kau selalu meminta untuk bertemu berdua saja? Kalau kau terus seperti itu, kau akan bertemu dengan pengacaraku!” teriak Ra Won masih sambil nengok ke atas.
Para senior jadi sebal dengan kelakuan Ra Won ini.

Ra Won masuk keruangan Jong Soo dengan gaya pongah sambil menenteng tas yang dibelikan Jong Soo yang dititipkan ke Ah Young waktu itu. Jong Soo tampak senang karenanya. Tapi itu hanya sebentar, karena wajahnya langsung berubah keruh saat Ra Won melemparkan tas itu ke atas sofa. Jong Soo lalu mengulurkan naskah Dark Blood ke Ra Won yang duduk dipegangan sofa menghadap Jong Soo. Ra Won hanya diam ngeliatin Jong Soo.
“Kurasa, kau pasti akan senang. Bukankah ini naskah film yang sudah lama kau inginkan?” tanya Jong Soo saat Ra Won hanya diam saja tak bergerak.
Ra Won lalu berdiri dan menerima naskah itu. “Baiklah. Katakanlah seperti itu....lalu apa?” Mata Ra Won tertuju pada Jong Soo dan hanya sambil lalu melihat ke arah naskah yang lembarannya sedang dia bolak-balik.
“Tidak banyak film Hollywood yang memakai artis wanita asia! Ini kesempatan besar, jadi berusahalah.” kata Jong Soo serius, tapi kali ini mata Ra Won malah udah fokus pada naskah yang ada ditangannya. Tapi Jong Soo terus menjelaskan. “Babak pertama adalah dokumentasi, babak kedua adalah demo fighting, dan babak ketiga adalah pembacaan skenario/naskah film. Setelah melewati babak ketiga, agency Korea akan….”
Ra Won tak mendengarkan  penjelasan Jong Soo, dia malah serius membaca dialog pada naskah yang dia pegang dalam bahasa inggris. “’Young Hee covered in blood, jumps out of a running car. At the same time, a truck runs into her direction.’ Ha!” Ra Won berseru sinis setelah membaca kalimat tadi. “Maksudmu aku harus melakukan ini?! Bagaimana bisa kau menyuruh seorang wanita melakukan pekerjaan seperti ini?! Ini sebuah kesempatan, atau menyuruhku untuk mati? Bahkan kalaupun aku berkata ingin melakukannya, kau seharusnya menghentikanku. Itu bukan sebuah permintaan yang sulit.” Ra Won lalu melemparkan naskah yang dipegangnya ke meja Jong Soo. “Kalau sudah selesai, maka….” Ra Won sudah berbalik pengen keluar dari ruangan Jong Soo.
Tapi Jong Soo berkata, “Ada apa sebenarnya? Sampai kapan kau akan bersikap aneh seperti ini?” Ra Won lalu berbalik dan menatap Jong Soo tajam. 

Jong Soo berkata lagi, “Baik! Kau benar. Aku ketahuan. Jika karena itu lalu kau bertingkah seperti ini, tak perlu lagi. Jangan menggabungkan masalah pribadi dengan urusan pekerjaan. Aku juga akan melakukan hal yang sama.” Jong Soo kemudian mengulurkan kembali naskah film itu ke Ra Won.

Ra Won masih bersedekap memandangi Jong Soo tajam. Tatapannya benar-benar menyelidik dan menuntut kejujuran. Terdengar suara Joo Won membatin, ‘Kau tidak menyukai Gil Ra Im, tapi kau mencintainya.’
Ra Won menerima naskah itu dan berkata, “Kalau begitu aku akan mengajukan sebuah permintaan. Aku akan bersikap seolah-olah tidak tahu kalau kau menyukaiku. Tapi sampai aku mati, jangan pernah menyatakannya padaku.” kata Ra Won dingin dan berjalan keluar dari ruangan Jong Soo.

Jong Soo terdiam dengan pandangan kaget. Dia benar-benar gak nyangka seorang ‘Ra Im’ akan berkata seperti itu. Poor Jong Soo….

Yoon Seul duduk dengan Manajer Oska dipinggir danau di rumah Oska.
“Apa kau bilang? Woo Young menghilang lagi?!” seru Seul.
“Walaupun aku sudah mengambil passport dan kunci mobilnya, tapi dia masih saja kabur.”  kata Manajer Oska.

“Apa kau sudah bilang padanya apa yang aku katakan?!”
“Bahkan kalaupun aku bilang, itu hanya akan berakhir dengan pertengkaran lagi! Tinggalkan saja Woo Young sendiri. Aku telah salah berpikir bahwa dia akan baik-baik saja setelah sekian lama. Aku harap aku tidak akan melihatmu lagi setelah masalah ini.” Manajer Oska sudah berdiri pengen masuk kedalam tapi Seul mengatakan sesuatu.
“Woo Young oppa….aku tahu dimana dia berada.” kata Seul.
Manajer Oska berbalik kembali menghadap Seul. “Kau tahu?”
“Ya, tapi aku tidak akan memberitahumu. Aku telah menyimpan dendam selama ini. Kalau dia terus kabur seperti ini, aku akan ikuti permainannya. Seperti kau tahu, aku adalah orang yang tidak punya malu dan licik. Jadi bukan masalah besar untukku menikahi sepupunya. Tapi itu akan menjadi masalah yang sangat besar untuknya. Aku akan membuatnya menderita dimanapun dia melihatku.”
“Kau benar-benar akan melakukannya?!” Manajer Oska emosi banget.
“Karena itulah kau harus menyampaikan pesanku padanya! Kau harus membiarkan kami ‘bertengkar’! Supaya kami bisa…..” Seul terdiam sebentar, lalu meneruskan kalimatnya. “……menyelesaikannya.”
Manajer Oska terdiam bingung dengan ucapan Seul.

Di Dept.Store, Joo Im tiba dengan motornya. 

Sekertaris Kim datang menyambutnya dengan tampang heran. Yaiyalaaahh….tumben-tumbennya sang bos datang dengan motor, udah gitu santun banget pula pake nunduk-nunduk salam segala…ha ha… Apalagi saat masuk kedalam Dept.Store, sepanjang jalan ke ruangannya Joo Im sibuk membalas salam para staff-nya. Keheranan Sekertaris Kim semakin bertambah saat Joo Im berjalan lurus ke arah lift.
“CEO, lewat sini!” kata Sekertaris Kim mengarahkan Joo Im.
Joo Im bingung melihat ke lift dan ke Sekertaris Kim. “Aahh, apa harus jalan saja?”
“Eh?” seru Sekertaris Kim.
Joo Im jadi cengo’ bingung. Semua orang disekitarnya pun memandanginya aneh sambil geleng-geleng kepala. Bahkan ada beberapa staff wanita yang masih membungkuk dengan tampang pegal menunggunya lewat, karena mereka akan berdiri tegak kalau sang CEO sudah lewat didepan mereka.
Ditempat lain di Dept.Store. Seorang karyawati lari-lari sambil teriak-teriak menyampaikan kabar ke teman-temannya. Diantara mereka terlihat ada Ah Young.
“Heyyyy, kabar baiikk!! Ada berita besar! CEO barusan naik lift. Dia membalas salam orang-orang, bahkan membuka pintu sendiri! Tapi yang paling penting, pakaiannya hari ini terlihat gak banget, lusuh!” cerita seorang karyawati.
Mendengar itu, wajah Ah Young langsung terlihat muram. “Ini pasti sangat sulit untuknya…..gimana? Emangnya siapa aku, sampe membuat dia(Joo Won) seperti itu?”(hadeehh…Ah Young udah makin salah paham.)
Diruangan GM Park, asistennya baru saja menceritakan berita terbaru tentang CEO mereka.

“Apa? CEO naik lift? Itu tidak mungkin! Dia menyembunyikannya, kalau dia menderita Claustrophobia. Itu adalah rahasia kita. Karena itu bagaimana dia bisa naik lift?” GM Park tak percaya.
“Banyak orang yang melihat kejadian itu.” Asistennya berusaha meyakinkan. Tapi kemudian dia berasumsi lagi. “Apa dia hanya pura-pura sakit?”
GM Park menanggapi serius kata-kata asistennya, “Lalu dia hanya mengetesku, begitu? Dan kalau dia naik lift, itu berartiii....dia menantangku?” Asistennya langsung mengekpresikaan wajah kaget lebay dengan gaya seperti mau memasukan kepalan tangannya kemulutnya sendiri. GM Park ngeluh, “Aiiihh! Padahal aku udah hampir bisa meniru tanda tangannya!” Dimeja GM Park tampak berserakan kertas-kertas yang penuh dengan corat-coret tanda tangan. “Ini tidak boleh terjadi. Kau tahu kan berkas-berkas yang harus ditanda tangani sudah menumpuk sejak dia pergi ke pulau Jeju? Bawa semuanya kesini!” setelah asistennya pergi, GM Park kembali mencoba meniru tanda tangan Joo Won dan dia sangat puas dengan hasilnya.

Joo Im sedang berada disalah satu restorant yang ada di Dept.Store. Dia makan Tteokbokki dan Sundae (sosis isi darah) dengan lahapnya. Sekertarisnya heran sampai bengong.  GM Park dan asistennya pun ada disana untuk memata-matai.
“Sejak kapan anda mulai makan makanan ini?” tanya Sekertaris Kim.

“Aku tidak ingat, mungkin sejak masih kecil.” jawab Joo Im santai sambil makan. “Kau kenal Im Ah Young yang ada di VIP Lounge, kan?”
Sekertaris Kim langsung panik, dia pikir bos-nya mau ngebahas kejadian waktu di flat Ra Im kemarin. “CEO….itu benar-benar salah paham. Kami tidak punya hubungan apapun.” kata Sekertaris Kim sambil menggerak-gerakkan tangannya untuk memperkuat kata-katanya.
“Emangnya siapa yang bilang begitu? Aku hanya ingin tahu berapa gajinya.”
Sekertaris Kim bengong lagi, kemudian menjawab pelan. “Sudah termasuk bonus, itu sekitar 20.000 won lebih.”
Joo Im mengentikan makannya dan berpikir sebentar. “Aaahh….dan berapa kalau aku….”
“Hah?”
Ponsel Joo Im berbunyi ada sms masuk. Joo Im lalu dengan segera merogoh ponsel dari sakunya dan mengutak-ngutik sambil bersuara imut menirukan bunyi ringtone ponselnya. “Kau mendapat pesan. Kau mendapat pesan.”

Sekertaris Kim langsung mangap, begitu juga GM Park dan asistennya.(ha ha)
“Oh, anda mengubah bunyi ringtone?” tanya Sekertaris Kim.
“Hah?” Joo Im bingung sebentar kemudian menyadari kalau dia keceplosan. “Ah…iya.” Joo Im lalu membaca sms-nya. “Hah? Dong Kyu Hyung? Siapa lagi ini Dong Kyu Hyung?”

Tak lama kemudian Joo Im dan Ra Won sudah duduk bersama Dong Kyu(manajer Oska) di rumah Oska.

“Saya sudah tak tahan. Woo Young menghilang lagi.” lapor Dong Kyu.
Dan yang merespon adalah Ra Won. “Dia pasti pergi ke salah satu pulau di Philipina. Dia selalu kesana kalau pengen kabur.” Joo Im hanya celingak-celinguk mendengar percakapan Ra Won dan Dong Kyu.

“Karena itulah, hal pertama yang aku ambil saat tiba di Seoul adalah passportnya.”
“Kalau begitu dia mungkin pergi ke pegunungan Doeksan. Disana ada SPA resort.”
“Tidak, dia tidak ada disana.Aku sudah mngeceknya kemana-mana.” Dong Kyu lalu sadar kalau yang dari tadi menjawab adalah Ra Won. “Tapi, bagaimana kau tahu semua itu?”
“Karena aku adalah penggemarnya. Aku bahkan memakai ‘Kaos Kaki Oska’ dalam upaya mendukungnya.” jawab Ra Won yang dihadiahi pelototan oleh Joo Im.
“Terima kasih banyak. Kaos kaki itu laku sekali. Tapi CEO Kim,  saya tak tahan lagi. Untuk kekacauan pada event Dept.Store, tuntut saja dia. Aku juga akan menuntutnya atas pelanggaran kontrak, kemudian aku akan cuci tangan dari segala hal tentangnya.” kata Dong Kyu sambil menunduk.
“Kau tidak harus melakukan itu. Aku akan mencarinya, jadi jangan tuntut dia. Aku juga tak akan menuntutnya.” kata Joo Im.
“Kata siapa? Aku akan menuntutnya.” cetus Ra Won ditelinga Joo Im.
Joo Im segera mendorong kepala Ra Won dan berkata lagi ke Dong Kyu, “Oska itu lebih baik dari siapapun setahu aku. Karena itu aku akan bertanggung jawab dan mencarinya.”
Dong Kyu jadi bingung. “Ya sudah, kalau begitu. Tapi CEO Kim, apa anda habis minum-minum?”(ha ha)

Joo Im tak bisa menjawab lagi dan hanya tersenyum kaku. Sementara Ra Won meliriknya kesal.
Joo Im dan Ra Won kemudian balik kerumah Joo Won.
“Kau benar-benar tak tahu dia ada dimana?” tanya Joo Im sambil turun tangga.
“Bagaimana aku bisa tahu? Manajernya aja gak tahu. Kau gak perlu ngurusin dia.” jawab Ra Won.
“Bukannya kau mengkhawatirkannya?”
“Mmm, tidak. Aku bahkan tak bisa menemukan tubuhku, jadi kenapa aku harus khawatir mencarinya?” Ra Won gak peduli.
“Kau lebih baik mencarinya.” kata Joo Im. Dan saat Ra Won melirik padanya kesal, Joo Im meneruskan, “Sebenarnya, mobilmu tidak kehabisan gas, Oska membawanya.”
“Apa?!” Ra Won langsung terlihat murka, dan menelpon. “Ini 112 kan?(112 adalah salah satu versi 911-nya korea) Saya ingin melaporkan kehilangan mobil.”
“HEYY!!” teriak Joo Im sebal dengan tindakan Ra Won melaporkan kakak sepupunya sendiri.

Sementara itu, si manusia hilang, Oska, sedang berjalan-jalan disebuah lembah berumput hijau yang menghadap laut. 
Dia merenung sambil mendengarkan lagu di headset. Rupanya tempat itu adalah sebuah lapangan golf. Oska teringat saat dia dan Seul main disana.
Flashback.
“Benarkah?! Maksudmu kau menyewa seluruh tempat ini?” seru Seul tak percaya.
Saat itu mereka sedang bermain golf dan masih terlihat muda ha ha….

“Orang-orang disekitar sini tidak pintar, jadi mereka hanya nyetir muter-muter, dan pacaran saat moilnya diparkir.” Oska ngeles. “Apa kau suka(tempat ini)?”
Seul tampak senang. “Udaranya sangat enak, anginnya menyegarkan mataku….dan tak ada orang lain disekitar sini. Rasanya seperti sebuah pulau yang tak berpenghuni.”
“Kalau begitu, kita harus sering-sering kesini.”

Seul membalasnya dengan anggukan dan senyum manis. “Tapi aku tidak pintar bermain golf. Aku tidak pernah belajar, jadi aku akan belajar darimu.”
Oska langsung semangat. “Jangan khawatir! Kalau aku tidak jadi seorang penyanyi, aku pasti sudah menjadi seorang pegolf professional. Ayo sini!”
Oska lalu mulai mengajari Seul dengan mengambil posisi berdiri di belakang gadis itu.

“Dalam golf, pinggulmu sangat penting. Kalau kau ingin bolamu mental jauh, kau harus fokus pada kekuatan pinggul dan pahamu. Cobalah.” kata Oska.
Seul lalu memukul bolanya dengan gaya dan gerakan yang sangat terlatih. Bolanya pun langsung mental jauh. Oska cengo’ ha ha….
“Kurasa tadi kau bilang kau tidak bisa main?” tanya Oska bingung.

“Kapan aku bilang begitu?” kilah Seul dengan senyum dikulum. “Aku bilang aku tidak bisa main dengan baik. Ayo kesini.” Seul siap belajar lagi dan mencoba mengulang kata-kata Oska saat mengajarinya tadi. “Dalam golf, pinggulmu….” Seul berhenti saat melihat Oska masih diam ditempatnya. “Kenapa?”
“Kau terlihat sangat manis.” kata Oska sambil memandangi Seul. Seul tersenyum dan Oska berkata lagi, “Bisakah aku….jadi bandel sebentar saja?”
Seul terdiam bingung, lalu Oska menghampirinya, mendekapnya dan menciumnya erat.



(Ost. Reason – 4men)
I will shout to the world that I love you
I will protect you from now on

Flashback selesai.
Tak lama kemudian, ada dua orang pria berbadan tegap datang menghampiri Oska.
“Choi Woo Young?” tanya salah seorang pria.
Oska melepas headsetnya dan bertanya, “Anda mau minta tanda tanganku?”(ha ha…dasar Oska)

Seul masuk tergesa-gesa dilobby lapangan golf.
“Apa Oska datang kesini?” tanya Seul.
“Ya...tapi, dia kemudian ditangkap dan dibawa pergi.” jawab staff ditempat itu.
Seul jelas kaget.

Joo Im dan Ra Won terlihat duduk disebuah kantor polisi yang sedang sibuk.
“Kau benar-benar harus melakukan ini?” omel Joo Im. Rupanya mereka masih bertengkar mengenai masalah Ra Won melaporkan Oska. “Bukankah dia sepupumu, keluargamu?”
Ra Won duduk angkuh sambil bersedekap. “Jangan menyalah artikan hubungan kami. Saat dia menekanku, aku jatuh dan sakitnya luar biasa juga. Aku melakukan ini bukan hanya untuk sebuah mobil. Aku punya hal lain yang ingin ku ambil kembali.”
“Apa itu?” tanya Joo Im.
Tak sempat Ra Won menjawab, Oska sudah berisik digiring polisi masuk keruangan.
“Aaahh, benar-benar! Kau tidak kenal aku?! Apa kau tidak nonton TV? Bagaimana mungkin aku mencuri sebuah mobil?! Aku hanya meminjam mobil saudaraku….” Oska lalu menyadari kehadiran Joo Im ditempat itu. “Heyy! Kauu!”
Joo Im nunduk gak enak. “Aku harus gimana?” desisnya ke Ra Won.
“Wow, apa belum cukup kau mengacaukan hidupku?! Kau bahkan menyuruh polisi menangkapku! Apa karena itu kau memasak untukku?!!” Oska teriak sambil berkacak pinggang.
“Kau memasak untuknya?” Ra Won kaget. “Dengan tanganku, kau membuatkan pria brengsek itu makanan untuk dimakan?”
“Diamlah!” jawab Joo Im setengah berbisik.
Ra Won akhirnya menelan emosi dengan wajah tak karuan. Seul pun akhirnya tiba disitu.  

 
Oska kaget melihatnya dan buru-buru memalingkan wajah.
“Bagaimana wanita itu tahu dan sampai datang kesini?” oceh Ra Won sinis.

“Ada apa? Apa yang  terjadi disini?” tanya Seul tapi tak ada yang menjawab.
“Apa kau hanya akan tetap berdiri disitu?” kata Polisi yang membawa Oska tadi menegur Oska. Lalu dia menyuruh temannya membawa Oska kedalam.
Oska, Joo Im, Ra Won dan Seul duduk berderet didepan polisi.  

Polisi tampaknya sudah mengajukan beberapa pertanyaan.
“Tampaknya, ini adalah masalah keluarga. Jangan seperti itu dan selesaikan....” nasehat Polisi.
Joo Im dan Oska berbarengan menjawab dengan berseru, “Ya!”
Tapi Ra Won ikutan berseru, “Tidak! Tahan dia!”
Semua jadi ngeliatin Ra Won heran. 

Tapi Ra Won hanya membalas tatapan mereka dengan angkuh.
“Apa kau sudah gila?” omel Joo Im.
Ra Won membalasnya dengan tersenyum sinis.
Dan akhirnya, Oska benar-benar dikurung. Dia berdiri didalam sel sambil ngeliatin Ra Won yang terus memandanginya sinis. 
Saat itu Ra Won berdiri paling dekat dengan Oska. Sementara Joo Im dan Seul berdiri agak menjauh dibelakang.

“Aku minta supaya  Joo Won mendekat.” kata Oska.
“Dia bilang bicara saja padaku.” jawab Ra Won datar.
Oska langsung melemparkan pandangan kesal ke Joo Im yang dibalas Joo Im dengan seringai tak berdaya.
“Aku dengar dari Kim Joo Won, tentang taruhan yang kalian buat waktu dipulau Jeju.” kata Ra Won.
Oska melirik ke Joo Won lagi. Joo Won dan Seul sama-sama menampakan ekspresi tak mengerti.
“Kata Kim Joo Won, kalau kau melepaskan aku, maka dia akan menyelesaikan masalah ini.” kata Ra Won lagi.
“Joo Won mengatakannya padamu?” Oska tak percaya.

“Juga bagian dimana kau bilang tidak akan menarik kembali kata-katamu saat taruhan, apapun yang terjadi.”
“Tapi, dia beneran mau seperti ini? Kim Joo Won adalah orang yang brengsek, tapi dia tidak picik. Dia berbuat sampai seperti ini, Gil Ra Im pasti adalah orang yang penting buat dia.”
Adegan mengabur dan menempatkan posisi Joo Im dan Ra Won pada tempat seharusnya(bagi pemirsa). Joo Won berdiri didepan Oska, sedangkan Ra Im berdiri disamping Seul.
“Apa harus itu masalahnya, sampai dia bertindak seperti ini?” kata Joo Won.
“Tapi apa yang bisa kulakukan?” Oska melirik ke Seul sebentar sebelum berkata dengan suara keras. “Aku juga tak bisa menyerahkan Gil Ra Im. Bilang pada Joo Won, bahwa aku tak akan menyerahkan Gil Ra Im! Tak perduli dia mau membebaskan aku atau tidak.”
Kim Joo Won melongo, tak menyangka akan jawaban Oska. Ra Im dan Seul pun ikutan kaget.


Adegan favoritku kali ini adalah yang bikin aku ngakak terus ha ha ha ha.....!!

 
 
  Yoon Sang Hyun 'megang' banget akting kocaknya.....!! ^^

Note:
Aaahhh....bulan juli gak posting apa2....i-net mati tiap weekend selama 2 minggu ini, aneh! Padahal draft epsd 7 ini udah selesai dari dua minggu kemaren, tapi baru bisa di posting hari ini. Sorryyyyy....buat yang masih nunggu baca....!(kalo ada yg nunggu, ge-er banget sih gue -__-!)
Mmmm....nanti aku akan posting serial lain, 1 epsd, hasil kerja kemaren tongkrongin dvd-nya (selama i-net gak connect) he he....abis dvd SG gk mo nyala dilaptop, jadi selalu ngandelin yg streaming :(

Oh yaaa...kali ini ada nyomot gambar2 dari beberapa blog selain kadorama. Ada yg dari thedramascenes.com (ini salah satu blog tongkronganku juga, thanks Alou ^^), dan dari dazzlingmeteor.blogspot.com , dangermousie.livejournal.com .....trusss, yg gambar gede dipaling atas aku lupa nyomot dimana, itu udah lama ada di file-ku....jadi sorry bagi yang punya yaa, aku minta ijin make.
 
Source: kadorama, withs2, dramacrazy

No comments:

Post a Comment